Anda di halaman 1dari 33

I.

M & M Anatomi Reproduksi Wanita


1.1 Makroskopis

Organ reproduksi wanita dibagi menjadi dua yaitu :


1. Bagian eksterna (bagian luar)

a. Mons Veneris

Mons Veneris merupakan bagian yang menonjol dan terdiri dari jaringan
lemak yang menutupi bagian depan simpisis pubis, dan setelah masa pubertas
kulit mons veneris akan di tumbuhi oleh rambut kemaluan (pubes).

b. Labia Mayora

Labia mayora berbentuk lonjong dan menonjol, berasal dari mons veneris dan
berjalan ke bawah dan belakang.Yaitu dua lipatan kulit yang tebal membentuk sisi
vulva dan terdiri dari kulit, lemak, pembuluh darah, jaringan otot polos dan syaraf.
Labia mayora sinistra dan dextra bersatu di sebelah belakang dan merupakan batas
depan dari perinium, yang disebut commisura posterior (frenulum), dan
panjangnya kira-kira 7, 5 cm.

Labia Mayora terdiri daridua permukaan :

1. Bagian luar, menyerupai kulit biasa dan ditumbuhi rambut.


2. Bagian dalam menyerupai selaput lendir dan mengandung banyak kelenjar
sebacea.

c. Labia Minora

Labia minora merupakan lipatan sebelah medial dari labia mayora dan
merupakan lipatan kecil dari kulit diantara bagian superior labia mayora.Sedangkan
labianya mengandung jaringan erektil.Dijumpai frenulum klitoris, preputium, dan
frenulum pudenti.

d. Klitoris
Klitoris merupakan sebuah jaringan erektil kecil, kira-kira sebesar kacang
hijau sampe cabe rawit ditutupi oleh frenulum klitoris. Banyak mengandung urat-urat
syaraf sensoris yang dibentuk oleh suatu ligamentum yang bersifat menahan ke depan
simpisis pubis dan pembuluh darah.

e. Hymen (selaput Dara)

Hymen adalah diafragma dari membrane yang tipis dan menutupi sebagian
besar introitus vagina, di tengahnya terdapat lubang dan melalui lubang tersebut
kotoran menstruasi dapat mengalir keluar.Biasanya hymen berlubang sebesar jari,
letaknya di bagian mulut vagina memisahkan genitalia eksterna dan interna.

Annular hymen ; selaput melingkari lubang vagina.

Septate hymen; selaput yang ditandai dengan beberapa lubang yang terbuka.

Cibriform hymen; selaput ini juga ditandai beberapa lubang yang terbuka, tapi lebih
kecil clan jumlahnya lebih banyak.

Introitus : Pada perempuan yang sangat berpengalaman dalam berhubungan seksual,


bisa saja lubang selaputnya membesar. Namun masih menyisakan jaringan selaput
dara. (Sudah Tidak Perawan boss)

f. Vestibulum

Vestibulum merupakan rongga yang sebelah lateralnya dibatasi oleh kedua


labia minora, anterior oleh klitoris, dorsal oleh fourchet. Pada vestibulum terdapat
muara-muara dari vagina uretra dan terdapat juga 4 lubang kecil yaitu: 2 muara dari
kelenjar Bartholini yang terdapat disamping dan agak kebelakang dari introitut
vagina, 2 muara dari kelenjar skene disamping dan agak dorsal dari uretra.
g. Introitus vagina : Pintu masuk ke vagina

i. Lubang Kemih (orifisium uretra eksterna)

Tempat keluarnya air kemih yang terletak dibawah klitoris.Disekitar lubang


kemih bagian kiri dan kanan didapat lubang kelenjar skene.

J. Perineum : terletak diantara vulva dan anus

2. Bagian interna (bagian dalam)

a. Vagina

Vagina merupakan saluran yang menghubungkan uterus dengan vulva dan


merupakan tabung berotot yang dilapisi membran dari jenis epitelium bergaris khusus
dan dialiri banyak pembuluh darah serta serabut saraf secara melimpah. Panjang
Vagina kurang lebih 10-12 cm dari vestibula ke uterus, dan letaknya di antara
kandung kemih dan rektum.

Fungsi yaitu : sebagai saluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah
menstruasi, sebagai jalan lahir pada waktu partus.

b. Uterus (rahim)

Uterus merupakan alat yang berongga dan berbentuk sebagai bola lampu yang
gepeng dan terdiri dari 3 bagian : korpus uteri (badan rahim) yang berbentuk segitiga,
servix uteri (leher rahim) yang berbentuk silindris dan Cavum uteri (rongga rahim).
Bagian dari korpus uteri antara kedua pangkal tuba disebut fundus uteri (dasar rahim)
/ proksimal rahim.

Bentuk dan ukuran uterus sangat berbada-bada tergantung dari usia, dan
pernah melahirkan anak atau belum. Cavum uteri (rongga rahim) berbentuk segitiga,
melebar di daerah fundus dan menyempit kearah cervix.Sebelah atas rongga rahim
brhubungan dengan saluran indung telur (tuba follopi) dan sebelah bawah dengan
saluran leher rahim (kanalis cervikalis).Hubungan antara kavum uteri dengan kanalis
cervikalis disebut ostium uteri internum, sedangkan muara kanalis cervikalis kedalam
vagina disebut ostium uteri eksternum.

Dinding rahim terdiri dari 3 lapisan : Perimetrium (lapisan serosa: paling luar) yang
meliputi dinding uteru bagian luar, Myometrium (lapisan otot : tengah) merupakan
lapisan yang paling tebal, Endometrium (selaput lender/lapisan mukosa : dalam)
merupakan lapisan bagian dalam dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri.

Ligamen-ligamen :

Lig. Kardinal kanan dan kiri


Lig. Sakro uterine
Lig. Rotundum
Lig. Latum
Lig. Infundibulo-pelvikum

Suplai darah Rahim : A. uterine berasal dari a.iliaka interna (a.hipogastrika) dan
a.ovarika

Aliran baliknya V. Uterine akan bermuara ke V. Iliaca Interna

Persarafan : Simpatis dan Parasimpatisnya berasal dari Plexus Hypogastricus Inferior.

Fungsi utama Rahim : siklus haid setiap bulannya, tempat janin tumbuh dan
berkembang, berkontraksi terutama sewaktu bersalin dan sesudah bersalin.

c. Tuba Fallopi

Tuba Fallopi terdapat pada tepi atas ligamentum latum, berjalan kearah lateral,
mulia dari kornu uteri kanan kiri yang panjangnya kurang lebih 12-13 cm dan
diameternya 3-8 mm. bagian dalam dilapisi silia menyalurkan telur dan hasil
konsepsi.

Fungsi : saluran telur, menangkap dan membawa ovum; tempat terjadinya


pembuahan.

Pada tuba ini dapat dibedakan menjadi 4 bagian, sebagai berikut :

1. Pars interstitialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding


uterus mulai pada ostium internum tubae.
2. Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan
merupakan bagian tuba yang paling lebar dan berbentuk huruf S.
3. Pars Isthmica, bagian tuba sebelahkeluar dari dinding uerus dan merupakan
bagian tuba yang lurus dan sempit.
4. Pars Infundibulum, bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap
ke rongga perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat
penangkap ovum.

d. Ovarium

Ovarium terdapat di dalam rongga panggul di sebelah kanan maupun sebelah


kiri dan berbentuk seperti buah kenari. Berukuran 2,5-5 x 1,5-2 x 0,6-1cm. ovarium
ditunjang oleh : mesovarium, lig.ovariak dan lig.infundibulopelvikum.

Fungsi memproduksi sel telur, hormon esterogen dan hormon progesterone, ikut serta
mengatur haid.

1.2 Mikroskopis

Ovarium

Setiap ovarium merupakan struktur lonjong gepeng


yang terletak di bagian rongga pelvis.Permukaan
ovarium dilapisi oleh selapis sel yang disebut epitel
germinal atau germinativum yang menutupi sejenis
jaringan ikat padat, yaitu tunika albuginea.Dibawah
tunika albuginea terdapat korteks ovarium, di bagian
dalam terdapat pusat jaringan ovarium yang sangat
vascular, yaitu medulla ovarium, tidak ada batas tegas
diantara keduanya.

Korteks biasanya dipenuhi folikel ovarium dalam berbagai tahap perkembangan,


selain itu mungkin terdapat korpus luteum besar yang berasal dari folikel yang telah
ovulasi, korpus albikans : korpus luteum yang berdegenerasi, dan folikel atretis yang
berdegenerasi dalam berbagai tahap perkembangan.

Tuba Uterina (Salpinx)

Lumen tuba falopii dilapisi epitel kolumnar dengan silia panjang pada permukaan
selnya. Silia bergerak konsisten ke arah uterus untuk memfasilitasi pergerakan zygote
ke dalam uterus agar mengadakan implantasi pada endometrium.

Uterus

Sebagian besar dinding uterus terdiri dari otot polos


yang dinamakan miometrium.Uterus harus mampu
untuk membesar selama kehamilan. Pembesaran uterus
terjadi akibat hipertrofi sel otot polos miometrium
(miosit) dan penambahan miosit baru dari stem sel yang
terdapat dalam jaringan ikat miometrium. Rongga uterus dilapisi oleh
endometrium.Endometrium merupakan organ target dan kelenjar endokrin.Dibawah
pengaruh produksi siklus hormon ovarium, endometrium mengalami perubahan
mikroskopik pada struktur dan fungsi kelenjar.

