Anda di halaman 1dari 67

Subject: SHARING PENGALAMAN/KISAH NYATA

Ini kisah nyata yang saya alami, sebagai informasi / pelajaran bagi Rekan-rekan jika suatu
saat ada yang menghadapi cobaan seperti yang saya alami.

Pada pertengahan bulan Juni 2005, Istri saya melahirkan dengan baik (walau dengan
operasi caesar), bayi kami sehat tidak kurang suatu apapun, beratnya 3.150 Kg dengan
panjang 49 Cm. Sekali lagi Kami sangat bahagia atas peristiwa ini. Kembali Segala saran-
saran dokter (Dokter Anak: Prof. "R" di RS "A") kami laksanakan dengan baik, minum
vitamin-vitamin, susu ibu menyusui, menjaga kesehatan makanan/perlengkapan makan,
makan makanan bergizi, menjaga pantangan-pantangan dalam merawat bayi. Dan rutin
melakukan Imunisasi.

Disinilah mulai timbul bencana pada keluarga kami, pada saat anak/bayi kami berusia +/-
7 bulan, untuk kesekian kalinya kami datang untuk imunisasi, pada saat itu kami datang
ke dr Anak kami Prof. "R" di RS "A" , namun pada saat itu beliau tidak masuk, diganti
oleh dokter pengganti/wanita yang masih muda/mungkin dokter baru (namun saya lupa
namanya). Begitu melihat jadwal pada buku RS anak saya, dokter tersebut langsung siap
melakukan imunisasi terhadap anak saya, "hari ini imunisasi HIB ya ?!", saya & istri tahu
bahwa imunisasi HIB tersebut salah satunya untuk mencegah radang Otak, makanya Istri
saya sempat bertanya, "dok, seandainya imunisasi ini tidak dilakukan bagaimana ya ?!",
lalu dokter pengganti tersebut menjawab dengan nada agak ketus, "apakah ibu mau,
anak ibu jadi Idiot?! (sambil memperagakan tampang muka orang yang idiot dengan
lidah dijulurkan keluar)". Karena begitu sayangnya kami dengan anak kami, sudah barang
tentu kami tidak mau anakkami idiot, lagi pula saya saat itu berfikir demi kesehatan anak
kami tentulah kami menuruti apa kata dokter yang lebih tahu/berpengalaman dengan
imunisasi tersebut. Lalu tanpa memeriksa dengan seksama kondisi anak kami dalam
keadaan fit/tidak, dan perlu tidaknya imunisasi tersebut kembali diberikan kepada anak
saya (karena sebelumnya pada saat berumur +/- 5 bulan anak kami telah pernah
diberikan imunisasi HIB I) dokter pengganti tersebut langsung memberikan suntikan
imunisasi HIB II kepada anak saya.

Dua hari setelah pemberian imunisasi HIB yang kedua tersebut anak kami mengalami
panas, lalu turun, panas lagi lalu turun ( 2 atau 3 hari sekali pasti mengalami panas ) dan
anehnya panasnya hanya dikepala dan di pundak/leher serta di ketiak saja,
badan/tangan dan kakinya tidak. Hal ini berlangsung +/- selama dua minggu, jika sedang
panas, panasnya pernah sampai 40,6 derajat C.

Sewaktu di kantor saya sempat bertanya kepada rekan-rekan yang masih/pernah punya
anak kecil mengenai panas anak saya, banyak diantara mereka yang bilang panas
setinggi itu berbahaya, malah sebagian teman bilang anaknya panas "cuma" 38 derajat C
saja sudah Step/kejang-kejang, namun sampai hari itu anak saya belum pernah
Step/kejang-kejang, padahal panasnya beberapa kali sampai 40 derajat C, dan biasanya
akan turun dengan sendirinya, paling-paling hanya rewel, susah tidur. Saya mulai Panik
dan khawatir, takut jika anak saya tiba-tiba kejang/step di rumah.

Dan Saya mulai ke dokter, kebetulan di dekat rumah ada dokter Umum di RS. "D"
(Berhubung waktu itu hari minggu tidak ada dokter Spesialis anak yang Buka). Dokter
tersebut memberikan beberapa macam obat, ada yang syrup, ada yang serbuk. Setelah
memakan obat-obatan tersebut selama 3 hari, anak kami masih belum membaik
(panasnya masih naik turun), lalu kami ke RS "A" tempat dokter anak saya Prof. "R"
dimana selain diberi obat-obatn juga disarankan untuk memeriksakan darah anak saya
ke Lab. (waktu itu saya langsung periksakan anak saya ke Lab. "P" yang sudah
berpengalaman), Karena setelah kami ketahui hasilnya "negatif/tidak ada penyakit" dan
obat dari Prof. "R" di RS "A" juga belum efektif menyembuhkan panas anak saya,
akhirnya saya membawa anak saya ke RS "B" Cikini (karena saya tahu di RS "B" ada ruang
perawatan anak, jika memang anak saya perlu di rawat).
Di sinilah ketabahan/kesabaran kami di uji. Saya datang pertama kali keRS "B" cikini,
Kamis 17 Maret 2005 pagi +/- jam 7.00 Wib, dan setelah bertanya kesana-kemari saya
langsung membawa anak saya ke UGD (Unit Gawat Darurat) karena masih pagi, dan
disana ada dokter jaga, setelah dilakukan beberapa tindakan lalu +/- jam 08.30 saya
bawa anak saya ke dokter Spesialis anak dr. "N", baru kemudian diminta untuk di bawa
ke ruang perawatan untuk di rawat.

Pintarnya RS, setiap mereka akan melakukan tindakan medis terhadap anak kami,
kami/orang tua harus menyetujui terlebih dahulu tindakan tersebut, dengan catatan
apabila orang tua pasien tidak menyetujui suatu tindakan medis, kami juga disodorkan
surat penolakan tindakan medis, yang didalamnya tertera apabila terjadi apa-apa
terhadap anak saya, maka pihak RS tidak bertanggung jawab karena tindakan medis
yang akan mereka lakukan tidak disetujui. Itu artinya kami/pasien bagai memakan buah
simalakama, dan tentunya harus mengikuti semua langkah-langkah medis yang
dilakukan oleh pihak RS, karena memang tidak ada pilihan lain.

Anak saya langsung di infus dan diambil darahnya untuk pengecekan (karena hasil cek
darah yang saya bawa dari Lab "P" sebelumnya menurut pihak RS bisa berubah)
walaupun akhirnya hasilnya juga masih "negatif" tidak diketahui penyebab/penyakit
panas anak saya. Kemudian atas anjuran dokter anak saya harus puasa dari jam 15.00
(tiga sore) sampai dengan 21.00 (sembilan malam) kerena akan diambil darahnya lagi
untuk pemeriksaan. Selama waktu tersebut kami sedih melihat anak saya, walaupun ada
infus di kakinya, namun anak saya tampak ingin makan/minum, namun kami tidak
berikan walau mulutnya seperti orang yang kehausan. Kami sangat mengkhawatirkan
fisik anak saya.

Benar saja apa yang Saya dan Istri saya khawatirkan terjadi, esokan hari/Jum'at subuh
begitu panas anak saya kembali tinggi sampai lebih dari 40 derajat C, anak saya langsung
kejang/Step (padahal sewaktu di rumah belum pernah sekalipun anak saya kejang/Step
seperti saat itu), suster-suster RS mulai memberikan anak saya Oksigen melalui selang ke
hidung, dan karena panas/Kejangnya lebih dari 1/2 jam, maka anak saya pagi itu juga
langsung di bawa ke ruang ICU/PICU (Pedriatic Intensive Care Unit). Anak saya di
diagnosa awal "kemungkinan" terkena Radang Otak yang disebabkan oleh Virus/bakteri,
sehingga mengganggu fungsi pengaturan suhu tubuh. Dan dokter bilang kemungkinan
sembuhnya hampir tidak ada, kalaupun sembuh akan ada efek sisa, misalnya jadi Idiot,
Lumpuh, dsb. (Pihak RS langsung Pesimistis untuk penyembuhan anak saya).

