WELL KICK
4.2.2.1. Clearance
Clearance adalah jarak atau ruang kosong antara drillstring (tubing,
drillpipe, drill collar, stabiliser ataupun peralatan pemboran lain) dengan dinding
lubang sumur (baik open hole maupun cased hole). Semakin kecil besar clearance
akan meningkatkan kemungkinan swabbing dan surging yang akan
mengakibatkan kick. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi besarnya
clearance :
a) Formasi garam atau formasi yang mengembang
Formasi garam bersifat plastik tergantung pada tekanan yang terbeban
padanya. Clearance akan semakin kecil ketika tekanan pompa turun (misalnya
ketika terjadinya penurunan tekanan akibat lost circulation), selain itu adanya
tekanan secara lateral terhadap formasi garam.
Formasi yang mengandung banyak clay yang mudah mengembang
bila terkena air, akan memperkecil jarak clearance dan memungkinkan
terjadinya swabbing ketika pencabutan pipa, akibat lain formasi seperti ini
dapat pula mengakibatkan terjepitnya pipa.
b) Balling
Balling atau menempelnya material pemboran seperti barite, wall cake
atau material formasi yang menempel pada bit, stabiliser, tool joint dan
bagian-bagian dari drill string akan mengurangi besarnya clearance.
Penyempitan clerance akibat hal ini dapat dilihat pada kenaikan torque atau
naiknya tekanan yang diperlukan untuk mengangkat lumpur.
c) Kemiringan sumur dan Doglegs
Semakin miring arah dari drill string maka semakin kecil clearance
akibat kemiringan sumur khusunya pada daerah dogleg.
d) Panjang BHA
BHA yang semakin panjang akan mengurangi besar clearance dan
mempunyai kemungkinan swabbing dan surging yang lebih besar.
e) Jumlah stabiliser
BHA dengan metode pendulum dengan satu stabiliser mempunyai
kemungkinan kecil swabbingg lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan
beberapa stabiliser. Dan semakin bertambahnya jumlah stabiliser akan diikuti
perubahan besar balling, surge dan swabbing.
Menghitung volume pengisian lumpur pada saat tripping dry pipe out :
Volume pengisian (bbls) =Displacement pipa (bbls/ft) x Panjang pipa(ft)..............
(4-1)
Menghitung volume pengisian lumpur pada saat tripping wet pipe out :
Volume pengisian (bbls) = (Displacement pipa (bbls/ft) x Kapasitas pipa
bbls/ft)) x panjang pipa (ft)
..................................................................................
(4-2)
Setelah kita mengetahui jumlah volume yang akan diisikan, perhitungan dalam
pengisian akan lebih mudah dan tepat bila menggunakan trip tank atau dengan
sistem perhitungan stroke pompa. Untuk menghitung stroke pompa kita dapat
menggunakan rumus sebagai berikut :
(4-3)
................................................................................
(4-4)
b) Untuk wet pipe
Panjang max (ft) = (Penurunan tekanan (psi) : 0,052 : Densitas
lumpur(ppg) x (kapasitas casing(bbls/ft)
Displacement pipa(bbl/ft) ) : (Displacement
pipa(bbl/ft) + Kapasitas pipa(bbl/ft) )
.......................................................................
(4-5)
P Ph Pf
.............................................................................................................................................
(4-6)
dimana :
P = Tekanan Differensial
Ph = Tekanan Hidrostatik lumpur
Pf = Tekanan Formasi
Dengan tekanan differensial yang kecil maka tekanan formasi akan membantu
proses pemecahan batuan hal inilah yang menyebabkan laju penembusan menjadi
besar. Selain itu hal ini akan menunjukkan adanya kenaikan tekanan formasi dan
harus diantisipasi adanya fluida yang mengalir kedalam lubang sumur dengan
tekanan tinggi yang dapat menyebabkan kick.
4.3.3. Di Flow-line Laju Alir Naik dan Berat Jenis Lumpur Turun
Pada laju alir dari pompa konstan dan dari formasi masuk fluida formasi
kedalam sumur maka akan menambah volume pada annulus sedangkan luasnya
sendiri tetap, maka akibatnya laju alir di annulus begitu pula di flowline relatif
lebih cepat dari laju alir kalau tidak ada cairan formasi yang masuk kedalam
sumur.