II. M & M Fisiologi Menstruasi dan Hormon yang Berperan

Hormon yang berpengaruh pada reproduksi wanita :

1. ESTROGEN
Estrogen yang terdapat secara alami adalah 17-estradiol, estron, dan
estriol.Zat-zat ini adalah steroid C18 yang tidak memiliki gugus metil angular.Hormon
ini disekresikan terutama oleh sel granulosa folikel ovarium, korpus luteum, dan
plasenta.Biosintesisnya tergantung pada enzim aromatase (CYP19) yang mengubah
testoteron menjadi estradiol dan androstenedion menjadi estron (dapat juga terjadi di
hati, lemak, otot, dan otak).

Fungsi hormone estrogen :

Pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut kemaluan


Membentuk ketebalan endometrium
Menjaga kualitas dan kuantitas serviks dan vagina untuk penetrasi sperma
Vagina : perubahan selaput vagina meningkatkan getah dan
glikogenasam laktat meningkat oleh bakteri duiderlein Ph menurun
menurunkan terjadinya infeksi.
Merangsang pertumbuhan tulang dan mempertahankan kesehatan tulang.
Melindungi jantung dan pembuluh darah dengan meningkatkan HDL dan
menurunkan LDL.

2. PROGESTERON

Progesteron adalah suatu steroid C21 yang disekresi oleh korpus luteum,
plasenta, dan folikel (dalam jumlah kecil). Pada wanita, kadarnya sekitar 0,9ng/mL
(3nmol/L) selama fase folikular daur haid dan kadarnya akan meningkat pada fase
folikular lanjut. Selama fase luteal, korpus luteum menghasilkan banyak progesterone
dan progesterone plasma meningkat pesat hingga mencapai kadar puncak sekitar
18ng/mL (60nmol/L).
Fungsi :

Mempertahankan ketebalan endometrium uterus lebih lanjut untuk


mempersiapkan terhadap implantasi ovum yang sudah dibuahi
Merangsang pertumbuhan dan diferensiasi sel-sel alveolar kelenjar
mamae menjadi sel-sel pensekresi susu.
Meningkatkan viskositas mukus serviks dan dengan demikian
cenderung menghambat masuknya ke os serviks.

SIKLUS MENSTRUASI :
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi:
1. Siklus ovarium (Indung Telur)
a) Fase Folikel
- Awal
- Akhir
b) Fase Luteal Keduanya berjalan bersamaan
2. Siklus Endometrium
a) Fase menstruasi
b) Fase proliferasi
c) Fase sekresi
Siklus endometrium :
1) Masa menstruasi yang berlangsung selama 2-8 hari. Pada saat itu endometrium
(selaput rahim) dilepaskan sehingga timbul perdarahan dan hormon-hormon
ovarium berada dalam kadar paling rendah.
2) Masa proliferasi dari berhenti darah menstruasi sampai hari ke-14. Setelah
menstruasi berakhir, dimulailah fase proliferasi dimana terjadi pertumbuhan dari
desidua fungsionalis untuk mempersiapkan rahim untuk perlekatan janin. Pada
fase ini endometrium tumbuh kembali. Antara hari ke-12 sampai 14 dapat terjadi
pelepasan sel telur dari indung telur (disebut ovulasi).
3) Masa sekresi. Masa sekresi adalah masa sesudah terjadinya ovulasi. Hormon
progesteron dikeluarkan dan mempengaruhi pertumbuhan endometrium untuk
membuat kondisi rahim siap untuk implantasi (perlekatan janin ke rahim)
Siklus ovarium :
1. Fase folikular. Pada fase ini hormon reproduksi bekerja mematangkan sel telur
yang berasal dari 1 folikel kemudian matang pada pertengahan siklus dan siap
untuk proses ovulasi (pengeluaran sel telur dari indung telur). Waktu rata-rata
fase folikular pada manusia berkisar 10-14 hari, dan variabilitasnya
mempengaruhi panjang siklus menstruasi keseluruhan
2. Fase luteal. Fase luteal adalah fase dari ovulasi hingga menstruasi dengan
jangka waktu rata-rata 14 hari

Fase folikular.
Sebagian dari folikel primer dengan lingkungan hormonal yang tepat mulai
berkembang, sedangkan folikel lainnya yang tidak mendapat bantuan hormon
mengalami atresia.Selama pembentukan folikel, terjadi perubahan penting di sel-sel
yang mengelilingi oosit dalam persiapan untuk pembebasan sel telur dari ovarium.
Pertama, satu lapisan sel granulosa pada folikel primer berproliferasi
membentuk beberapa lapisan yang megelilingi oosit.Sel-sel granulosa ini
mengeluarakn kulit kental mirip gel yang membungkus oosit dan memisahkannya
dari jaringan granulosa sekitar.Membran penyekat ini dikenal sbg zona pelusida.
Pada saat yang sama ketika oosit sedang membesar dan sel-sel granulosa
berproliferasi, sel-sel jaringan ikat ovarium khusus yang berkontak dengan sel
granulosa berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi suatu lapisan luar sel teka. Sel
teka dan sel granulosa secara kolektif disebut sebagai folikel,berfungsi sebagai satu
kesatuan untuk mengeluarkan estrogen,estradiol merupakan estrogen ovarium utama.
Lingkungan hormon pada fase folikular pembesaran dan pengembangan
kemampuan sekresi sel-sel folikel, mengubah folikel primer menjadi folikel
sekunderatau folikel antrum, yang mampu mengeluarkan estrogen.Selama tahap
perkembangan folikel ini, terbentuk suatu rongga berisi cairan, antrum, di bagian
tengah-tengah sel granulosa.Pada saat yang bersamaan dengan terbentuknya antrum,
oosit telah mencapai ukuran penuh.Perubahan ke folikel antrum ini menyebabkan
periode pertumbuhan folikel yang cepat, disebabkan oleh proliferasi berkelanjutan sel
granulosa dan sel teka, namun sebagian besar disebabkan oleh pembesaran dramatic
antrum.Seiring dengan tumbuhnya folikel, produksi estrogen juga meningkat.
Salah satu folikel biasanya akan tumbuh lebih cepat daripada yang lain dan
berkembang menjadi folikel matang dalam waktu sekitar 14 hari setelah dimulainya
pembentukan folikel. Pada folikel matang, antrum menempati sebagian besar ruang,
menyebabkan oosit yang dikelilingi oleh zona pelusida dan satu lapis sel granulosa
tergeser asimetris ke salah satu sisi folikel.
Folikel matang yang telah sangat membesar ini menonjol dari permukaan
ovarium, menciptakan suatu daerah tipis yang kemudian pecah untuk membebaskan
oosit saat ovulasi.Tepat sebelum ovulasi, oosit menyelesaikan pembelahan meiosis
pertamanya.Ovum (oosit sekunder), masih dikelilingi oleh zona pelusida yang lekat
dan sel-sel granulosa kini disebut korona radiate, tersapu keluar folikel yang pecah ke
dalam rongga abdomen oleh cairan antrum yang bocor. Ovum yang dibebaskan ini
akan cepat tertarik ke dalam tuba uterina, tepat fertilisasi terjadi. Sedangkan, folikel-
folikel lain yang sedang berkembang namun gagal mencapai kematangan dan
berovulasi akan mengalami degenerasi dan tidak pernah menjadi aktif kembali.
Pecahnya folikel saat ovulasi, menandakan berakhirnya fase folikular dan dimulainya
fase luteal.
Fase luteal.
Folikel yang pecah yang tertinggal di dalam ovarium segera mengalami
perubahan.Sel-sel granulosa dan sel teka yang tertinggal di sisa folikel mula-mula
kolaps ke dalam ruang antrum yang kosong yang telah terisi sebagian oleh bekuan
darah.Sel-sel folikel ini lama-lama mengalami transformasi structural drastic
membentuk korpus luteum.Sel-sel folikel yang berubah menjadi sel luteal ini
membesar dan berubah menjadi jaringan yang sangat aktif menghasilkan hormon
steroid.Banyaknya simpanan kolesterol dalam butir-butir lemak di dalam korpus
luteum menyebabkan jaringan ini tampak kekuningan.
Korpus luteum mengalami vaskularisasi hebat seiring dengan masuknya
pembbuluh darah dari daerah teka ke daerah granulosa yang mengalami luteinisasi.
Perubahan ini sesuai untuk fungsi korpus luteum : mengeluarkan banyak progesterone
dan sedikit estrogen ke dalam darah. Sekresi estrogen pada fase folikular diikuti oleh
sekresi progesterone pada fase luteal penting untuk mempersiapkan unterus untuk
implantasi ovum yang dibuahi.Korpus luteum berfungsi penuh dalam 4 hari setelah
ovulasi. Jika ovum yang dibebaskan tidak dibuahi dan tidak terjadi implantasi, maka
korpus luteum akan berdegenerasi dalam waktu sekitar 14 hari setelah
pembentukannya. Sel-sel luteal berdegenerasi dan difagositosis, vaskularisasi
berkurang, dan jaringan ikat segera masuk untuk untuk membentuk massa jaringan
fibrosa yang dikenal sbg korpus albikans.Fase luteal kini usai dan satu siklus ovarium
telah selesai.

