FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA 2017 URBANISASI PASKA HARI RAYA DI JAKARTA
Urbanisasi merupakan sebuah fenomena yang sudah menjadi tradisi di
masyarakat Indonesia. Dalam definisinya, urbanisasi merupakan perpindahan penduduk dari desa ke kota baik dengan tujuan menetap atau sementara. Tradisi urbanisasi terbesar biasanya dilakukan setelah hari raya Idul Fitri bersamaan dengan para pemudik yang akan kembali ke kotanya masing-masing. Dengan harapan untuk memperbaiki kualitas hidup, berbondong-bondong ke Ibu kota dan kota-kota besar lainnya sudah menjadi kebiasaan unik negara Indonesia. Tradisi ini bahkan terus meningkat setiap tahun mengingat semakin melimpahnya usia produktif di negara Indonesia. Motif ekonomi menjadi faktor pendorong terbesar dalam masalah urbanisasi. Selain karena sulitnya mencari lapangan pekerjaan di desa, usia produktif di daerah pedesaan ingin meningkatkan taraf hidup keluarga ke arah yang lebih mapan dengan cara mencari pekerjaan di daerah perkotaan. Perpindahan masyarakat daerah ke Jakarta dalam lima tahun terakhir meningkat. Kecenderungannya, masyarakat daerah lain masuk Jakarta memanfaatkan momentum mudik Lebaran. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Disdukcapil) Pemerintah DKI Jakarta mengantongi data jumlah pemudik setiap tahun. Data itu akan dibandingkan dengan jumlah arus balik setelah ebaran untuk mengetahui angka pendatang baru. Berdasarkan data Disduk capil, pada 2012 sebanyak 6.004.344 orang mudik dari Jakarta. Saat arus balik, yang masuk Jakarta sebanyak 6.052.176 orang. Dari data itu, diperkirakan pendatang baru di Jakarta pada 2012 mencapai 47.832. Pada 2013, pemudik dari Jakarta sebanyak 6.442.205. Saat arus balik, warga yang datang ke Jakarta 6.496.962. Pendatang baru diperkirakan 54.757. Setahun kemudian, jumlah pemudik menurun menjadi 3.616.744. Namun ada penambahan saat arus balik sebanyak 68.537. Pada 2015, ada sebanyak 6.544.631 pemudik. Tahun 2016 lalu, pendatang baru di Jakarta sekira 68.763. Sebab, saat mudik sebanyak 6.179.833, sedangkan arus balik 6.248.596.Kepala Dinas Disdukcapil DKI Jakarta Edison Sianturi memprediksi pendatang baru di Jakarta naik setelah lebaran 2017. Prediksinya berdasarkan selisih jumlah keberangkatan saat mudik dan arus balik. Data arus mudik 2017 6.414.000 orang dengan arus balik 6.485.000 yang artinya kenaikan ada 70.000 lebih. Fenomena urbanisasi ini tentunya mempunyai dampak positif dan negatif yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dampak positif urbanisasi diantaranya adalah dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja di kota, banyak di antara penduduk desa yang telah ber-urbanisasi ke kota tergolong orang yang berhasil membawa dampak positif bagi pembangunan desa, meningkatkan taraf hidup keluarga yang ditinggalkan di desa, dinamika kehidupan kota bertambah ramai seperti kegiatan perdagangan, kesempatan membuka usaha-usaha baru semakin luas. Tidak hanya dampak positif, urbanisasi juga menimbulkan dampak negatif yaitu melonjaknya jumlah penduduk sehingga persebaran penduduk tidak merata yang menimbulkan kesenjangan sosial, mendorong terjadinya kemacetan lalu lintas, mendorong meningkatnya harga lahan di kota sehingga sulit dijangkau oleh masyarakat kecil, banyaknya yang tinggal di kota menyebabkan persediaan tenaga kerja lebih besar daripada kesempatan kerja sehingga terjadilah