Begitu pula berat jenis lumpur yang terukur di flowline akan relatif
lebih kecil, hal ini terjadi pada saat mau masuk daerah abnormal karena biasanya
pahat menembus dulu daerah shale yang banyak mengandung gelembung-
gelembung gas sehingga bila bercampur dengan lumpur pemboran, akan
menurunkan berat jenisnya. Penurunan berat jenis ini dapat pula dihitung dengan
dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
d m
d mc
1
.............................................................................................................................................
(4-7)
dimana :
dmc = Berat jenis lumpur setelah tercampuri gas
= Perbandingan antara volume lumpur dan gas di permukaan
W
R dN
D
pa
.............................................................................................................................................
(4-8)
akhirnya dikembangkan suatu persamaan d- Eksponent :
R
log N
60
d
12 w
log 6
10 d pa
.............................................................................................................................................
(4-9)
dimana :
R = Laju penembusan , ft/hr
N = Putaran, Rpm
W = Berat pahat bor, lbs
Dpa = Diameter pahat, inch
d
d cs d mn
d ma
.............................................................................................................................................
(4-10)
dimana :
dcs = d- Eksponent yang sudah dikoreksi
dmn = berat jenis lumpur normal, ppg
dma = berat jenis lumpur nyata, ppg
4.4. Kondisi Tekanan Pada Sistem Sebelum dan Saat Terjadinya Well-Kick
Sebelum membahas adanya tekanan sistem dalam lubang sumur kita
harus mengetahu terlebih dahulu gambaran sistem dalam lubang sumur. Biasanya
dalam pipa pemboran dan annulus digambarkan sebagai analogi pipa U (analogy
U-tube yang ditunjukkan pada gambar dibawah :
Satu kolom menunjukkan annulus dan kolom yang lain menggambarkan drillpipe.
Dasar dari pipa U menggambarkan dari dasar sumur. Di kedua kolom bekerja
tekanan hidrostatik lumpur dimana. Bila fluida di annulus lebih berat
dibandingkan fluida di drill pipe maka berat fluida di annulsu akan memberikan
tekanan ke arah bawah dan akan mengalir dalam drillstring dan menyebabkan
pendorongan fluida yang lebih ringan dalam drillstring ke permukaan dan level
fluida di annulus akan menjadi turun
Dimana :
Psc = Besarnuya kehilangan tekanan, psi
Pdp = Kehilangan tekanan di alat permukaan, psi
Pdc = Kehilangan tekanan di dalam pipa, psi
Pbt = Kehilangan tekanan di dalam collar, psi
Pdca = Kehilangan tekanan di luar collar, psi
Pdpa = Kehilangan tekanan di luar pipa, psi
Secara diagram kelakuan tekanan selama operasi pemboran normal bisa dilihat
pada gambar :
Keterangan gambar :
1. Tekanan yang diberikan pompa untuk menanggulangi besarnya tekanan
yang hilang selamam perjalanan lumpur
2. Tekanan di dalam pipa, yaitu tekanan pompa dikurangi tekanan yang hilang
ditambah tekann hidrostatik tiap kedalaman tertentu.
3. Tekanan yang hilang di pahat.
4. Tekanan di annulus, yaitu tekanan yang diberikan pahat dikurangi tekanan
yang hilang dan dikurangi tekanan hidrostatik tiap kedalaman tertentu.
5. Tekanan statik lumpur
6. Tekanan statik formasi.
Kondisi tekanan selama operasi pemboran berjalan dengan normal, gradien
tekanan lumpur dinamik di annulus lebih besar sedikit dari gradien tekanan
lumpur statik dan lebih besar dari gradien tekanan formasi.
Kejadian ini bisa terjadi karena gradien lumpur (4) dan (5) itu sendiri yang
mengecil yang disebabkan oleh beberapa hal seperti yang telah ditunjukkan pada
bab sebelumnya atau gradien formasi itu sendiri yang membesar karena
mendekati daerah abnormal/ masuk daerah abnormal.