Siklus hormonal dan hubungannya dengan siklus ovarium serta uterus di dalam
siklus menstruasi normal:
1. Setiap permulaan siklus menstruasi, kadar hormon gonadotropin (FSH, LH)
berada pada level yang rendah dan sudah menurun sejak akhir dari fase luteal
siklus sebelumnya
2. Hormon FSH dari hipotalamus perlahan mengalami peningkatan setelah akhir
dari korpus luteum dan pertumbuhan folikel dimulai pada fase folikular. Hal
ini merupakan pemicu untuk pertumbuhan lapisan endometrium
3. Peningkatan level estrogen menyebabkan feedback negatif pada pengeluaran
FSH hipofisis. Hormon LH kemudian menurun sebagai akibat dari
peningkatan level estradiol, tetapi pada akhir dari fase folikular level hormon
LH meningkat drastis (respon bifasik)
4. Pada akhir fase folikular, hormon FSH merangsang reseptor (penerima)
hormon LH yang terdapat pada sel granulosa, dan dengan rangsangan dari
hormon LH, keluarlah hormon progesteron
5. Setelah perangsangan oleh hormon estrogen, hipofisis LH terpicu yang
menyebabkan terjadinya ovulasi yang muncul 24-36 jam kemudian. Ovulasi
adalah penanda fase transisi dari fase proliferasi ke sekresi, dari folikular ke
luteal
6. Kedar estrogen menurun pada awal fase luteal dari sesaat sebelum ovulasi
sampai fase pertengahan, dan kemudian meningkat kembali karena sekresi
dari korpus luteum
7. Progesteron meningkat setelah ovulasi dan dapat merupakan penanda bahwa
sudah terjadi ovulasi
8. Kedua hormon estrogen dan progesteron meningkat selama masa hidup korpus
luteum dan kemudian menurun untuk mempersiapkan siklus berikutnya.

Hormon-Hormon yang Berperan dalam Siklus Menstruasi Normal


Sistem hormonal yang mempengaruhi siklus menstruasi adalah:
1. FSH-RH (follicle stimulating hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan FSH
2. LH-RH (luteinizing hormone releasing hormone) yang dikeluarkan
hipotalamus untuk merangsang hipofisis mengeluarkan LH
3. PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk
mengeluarkan prolaktin

III. M & M Gangguan Menstruasi

KELAINAN SIKLUS HAID

AMENORHEA

DEFINISI
Amenorea adalah tidak adanya haid sedikitnya 3 bulan berturut-turut
Amenore Fisiologis :
Sebelum pubertas
Menopause
Dalam kehamilan
Dalam masa laktasi (kalau tidak menyusukan haid datang 3 bulan post partum,
kalau menyusui haid datang 6 bulan postpartum)
ETIOLOGI
Penyebab dari amenorea primer adalah:

Kelainan kromosom. Beberapa jenis kelainan kromosom dapat menyebabkan sel


telur terganggu sehingga berpengaruh pada siklus menstruasi.
Gangguan pada kelenjar hipotalamus.
Organ vagina yang tidak sempurna. Pembentukan organ kelamin yang tidak
sempurna semasa janin bisa menyebabkan seorang perempuan tidak memiliki
bagian vagina dengan sempurna. Misalnya seorang perempuan tidak memiliki
uterus, rahim, atau bahkan vagina. Organ vagina yang tidak sempurna berpengaruh
pada siklus menstruasi.
Struktur vagina yang tidak normal. Bentuk dari vagina, baik bentuk luar ataupun
dalam, berpengaruh pada siklus menstruasi. Menstruasi bisa saja terjadi, tapi
karena bentuk vagina yang menghalangi darah haid keluar tubuh, maka menstruasi
dianggap tidak pernah terjadi.
Pubertas terlambat.
Himen imperforata yang menyebabkan sumbatan keluarnya darah menstruasi dapat
dipikirkan apabila wanita memiliki rahim dan vagina normal

Penyebab amenorea sekunder :

Kehamilan. Selama kehamilan, kaum wanita tidak akan mendapat haid. Ini
merupakan penyebab terbanyak dari amenorea sekunder
Penggunaan pil kontrasepsi. Beberapa jenis alat kontrasepsi seperti pil KB bisa
membuat siklus menstruasi terganggu. Menstruasi bisa kembali normal jika
penggunaan pil KB dihentikan.
Masa menyusui. Ibu yang sedang dalam masa pemberian ASI eksklusif seringkali
tidak mendapat haid, meski sudah melahirkan. Kehamilan bisa berdampak panjang
terhadap siklus menstruasi.
Beban pikiran atau stres. Beban pikiran yang terlampau berat bisa berpengaruh
terhadap kelenjar hipotalamus yang mengatur keseimbangan hormon tubuh. Jika
hormon tubuh terganggu, siklus haid dan pembuahan bisa terhenti sementara.
Menstruasi akan datang kembali jika si perempuan sudah tidak stres.
Pengaruh obat. Beberapa jenis obat bisa berpengaruh pada siklus menstruasi.
Misalnya obat jenis antidepresi, antipsikotik, dan obat kemoterapi.
Gangguan keseimbangan hormon tubuh.
Gangguan pada kelenjar tiroid. Gangguan pada kelenjar ini bisa menyebabkan
produksi prolaktin, hormon yang bertanggungjawab pada kesuburan wanita,
terganggu. Akibatnya siklus menstruasi ikut terganggu.
Gangguan hipotalamus dan hipofisis

EPIDEMIOLOGI
Amenorea primer terjadi pada 0.1 2.5% wanita usia reproduksi.
Amenorea Sekunder Angka kejadian berkisar antara 1 5%.

KLASIFIKASI
Amenore Primer : Belum pernah dapat menstruasi sampai berumur 18 tahun.
Amenore Sekunder : pernah mendapat haid (menarce) setelah itu tidak dapat lagi.

PATOFISIOLOGIS DAN PATOGENESIS


Menetapkan adanya disfungsi primer sangat penting dalam menentukan
patofisiologi amenorea. Amenorea terjadi jika hipotalamus dan pituitari gagal dalam
memberikan stimulasi gonadotropin pada ovarium, sehingga produksi estradiol tidak
memadai dan atau terjadi kegagalan ovulasi dan kegagalan produksi
progesteron. Amenorea juga dapat terjadi jika ovarium gagal menghasilkan jumlah
estradiol yang cukup meskipun stimulasi gonadotropin normal oleh hipotalamus dan
hipofisis. Dalam beberapa kasus, hipotalamus, hipofisis, dan ovarium semua dapat
berfungsi normal, namun amenorea dapat terjadi karena kelainan uterus seperti
perlekatan dalam rongga endometrium, defek pada serviks, septum uteri, dan hymen
imperforata.

Tidak adanya uterus, baik itu sebagai kelainan atau sebagai bagian dari
sindrom hemaprodit seperti testicular feminization, adalah penyebab utama dari
amenorea primer. Testicular feminization disebabkan oleh kelainan genetik. Pasien
dengan amenorea primer yang diakibatkan oleh testicular feminization menganggap
dan menyampaikan dirinya sebagai wanita yang normal, memiliki tubuh feminin.
Vagina kadang kadang tidak ada atau mengalami kecacatan, tapi biasanya terdapat
vagina. Vagina tersebut berakhir sebagai kantong kosong dan tidak terdapat uterus.
Gonad, yang secara morfologi adalah testis berada di kanal inguinalis. Keadaan
seperti ini menyebabkan pasien mengalami amenorea yang permanen.
Prinsip dasar fisiologi fungsi menstruasi memungkinkan dibuatnya suatu
sistem yang memisahkan dalam beberapa kompartemen. Hal ini berguna untuk
memakai evaluasi diagnostik yang memilah penyebab amenorea dalam 4
kompartemen, yaitu:
Kompartemen I : kelainan terletak pada organ target uterus atau outflow tract
Kompartemen II : kelainan pada ovarium.
Kompartemen III : kelainan pada pituitri anterior
Kompartemen IV : kelainan pada sistem syaraf pusat (hipotalamus).

Patofisiologi gangguan pada masing-masing kompartemen :

Kelainan Kompartemen I: Kelainan saluran uterus


1. Sindrom Asherman
Pada sindrom ini terjadi amenorrhea sekunder. Keadaan ini
terjadi akibat kuretase postpartum berlebihan sehingga terjadi sikatrik
dan perlengketan. Endometrium mungkin memiliki tekanan yang
begitu besar. Pasien dengan asherman sindrom dapat mengalamai
keluhan lain seperti dismenorrhea dan hypomenorrhea.
Pada masa lalu, asherman sindorm diobati dengan dilatasi dan
kuretase untuk menghancurkan sikatrik. Sekarang dapat digunakan
histeroskopi dengan melisiskan adhesi dengan memotong dan
membakar dengan hasil yang lebih baik dibanding kuretase yang
tidak terarah. Setelah dilakukan histeroskopi, perlu dicegah terjadinya
kembali perlengketan dengan memasang IUD. Dapat juga
menggunakan folley kateter pediatrik dengan memasukan 3 cc dan
baru dilepas setelah 7 hari.
2. Mullerian anomali
Pada keadaan ini, vagina, servik dan uterus mungkin tidak ada.
Atau pada keadaan lain, uterus mungkin ada namun tidak terdapat
rongga, atau terdapatnya rongga namun endometrium sangat sedikit.
Penanganan pada pasien ini dilakukannya operasi dengan
menggunakan teknik vecchietti atau teknik Frank untuk membentuk
saluran vagina buatan. Penundaan operasi dapat menyebabkan
terjadinya inflamasi.
3. Insensitivitas Androgen (testicular feminization)
Insenitivitas androgen komplit didiagnosa bila didapatkan
kanalis vagina namun tidak didapatkan uterus. Pasien ini berupa pria
pseudohermaprodit dimana ketentuan pria ditentukan dari adanya
kromosom XY dan pasien memilliki testes. Pseudohermaprodit
berarti genitalia berlawanan dengan gonad. Sehingga pada pasien ini
secara fenotip tampak seperti wanita tapi tidak ditemukannya rambut
pubis dan rambut ketiak. Pada pasien ini terdapat testosteron darah
yang normal atau sedikit meningkat dan kenaikan LH
Pada insensitivitas androgen inkomplit (1:10 dibandingkan
yang komplit), individu mendapat sedikit pengaruh androgen.
Individu ini mungkin memiliki pembesaran klitoris, dan phallus
mungkin ada. Rambut pubis dan ketiak ada dan terdapat pertumbuhan
payudara9.