Di ICU anak saya di rawat oleh Tim Dokter, dengan ketua Timnya yaitu dr. "Y" (dokter
spesialis anak senior RS "B"), dengan anggota beberapa dokter Spesialis THT, Syaraf,
Urologi, Bedah, dsb. Ditambah dengan dr.Konsulen/semacam penasihat, yaitu Prof. "A"
dari RS "C", selain dokter tim tersebut dibantu oleh beberapa orang suster yang dalam
seharibekerjanya dibagi menjadi 3 shift, suster-suster inilah yang memonitor
perkembangan kesehatan anak kami tiap saat. Suster juga sama seperti karyawan di
kantor kita, ada yang teliti, ada yang rajin, ada yang baru/belum berpengalaman, ada
yang text book, ada yang kurang berani bertindak, dsb.

Sabtu subuh (hari ke dua perawatan) anak saya kembali panas tinggi dan kembali kejang,
kali ini suster jaga pada saat itu terlihat kurang tanggap/cekatan dalam memberi
tindakan terhadap anak saya, malahan pada saat kejang, karena tenaga medis tidak
begitu "care", Istri saya sendiri yang harus mengganjal mulut anak saya dengan alat
pengganjal agar lidahnya tidak tergigit, dan karena terlalu lama tidak ditangani dengan
baik akibatnya anak saya semakin lemah, terlihat pada mesin yang memonitor Oksigen
dan Jantung anak saya saturasinya (istilah mesin tsb) terus menurun. Pada saat tim
Dokter datang kondisi anak saya sudah memburuk, bahkan pada layar monitor mesin
saturasi sempat terlihat "Flat", artinya paru-paru/oksigen dan jantung anak saya telah
berhenti bergerak. Saya dan Istri langsung Shock dan lemas tangis pun tak terbendung.
Beberapa tenaga medis terus berusaha memompa secara manual nafas anak saya, lalu
mereka segera memasang mesin Ventilator/alat bantu pernafasan (mesin yang sama
dengan yang digunakan Almh. Sukma Ayu) dan menyalakannya. Seperti biasa pihak RS
menyodorkan surat persetujuan tindakan pemasangan mesin tsb. Pada saat itu saya &
istri sangat Shock, sehingga konsentrasi kami hanya kepada anak kami tersebut, oleh
karena saya tidak begitu memperdulikan surat persetujuan melakukan tindakan yang
disodorkan RS, akibatnya pihak RS langsung mencopot kembali selang-selang yang
terpasang dan mematikan mesin/listrik Ventilator tsb. Kami kesal dan marah (walau
hanya di dalam hati), lalu segera meraih surat persetujuan tindakan tsb dan
menandatanganinya, barulah alat tersebut kembali dipasang/dinyalakan, dan selamatlah
nyawa anak saya ketika itu (padahal menurut hemat saya hitungannya hanya detik untuk
mengambil keputusan tersebut/terlambat sedikit mungkin akan berbeda ceritanya).

Kurang lebih dua minggu alat Ventilator itu terpasang, dan dua minggu itu pula kami
mengalami pengalaman yang sangat pahit dalam kehidupan kami, kami menyaksikan
betapa tersiksanya anak yang kami sayangi yang terus menerus dilakukan tindakan
medis, diantaranya :

1. Diambil darahnya yang hampir setiap hari (dengan cara disedot dengan alat suntik),
walaupun hasil Lab.-nya selalu negatif dengan jumlah pengambilan dalam sehari bisa 3X,
dan dalam sekali ambil antara 5 - 10 CC darah, padahal kondisi anak saya ketika itu
sangat lemah/terlihat kuning seperti kurang darah. Diambil sampel Urine, sampel cairan
dari perut, Bahkan sampai diambil contoh cairan otaknya (melalui penyedotan pada ruas
tulang belakang) walaupun hasilnya juga negatif.

2. Berganti-ganti tempat untuk memasukan jarum Infus, dari vena-vena di kepala,


tangan, kaki, selangkangan, malah karena Tim medis sudah kesulitan memasukan jarum
infus, tim medis melakukan tindakan Vena Sectio (operasi kecil/merobek kulit/daging
terluar) untuk dicari pembuluh vena yang berada agak ke dalam agar jarum infus dapat
memasukan cairan infus
Lanjutan (maaf klo kepanjangen artikelnya)

ke tubuh anak saya. Kedua pergelangan tangan dan kaki anak saya telah di-Vena Sectio.

3. Bius Total, dengan alasan takut mesin Ventilator tidak berfungsi dengan baik apabila
anak saya dalam keadaan sadar.

4. Diberi obat-obatan/anti biotik berganti-ganti sesuai indikasi/kemungkinan (Baru


kemungkinan/seperti coba-coba) penyakitnya yang kadarnya tergolong keras, yang
sudah pasti banyak efek sampingnya.

5. Karena sudah tidak ada tempat untuk Infus dan pengambilan darah (semua titik
venanya telah habis), beberapa kali tindakan infus/pengambilan darah tidak berhasil
dilakukan, lalu dicoba lagi dan di coba lagi sehingga menimbulkan bekas luka
lebam/biru/bekas-bekas jarum suntik yang sangat banyak.

6. Dilakukan foto Thorax (Rongent) beberapa kali, Padahal sekali saja dilakukan di yakini
dapat membunuh banyak sel tubuh)

7. Timbul efek samping, Paru-paru anak saya meradang/infeksi sehingga di penuhi


banyak cairan, dan kepala belakang dan samping kiri memar/luka/lecet/bengkak. Karena
terlalu lama dalam posisi tidur/di bius (hal ini seharusnya tidak perlu terjadi kalau tim
medis sering merubah posisi tidur anak saya/setelah kami Complain baru hal ini
dilakukan).

8. Masalah Biaya. Sering kali pihak RS (dokter/suster), menanyakan masalah biaya,


walaupun berkali-kali saya katakan ada surat jaminan pembayaran dari Kantor. (Coba
bayangkan seandainya memang kami tidak punya biaya).
9. Diagnosa penyakit yang tidak didukung bukti yang pasti, tim Medis hanya selalu
mengatakan "Kemungkinan". Dari +/- satu bulan di rawat, anak saya sudah beberapa kali
dikatakan kemungkinan penyakitnya bersumber dari Radang Otak karena
penyakit/Virus/bakteri: Herpes, berubah Toxoplasma, berubah Maningitis, berubah
Ensevalitis, sampaikesimpulan terakhir/dari sampel darah terakhir anak saya masih
belum mengetahui pasti penyebab penyakitnya (bukti lab. adanya virus/bakteri tersebut
tidak pernah ada).

Pada masa itu juga kami sempat beberapa kali bersitegang dengan beberapa Tim Medis
anak saya, namun kami selalu kalah (mengalah) karena posisi kami sangat lemah, Ketua
tim dokternya "dr.Y" sempat berujar bahwa mereka dokter-dokter ahli, " kalau di RS "C"
bapak boleh bilang "begitu", karena banyak dokter muda yang sedang belajar disana"
(maksudnya menanggapi guman saya dengan istri saya, "kok anak kita seperti kelinci
percobaan ya!? dan kata-kata tersebut didengar Suster, yang lalu melaporkannya ke
ketua Timdokternya), bahkan dokter itu juga sempat berkata "kalau bapak tidak puas,
silahkan angkat anak bapak sekarang !!". Padahal saat itu, hal tersebut tidak mungkin
kami lakukan karena seluruh tubuh anak saya terpasang mesin (Ada mesin ventilator,
ada mesin saturasi Oksigen/Jantung, ada infus, ada selang Sonde/makanan, dsb)

Pernah seorang anggota Tim dokter yang didatangkan dari RS "C", yaitu dr. "I" ahli syaraf,
setelah memeriksa anak saya mengatakan, "Penyakitnya malah dari RS ini semua, ya !!",
Setelah masa perawatan 2 minggu tersebut timbul berbagai komplikasi; mata anak saya
buta/tidak bisa melihat (menurutnya mungkin bisa sembuh karena anak saya masih
bayi), Infeksi paru, memar di kepala, badan kaku/keras, padahal pertama kali masuk RS
anak saya "hanya" sakit Panas. Kemudian dr "I" juga bilang " tadi saya coba lepas alat
Ventilatornya agak lama, anak bapak bagus kok, dia sudah bisa bernafas sendiri ". Saya
bersyukur berarti ada kemajuan pikir saya ketika itu.
Awal minggu ke tiga beberapa orang tim medis (ada beberapa dokter dan beberapa
suster), mencoba melepas alat bantu nafas/Ventilator (mungkin setelah diberi masukan
oleh dr. "I" dari RS "C"), di coba 1 jam, 2 jam, 3 jam dan seterusnya .... rupanya anak saya
sudah bisa kembali bernafas sendiri/normal. Namun karena Sumber penyakitnya belum
diketahui maka Tim medis beberapa kali melakukan penggantian Obat/anti biotik,
diantaranya Acyclovir, Delantin, Tegatrol, TieNam, Meronem (dua jenis yang tertulis
dibelakang katanya merupakan anti Biotik yang paling Ampuh/Mahal/Impor dari
Amerika).

