Anda di halaman 1dari 2

Metode Kjeldahl adalah alat untuk menentukan kandungan nitrogen dari zat organik dan

anorganik. Metode Kjeldahl dapat dibagi menjadi tiga langkah utama: penguraian nitrogen secara
organik sampel menggunakan larutan asam pekat. Ini dilakukan dengan merebus sampel yang
sudah homogen dengan asam sulfat pekat. Hasil akhirnya adalah larutan amonium sulfat.
Beriikutnya destilasi, yakni menambahkan basa berlebih (jenuh) ke dalam hasil dekstruksi asam
pekat untuk mengubah NH4+ menjadi NH3, diikuti dengan perebusan dan kondensasi gas NH3
dalam larutan pengikat seperti HCl dan asam borat. DIakhiri dengan titrasi, untuk menghitung
jumlah ammonia. Jumlah nitrogen dalam sampel dapat dihitung dari jumlah ion amonia yang
terukur dalam larutan pengikat (Labconco, 2005).
Asam sulfat telah digunakan sendiri untuk penguraian sampel organik yang mengandung protein.
Jumlah asam yang dibutuhkan dipengaruhi oleh ukuran sampel dan jumlah relatif karbon dan
hidrogen pada sampel, serta jumlah nitrogen. Sampel yang sangat berlemak membutuhkan lebih
banyak asam. Juga panas dan lama penguraian dipengaruhi jumlah asam karena berkaitan dengan
penguapan selama proses penguraiann.
Pemanas digunakan untuk tahap dekstruksi Kjeldahl memiliki pengaturan variable. Awalnya
sampel organik biasanya menghitam. Reaksi awalnya bisa sangat kuat tergantung pada matriks
dan panas yang masuk kedalam sistem. Dengan dekomposisi organik, campuran untuk tahap
dekstruksi secara bertahap mengurai dan mengeluarkan CO2. Larutan pun menjadi jernih, namun
bukanlah suatu indikasi bahwa semua nitrogen organik telah terurai.
Tingkat dekomposisi organik lambat jika hanya menggunakan H2SO4. Tambahan dari garam
anorganik pada tahap penguraian dapat mengangkat titik didihnya H2SO4. Suhu larutan asam sulfat
pekat itu sendiri sekitar 330C. Penambahan garam seperti K2SO4 dapat meningkatkan suhu
larutan campuran pencernaan sampai 390C atau lebih, tergantung pada rasio garam terhadap asam
(Labconco, 2005). Hal ini secara signifikan meningkatkan laju dekomposisi organik, dan
memperpendek waktu yang dibutuhkan untuk pencernaan. Ada beberapa tindakan pencegahan
yang perlu diingat penambahan garam. Jika suhunya jauh di atas 400C selama fase dekstruksi,
senyawa nitrogen yang mudah menguap dapat hilang. Lalu jika rasio garam atau asam tinggi,
sejumlah besar bahan akan "keluar" dan bisa bereaksi dengan basa ditambahkan dalam proses
distilasi.
Beberapa katalis telah digunakan oleh Kjeldahl, merkuri oksida merupakan katalis terbaik. Namun
merkuri membentuk kompleks dengan ion ammonium selama dekstruksi. Uap merkuri bisa lolos
ke atmosfer selama proses distilasi. Sehingga banyak metode menggunakan tembaga sulfat. Labu
Kjeldahl diletakkan pada kondensor air dan dipanaskan sampai mendidih dan gas NH3 dihasilkan.
Ujungnya kondensor terendam dalam erlenmeyer penerimaan (berisi larutan asam), baik asam
standar atau larutan asam borat, akan mengikat NH3 yang terdestilasi.
Pengenceran campuran pencernaan sebelum membuatnya menjadi basa dan penyulingan
mengurangi kemungkinan terbentuk cake dan letupan. Tambahan batu didih sebelum penyulingan
juga mengurangi telupan, terutama menjelang akhir distilasi yang membentuk solusi yang lebih
terkonsentrasi. Dua atau tiga tetes tributil sitrat dapat ditambahkan untuk mengurangi busa.
NaOH konsentrat ditambahkan perlahan turunkan leher labu, sehingga suasana menjadi sangat
basa (pH> 11). Tabung kjedhal dihubungkan ke kondensor untuk pemanasan dan distilasi.
Mayoritas NH3 disuling dan terikat larutan asam dalam 5 atau 10 menit pertama saat mendidih
(Labconco, 2005). Tetapi tergantung dari volume campuran pencernaan dan metode yang diikuti,
15 sampai 150 ml kondensat harus terkumpulkan di labu penerima untuk memastikan penguraian
nitrogen selesai. Perpanjangan distilasi lebih lanjut menghasilkan volume yang hanya lebih banyak
mengandung air. Kelebihan air tidak mengubah hasil titrasi. Bila kadar nitrogen sangat rendah
ditemukan, dianjurkan untuk "precondition" alat penyulingan sebelum distilasi. Hal ini dapat
dilakukan dengan menyaring campuran 1: 1 dari air bebas amonia dan 50% NaOH selama 5 menit
tepat sebelum penyulingan sampel untuk mengurangi kontaminasi amonia pada atmosfer.
Jika larutan penerima adalah HCl atau H2SO4, NH3 yang disuling dan terjerat dalam larutan
penerima untuk meminimalkan titrasi balik. Jika asam borat digunakan, konsentrasi pastinya tidak
diperlukan karena titrasi secara langsung mengukur jumlah amonia dalam distilat dengan
menetralisir kompleks 1: 1 dibentuk oleh amonia dan asam borat.
Ada dua jenis titrasi yang biasa digunakan di Makro Kjeldahl yakni titrasi tidak langsung dan
titrasi langsung. Pada uji kali ini yang digunakan adalah titrasi tidak langsung. Penentuan kadan
nitrogennya dilakukan dengan amonia ditangkap dalam labu penerima diberi indikator. Dalam
keadaan asam berlebih dalam larutan penerima, indikator tidak berubah. Larutan asam berlebih
dinetralkan oleh larutan basa alkali dan yang terukur sebagai natrium hidroksida. Sebuah
perubahan warna terjadi di akhir adalah titik titrasi.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi hasil analisa protein makro kjedhal menurut McDonald,
C. E. tahun 1977:
1. Sampling.
2. Kebersihan sampel.
3. Kelembaban sampel.
a. Kelembaban awal.
b. Kelembaban yang hilang selama preparasi sampel.
4. Perbedaan protein pada tanah dari sumber nabati.
5. Teknik laboratorium.

Daftar Pustaka:
Labconco. 2005. A Guide To Kjeldahl Nitrogen Determination Methods and Apparatus. Booklet.
Houston: Expotech USA
McDonald, C. E. 1977. Methods of Protein Analysis and Variation in Protein Results. Jurnal.
Farm Research (3) 1977.

Anda mungkin juga menyukai