Kelainan Kompartemen II
1. Kelainan ovarium
Kelainan ovarium dapat menyebabkan amenorrhea primer
maupun sekunder. 30-40% amenorrhea primer mengalami kelainan
perkembangan ovarium (Gonadal disgenesis). Pasien ini dapat terdiri
dari pasien dengan kariotip 45X (50%), mosaik (25%), 46XX (25%).
Wanita dengan gonadal disgenesis diseratai amenorrhea sekunder
berhubungan dengan kariotip 46xx, mosaik, 47 xxx ,dan 45.
2. Sindrom Turner
Pada sindrom ini terjadi kehilangan satu X. Kromososm X aktif
dalam oosit untuk menghindari percepatan kematian folikel. Karena
pada pasien ini terjadi kekurangan folikel, terjadi kekurangan hormon
sex gonadal saat pubertas sehingga terjadi amenorrhea primer.
3. Kegagalan ovarium prematur
Sekitar 1% wanita akan mengalami hal ini sebelum usia 40
tahun. Hal ini juga terjadi pada wanita dengan amenorrhea.
Kegagalan ovarium yang prematur dapat disebabkan kelainan genetik
dengan peningkatan kematian folikel. Dapat juga merupakan proses
autoimun dimana folikel dihancurkan.
4. Efek radiasi dan kemoterapi
Efek radiasi tergantung dari umur dan dosis radiasi. Fungsi
barium dapat kembali setelah bertahun-tahun kemudian. Di lain pihak
kerusakan tidak akan muncul hingga terjadinya kegagalan ovarium
prematur. Ketika radiasi diberikan di luar pelvis, radiasi tidak
memberikan resiko terjadinya kegagalan ovarium prematur. Gonad
tidak dalam keadaan bahaya ketika di dapur menggunakan oven
microwave yang berdaya penetrasi rendah.

Kelainan Kompartemen III


Gangguan pada kompartemen ini dapat berupa gangguan pada hipofise
anterior. Gangguan dapat berupa adanya tumor yang bersifat mendesak
ataupun menghasilkan hormon yang membuat haid menjadi terganggu9.
Tumor mikroadenoma dapat diterapi dengan menggunakan agonis
dopamin dimana dopamin dapat menghambat pelepasan prolaktin lebih
lanjut sehingga pembesaran tumor hipofise dan prolaktinemia dapat
dicegah. Operasi dapat dilakukan terutama bila tumor masih kecil. Namun
angka rekurensi setelah operasi sangat besar lagipula struktur tumor sulit
dibedakan dengan jaringan hipofise sehat sehingga operasi sering kali
meninggalkan sisa. Pada makroadenoma dapat diberikan agonis dopamin
terlebih dahulu untuk memperkecil ukuran tumor. Setelah operasi dapat
dilanjutkan dengan pemberian radiasi namun radiasi ini dapat memicu
terjadinya tumor di tempat lain pada otak.

Kelainan Kompartemen IV
Gangguan pada pasien ini disebabkan oleh gangguan mental yang
secara tidak langsung menyebabkan terjadinya pelepasan neurotransmiter
seperti serotonin yang dapat menghambat lepasnya gonadotropin.
Gangguan pada kompartemen ini dapat terjadi pada penderita anoreksia
nervosa maupun atlet atau penari balet yang mengalami latihan dengan
ketegangan.
Amenorrhea dapat juga disebabkan oleh penyakit-penyakit lain seperti
penyakit kronis (TBC), penyakit metabolik seperti penyakit tiroid,
pankreas dan glandula suprarenalis, kelainan gizi (obesitas dan
underweight), kelainan hepar dan ginjal
.
Amenorrhea pada atlet dengan latihan berlebih
Saat dilakukan latihan berlebih, dibutuhkan kalori yang banyak
sehingga cadangan kolesterol tubuh habis dan bahan untuk pembentukan
hormon steroid seksual (estrogen & progesteron) tidak tercukupi. Pada
keadaan tersebut juga terjadi pemecahan estrogen berlebih untuk
mencukupi kebutuhan bahan bakar dan terjadilah defisiensi estrogen dan
progeteron yang memicu terjadinya amenorrhea. Pada keadaan latihan
berlebih banyak dihasilkan endorpin yang merupakan derifat morfin.
Endorpin menyebabkan penurunan GnRH sehingga estrogen dan
progesteron menurun. Pada keadaan stress berlebih, corticotropin
releasing hormon dilepaskan, pada peningkatan CRH, terjadi peningkatan
opoid yang dapat menekan pemebentukan GnRH.

MANIFESTASI KLINIS
Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, maka tidak akan ditemukan
tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara, pertumbuhan rambut kemaluan dan
rambut ketiak serta perubahan bentuk tubuh. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan
ditemukan morning sickness dan pembesaran perut. Jika penyebabnya adalah kadar hormon
tiroid yang tinggi maka gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan, kulit yang
hangat dan lembab. Sindroma Cushing menyebabkan wajah bulat (moon face), perut buncit
dan lengan serta tungkai yang kurus.

DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Yang harus dilakukan adalah lakukan pemeriksaan TSH karena pada keadaan
hipotroid terjadi penurunan dopamin sehingga merangsang pelepasan TRH. TRH
merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dimana prolaktin akan
menghambat pelepasan GnRH. Namun pada satu waktu, saat hipofise anterior
terangsang secara kronik, hipofise anterior dapat membesar sehingga meningkatkan
sekresi GnRH dan menyebabkan terjadinya pematangan folikel yang terburu-buru
sehingga terjadi kegagalan ovarium prematur. Sehingga harus diwaspadai bila terjadi
suatu tanda-tanda hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.
Keadaan amenorrhea yang disertai keadaan galaktorrhea dapat juga terjadi
pada sindrom chiari-Frommel yang terjadi setelah kehamilan dan merupakan
amenorrhea laktasi yang berkepanjangan. Diduga keadaan ini disebabkan oleh
inhibisi dari faktor imhibisi prolaktin dari hipofise. Pada sindrom Forbes-Albright
terdapat adenoma chromopob dimana banyak dihasilkan prolaktin. Pada sindrom
Ahoemada del-Costello tidak terdapat hubungan antara kehamilan dengan tumor
hipofise. Sindrom ini diduga akibat obat-obatan seperti kontrasepsi dan fenotiazin.
Pasien juga seharusnya dilakukan progesteron challenge. Bila dengan
pemberian progesteron lalu dilakukan withdrawl terjadi haid, maka dipastikan
amenorrhea disebabkan anovulasi. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah
pemberian progesteron.
Perlu juga diberikan preparat estrogen bila dengan pemberian progesteron
tidak menghasilkan haid untuk mencari apakah penyebab terjadinya amenorrhea
akibat kurangnya estrogen.
Bila dengan langkah-langkah di atas tidak didapatkan hasil yang memuaskan,
lakukan pemeriksaan FSH dan LH untuk mencari apakah penyebab amenorrhea ada
pada kompartemen III.

3.8 PENATALAKSANAAN

3.9 KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling ditakutkan dari amenorrhea adalah infertilitas. Komplikasi


lainnya adalah tidak percaya dirinya penderita sehingga dapat menggangu
kompartemen IV dan terjadilah lingkaran setan terjadinya amenorrhea. Komplikasi
lainnya munculnya gejala-gejala lain akibat insufisiensi hormon seperti osteoporosis.

3.10 PROGNOSIS

Prognosis tergantung pada penyebabnya.Kemungkinan komplikasi yang dapat


ditimbulkan akibat amenore sekunder tergantung dari penyebabnya. Misalnya:
penyebab dari amenore sekunder adalah kelainan pada rahim, maka kemungkinan
dapat menyebabkan kanker rahim.

3.11 PENCEGAHAN
Amenore dapat dicegah bila Anda:

Berolahraga secara rutin


Mengelola stres anda dengan baik
Menjaga berat badan yang sehat
Menjaga diet yang seimbang
OLIGOMENOREA

DEFINISI
Oligomenorrhea disebut juga sebagai haid jarang atau siklus panjang.
Oligomenorrhea terjadi bila siklus lebih dari 35 hari. Darah haid biasanya berkurang.

ETIOLOGI
Oligomenorrhea biasanya berhubungan dengan anovulasi atau dapat juga
disebabkan kelainan endokrin seperti kehamilan, gangguan hipofise-hipotalamus, dan
menopouse atau sebab sistemik seperti kehilangan berat badan berlebih.
Oligomenorrhea sering terdapat pada wanita astenis. Dapat juga terjadi pada
wanita dengan sindrom ovarium polikistik dimana pada keadaan ini dihasilkan
androgen yang lebih tinggi dari kadara pada wanita normal.
Oligomenorrhea dapat juga terjadi pada stress fisik dan emosional, penyakit
kronis, tumor yang mensekresikan estrogen dan nutrisi buruk. Oligomenorrhe dapat
juga disebabkan ketidakseimbangan hormonal seperti pada awal pubertas.
Oligomenorrhea yang menetap dapat terjadi akibat perpanjangan stadium
folikular, perpanjangan stadium luteal, ataupun perpanjang kedua stadium tersebut.
Bila siklus tiba-tiba memanjang maka dapat disebabkan oleh pengaruh psikis atau
pengaruh penyakit.

MANIFESTASI KLINIS
Gejala oligomenorrhea terdiri dari periode menstruasi yang lebih panjang dari
35 hari dimana hanya didapatkan 4-9 periode dalam 1 tahun. Beberapa wanita dengan
oligomenorrhea mungkin sulit hamil. Bila kadar estrogen yang menjadi penyebab,
wanita tersebut mungkin mengalami osteoporosis dan penyakit kardiovaskular.
Wanita tersebut juga memiliki resiko besar untuk mengalami kanker uterus.