pengangguran, banyaknya pengangguran dapat mendorong meningkatnya kriminalitas, padatnya penduduk di kota menyebabkan timbulnya permukiman permukiman kumuh. Dilihat dari dampak negatif urbanisasi, urbanisasi mengakibatkan melonjaknya penduduk yang akan mengakibatkan banyak masalah yang akan menjadi bom waktu untuk pembangunan negeri ini, kepesatan pembangunan di negeri ini dengan kondisi urban bias berakibat kota-kota mengalami permasalahan lebih berat, yakni makin membesarnya jumlah penduduk di satu sisi, serta penyediaan lapangan kerja dan daya tampung kota makin terbatas yang berunjuk pemerintah kota kesulitan menyediakan sarana dan prasarana umum serta pelayanan sosial yang baik. Selain dari masalah masalah bom waktu kependudukan masalah urbanisasi membuat pemerintah kota sulit memecahkan masalah kesehatan. Dari masalah itu akhirnya pemerintah sulit mengendalikan laju kependudukan yang akhirnya bermuara pada kesehatan. Daya dukung kota sulit mengikuti proses urbanisasi yang menimbulkan ledakan jumlah penduduk di perkotaan karena lahan kosong sangat sulit ditemui, banyak ruang terbuka yang beralihfungsi menjadi lapak pedagang kaki lima (PKL), tempat parkir, bahkan perumahan warga. Banyak DAS (daerah aliran sungai) yang berubah fungsi menjadi permukiman warga dan kawasan industri ilegal. Para penduduk yang melakukan urbanisasi tidak semuanya mempunyai skill maupun pendidikan yang cukup untuk bersaing di kehidupan perkotaan, di pihak lain tidak mudah untuk mendapatkan perumahan legal diperkotaan dengan kondisi ekonomi yang minim, dengan segala keterbatasan ini mereka mendiami tempat atau tanah yang sudah selayaknya ilegal untuk dihuni seperti pinggiran sungai, kolong jembatan atau pinggir rel kereta api. Yang menjadi perhatian utama penghuni permukiman ini adalah kerja keras mencari nafkah atau hanya sekedar memenuhi kebutuhan sehari-hari untuk bertahan hidup. Sehingga tanggungjawab terhadap disiplin lingkungan dan kesehatan, menjadi terabaikan dan kurang diperhatikan. Kondisi seperti itu menyebabkan mereka mudah terserang penyakit menular. Perkampungan kumuh ini umumnya sangat minim sarana dan prasaran, seperti air minum, listrik, fasilitas pelayanan mandi, cuci, kakus (MCK), sistem pembuatan sampah, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2007), menunjukkan hanya 65,7% penduduk perkotaan memiliki WC dengan septic tank, dan hanya 42,7% yang menggunakan sumber air minum dari sumur/ledeng yang terlindung. Sulitnya mendapatkan pelayanan air bersih yang murah mendorong penduduk perkotaan yang bermukim di tepi sungai menggunakan sungai untuk mandi, cuci, kakus, dan tempat membuang sampah. Keadaan ini diperburuk oleh ulah pabrik industri yang membuang limbah di daerah aliran sungai (DAS). Apabila permasalahan urbanisasi ini tidak segera ditangani maka masalah urbanisasi dan kesehatan akan terus menjadi tantangan bagi pemerintah kedepannya, apalagi masalah kesehatan penduduk bukan lah masalah yang ringan, karena menangani masalah kesehatan penduduk perlu fokus dan terintegrasi. Ini bukan hanya menjadi tugas pemerintah tetapi juga badan lainnya, kesadaran dan kepekaan masyarakat terhadap lingkungan serta kesehatan juga harus ditingkatkan. Dengan urbanisasi yang terus meningkat setiap tahunnya ke Jakarta pasca hari raya maka perlu adanya pemberdayaan masyarakat agar bisa bertahan di tengah keras nya ibu kota.