Hadirnya kick kedalam lubang sumur dapat diperlihatkan pada gambar
dibawah. Dimana pada kondisi normal, tekanan formasi cukup terpenuhi oleh
tekanan hidrostatik lumpur sehingga tekanan di permukaan berharga nol.
Kemudian pada kondisi kick tekanan formasi dipenuhi oleh tekanan hidrostatik
lumpur dan hidrostatik kick sehingga permukaan menerima tekanan sebesar CP.
CP = Pf P hid lumpur P hid kick
.............................................................................................................................................
()
Sedangkan pada kondisi blowout besarnya tekanan di permukaan adalah
CP = Pf P hid kick...........................................................................................
()
Dimana :
CP = Tekanan yang diterima di permukaan
Pf = Tekanan formasi
Karena harga P hid kick biasanya sangat kecil dibandingkan harga P hid lumpur
maka harga CP pada blowout jauh lebih besar sedangkan kalau kick tersebut
adalah gas maka harga CP sangat mendekati tekanan formasi.
Tabel IV-1 13
Tekanan Penutupan Annular Preventer Type GL
Keterangan gambar :
A : Annular Preventer
R : Satu macam ram preventer baik Blind Ram atau Pipe Ram
S : Spool yang dihubungkan dengan Choke dan Kill Lines
4.5.2. Sistem Pendukung
4.5.2.1. Choke Manifold
Choke manifold merupakan suatu kumpulan fitting dengan beberapa
outlet yang dikendalikan secara manual dan atau otomatis. Bekerja pada BOP
Stack dengan High Pressure Line, disebut Choke Line. Bila dihidupkan, choke
manifold membantu menjaga back pressure dalam lubang bor untuk mencegah
terjadinya intrusi fluida formasi. Lumpur bor dapat dialirkan dari BOP Stack ke
sejumlah valve (yang membatasi aliran dan langsung ke reserve pits), mud gas
separator atau mud conditioning area Back Pressure dijaga sampai lubang bor
dapat dikontrol kembali.
Penutupan sumur ketika pipa didalam sumur atau pada waktu drilling
prosedurnya adalah sebagai berikut :
1. Memberi peringatan pada kru
2. Dengan segera tarik kelly keatas sampai tool joint diatas rotary table
3. Menghentikan putaran Rotary table dan mematikan pompa
4. Memerikasa aliran dari dalam sumur dan bila ada aliran kita lakukan
prosedur penutupan sumur yaitu dengan :
a) Metode Hard Shut In
- Membuka Choke Line Valve
- Menutup rangkaian BOP
- Memberitahu personel perusahaan
- Membaca SIDPP dan SICP setiao menit
b) Metode Modifikasi
- Menutup rangkaian BOP
- Membuka Choke Line valve
- Memberitahu personel perusahaan
- Membaca SIDPP dan SICP setiap menit
c) Metode Soft Shut In
- Membuka Choke lIne valve
- Menutup rangkaian BOP
- Menutup Choke dan melihat tekanan casing untuk meyakinkan
tidak ada tekanan yan terjebak.
- Memberitahu personel perusahaan
- Membaca SIDP dan SICP setiap menit
4.7. Metode Constant Bottomhole Pressure
Di pembahasan-pembahasan diatas telah disinggung bahwa konsep
Constant Bottomhole Pressure adalah sebuah metode dimana total semua tekanan
( tekanan hidrostatik lumpur, tekanan casing dan lain-lain) didasar sumur
dipertahankan sedikit lebih besar dari tekanan formasi untuk mencegah masuknya
fluida formasi ke dalam lubang sumur. Metode Constant Bottom Hole Pressure
dibagi menjadi tiga metode yaitu :
1. Metode satu sirkulasi
Setelah penutupan sumur, mematikan kick dengan memompakan lumpur
berat dengan menggunakan sat sirkulasi. Nama lain metode ini adalah
Metode Wait and weight, metode Engineers, metode graphical, atau
metode drill pipe constant.
2. Metode dua sirkulasi
Setelah penutupan sumur mengeluarkan fluida kick dengan lumpur lama,
kemudian mensirkulasikan lumpur berat. Nama lain metode ini adalah
metode Drillers
3. Metode Concurrent
Setelah penutupan sumur lumpur lama dinaikkan sedikit demi sedikit
densitasnya sambil dilakukan sirkulasi.