PENATALAKSANAAN
Pengobatan oligomenorrhea tergantung dengan penyebab1. Pada
oligomenorrhea dengan anovulatoir serta pada remaja dan wanita yang mendekati
menopouse tidak memerlukan terapi6. Perbaikan status gizi pada penderita dengan
gangguan nutrisi dapat memperbaiki keadaan oligomenorrhea. Oligomenorrhea sering
diobati dengan pil KB untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormonal. Pasien
dengan sindrom ovarium polikistik juga sering diterapi dengan hormonal. Bila gejala
terjadi akibat adanya tumor, operasi mungkin diperlukan. Pengobatan alternatif
lainnya dapat menggunakan akupuntur atau ramuan herbal.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling menakutkan adalah terganggunya fertilitas dan stress
emosional pada penderita sehingga dapat meperburuk terjadinya kelainan haid lebih
lanjut. Prognosa akan buruk bila oligomenorrhea mengarah pada infertilitas atau tanda
dari keganasan1.

POLIMENOREA

DEFINISI
Polimenorrhea adalah kelainan haid dimana siklus kurang dari 21 hari5 dan menurut
literatur lain siklus lebih pendek dari 25 hari
ETIOLOGI
Bila siklus pendek namun teratur ada kemungkinan stadium proliferasi pendek
atau stadium sekresi pendek atau kedua stadium memendek. Yang paling sering
dijumpai adalah pemendekan stadium proliferasi. Bila siklus lebih pendek dari 21 hari
kemungkinan melibatkan stadium sekresi juga dan hal ini menyebabkan infertilitas.
Siklus yang tadinya normal menjadi pendek biasanya disebabkan pemendekan
stadium sekresi karena korpus luteum lekas mati. Hal ini sering terjadi pada disfungsi
ovarium saat klimakterium, pubertas atau penyakit kronik seperti TBC.

PENATALAKSANAAN
Keadaan ini dapat diperbaiki dengan menggunakan terapi hormonal.
Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan estrogen dan stadium
sekresi dapat diperpanjang dengan kombinasi estrogen-progesteron.

KELAINAN TENTANG BANYAK DAN LAMA PERDARAHAN

HIPERMENORHEA (MENORHAGIA)

DEFINISI

Hipermenorea adalah perdarahan haid yang banyak dan lebih lama dari normal, yaitu
6-7 hari dan ganti pembalut 5-6 kali perhari.Haid normal (Eumenorea) biasanya 3-5
hari (2-7 hari masih normal), jumlah darah rata2 35 cc (10-80 cc masih dianggap
normal), kira2 2-3 kali ganti pembalut perhari.

ETIOLOGI
Gangguan Pembekuan
Walaupun keadaan perdarahan tertentu seperti ITP dan penyakit von
willebrands berhubungan dengan peningkatan menorrhagia, namun efek kelainan
pembekuan terhadap individu bervariasi.Pada wanita dengan tromboitopenia
kehilangan darah berhubungan dengan jumlah trombosit selama
haid.Splenektomi terbukti menurunkan kehilangan darah.

Disfunctional Uterine Bleeding (DUB)


Pada dasarnya peluruhan saat haid bersifat self limited karena haid
berlangsung secara simultan di seluruh endometrium serta jaringan endometrium
yang terbentuk oleh estrogen dan progesterone normal bersifat stabil. Pada DUB,
keadaan ini sering terganggu.
Estrogen breakthrough bleeding menyebabkan lapisan endometrium menjadi
semakin menebal namun akhirnya runtuh karena kurang sempurnanya struktur
endometrium karena tidak sebandingnya jumlah progesterone yang ada
disbanding jumlah estrogen.Perdarahan biasanya bersifat spotting.Estrogen
breakthrough bleeding yang berkelanjutan mengacu pada keadaan amenorrhea
namun secara tiba-tiba dapat mengakibatkan perdarahan yang banyak.
Progesteron withdrawl bleeding terjadi bila korpus luteum dihilangkan.
Progesteron withdrawl bleeding hanya akan terjadi bila diawali proliferasi
endometrium yang diatur oleh estrogen. Namun bila kadar estrogen meningkat
10-20 kali lipat, progesteron withdrawl bleeding tidak akan terjadi.
Progesterone breakthrough bleeding terjadi bila kadar progesterone melebihi
keseimbangan dengan estrogen. Dinding endometrium yang menebal akan
meluruh sedikit demi sedikit akibat struktur yang tidak kuat. Hal ini terjadi saat
menggunakan pil kontrasepsi dalam jangka waktu lama.

Gangguan pada organ dalam pelvis


Menorrrhagia biasanya berhubungan dengan fibroid pada uterus,
adenommiosis, infeksi pelvis, polips endometrial, dan adanya benda asing seperti
IUD. Wanita dengan perdarahan haid melebihi 200 cc 50% mengalami fibroid.
40% pasien dengan adenomiosis mengalami perdarahan haid melebihi 800cc.
Menorrhagia pada retrofleksi disebabkan karena bendungan pada vena uterus
sedangkan pada mioma uteri, menorrhagia disebabkan oleh kontraksi otot yang
kurang kuat, permukaan endometrium yang luas dan bendungan vena uterus.
Gangguan medis lainnya
Gangguan medis lainnya yang dapat menyebabkan menorrhea diantaranya
hipotiroid dan sindrom cushing, patifisiologi terjadinya belum diketahui dengan
pasti. Dapat juga terjadi pada hipertensi, dekompsatio cordis dan infeksi dimana
dapat menurunkan kualitas pembuluh darah.Menorrhagia dapat terjadi pada orang
asthenia dan yang baru sembuh dari penyakit berat karena menyebabkan kualitas
miometrium yang jelek.

MANIFESTASI KLINIS
Waktu hiad 7-8 hari, perdarahan haid terlalu banyak disertai bekuan darah, siklus haid
teratur
DIAGNOSA DAN DIAGNOSA BANDING

PENATALAKSANAAN
Terapi menorrhagia sangat tergantung usia pasien, keinginan untuk memiliki
anak, ukuran uterus keseluruhan, dan ada tidaknya fibroid atau polip. Spektrum
pengobatannya sangat luas mulai dari pengawasan sederhana, terapi hormon, operasi
invasif minimal seperti pengangkatan dinding endometrium (endomiometrial
resection atau EMR), polip (polipektomi), atau fibroid (miomektomi) dan
histerektomi (pada kasus yang refrakter).
Dapat juga digunakan herbal yarrow, nettles purse, agrimony, ramuan cina, ladies
mantle, vervain dan raspbery merah yang diperkirakan dapat memperkuat
uterus.Vitex juga dianjurkan untuk mengobati menorrhea dan sindrom pre-
mentrual.Dianjurkan juga pemberian suplemen besi untuk mengganti besi yang hilang
melalui perdarahan. Vitamin yang diberikan adalah vitamin A karena wanita dengan
lehilangan darah hebat biasanya mengalami penurunan kadar vitamin A dan K yang
dibutuhkan untuk pembekuan darah. Vitamin C, zinc dan bioflavinoids dibutuhkan
untuk memperkuat vena dan kapiler.

PROGNOSIS
Prognosis pada semua ketidakteraturan adalah baik bila diterapi dari awal.
PENCEGAHAN
HIPOMENORHEA

DEFINISI
Hipomenorrhea adalah suatu keadan dimana jumlah darah haid sangat sedikit
(<30cc), kadang-kadang hanya berupa spotting.Dapat disebabkan oleh stenosis pada
himen, servik atau uterus.Pasien dengan obat kontrasepsi kadang memberikan
keluhan ini.Hal ini juga dapat terjadi pada hipoplasia uteri dimana jaringan
endometrium sedikit.
Suatu keadaan dimana perdarahan haid lebih pendek atau lebih kurang dari
biasanya.Lama perdarahan : Secara normal haid sudah terhenti dalam 7 hari. Kalau
haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang.Misal pada
endometritis, mioma.
ETIOLOGI
Hypoplasia uteri, Uterus kecil
MANIFESTASI KLINIS
Pendarahan sedikit

PERDARAHAN DI LUAR HAID

METRORAGIA

Metrorrhagia adalah perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan
haid6 namun keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa
bercak.
Metrorrhagia dapat disebabkan oleh kehamilan seperti abortus ataupun kehamilan
ektopik6 dan dapat juga disebabkan oleh faktor luar kehamilan seperti ovulasi, polip
endometrium dan karsinoma serviks. Akhir-akhir ini, estrogen eksogen menjadi
penyebab tersering metrorrhagia.. Terapi yang diberikan tergantung etiologi.

KEADAAN LAIN BERKAITAN DENGAN HAID

DYSMENORHEA

DEFINISI
Dysmenorhea adalah nyeri pada waktu haid, dimana nyerinya bagian
bawah/daerah bujur sangkar michaelis.Nyeri terasa sebelu, selama atau sesudah
haid.Bersifat kolik atau terus-terusan.Nyeri diduga karena kontraksi.

ETIOLOGI
Keturunan, lingkungan, stress, adanya senyawa kimia : prostaglandin.
Prostaglandin : uterus terus berkontraksi secara berlebihan dan mengakibatkan
vaasopasme arteriolar. Prostaglandin yang berlebihan juga dapat meningkatkan
aktifitas usus besar, sehingga dapat menimbulkan gejala nyeri kepala, pusing, rasa
panas dan dingin pada muka, diare serta mual pada saat haid.

EPIDEMIOLOGI
Prevelense disminorhea pada anak remaja berkisar 20-90%. Sebuah studi
longitudinal secara kohort pada wanita Swedia ditemukan prevalensi dismenore
adalah 90% pada wanita usia 19 tahun dan 67% pada wanita usia 24 tahun.