Minggu ketiga dan selanjutnya Panas kepala anak saya relatif stabil (antara 36 - 38
derajat C), dan kondisinya relatif membaik "hanya" tinggal matanya yang Buta dan
badannya yang kaku (sendi-sendinya tidak bisa ditekuk), namun pengambilan darah
masih dilakukan secara berkala, danhampir setiap hari dilakukan Terapi Fisioteraphy
(Penyinaran dan pemijatan). Sehingga akhir minggu ke tiga semua Infus telah dicopot,
oksigen dicopot, hanya tinggal selang Sonde (Selang makanan/di mulut) yang masih
terpasang.

Saya dan Istri (serta keluarga besar kami), terus berdoa setiap hari untuk kesehatan anak
kami satu-satunya, sampai pada pertengahan minggu ke empat, dr. "I" (Specialis syaraf
dari RS "C") bilang anak kami boleh di bawa pulang, namun minimal harus sehari masuk
ke ruang perawatan biasa dahulu (sesuai prosedur RS "B"). Dan menurut dokter "I" juga,
anakkami hanya cukup rawat jalan ke RS "C", untuk berobat ke dr. "I" dan dr. "L"
(specialis tumbuh kembang/penyembuhan tubuh anak saya yang masih kaku-kaku).
Setelah sehari berada di ruang perawatan biasa, dan tidakada masalah kami membawa
anak kami pulang dengan membawa dua macam obat (Anti kejang dan anti Virus), dan
sebelum pulang, lagi-lagi anak kami diambil kembali darahnya oleh RS untuk
pemeriksaan penyebab penyakit anak kami, setelah itu barulah kami diperbolehkan
pulang.
Namun tidak sampai 2 hari anak kami di Rumah, kami/keluarga lupa akan luka
dibelakang kepalanya (akibat perawatan yang lalai sebelumnya) yang masih belum
sembuh total, lukanya terlihat memar/merah/agak bengkak/dan mungkin infeksi, yang
mungkin juga membuat anak kami panas lagi/karena infeksinya, Panasnya kembali naik
sampai 40 derajat C lebih, bahkan ketika akan kami beri obat (yang kami bawa dari RS),
anak kami muntah hingga lemas, lalu tanpa banyak pikir lagi walaupun pada saat itu jam
02 pagi, kami kembali membawa anak kami ke RS "B" Cikini dan kembali kami
mengalami kekesalan, anak kami diperlakukan layaknya seperti pasien yang baru masuk
RS. Anak kami kembali masuk ICU, kembali harus Infus, puasa, diambil darahnya lagi
(meskipun titik venanya sudah habis/tidak ada tempat lagi untuk infus/periksa darah,
dan saya juga telah sampaikan mungkin panasnya akibat luka dibelakang kepalanya yang
belum sembuh/infeksi), padahal saya sudah protes terhadap dr. jaga pada saat itu
bahwa anak saya sebelumnya sudah dirawat hampir sebulan di RS tersebut, dan hasil
lab. terakhirnya juga baru kemarin saya ambil dengan hasil "negatif", juga saya
kemukakan mengenai luka dibelakang kepalanya yang harus diprioritaskan
pengobatannya. Namun karena dr. terus mengemukakan argumennya, akhirnya kami
mengalah dan menyerahkan sepenuhnya apapun yang akan dilakukan oleh dr. Dan
kembali anak saya dipakaikan selang Oksigen ke hidungnya, lalu dengan alasan "saturasi"
nafasnya terus menurun, Tim medis berencana untuk memasang kembali mesin
Ventilator pada anak saya, dengan sebelumnya meminta persetujuan saya lagi untuk
diambil darahnya sebelum pemasangan mesin tersebut (padahal ketika itu kondisinya
terlihat pucat/kuning seperti telah kehabisan darah). Kembali dengan berat hati dan
berharap Tim Medis melakukan tindakan yang "benar" untuk anak saya, saya kembali
menyetujuinya. Namun belum sempat mesin itu dipasang, belum sempat hasil lab I dan
ke II (pengambilan darah pada pada hari itu) ada hasilnya, akhirnya anak saya dipanggil
oleh yang Maha Kuasa ...... anak saya mengalami Gagal Nafas dan dinyatakan Meninggal
oleh pihak RS, walau saat itu saya pegang denyut Nadi di leher/bawah dagunya masih
ada (walau lemah), sewaktu kami minta untuk terus memompa alat bantu nafas
manualnya, Dokter/suster yang ada pada saat itu sudah lepas tangan dan tidak
melakukan tindakan apapun juga. Akhirnya dengan Ikhlas, didepan mata kepala saya dan
istri saya, anak kami melepaskan nyawanya tanpa kami bisa berbuat apapun juga (Selasa
12 April 2005 Jam 23.25 wib). Akhirnya Anak kami meninggal dengan sebab bukan
karena penyakitnya (Panas), menurut kami "kemungkinan" karena gagal nafas/Infeksi
paru atau malah "mungkin" karena terlalu lemah kehabisan darah.

Innalillahi Wa inna illaihi roji'un selamat jalan Permata hatiku, ........ doa kami 'kan selalu
menyertaimu...Amin

Dan tidak lupa saya & keluarga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
rekan-rekan yang telah memberikan suport baik moril, materil maupun spirituil kepada
saya dan keluarga, semoga segala kebaikan rekan-rekan akan dibalas dengan pahala yang
berlipat-lipat oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Amin.

Salam, Istriyanto & Keluarga

Note :
Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Ilmu Kedokteran dan tenaga medis, sesuai
dengan pengalaman berharga dan mahal yang telah saya alami, maka kami mencoba
mengambil kesimpulan (Setelah kami juga mendengar dari sesama Pasien RS,
rekan/sahabat, tetangga, saudara yang sempat bezuk dan mengatakan pada saya,
selama dalam perawatan sampai saat Meninggalnya anak saya) sbb:
1. Banyak kasus penyakit bayi/balita yang timbul setelah mereka disuntik imunisasi.

- Pasien lain di RS yang sama mengatakan pada saya, anak saudaranya sampai dengan
usia 2 tahun belum pernah suntik Imunisasi Hepatitis namun, setelah ada dokter
(spesialis anak) yang tahu, lalu disarankan di imunisasi Hepatitis, kemudian tidak lama
setelah itu akhirnya anak saudaranya positif terkena Hepatitis akut, dan harus bolak-
balik berobat ke dokter.
- Tetangga saya, sehabis Imunisasi campak, dua hari kemudian malah terkena campak.

- Tetangga kami yang lain, anak pertamanya rutin diimunisasi, namun fhisiknya malah
lemah sering sakit-sakitan, sedangkan anak keduanya sama sekali tidak pernah imunisasi
namun malah sehat, hampir tidak pernah sakit (kalaupun sakit cepat sembuh/ringan)

- Teman sekolah saya anaknya tidak pernah Imunisasi malah sehat, umur 10 bulan sudah
lincah berjalan, dan juga boleh dibilang tidak pernah sakit (kalaupun sakit hanya ringan
saja).

- dan banyak lagi kasus-kasus serupa yang tidak mungkin saya tulis satu persatu.

2. Menurut saya, Jika bisa Hindari Imunisasi, kalaupun perlu/terpaksa pilihlah imunisasi
yang pokok saja (bukan imunisasi lanjutan/yang aneh-aneh) alasannya :

- Kita "Mendzolimi", anak kita sendiri yan

Yang terakhir (ya mo gimana lagi, artikelnya memang panjang)

yang memang sedang masa pertumbuhan dan pertahanan tubuhnya masih lemah,
malah kita suntikan penyakit (walaupun sudah dilemahkan) ke tubuhnya.