Keterangan tabel :
1. Awal dari tabel stroke diisi dengan angka nol dan dibawah tabel merupakan
jumlah stroke untuk mencapai bit. Membagi stroke dengan 10 sehingga
baris dibawah angka nol akan menjadi 1/10 dikalikan jumlah total stroke,
baris berikutnya adalah 2/10 dikalikan dengan jumlah total stroke. Jumlah
total stroke akan menjadi sepuluh pembagian.
2. Untuk kolom tekanan, baris pertama merupakan ICP dan baris terakhir
merupakan FCP. Kurangi FCP dengan ICP dan dibagi dengan 10, hal ini
akan menunjukkan jumlah tekanan pada setiap pemerikasaan.
Dari gambar terlihat bahwa Tekanan drill pipe tidak turun pada
sirkulasi pertama karena lumpur berat belum ditambahkan pada tahap itu,
sedangkan ketika pada sirkulasi kedua terjadi penurunan tekanan drillpipe karena
telah disirkulasikan lumpur berat terlihat pada Initial circulating pressure (titik
nomor 1) sampai final circulating pressure (titik nomor 2).
Prosedur pelaksanaan metode drillers dapat dijelaskan dengan
menggunakan contoh soal dengan data dibawah ini.
Pada nomor 1 SIDPP digunakan untuk menghitung lumpur berat. Ketika lumpur
berat dipompakan kedalam drillpipe tekanan static drillpipe akan turun secara
linier samapi di titik nomor 2 dan tekanan drillpipe akan menjadi nol. Titik nomor
3 menggambarkan tekanan pompa mula-mula didalam drillpipe yang merupakan
jumlah total dari SIDPP dengan tekanan sirkulasi untuk mengatasi kick (kill rate
pressure). Ketika lumpur berat dipompakan kedalam drillpipe akan terjadi
penurunan tekanan sampai FCP (Final Circulation Pressure) dan dipertahankan
konstan sampai fluida kick terangkat kepermukaan.
Prosedur pelaksanaan metode wait and weight sesuai dengan contoh
yang digunakan diatas.adalah sebagai berikut:
1. Menutup sumur dan mencatat SIDPP, SICP dan ukuran kick.
2. Melakukan sirkulasi pertama dengan menggunakan lumpur berat, merupakan
harga ICP yang merupakan jumlah total anatara SIDPP dengan Tekanan
pompa (didalam soal adalah 1290 psi).
9. Selama dalam proses sirkulasi tekanan drilpipe akan turun dari ICP hingga
menjadi FCP (832 psi), dan pertahankan tekanan konstan pada harga FCP
sampai lumpur berat telah merata diseluruh sumur dan pompa dimatikan. Bila
tekanan sirkulasi tidak benar/konstan kita harus mempertahankan sesuai
dengan nilai yang diinginkan. Perubahan tekanan yang meyebabkan perbedaan
tekanan kurang dari 50 psi dapat diabaikan. Bila lebih besar dari nilai tersebut
harus diperhatikan dan dilakukan penambahan tekanan atau pengurangan
dengan memperhatikan Lag Time. Lag Time adalah waktu yang diperlukan
ketika terjadi perubahan tekanan pada penunjuk tekanan dipermukaan
sehingga didapatkan tekanan yang akurat.. Terdapat rumus praktis dalam lag
time ini yaitu menunggu waktu sekitar 2 detik untuk setiap kedalaman 1000
feet.
3. Jika terjadi gas kick atau adanya gas yang ikut dengan fluida maka tekanan
casing dan drilpipe akan turun.choke segera harus dilakukan pengaturan choke
untuk mengembalikan tekanan casing seperti semula. Dan kemudian mengatur
agar tekanan drilpipe juga kembali seperti semula sampai kick dapat
dihilangkan.
4. Ketika lumpur berat sampai di permukaan, dilakukan penutupan sumur tunggu
15 sampai 30 menit bila tidak ada aliran (ditandakan tidak ada kenaikan
tekanan pada gauge atau berharga nol) mungkin kick telah mati, bila belum
adakan sirkulasi lagi dengan menggunakan lumpur berat secara tepat.