KLASIFIKASI
Disminore Primer : menstruasi sangat nyeri tanpa ada patologi pelvis yang
ditemukan. Ditandai dengan nyeri keram yang dimulai sebelum atau segera
setelah awitan aliran menstrual dan berlanjut selama 48 72 jam. Disminore
diduga akibat dari pembentukan prostaglandin yang berlebihan dan menyebabkan
uterus terus berkontraksi secara berlebihan dan mengakibatkan vaasopasme
arteriolar. Nyeri ini akan hilang sama sekali setelah melahirkan anak.
Disminore sekunder : kelainan yang jelas, dimana haid disertai infeksi,
endometriosis, mioma uteri, polip endometrial, stenosis serviks dan IUD. Sering
mengalami nyeri yang terjadi beberapa hari sebelum haid disertai ovulasi dan
kadangkala saat melakukan hubungan suami istri.
Berdasarkan derajat :
Derajat 0 : tanpa rasa nyeri dan aktifitas tidak terganggu
Derajat 1 : nyeri ringan dan memerlukan obat rasa nyeri, aktifitas jarang terpengaruh
Derajat 2 : nyeri sedang dan tertolong dengan obat penghilang nyeri, altifitas
terganggu.
Derajat 3 : nyeri yang sangat hebat dan tidak berkurang walaupun sudah
menggunakan obat, tidak dapat bekerja dan kasus ini ditangani dokter.

PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS


Selama fase luteal, prostaglandin F2 alfa disekresi, sekresi yang berlebihan
dapat meningkatkan amplitude dan frekuensi kontraksi uterus dan menyebabkan
vasospasme arteriol uterus, sehingga mengakibatkan iskemia dan kram abdomen
bawah yang bersifat siklik.

MANIFESTASI KLINIS
Kram bagian bawah perut dan menyebar ke punggung dan kaki, Muntah, sakit kepala,
cemas, kelelahan, diare, pusing dan kembung.

PENATALAKSANAAN
Dysminorhea : obat analgetik, NSAID, diuretic (untuk relaksasi uterus)
Aspirin : hambat sintesis prostaglandin di hipotalamus (mengangani rasa sakit dari
ringan sampai sedang), efek samping terhadap saluran pencernaan.
Asetaminofen : hambat sintesis prostaglandin di SSP. mengangani rasa sakit dari
ringan sampai sedang. Dapat mengganti aspirin pada penderita dengan keluhan
saluran cerna. Efek samping adalah alergi(dosis normal). Nekrosis hati, nekrosis
tubuli renalis serta koma hipoglikemik.(Dosis besar).
Asam mefenamat : ES terhadap saluran cerna seperti dyspepsia, diare, dan iritasi
lambung.
Ibuprofen : sifat analgesic dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, ES
sama seperti aspirin.
Pemberian kompres panas : menurunkan kontraksi dan meningkatkan sirkulasi.
latihan fisik : meningkatkan sekresi hormone dan pemanfatannya khususnya estrogen.
diet : mengurangi garam dan meningkatkan penggunaan diuretic alami, sehingga
mengurangi edema dan rasa tidak nyaman tubuh. , tidur cukup.
Pembedahan : upaya terakhir.
PENCEGAHAN
diet, olahraga, kompres panas.

DUB (Dysfunctional Uterine Bleeding)


3.1 DEFINISI
Dysfunctional Uterine Bleeding (DUB) adalah penyebab tersering terjadinya
perdarahan rahim abnormal pada wanita di usia reproduksi. Perdarahan uterus
disfungsional didefinisikan sebagai perdarahan endometrium abnormal dan
berlebihantanpa adanya patologi struktural.Perdarahan ini juga didefinisikan sebagai
menstruasi yang banyak dan / atau tidak teratur tanpa adanya patologi pelvik yang
diketahui, kehamilan atau gangguan perdarahan umum.
DUB dapat terjadi pada setiap umur antara menarce dan menopause. Tetapi sering
dijumpai sewaktu masa permulaan dan masa akhir fungsi ovarium.
3.2 ETIOLOGI
Penyebab sulit diketahui, tapi biasanya dijumpai pada sindroma polikistik ovarii,
obesitas, imaturitas dari hipotalamus-hipofisis-ovarium, serta ganggan strees.
Anovulasimerupakan penyebab paling umum
Defek koagulasi
Perimenopause : Pemendekan fase proliferasi, Disfungsi korpus luteum

3.3 EPIDEMIOLOGI
2/3 % diatas umur 40 th dan 3% dibawah 20 th.
3.8 PENATALAKSANAAN
Pasien yang belum menikah : terapi hormonal dengan pemberian estrogen,
progesterone, maupun pil kombinasi.
Pasien yg sudah menikah : kuretase
Tujuan penanganan perdarahan uterus disfungsional adalah untuk mengontrol
perdarahan yang keluar, mencegah komplikasi, memperbaiki keadaan umum pasien,
memelihara fertilitas dan menginduksi ovulasi bagi pasien yang menginginkan anak.
Terkadang pengeluaran darah pada perdarahan disfungsional sangat
banyak.Sehingga penderita harus bed rest dan diberi transfusi darah. Pada usia
premenars, pengobatan hormonal perlu bila tidak dijumpai kelainan organik maupun
kelainan darah, gangguan terjadi selama 6 bulan atau 2 tahun setelah menarche belum
dijumpai siklus haid yang berovulasi, perdarahan yang terjadi sampai mebuat keadaan
umum memburuk.
Setelah pemeriksaan ginekologik menunjukkan bahwa perdarahan berasal dari
uterus dan tidak ada abortus inkomplitus, perdarahan untuk sementara waktu dapat
dipengaruhi dengan hormon steroid. Dapat diberikan :
a. Estrogen dosis tinggi, supaya kadarnya dalam darah meningkat dan perdarahan
berhenti. Dapat diberikan estradiol dipropionat 2,5mg atau estradiol benzoat 1,5mg
secara intramuskular.Kekurangan terapi ini adalah setelah suntikan dihentikan,
perdarah timbul lagi.
b. Progesteron, dengan pertimbangan bahwa sebagian besar perdarahan fungsional
bersifat anovulatoar, sehingga pemberian progesteron mengimbangi pengaruh
estrogen terhadap endometrium. Dapat diberikan kaproas hidroksi-progesteron
125mg, secara intamuskular atau dapat diberikan peroral sehari norethindrone 15mg
atau medroksi-progesteron asetat (provera) 10mg, yang dapat diulangi. Terapi ini
berguna pada wanita masa puberas.
Androgen berefek baik terhadap perdarahan disebabkan oleh hiperplasia
endomentirum.Terapi ini tidak boleh diberikan terlalu lama, karena bahaya virilisasi.
Dapat diberikan testosteron propionat 50 mg intramuskular yang dapat diulangi 6 jam
kemudian. Pemberian metiltestosteron peroral kurang dapat efeknya.Androgen
berguna pada perdarahan disfungsional berulang, dapat diberikan metil testosteron 5
mg sehari.Erapi oral lebih baik dari pada suntikan, dengan pedoman pemberian dosis
sekecil-kecilnya dan sependek mungkin.
Kecuali pada masa pubertas, terapi paling baik adalah dilatase
kuretae.Tindakan ini penting untuk diagnosis dan terapi, agar perdarahan tidak
berulang. Bila ada penyakit lain maka harus ditangani pula.
Apabila setelah dilakukan kerokan perdarahan disfungsional timbul lagi, dapat
diusahakan terapi hormonal.Pemberian estrogen saja kurang bermanfaat karena
sebagian besar perdarahan disfungsional disebabkan oleh hiperestrenisme.Pemberian
progesteron saja berguna apabila produksi estrogen secara endogen cukup.Dalam
hubungan hal-hal tersebut diatas, pemberian estrogen dan progesteron dalam
kombinasi dapat dianjurkan, untuk keperluan ini pil-pil kontrasepsi dapat
digunakan.Terapi ini dpat dilakukan mulai hari ke-5 perdrahan terus untuk 21
hari.Dapat pula diberikan progeseteron untuk 7 hari, mulai hari ke ke-21 siklus haid2.
Pil kontrasepsi dapat menekan pertumbuhan endometrium, mengontrol sifat
perdarahan, menurunkan perdarahan terus-menerus dan menurunkan resiko anemia
defesiensi besi3.
Bila setelah dialakukan kerokan masih timbul perdarahan disfungsional, dapat
diberikan terapi hormonal.Pemberian kombinasi estrogen dan progestron, seperti
pemberian pil kontrasepsi dapat digunakan.Terapi ini dapat dilakukan mulai hari ke 5
perdarahan sampai 21 hari. Dapat diberikan progesteron untuk 7 hari, mulai hari ke 21
siklus haid.,
Sebagai tindakan terakhir pada wanita dengan peredarahan disfungsional
terus-menerus (meski telah kuretase) adala histerektomi.

3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi dan Manifestasi Kelainan


Haid
a). Hipermenore (Menorraghia)

Definisi
Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8
hari), kadang disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.