- Kita tidak pernah tahu kondisi anak kita sedang benar-benar sehat atau tidak, karena
terutama anak yang masih di bawah 1 tahun biasanya belum bisa bicara mengenai
kondisi badannya, sedangkan imunisasi harus dilakukan pada bayi/balita yang sehat
(tidak sedang lemah fisiknya/sakit).
- Sesudah kita memasukan penyakit ke tubuh anak kita, biasanya kita juga harus
mengeluarkan banyak biaya. (Jasa dokter/RS, harga imunisasi, dsb),

- Tidak ada jaminan (Dokter/RS/puskesmas) apabila setelah imunisasi anak kita bebas
dari penyakit yang telah dimasukan ketubuhnya. Contoh nyata yang terjadi pada anak
saya, padahal anak saya sudah 2 kali imunisasi HIB ketika berusia +/- 5 dan 7 bulan ),
padahal sebelumnya dokter bilang imunisasi HIB untuk menghindari penyakit Radang
Otak, namun nyatanya anak saya malah meninggal akibat penyakit Radang Otak.

- Menurut seorang rekan yang pernah membaca Literatur terbitan Prancis, justru
Imunisasi sudah tidak populer di Amerika Serikat, dan terus berusaha dihilangkan dan
tidak dipergunakan lagi, bahkan di Israel Imunisasi telah di STOP samasekali, padahal kita
tahu negara-negara itu merupakan pelopor "industri", imunisasi.

- Menurut pengalaman saya jumlah kadar/isi setiap pipet/tabung imunisasi semua sama,
jadi imunisasi tidak melihat berdasarkan berat tubuh/perbedaan Ras/warna kulit,
padahal kalau Obat/Imunisasi itu Impor, tentulah kadarnya disesuaikan dengan
berat/fisik orang Luar (Barat) yang jelas lebih basar dan kuat fisiknya dibanding orang
Asia, namun kita malah sama-sama menggunakan dengan takaran yang sama. (akibatnya
overdosis).

3. Jika tidak "urgent" sekali, hindari rawat inap di RS, karena banyak prosedur/step-step
pengobatan yang akhirnya akan melemahkan tubuh pasiennya. (Contoh: keharusan
berpuasa, pemasangan infus, pengambilan darah yang terus menerus, foto Rontgen,
operasi, kemoteraphy, dsb). Jikalau perlu coba dulu dengan cara pengobatan
alternatif/tradisional.
4. Jika perlu dengan tegas untuk menolak suatu tindakan medis yang akan dilakukan RS,
jika kita yakini manfaatnya tidak benar-benar berpengaruh terhadap kesembuhan
pasien.

5. Jika perlu lakukan 2nd opinion pada RS/dokter lain yang setara/lebih baik.

6. Banyak tanya, biarlah kita dibilang "bawel", tanyalah setiap tindakan medis yang akan
dilakukan, mengapa akan di lakukan, akibat-akibatnya, ada tidak cara-cara lain/alternatif
lain yang lebih baik/tidak terlalu menyakiti pasien.

7. Terus temani pasien (bisa bergantian dengan keluarga yang lain), karena setiap saat
bisa ada tindakan medis yang memerlukan persetujuan, dan cermati semua pekerjaan
perawatannya, jika ada yang habis/kurang jangan sungkan melaporkan ke tenaga medis
yang ada segera.

8. Terus berdoa, karena segala sesuatunya telah ditetapkan oleh "Yang Maha Kuasa",
manusia hanya bisa ikhtiar dan berusaha.
Vaksin penyebab Autis VERY TOP URGENT !!!!!

- Jawaban - Buat para Pasangan MUDA, om dan tante yang punya keponakan ...
atau bahkan calon ibu ... perlu nih dibaca tentang autisme..
Bisa
di share kepada yang masih punya anak kecil supaya berhati-hati.
.......
Baru sekarang saya punya waktu luang membaca buku "Children with Starving

Brains" karangan
Jaquelyn McCandless, MD yang diterjemahkan dan

diterbitkan oleh Grasindo.


Ternyata buku yang saya beli di toko buku Gramedia seharga Rp. 50,000,-
itu benar-benar membuka mata saya, dan
sayang,
sayang sekali baru terbit setelah anak saya Joey (27 bln) didiagnosa
mengidap Autisme Spectrum Disorder.
Bagian satu, bab 3, dari buku itu benar-benar membuat saya menangis.
Selama 6 bulan pertama hidupnya (Agustus 2001 -Februari 2002) Joey
memperoleh 3 kali suntikan vaksin Hepatitis B, dan 3 kali suntikan vaksin
HiB.
Menurut buku tersebut (halaman 54 - 55) ternyata dua macam vaksin yang
diterima anak saya dalam 6 bulan pertama hidupnya itu positif mengandung
zat pengawet Thimerosal, yang terdiri dari Etilmerkuri yang menjadi
penyebab utama sindrom Autisme Spectrum Disorder yang meledak pada awal
tahun
1990-an.
Vaksin yang mengandung Thimerosal itu sendiri sudah dilarang di Amerika
sejak akhir tahun
2001.
Alangkah sedihnya saya, anak yang saya tunggu kehadirannya selama 6 tahun,
dilahirkan dan divaksinasi di sebuah rumah sakit besar yang bagus,
terkenal, dan mahal di Karawaci
Tangerang,
dengan harapan memperoleh treatment yang terbaik, ternyata malah
"diracuni" oleh Mercuri dengan selubung vaksinasi.

Beruntung saya masih bisa memberi ASI sampai sekarang, sehingga Joey tidak

menderita Autisme yang parah.


Tetapi tetap saja, sampai sekarang dia belum bicara, harus diet pantang
gluten dan casein, harus terapi ABA , Okupasi, dan nampaknya harus
dibarengi dengan diet supplemen yang keseluruhannya sangat besar biayanya.

Melalui e-mail ini saya hanya ingin menghimbau para dokter anak di
Indonesia , para pejabat di Departemen Kesehatan,
tolonglah baca buku tersebut diatas itu, dan tolong musnahkan semua vaksin
yang masih mengandung
Thimerosal.
Jangan sampai (dan bukan tidak mungkin sudah terjadi) sisa stok yang tidak
habis di Amerika Serikat tersebut di ekspor dengan harga murah ke
Indonesia dan dikampanyekan sampai ke puskesmas-puskesmas seperti
contohnya vaksin
Hepatitis B,
yang sekarang sedang giat-giatnya dikampanyekan sampai ke pedesaan.

Kepada para orang tua dan calon orang tua, marilah kita bersikap proaktif,
dan assertif dengan menolak vaksin yang mengandung Thimerosal tersebut
Cobalah bernegosiasi dengan dokter anak kita, minta
vaksin Hepatitis B dan
HiB yang tidak mengandung Thimerosal.
Juga tolong e-mail ini diteruskan kepada mereka yang akan menjadi orang
tua,
agar tidak mengalami nasib yang sama seperti saya.

Sekali lagi, jangan sampai kita kehilangan satu generasi anak-anak penerus
bangsa, apalagi jika mereka datang dari keluarga yang berpenghasilan
rendah yang untuk makan saja sulit apalagi
untuk membiayai biaya terapi
supplemen, terapi ABA, Okupasi, dokter ahli Autisme (yang daftar tunggunya
sampai berbulan-bulan), yang besarnya sampai jutaaan rupiah perbulannya.

Terakhir,mohon doanya untuk Joey dan ratusan, bahkan ribuan teman-teman


senasibnya di Indonesia yang sekarang sedang berjuang membebaskan diri
dari belenggu Autisme.

"Let's share with others... Show them that WE care!"


artikel dari MUI perihal vaksin, untuk bahan diskusi....

Kehalalan Vaksin
Vaksinasi adalah aktifitas yang tidak asing lagi pada kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi
atau balita. Kegiatan ini sesungguhnya adalah memberikan suatu zat tertentu pada
tubuh si anak baik secara oral atau pun injeksi. Tujuan dari vaksinasi adalah
pembentukan kekebalan tubuh si anak bayi/balita sesuai dengan vaksin yang disuplai.
Tapi apakah selama ini kita mengetahui dari bahan apa dan bagaimana cara vaksin untuk
bayi atau pun balita kita dibuat? Kita mungkin lebih sering mempertimbangkan apa
reaksi yang harus dipantau dari penggunaan vaksin tersebut pada bayi atau balita kita.
Tetapi sangat sedikit bahkan mungkin luput dari pantauan kita dari apa vaksin-vaksin
tersebut dihasilkan.
Jurnal halal edisi kali ini memaparkan beberapa informasi seputar vaksin yang digunakan
di masyarakat kita, pemaparan ingredien vaksin yang umumnya digunakan ditinjau dari
segi kehalalanya.