Etiologi
1. Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia.
Terapi : uterotonika
2. Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
3. Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas,
bendungan pembuluh darah balik.
4. Hipertensi
5. Dekompensio cordis
6. Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
7. Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
8. Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
Patofisiologi
Pada siklus ovulasi normal, hipotalamus mensekresi Gonadotropin releasing
hormon (GnRH), yang menstimulasi pituitary agar melepaskan Folicle-stimulating
hormone (FSH). Hal ini pada gilirannya menyebabkan folikel di ovarium tumbuh dan
matur pada pertengahan siklus, pelepasan leteinzing hormon (LH) dan FSH
menghasilkan ovulasi. Perkembangan folikel menghasilkan esterogen yang berfungsi
menstimulasi endometrium agar berproliferasi. Setelah ovum dilepaskan kadar FSH
dan LH rendah. Folikel yang telah kehilangan ovum akan berkembang menjadi
korpus luteum, dan korpus luteum akan mensekresi progesteron. Progesteron
menyebabkan poliferasi endometrium untuk berdeferemnsiasi dan stabilisasi. 14 hari
setelah ovulasi terjadilah menstruasi. Menstruasi berasal dari dari peluruhan
endometrium sebagai akibat dari penurunan kadar esterogen dan progesteron akibat
involusi korpus luteum.
Siklus anovulasi pada umumnya terjadi 2 tahun pertama setelah menstruasi
awal yang disebabkan oleh HPO axis yang belum matang. Siklus anovulasi juga
terjadi pada beberapa kondisi patologis.
Pada siklus anovulasi, perkembangan folikel terjadi dengan adanya stimulasi
dari FSH, tetapi dengan berkurangnya LH, maka ovulasi tidak terjadi. Akibatnya
tidak ada korpus luteum yang terbentuk dan tidak ada progesteron yang disekresi.
Endometrium berplroliferasi dengan cepat, ketika folikel tidak terbentuk produksi
esterogen menurun dan mengakibatkan perdarahan. Kebanyakan siklus anovulasi
berlangsung dengan pendarahan yang normal, namun ketidakstabilan poliferasi
endometrium yang berlangsung tidak mengakibatkan pendarahan hebat.

Manifestasi Klinis
Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan. Penderita juga
sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.

b). Hypomenorhea (kriptomenorrhea)

. Kalau haid lebih lama dari 7 hari maka daya regenerasi selaput lendir kurang. Misal
pada endometritis, mioma.

Etiologi
1.Setelah dilakukan miomektomi/ gangguan endokrin
2.kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang gizi, penyakit menahun maupun
gangguan hormonal.

Patofisiologi
dapat diakibatkan oleh Ashermans syndrome, kekurangan lemak tubuh untuk
membuat hormon steroid, dan faktor psikogenik

Manifestasi klinis
Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-kadang
hanya berupa spotting.

c).Polimenorea (Epimenoragia)
Definisi
Adalah siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan
jumlah perdarahan relatif sama atau lebih banyak dari biasa.

Etiologi
Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehingga siklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium
proliferasi pendek atau stadium sekresi pendek atau karena keduanya.

Manifestasi klinis
Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).

d). Oligomenorrhea
Definisi
Suatu keadaan dimana haid jarang terjadi dan siklusnya panjang lebih dari 35 hari
Etiologi
Perpanjangan stadium folikuler ( lamanya 8 -9 hari dimulai dari hari ke-5
menstruasi )
Perpanjangan stadium luteal ( lamanya 15 -18 hari setelah ovulasi )
Kedua stadium diatas panjang yang mengakibatkan perpanjangan siklus
haid.

Manifestasi klinis
Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali
Perdarahan haid biasanya berkurang

e).Amenorea

Definisi
Adalah keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut.

Klasifikasi
1. Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
2. Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah
mengalami haid tetapi berhenti berturut-turut selama 3 bulan.

Etiologi
1. Gangguan di hipotalamus, hipofisis, ovarium (folikel), uterus (endometrium), dan
vagina
2. Adanya tanda-tanda maskulinisasi, adanya galaktore, cacat bawaan, uji estrogen
dan progesteron negatif.
3. penyakit TB, penyakit hati, diabetes melitus, kanker, infertilitas, stress berat.
4. kelainan kongenital
5. ketidastabilan emosi dan kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi lebih.

Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan pada
aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea menunjukkan
keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam serum. Akibatnya,
ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan stimulus terhadap ovarium
untuk melepaskan estrogen dan progesteron. Kegagalan pembentukan estrogen dan
progesteron akan menyebabkan tidak menebalnya endometrium karena tidak ada yang
merasang. Terjadilah amenore. Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena
disfungsi hipotalamus atau hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab amenore
primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana terdapat kadar FSH
dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi ovarium tidak mampu
menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini menandakan bahwa ovarium atau
gonad tidak berespon terhadap rangsangan FSH dan LH dari hipofisis anterior.
Disgenesis gonad atau prematur menopause adalah penyebab yang mungkin. Pada tes
kromosom seorang individu yang masih muda dapat menunjukkan adanya
hypergonadotropic amenorrhoea. Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita
tidak pernah mengalami menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini
dikarenakan gonad ( oavarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan
jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi hipotalamus-
hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-hipofosis-ovarium dapat
bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi mungkin saja disebabkan oleh
adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan keluar uterus, atau bisa juga karena
adanya abnormalitas regulasi ovarium sperti kelebihan androgen yang menyebabkan
polycystic ovary syndrome.

f). Metroragia

Definisi
Adalah perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid.

Klasifikasi
1. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
2. Metroragia diluar kehamilan.

Etiologi

1. Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh;
carcinoma corpus uteri, carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis
(seperti kolpitis haemorrhagia, endometritis haemorrhagia); hormonal.
2. Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis,
neurogen, hypofiser, ovarial (tumor atau ovarium yang polikistik) dan
kelainan gizi, metabolik, penyakit akut maupun kronis. b) Perdarahan
Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainan pelepasan endometrium,
hipertensi, kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.

Manifestasi klinis
Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun
keadaan ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
Terapi : kuretase dan hormonal.

g). Pra Menstruasi Syndrom

Definisi
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai
menstruasi berlangsung. Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual tension terjadi pada umur 30-40
tahun.

PMS merupakan sejumlah perubahan mental maupun fisik yang terjadi antara
hari ke-2 sampai hari ke-4 sebelum menstruasi dan segera mereda setelah menstruasi
dimulai. Disebabkan oleh :
Sekresi estrogen yang abnormal
Kelebihan atau defisiensi progesteron
Kelebihan atau defisiensi kortisol, androgen, atau prolaktin
Kelebihan hormon anti diuresis
Kelebihan atau defisiensi prostaglandin

Etiologi
Etiologi ketegangan prahaid tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah
ketidakseimbangan esterogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan
natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan
dengan kelainan hormonal, pada tegangan prahaid terdapat defisiensi luteal dan
pengurangan produksi progesteron.
Faktor kejiwaan, masalah dalam keluarga, masalah sosial, dll.juga memegang
peranan penting. Yang lebih mudah menderita tegangan prahaid adalah wanita yang
lebih peka terhadap perubahan hormonal dalam siklus haid dan terhadap faktor-faktor
psikologis.

Patofisiologi
Meningkatnya kadar esterogen dan menurunnya kadar progesteron di dalam
darah, yang akan menyebabkan gejala depresi. Kadar esterogen akan mengganggu
proses kimia tubuh ternasuk vitamin B6 (piridoksin) yang dikenal sebagai vitamin
anti depresi.
Hormon lain yang dikatakan sebagai penyebab gejala premenstruasi adalah
prolaktin. Prolaktin dihasilkan sebagai oleh kelenjar hipofisis dan dapat
mempengaruhi jumlah esterogen dan progesteron yang dihasilkan pada setiap siklus.
Jumlah prolaktin yang terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan mekanisme
tubuh yang mengontrol produksi kedua hormon tersebut. Wanita yang mengalami
sindroma pre-menstruasi tersebut kadar prolaktin dapat tinggi atau normal.
Gangguan metabolisme prostaglandin akibat kurangnya gamma linolenic acid
(GLA). Fungsi prostaglandin adalah untuk mengatur sistem reproduksi (mengatur
efek hormon esterogen, progesterone), sistem saraf, dan sebagai anti peradangan.

Manifestasi klinis
Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah. Nafsu
makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil.
Biasanya perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.
h).Dismenore

Definisi
Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan. Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas.

Klasifikasi
Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah
nyeri haid yang terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat
kandungan.
Karakteristik dismenorea primer menurut Ali Badziad (2003):
1. Sering ditemukan pada usia muda.
2. Nyeri sering timbul segera setelah mulai timbul haid teratur.
3. Nyeri sering terasa sebagai kejang uterus yang spastik dan sering
disertai mual, muntah, diare, kelelahan, dan nyeri kepala.
4. Nyeri haid timbul mendahului haid dan meningkat pada hari pertama
atau kedua haid.
5. Jarang ditemukan kelainan genitalia pada pemeriksaan ginekologis.
6. Cepat memberikan respon terhadap pengobatan medikamentosa.

Etiologi : psikis; (konstitusionil: anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic


sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan kadar prostalandin,
hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi).

Patofisiologi

Korpus luteum akan mengalami regresi apabila tidak terjadi kehamilan. Hal ini akan
mengakibatkan penurunan kadar progesteron dan mengakibatkan labilisasi membran
lisosom, sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Fosfolipase
A2 akan menghidrolisis senyawa fosfolipid yang ada di membran sel endometrium
dan menghasilkan asam arakhidonat. Asam arakhidonat bersama dengan kerusakan
endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat dan menghasilkan
prostaglandin PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore primer didapatkan
adanya peningkatan kadar PGF2 alfa di dalam darahnya, yang merangsang kontraksi
dan vasokonstriksi miometrium. Akibatnya terjadi peningkatan kontraksi dan disritmi
uterus, sehingga terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan mengakibatkan iskemia
dan menimbulkan abdominal cramp. Prostaglandin sendiri dan leukotrine juga
menyebabkan sensitisasi, selanjutnya meningkatkann ambang rasa sakit pada ujung-
ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia (Sunaryo, 1989).

Manifestasi klinis

Beberapa gejala yang kerap menyertai saat menstruasi antara lain : perasaan
malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi lebih labil,
sensitif, mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama
menstruasi juga kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta
membuat kepala terasa nyeri, kram perut bagian bawah yang menjalar ke punggung
atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal dan gejala neurologis seperti
kelemahan umum.

Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami


dismenore. Hal ini terjadi pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri,
endometriosis, retroflexio uteri fixata, gynatresi, stenosis kanalis servikalis, adanya
AKDR, tumor ovarium.

Manifestasi klinis
Berikut ini merupakan manifestasi klinis dismenorea sekunder (Smith, 1993; Smith,
1997):
1. Dismenorea terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid
pertama), yang merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital.
2. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
3. Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik:
pertimbangkan kemungkinan endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic
adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.

DIAGNOSIS KELAINAN HAID

Anamnesis
Usia menars, konsumsi obat, cekaman, riwajat TBC.
Pemeriksaan fisik dan ginekologik
Tinggi badan, berat badan, seks sekunder, pembesaran hati, kelenjergetah bening,
limpa.
Laboratorium
Darah perifer lengkap, kimia darah, T3 , T4, TSH, hemostasis.
USG, MRI, Laparoskopi (2 yang terakhir merupakan pemeriksaan tambahan)

Pemeriksaan untuk mengetahui infertilitas


1. Anti-Mullerian hormone testing
berfungsi untuk mengetahui perkiraan jumlah folikel ovarium, sehingga dapat
memperkirakan seberapa besar kemungkinan wanita tersebut untuk dapat
hamil

2. Follicle stimulating hormone


tes berfungsi untuk mengetahui apakah seorang wanita akan berovulasi pada
bulan yang bersangkutan. Tes ini biasa dilakukan di hari ke 3 siklus
menstruasi

3. Hysterosalpingography
merupakan inspeksi terhadap tuba falopii dan uterus, dengan cara menginjeksi
agen radiokontras, untuk memastikan apakah ovum dapat melewati tuba tanpa
adanya obstruksi dan untuk mengetahui adanya abnormalitas uterus

4. Ovarian ultrasound
untuk mengetahui perkembangan folikel ovarium. Sangat berguna untuk
membantu diagnosis sindrom ovarium polikistik
5. Hysteroscopy
berfungsi untuk mendiagnosis beberapa hal yang dapat menganggu kesuburan,
diantaranya fibroid uteri, sindrom asherman, dan bicornate uterus. Cara
dengan memasukkan endoskopi untuk menghasilkan gambar tentang kondisi
uterus

6. Laparoscopy
berfungsi untuk memeriksa bagian interior abdomen. Dapat juga digunakan
untuk mengetahui keadaan tuba falopii dan sangat berguna untuk diagnosis
endometriosis

Diagnosis kelainan haid

Langkah-langkah diagnosa

Yang harus dilakukan adalah lakukan pemeriksaan TSH karena pada keadaan
hipotroid terjadi penurunan dopamin sehingga merangsang pelepasan TRH. TRH
merangsang hipofise anterior untuk menghasilkan prolaktin dimana prolaktin akan
menghambat pelepasan GnRH. Namun pada satu waktu, saat hipofise anterior
terangsang secara kronik, hipofise anterior dapat membesar sehingga meningkatkan
sekresi GnRH dan menyebabkan terjadinya pematangan folikel yang terburu-buru
sehingga terjadi kegagalan ovarium prematur. Sehingga harus diwaspadai bila terjadi
suatu tanda-tanda hipotiroid, amenorrhea dan galaktorrhea.
Keadaan amenorrhea yang disertai keadaan galaktorrhea dapat juga terjadi
pada sindrom chiari-Frommel yang terjadi setelah kehamilan dan merupakan
amenorrhea laktasi yang berkepanjangan. Diduga keadaan ini disebabkan oleh
inhibisi dari faktor imhibisi prolaktin dari hipofise. Pada sindrom Forbes-Albright
terdapat adenoma chromopob dimana banyak dihasilkan prolaktin. Pada sindrom
Ahoemada del-Costello tidak terdapat hubungan antara kehamilan dengan tumor
hipofise. Sindrom ini diduga akibat obat-obatan seperti kontrasepsi dan fenotiazin.
Pasien juga seharusnya dilakukan progesteron challenge. Bila dengan
pemberian progesteron lalu dilakukan withdrawl terjadi haid, maka dipastikan
amenorrhea disebabkan anovulasi. Terapi yang diberikan pada pasien ini adalah
pemberian progesteron.
Perlu juga diberikan preparat estrogen bila dengan pemberian progesteron
tidak menghasilkan haid untuk mencari apakah penyebab terjadinya amenorrhea
akibat kurangnya estrogen.
Bila dengan langkah-langkah di atas tidak didapatkan hasil yang memuaskan,
lakukan pemeriksaan FSH dan LH untuk mencari apakah penyebab amenorrhea ada
pada kompartemen III
IV. M & M Perbedaan Menstruasi dan Istihadhah dalam Perspektif Islam

DARAH WANITA
Haid : Keluar dalam keadaan sehat,
Nifas: Keluar setelah melahirkan
Istihadlah : Keluar tidak pada hari haid dan nifas; dalam keadaan sakit (darah
penyakit).
Akibat Hukum Datangnya Haid
o Seorang wanita dianggap telah balig, menjadi mukallaf, dianggap telah cukup
cakap bertindak hukum.
o Pertanda wanita tersebut tidak hamil,
o Dijadikan sebagai batas penghitungan masa iddah bagi wanita subur.
o Menjadikannya wajib mandi saat haidnya berhenti.
o Haram melakukan hubungan badan pada masa tersebut. Ulama berbeda
pendapat tentang saksi (kaffarat) yang melanggarnya (wajib dan tidak wajib).
Datang atau Berhentinya Haid Saat Waktu Shalat atau Puasa
Jika haid datang pada waktu shalat dan dia belum shalat, dia berhutang shalat.

Jika berhenti haid, maka harus segera mandi dan shalat, jika tidak, maka
termasuk mengabaikan shalat.
Perbedaan antara Darah Istihadlah dengan Darah Haid
Warna
o Haid umumnya hitam, sedangkanIstihadlah umumnya merah segar.
Kelunakan dan Kerasnya
o Haid sifatnya keras dan Istihadlah lunak.
Kekentalan
o Haid kental sedangkan Istihadlah sebaliknya.
Aroma
o Haid beraroma tidak sedap atau busuk.

V. M & M Pelaksanaan Ibadah dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci dalam
Pandangan Islam

1. Berdzikir, berdoa, dll.


2. Membaca Al-Quran dan memegang mushaf Al Quran (Khilafiah).
3. Bermesraan dengan suami, sepanjang tidak coitus.
4. Melakukan berbagai aktivitas yang baik, selain yang terlarang atas wanita
yang dalam keadaan haid /nifas

Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah


Dalam Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak,
namun dalam keadaan khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan
lainnya, misalnya, tidak mampu ditunaikan dengan berdiri, boleh dilakukan
dengan berdiri sambil bersandar, dan seterusnya sesuai dengan kadar
kemampuannya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Rangkuman Blok Emergency
    Rangkuman Blok Emergency
    Dokumen72 halaman
    Rangkuman Blok Emergency
    Reynald8
    100% (1)
  • Kondiloma Fix
    Kondiloma Fix
    Dokumen11 halaman
    Kondiloma Fix
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Fishbone
    Fishbone
    Dokumen1 halaman
    Fishbone
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Moluskum Kontangiosum Revisi
    Moluskum Kontangiosum Revisi
    Dokumen13 halaman
    Moluskum Kontangiosum Revisi
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • KONDILOMA Revisi
    KONDILOMA Revisi
    Dokumen11 halaman
    KONDILOMA Revisi
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • KONDILOMA Revisi
    KONDILOMA Revisi
    Dokumen11 halaman
    KONDILOMA Revisi
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Moluskum Kontangiosum Revisi
    Moluskum Kontangiosum Revisi
    Dokumen13 halaman
    Moluskum Kontangiosum Revisi
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Kncdwknlkwjcop
    Kncdwknlkwjcop
    Dokumen2 halaman
    Kncdwknlkwjcop
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Persiapan Uji Tusuk
    Persiapan Uji Tusuk
    Dokumen4 halaman
    Persiapan Uji Tusuk
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Referat
    Laporan Referat
    Dokumen2 halaman
    Laporan Referat
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen29 halaman
    Presentation 3
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • BAB I Agama PDF
    BAB I Agama PDF
    Dokumen4 halaman
    BAB I Agama PDF
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ujoan Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
    Tugas Ujoan Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
    Dokumen1 halaman
    Tugas Ujoan Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Laporan Referat
    Laporan Referat
    Dokumen1 halaman
    Laporan Referat
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen1 halaman
    Presentation 3
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen22 halaman
    Presentation 1
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Dokumen22 halaman
    Presentation 1
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Ultraviolet
    Pengertian Ultraviolet
    Dokumen5 halaman
    Pengertian Ultraviolet
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Presentation 3
    Presentation 3
    Dokumen16 halaman
    Presentation 3
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Pengertian Ultraviolet
    Pengertian Ultraviolet
    Dokumen5 halaman
    Pengertian Ultraviolet
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Dermatitis Seboroik
    Dermatitis Seboroik
    Dokumen8 halaman
    Dermatitis Seboroik
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Cover Depan Hard
    Cover Depan Hard
    Dokumen1 halaman
    Cover Depan Hard
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • PBL Medikolegal SK2
    PBL Medikolegal SK2
    Dokumen38 halaman
    PBL Medikolegal SK2
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Jourding
    Jourding
    Dokumen28 halaman
    Jourding
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Jurding Kulit
    Jurding Kulit
    Dokumen5 halaman
    Jurding Kulit
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Tnjauan Pustaka
    Tnjauan Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Tnjauan Pustaka
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Workbook 2
    Workbook 2
    Dokumen2 halaman
    Workbook 2
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • PBL Medikolegal SK2
    PBL Medikolegal SK2
    Dokumen38 halaman
    PBL Medikolegal SK2
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Jourding
    Jourding
    Dokumen28 halaman
    Jourding
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat
  • Jourding
    Jourding
    Dokumen28 halaman
    Jourding
    Marsella Lulu Aulia
    Belum ada peringkat