Apa itu vaksin dan vaksinasi


Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas
tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yag telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan
menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan
lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu kedalam
tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit /virus tersebut.
Jenis-jenis vaksinasi
Jenis-jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin terhadap penyakit
hepatitis,polio,Rubella,BCG, DPT,Measles ?"Mumps-Rubella (MMR) cacar air dan jenis
penyakit lainnya seperti influenza. Di Indonesia sendiri praktek vaksinasi yang hampir
selalu dilakukan pada bayi dan balita adalah Hepatitis B,BCG, Polio dan DPT. Selebihnya
seperti vaksinasi MMR adalah bersifat tidak wajib.
Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air (smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah
tidak dilakukan lagi di Indonesia.

Vaksin dan sistem kekebalan tubuh


Pemberian vaksin dilakukan dalam rangka untuk memproduksi sistem immune
(kekebalan tubuh) seseorang terhadap suatu penyakit. Berdasarkan teori antibody,
ketika benda asing masuk seperti virus dan bakteri ke dalam tubuh manusia, maka tubuh
akan menandai dan merekamnya sebagai suatu benda asing. Kemudian tubuh akan
membuat perlawanan terhadap benda asing tersebut dengan membentuk yang
namanya antibody terhadap benda asing tersebut. Antibodi yang dibentuk bersifat
spesifik yang akan berfungsi pada saat tubuh kembali terekspos dengan benda asing
tersebut.
Dr. J. Anthony Morris, former Chief Vaccine Control Officer and research virologist, US
FDA mengatakan bahwa ada banyak hal yang membuktikan bahwa imunisasi pada anak
lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya.
Dr Willian Howard dari USA mengatakan bahwa tubuh telah memiliki metodenya sendiri
untuk pertahanan, yang tergantung pada vitalitas tubuh pada saat tertentu. Jika vitalitas
tubuh cukup, maka tubuh akan bertahan terhadap seluruh infeksi, tetapi sebaliknya jika
tidak maka pertahanan akan lemah. Sesungguhnya kita tidak dapat mengubah vitalitas
tubuh menjadi lebih baik justru dengan menggunakan berbagai jenis racun (vaksin)
kedalam tubuh tersebut.

Vaksin dan tinjauan kehalalannya


Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia pada Agustus tahun
lalu,sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia.Permasalahannya beberapa
daerah tersebut (Jawa Barat,Jawa Timur, Lampung dan Banten)menolak pemberian
vaksin polio karena diragukan kehalalannya. Yaitu dalam proses pembuatan vaksin
tersebut menggunakan ginjal kera sebagai media perkembangbiakan virus, demikian
penjelasan dari Utang Ranuwijaya anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI.
Alhasil keputusan MUI No.16 tahun 2005 mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin
polio tersebut.
Memang kalau kita mau telaah lebih lanjut, masih banyak sekali jenis-jenis vaksin yang
bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan. Seorang pakar dari Amerika mengatakan
bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan
tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda dan ekstraks mentah
lambung babi.
Selain sumber-sumber diatas, beberapa vaksin juga dapat diperoleh dari aborsi calon
bayi manusia yang sengaja dilakukan. Vaksin untuk cacar air, Hepatitis A dan MMR
diperoleh dengan menggunakan fetal cell line yang diaborsi,MRC-5 dan WI-38.Vaksin
yang mengandung MRC-5 dan WI-38 adalah beberapa vaksin yang mengandung cell line
diploid manusia.
Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suatu hal yang
dirahasiakan kepada publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin
biasanya diambil dari bagian paru-paru,kulit,otot,ginjal,hati,thyroid, thymus dan hati
yang diperoleh dari aborsi yang terpisah. Penamaan isolat biasanya dikaitkan dengan
sumber yang diperolah misalnya WI-38 adalah isolat yang diperoleh dari paru-paru bayi
perempuan berumur 3 bulan.
Ada suatu kaidah usul Fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih
didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alas an yang dijadikan dasar
hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui
bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.
Namun demikian kita tidak bias hanya bertahan pada kondisi darurat, melainkan juga
melakukan usaha untuk perbaikan. Seperti misalnya usaha yang akan dilakukan oleh PT
Bio Farma yang dalam 3 tahun mendatang akan memproduksi vaksin polio halal. Masih
banyak lagi area bagi masyrakat muslim yang kompeten dalam bidang tersebut, untuk
melakukan perbaikan. Sehingga Indonesia, yang jumlah balitanya cukup banyak (data
tahun 2005: 24 juta balita Indonesia) , dimana hamper 90 % nya adalah muslim merasa
aman dan tentram untuk melakukan vaksinasi-imunisasi. Siapa dari kita yang akan
menangkap peluang ini? Wallahualam bisshawab.
KONSEP IMUNISASI HALAL HALALAN THAYYIBAN
1. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang memaksimalkan
pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.
2. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang meminimalkan
dan menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja sistem imun atau kekebalan
tubuh manusia.
3. Menjauhkan dan menghentikan asupan nutrisi yang bersifat menurunkan
pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.
4. Tidak memberikan vaksinasi yang mengandung Toksin/Racun bahan berbahaya yang
menjadi ancaman kesehatan manusia.
a. Kimiawi Sintetis
b. Logam Berat (Heavy Metal)
c. Hasil Metaboit parsial
d. Toksin Bakteri
e. Komponen dinding sel
5. Tidak memberikan vaksinasi dan obat-obatan yang mengandung bahan yang haram
secara syariat.
a. Alkohol dan turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu yang apabila dikonsumsi
secara banyak akan memabukkan.
b. Tidak mengandung Darah, daging Babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak
menyebutkan nama Allah.
c. Tidak daging yang diharamkan menurut syariat, contoh: Binatang Buas, Bertaring,
bangkai dll.
d. Tidak dikembangbiakkan di dalam darah hewan apapun, daging babi, dan di dalam
makhluk hidup yang diharamkan menurut syariat.
6. Membiasakan untuk mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat
membangun sistem kekebalan tubuh manusia.
7. Membiasakan untuk tidak mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat
menururnkan sistem kekebalan tubuh manusia. (Diambil dari www imunisasi halal.com)
Vaksin Masih Perlukah?

Ditulis oleh imamtriyanto


Thursday, 05 July 2007
HalalGuide-Sehubungan dengan adanya penyakit-penyakit yang berkembang saat ini dan
telah beredarnya pemahaman metode kedokteran yang disebar luaskan oleh metode
kedokteran barat maka sebagai umat muslim sangat prihatin sekali dengan kondisi ini.
<!--[endif]-->
Metode kesehatan ala modern dengan teori trial and error mengatakan bahwa, penyakit
itu bisa disembuhkan bila disuntikkan virus dan bakteri yang bersumber dari penyakit,
agar manusia kebal. Sehingga manusia dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar hukum Allah, tetapi tidak terkena penyakitnya.

<!--[if !supportLineBreakNewLine]-->Contohnya, agar anak-anak tidak terkena penyakit


kelamin/HIV atau penyakit kelamin lainnya ketika mereka melakukan sex bebas, maka
disuntikkan vaksin HIV pada usia anak-anak. Itulah yang dikutip dari buku What your
doctor may not tell you about childrens vaccination, oleh Stephanie Cave & Deborah
Mitchell, keduanya dokter dari Amerika. Sentra pengendalian penyakit di AS, pada
februari 1997 (ACIP) dari CDL, berkumpul untuk membuat kebijakan vaksin bagi AS. Neal
Haley MD, ketua komite penyakit menular dari Akademi AS untuk dokter spesial anak,
mengajukan topik vaksin HIV.

Ia mengatakan kami sungguh-sungguh melihat bahwa usia 11 s/d 12 tahun sebagai usia
target vaksin guna pencegahan penyakit seksual. Jadi orang tua dari para bayi, balita
atau anak kecil akan segera menghadapi kemungkinan mendapat vaksin HIV untuk anak-
anak. Vaksin ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, seperti khlamidia, herpessimpleks, neisseria gonorhea, HIV/AIDS dll.

Jadi pemikiran mereka, jika tubuh manusia disuntikkan virus yang dilemahkan, maka
tubuh akan melakukan anti body terhadap virus tadi. Virus yang disuntikkan ke tubuh itu
adalah virus yang diambil dari cairan darah orang yang terkena penyakit AIDS/HIV,
Hepatitis B, Herpes, dll, yang melakukan sex bebas, peminum alkohol, narkotika dan
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum Allah. Lalu dibiakkan di media-media
seperti ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi anthrax, menggunakan jaringan janin
manusia yang digugurkan, ditambahkan merkuri/timerosal/air raksa atau logam berat
sebagai bahan pengawetnya. Vaksin-vaksin yang dihasilkan antara lain adalah vaksin
polio, MNR, rabies, cacar air dll.

Celakanya bayi-bayi tak berdosa yang tidak melakukan kerusakan, pelanggaran terhadap
hukum Allah, sengaja diberikan virus-virus itu, dengan pemikiran agar anak-anak itu
kebal. Sehingga ketika melanggar hukum allah, dimungkinkan tidak terkena azab-Nya.
Celakanya pula, ini diberikan

berikut salah satu tulisan rekan saya, sekaligus sbg alternative dari thibbun nabawi utk
imunisasi anak, kita share GRATIS :

'AlaykumusSalaam wa RahmatuLlahi wa Barkatuh

Sesungguhnya anugerah sehat dan sakit hanya dari Allah. Ini semua berdasarkan
pengalaman klinis, dan AlhamduliLlah sudah terbukti berhasil.

I.
Imunisasi untuk tahap IBU HAMIL dan MENYUSUI:
1. Tidak minum susu sapi (susu formula ibu hamil) kecuali kalau terpaksa (dipaksa ibu
mertua or suami), sedikit saja. (Maksimum 1 bulan 1 gelas, yang penting udah minum
kan?).
2. Tidak makan mie instan, kecuali tidak memakai bumbunya (waah mana enaaak). Junk
Food juga jangan.
3. Tidak makan kerang, tiram, dan sejenisnya.
4. Tidak minum obat-obatan kimiawi sintetis, apa lagi obat-obatan haram.
5. Tidak disuntik atau minum obat INSULIN. Untuk kasus gula darah tinggi, gunakan
HSauda (untuk usia kehamilan 4-8 bulan.
6. Tidak berlebihan konsumsi buah-buahan panas, contoh DURIAN (bahasa betawinya
DUREN), bisa mbrojol sebelum waktunya.
7. Tidak berlebihan konsumsi makanan hewani, contoh Ayam, Bebek, Sapi, Kambing,
Telur, Ikan air Tawar.
8. Dibekam minimal sekali selama masa kehamilan.
9. Makan buah-buahan dan sayur yang banyak. Yang terbaik dijus blender.
10. Minum syrup madu "dingin" setiap hari.
11. Minum HabbatusSauda`. Dalam bentuk cair / minyak 1 sendok teh, 2 hari sekali. atau
Dalam bentuk cair/minyak dalam kapsul, 1 kapsul, dua hari sekali, atau
Dalam bentuk kapsul serbuk. 1 kapsul, Sehari 2 kali.
12. Minum Spirulina atau Chlorela. 2 Kapsul, 2 hari sekali.
13. Minum Rosella. Seduh 5 Kuntum 2 hari sekali, boleh campur madu, bukan dicampur
gula.
14. Minum Sambiloto. 1 Kapsul tiap 3 hari sekali.
15. Minuman / Makanan tambahan. Kedelai (Susu), Kacang Ijo.
16. Mencoba untuk berpuasa pada bulan Ramadhan dengan menu Sahur dan Buka
pilihan contohnya Spirulina. Hanya dengan 2 kapsul Spirulina bisa tahan lapar seharian
insya Allah.
Semua Resep Herbal di atas secara langsung meningkatkan performa aktifitas sel-sel dan
organ-organ sistem imun. Dengan menjalani semua hal di atas insya Allah ASI akan
keluar.

II.
Imunisasi langsung ke bayi / anak:
1. Tidak divaksin sama sekali.
2. Tahnik. Menggosokkan madu atau kurma yang telah dikunya ayah sang bayi segera
setelah bayi lahir untuk latihan minum ASI bagi si bayi.
3. Tidak minum susu formula bayi. Kalau susu formula yang kedelai boleh, tapi kalau
ASInya lancar.
4. Minum syrup Madu, sebagai pengganti susu formula, sejak pekan pertama kelahiran.
5. Minum susu Kedelai, susu Kacang Ijo (saring ampasnya) untuk yang sudah tumbuh
gigi.
6. Minum bubur Spirulina setelah 3 bulan ke atas.
7. Minum Rosella setelah 6 bulan ke atas, seduh 3 kuntum untuk 200cc, seminggu sekali.
8. Minum HSauda setelah 1 tahun ke atas.

BarakaLlahu fiikum
WaLlahu Musta'an
saya seorang muslim, alhamdulillah setelah belajar cukup banyak ttg pengobatan ala
Nabi atau sering disebuat thibbun nabawi, saya semakin mantap mengatakan bahwa
vaksinasi bukanlah cara satu2nya utk memberikan imunisasi pada anak. Imunisasi itu
bagus, tapi vaksinasi itu TIDAK BAGUS.
kita sangat mendukung imunisasi yg berarti segala upaya yg dilakukan utk meningkatkan
dayatahan tubuh atau sistem kekebalan tubuh.
tentunya harus dgn cara yg halal dan thoyyib atau baik.

vaksinasi dikatakan sbg program imunisasi, tapi ternyata tidak termasuk dlm kriteria
halal dan thoyyib. Kenapa? krn ternyata didalamnya masih terkandung materi2 yg haram
dan tidak thoyyib. ada materi yg haram, misalnya materi dari unsur babi, dll. serta
materi2 yg tidak thoyyib atau tidak baik, misalnya thimerosal dll.

belum lagi cara2 vaksinasi yg tidak mengindahkan kaidah kehebatan sistem kekebalan
tubuh manusia. krn sepertinya vaksinasi ingin memperkenalkan virus or dan bakteri ke
sistem imun manusia satu persatu. sebegitu bodoh kah sistem imun manusia shg harus
diperkenalkan satu persatu. hal ini bertentangan dgn tulisan HArun YAhya ttg Keajaiban
SIstem kekebalan tubuh manusia.

kita juga berusaha membentuk komunitas thibbun nabawi, salah satunya ada di HPA ,
NHC, ALC bisa juga kunjungi blog rekan kami :
imunisasi-halal. blogspot. com
cukup panjang juga kita membahas ttg imunisasi yg HALAL.
jadi kita bukan menentang imunisasi, tapi kita menentang vaksinasi yg tidak halal dan
tidak thoyyib.
tentang vaksin yg haram, seharusnya sudah pada tahu, kalu blm tahu silahkan kunjungi
situs halalguide. info dan cari fatwa ttg vaksin polio.
kebetulan baru satu vaksin yg keluar fatwanya krn diminta oleh pemerintah. dan finally
baru tahu kalu ada kandungan materinya yg haram, pdhal divaksin lain juga seperti itu.
Kalu mau tanggung jawab, seharusnya para dokter muslim harus memberikan informasi
yg aktual pd ortu pasien.

karena saya juga sangat yakin dgn hadist ttg : Allohlah yg menurunkan penyakit dan
Alloh pula yg menurunkan obatnya.Setiap penyakit ada obatnya, dan tidak diturunkan
obat dari yg HARAM.

pernah ada kasus spt Autisme yg terjadi setelah diberikan imunisasi, tp terbukti
imunisasi telah
menyelamatkan jutaan anak2 diseluruh dunia, apakah benar hal tersebut, sy jd bingung
apakah akan meng-imunisasi
anak saya atau tidak, mohon penjelasan ustad ? Mohon penjelasan ustad secara jelas
dan lengkap baik dari
pertanyaan diatas ataupun jika ust. punya informasi lain seputar imunisasi agar saya
menjadi yakin akan memilih
imunisasi atau tidak mengingat saya sedang menanti kelahiran anak pertama, saya ingin
apa yg saya lakukan bisa
bermanfaat untuk anak saya dan bisa dipertanggung jawabkan di hadapan Alloh SWT.
Jawaban :

Wa&rsquo;alaikumsalam, wr.wb.

Bapak yang saya hormati Insya Alloh bapak dan keluarga dalam lindungan Alloh SWT
selalu, mohon maaf sebelumnya.
Saya hanya dapat memberikan pilihan kepada bapak yang nanti tinggal bapak yang
memutuskan.
Tetapi setelah kita merunut sejak dahulu pun sebelum tidak ditemukannya vaksin
ternyata orang-orang dahulu dapat
hidup secara sehat tanpa takut akibat penyak-penyakit yang dapat menularkannya.
Walaupun kita berada pada zaman
yang berbeda sekalipun. Dan untuk beberapa teman dan sejawat juga telah
menyingkapinya dengan baik, toh pada
anak-anak mereka yang tidak divaksinasi ternyata tingkat kesehatannya baik-baik saja.
Semoga ini kembali menjadi
pilihan untuk anda dalam menyingkapinya !!!

Wassalamu&rsquo;alaikum, wr.wb.

Hanya sekedar mengingatkan.

Saya tidak ingin berkontroversi tapi karena sy tidak ingin sedikit pun ada
unsur haram dalam yg masuk ke tubuh anak sy. Jika penyedap rasa saja dulu
kemudian bisa distop peredarannya, kenapa imunisasi tidak?! bukankah kini
banyak alternatif farmasi Islam?
Bayangkan berapa juta calon penerus bangsa ini yg sudah mendapatkan unsur
tidak halal dalam tubuhnya. karena PIN itu WAJIB sampai ke pelosok2.

sekali lagi maaf, sy hanya ingin memberi tahu dan mengingatkan...


Vaksin Masih Perlukah?

Pengamat Kesehatan:

Ummu Salamah

Nabawi Medical Center

Sehubungan dengan adanya penyakit-penyakit yang berkembang saat ini dan telah
beredarnya pemahaman metode kedokteran yang disebarluaskan oleh metode
kedokteran barat, maka sebagai umat muslim sangat prihatin sekali dengan kondisi ini.

Metode kesehatan ala modern dengan teori trial and error mengatakan bahwa, penyakit
itu bisa disembuhkan bila disuntikkan virus dan bakteri yang bersumber dari penyakit,
agar manusia kebal. Sehingga manusia dapat melakukan perbuatan-perbuatan yang
melanggar hukum Allah, tetapi tidak terkena penyakitnya.

Contohnya, agar anak-anak tidak terkena penyakit kelamin/HIV atau penyakit kelamin
lainnya ketika mereka melakukan sex bebas, maka disuntikkan vaksin HIV pada usia
anak-anak. Itulah yang dikutip dari buku What your doctor may not tell you about
childrens vaccination, oleh Stephanie Cave & Deborah Mitchell, keduanya dokter dari
Amerika.

Sentra pengendalian penyakit di AS, pada februari 1997 (ACIP) dari CDL, berkumpul
untuk membuat kebijakan vaksin bagi AS. Neal Haley MD, ketua komite penyakit
menular dari Akademi AS untuk dokter spesial anak, mengajukan topik vaksin HIV. Ia
mengatakan kami sungguh-sungguh melihat bahwa usia 11 s/d 12 tahun sebagai usia
target vaksin guna pencegahan penyakit seksual. Jadi orang tua dari para bayi, balita
atau anak kecil akan segera menghadapi kemungkinan mendapat vaksin HIV untuk anak-
anak. Vaksin ini dimaksudkan untuk mencegah penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, seperti khlamidia, herpessimpleks, neisseria gonorhea, HIV/AIDS dll.

Jadi pemikiran mereka, jika tubuh manusia disuntikkan virus yang dilemahkan, maka
tubuh akan melakukan anti body terhadap virus tadi. Virus yang disuntikkan ke tubuh itu
adalah virus yang diambil dari cairan darah orang yang terkena penyakit AIDS/HIV,
Hepatitis B, Herpes, dll, yang melakukan sex bebas, peminum alkohol, narkotika dan
perbuatan-perbuatan yang melanggar hukum Allah. Lalu dibiakkan di media-media
seperti ginjal kera, lambung babi, ginjal anjing, sapi anthrax, menggunakan jaringan janin
manusia yang digugurkan, ditambahkan merkuri/timerosal/air raksa atau logam berat
sebagai bahan pengawetnya. Vaksin-vaksin yang dihasilkan antara lain adalah vaksin
polio, MNR, rabies, cacar air dll.

Celakanya bayi-bayi tak berdosa yang tidak melakukan kerusakan, pelanggaran terhadap
hukum Allah, sengaja diberikan virus-virus itu, dengan pemikiran agar anak-anak itu
kebal. Sehingga ketika melanggar hukum allah, dimungkinkan tidak terkena azab-Nya.
Celakanya pula, ini diberikan kepada anak-anak muslim.

Sebenarnya vaksin-vaksin ini juga telah banyak memakan korban anak-anak Amerika
sendiri, sehingga banyak terjadi penyakit kelainan syaraf, anak-anak cacat, autis, dll.
Tetapi penjualan vaksin tetap dilakukan walau menimba protes dari rakyat Amerika.
Hanya saja satu alasan yang negara Amerika pertahankan, yaitu bahwa vaksin adalah
bisnis besar.

Sebuah badan peneliti teknologi tinggi internasional yaitu Frost & Sullivan,
memperkirakan bahwa pangsa pasar vaksin manusia dunia akan menguat dari 2,9 miliar
USD tahun 1995, melonjak menjadi lebih dari 7 miliar USD tahun 2001. Ini diambil dari
ideologi kapitalis yang mereka emban, hingga membunuh bayi, anak-anak atau manusia
lain, mereka lakukan demi uang dan kekuasaan.

Ketika anak-anak terimunisasi, mulailah jerat obat-obatan produk AS membanjiri negeri-


negeri muslim yang tunduk pada AS dan membiarkan rakyatnya sendiri teracuni akibat
pemikiran kapitalis AS. Obat-obat beracun yang mahal harganya ini praktis menguras
keuangan orang-orang muslim, teracuni obat-obat kimia sintetis termasuk benda-benda
haram, agar doa-doa orang miskin tertolak oleh Allah SWT. Ini semua akibat kebodohan
orang-orang muslim, yang tidak percaya kepada metode kesehatan menurut Rasulullah
SAW, yaitu Thibbun Nabawy.

Dalam hal obat-obatannya, pengobatan Thibbun Nabawy yang murni alami, tidak boleh
dicampuradukkan dengan pengobatan yang menggunakan bahan kimia sintetis (QS. 2 :
42). Tetapi dalam hal teknologi misalnya alat-alat radiologi, stetoskop, bladpressure (alat
pengecekan tekanan darah) dll, boleh saja kita gunakan. Jadi Indonesia membutuhkan
rumah sakit dengan peralatan canggih, tetapi obat-obatan menggunakan yang alami dan
bukan dari barang/benda haram.

Jemaah haji Indonesi juga diwajibkan divaksin dengan vaksin miningitis. Dimana
keharusan ini adalah dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI, yang berada dibawah
naungan WHO dan PBB. Menurut informasi yang di dapatkan dari Departemen
Kesehatan RI bahwa vaksin miningitis ini adalah salah satu syarat untuk melaksanakan
ibadah haji. Jadi setiap calon jemaah haji akan mendapatkan sertifikat telah
tervaksin/terimunisasi. Kalau tidak maka tidak diberangkatkan. Apakah ini tidak
berlebihan?

Apakah vaksin miningitis? Vaksin ini diberikan dengan maksud (menurut mereka) untuk
melindungi jemaah haji indonesia dari penyakit meninglokal, yang disebabkan oleh
organisme Neisseria meningitis yang menyebabkan infeksi pada selaput otak dan
meningokomeia atau infeksi darah atau keracunan darah, yang penyebarannya melalui
bersin batuk dan bicara.

Vaksin yang disuntikan ke tubuh calon jemaah haji ini adalah bakteri meningokokus yang
awalnya diambil dari cairan darah orang amerika yang terkena meningitis. Bakteri ini
timbul karena pola kebiasan meminum alkohol dan perokok aktif dan kehidupan malam
yang serba bebas.

Vaksin ini tidak juga memberikan perlindungan utuh. Vaksin ini hanya mengurangi resiko
penyakit meningokal yang disebabkan oleh Serogroup A, C, Y dan W 135. Sehingga 30%
perkiraan kasus penyakit tetap terkena pada seluruh kelompok usia. Vaksin efektif hanya
untuk 3 s/d 5 tahun. Vaksin ini mengandung timerosal/air raksa sebagai bahan pengawet
serta merupakan salah satu bahan pencetus kanker (karsinogen) dan kelainan-kelainan
syarat, sehingga berdampak buruk pada sel-sel otak dan organ-organ tubuh jemaah haji.
Beberapa jamaah haji Indonesia mengalami gejala-gejala seperti biru-biru di seluruh
tubuh, jantung berdebar-debar, nyawa seperti melayang, rasa ketakutan, pusing, mual,
setelah divaksin.

Pertanyaannya sekarang adalah apakah vaksinasi merupakan rukun haji? Kini vaksin
tersebut dapat menyebabkan seseorang batal berangkat haji. Kedudukannya sudah
melebihi rukun dan wajib haji. Ada apa sebenarnya di balik itu semua?
Kehalalan Vaksin

Vaksinasi adalah aktifitas yang tidak asing lagi pada kalangan ibu-ibu yang memiliki bayi
atau balita. Kegiatan ini sesungguhnya adalah memberikan suatu zat tertentu pada
tubuh si anak baik secara oral atau pun injeksi. Tujuan dari vaksinasi adalah
pembentukan kekebalan tubuh si anak bayi/balita sesuai dengan vaksin yang disuplai.

Tapi apakah selama ini kita mengetahui dari bahan apa dan bagaimana cara vaksin untuk
bayi atau pun balita kita dibuat? Kita mungkin lebih sering mempertimbangkan apa
reaksi yang harus dipantau dari penggunaan vaksin tersebut pada bayi atau balita kita.
Tetapi sangat sedikit bahkan mungkin luput dari pantauan kita dari apa vaksin-vaksin
tersebut dihasilkan.

Jurnal halal edisi kali ini memaparkan beberapa informasi seputar vaksin yang digunakan
di masyarakat kita, pemaparan ingredien vaksin yang umumnya digunakan ditinjau dari
segi kehalalanya.

Apa itu vaksin dan vaksinasi

Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkatkan imunitas
tubuh terhadap virus. Terbuat dari virus yag telah dimatikan atau "dilemahkan" dengan
menggunakan bahan-bahan tambahan lainnya seperti formalaldehid, thymerosal dan
lainnya. Sedangkan vaksinasi adalah suatu usaha memberikan vaksin tertentu kedalam
tubuh untuk menghasilkan sistem kekebalan tubuh terhadap penyakit /virus tersebut.

Jenis-jenis vaksinasi

Jenis-jenis vaksinasi yang ada antara lain vaksin terhadap penyakit hepatitis, polio,
Rubella, BCG, DPT, Measles ?"Mumps-Rubella (MMR) cacar air dan jenis penyakit lainnya
seperti influenza. Di Indonesia sendiri praktek vaksinasi yang hampir selalu dilakukan
pada bayi dan balita adalah Hepatitis B, BCG, Polio dan DPT. Selebihnya seperti vaksinasi
MMR adalah bersifat tidak wajib. Ada pun vaksinasi terhadap penyakit cacar air
(smallpox) termasuk vaksinasi yang sudah tidak dilakukan lagi di Indonesia.

Vaksin dan sistem kekebalan tubuh

Pemberian vaksin dilakukan dalam rangka untuk memproduksi sistem immune


(kekebalan tubuh) seseorang terhadap suatu penyakit. Berdasarkan teori antibody,
ketika benda asing masuk seperti virus dan bakteri ke dalam tubuh manusia, maka tubuh
akan menandai dan merekamnya sebagai suatu benda asing. Kemudian tubuh akan
membuat perlawanan terhadap benda asing tersebut dengan membentuk yang
namanya antibody terhadap benda asing tersebut. Antibodi yang dibentuk bersifat
spesifik yang akan berfungsi pada saat tubuh kembali terekspos dengan benda asing
tersebut.

Dr. J. Anthony Morris, former Chief Vaccine Control Officer and research virologist, US
FDA mengatakan bahwa ada banyak hal yang membuktikan bahwa imunisasi pada anak
lebih banyak dampak buruknya daripada manfaatnya.

Dr. Willian Howard dari USA mengatakan bahwa tubuh telah memiliki metodenya sendiri
untuk pertahanan, yang tergantung pada vitalitas tubuh pada saat tertentu. Jika vitalitas
tubuh cukup, maka tubuh akan bertahan terhadap seluruh infeksi, tetapi sebaliknya jika
tidak maka pertahanan akan lemah.

Sesungguhnya kita tidak dapat mengubah vitalitas tubuh menjadi lebih baik justru
dengan menggunakan berbagai jenis racun (vaksin) kedalam tubuh tersebut.

Vaksin dan Tinjauan Kehalalannya


Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang diselenggarakan di Indonesia pada Agustus tahun
lalu, sempat bermasalah dibeberapa wilayah di Indonesia.Permasalahannya beberapa
daerah tersebut (Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung dan Banten) menolak pemberian
vaksin polio karena diragukan kehalalannya. Yaitu dalam proses pembuatan vaksin
tersebut menggunakan ginjal kera sebagai media perkembangbiakan virus, demikian
penjelasan dari Utang Ranuwijaya anggota Komisi Pengkajian dan Pengembangan MUI.
Alhasil keputusan MUI No.16 tahun 2005 mengeluarkan fatwa kehalalan atas vaksin
polio tersebut.

Memang kalau kita mau telaah lebih lanjut, masih banyak sekali jenis-jenis vaksin yang
bersumber dari bahan-bahan yang diharamkan. Seorang pakar dari Amerika mengatakan
bahwa vaksin polio dibuat dari campuran ginjal kera, sel kanker manusia, serta cairan
tubuh hewan tertentu termasuk serum dari sapi, bayi kuda dan ekstraks mentah
lambung babi.

Selain sumber-sumber diatas, beberapa vaksin juga dapat diperoleh dari aborsi calon
bayi manusia yang sengaja dilakukan. Vaksin untuk cacar air, Hepatitis A dan MMR
diperoleh dengan menggunakan fetal cell line yang diaborsi, MRC-5 dan WI-38.Vaksin
yang mengandung MRC-5 dan WI-38 adalah beberapa vaksin yang mengandung cell line
diploid manusia.

Penggunaan janin bayi yang sengaja digugurkan ini bukan merupakan suatu hal yang
dirahasiakan kepada publik. Sel line janin yang biasa digunakan untuk keperluan vaksin
biasanya diambil dari bagian paru-paru, kulit, otot, ginjal, hati, thyroid, thymus dan hati
yang diperoleh dari aborsi yang terpisah. Penamaan isolat biasanya dikaitkan dengan
sumber yang diperolah misalnya WI-38 adalah isolat yang diperoleh dari paru-paru bayi
perempuan berumur 3 bulan.
Ada suatu kaidah usul Fiqh yang mengatakan bahwa mencegah kemudharatan lebih
didahulukan daripada mengambil manfaatnya. Demikian alasan yang dijadikan dasar
hukum pengambilan keputusan terhadap kehalalan vaksin polio sekalipun diketahui
bahwa vaksin tersebut disediakan dari bahan yang tidak diperkenankan dalam Islam.

Namun demikian kita tidak bisa hanya bertahan pada kondisi darurat, melainkan juga
melakukan usaha untuk perbaikan. Seperti misalnya usaha yang akan dilakukan oleh PT.
Bio Farma yang dalam 3 tahun mendatang akan memproduksi vaksin polio halal. Masih
banyak lagi area bagi masyrakat muslim yang kompeten dalam bidang tersebut, untuk
melakukan perbaikan. Sehingga Indonesia, yang jumlah balitanya cukup banyak (data
tahun 2005: 24 juta balita Indonesia), dimana hampir 90 % nya adalah muslim merasa
aman dan tentram untuk melakukan vaksinasi-imunisasi. Siapa dari kita yang akan
menangkap peluang ini? Wallahualam bisshawab.

KONSEP IMUNISASI HALAL HALALAN THAYYIBAN

1. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang memaksimalkan
pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.

2. Memberikan asupan nutrisi atau zat gizi atau makanan tertentu yang meminimalkan
dan menghilangkan zat yang bersifat menurunkan kerja sistem imun atau kekebalan
tubuh manusia.

3. Menjauhkan dan menghentikan asupan nutrisi yang bersifat menurunkan


pembangunan dan pemeliharaan sistem imun atau kekebalan tubuh manusia.

4. Tidak memberikan vaksinasi yang mengandung Toksin / Racun bahan berbahaya yang
menjadi ancaman kesehatan manusia:
1. Kimiawi Sintetis
2. Logam Berat (Heavy Metal)
3. Hasil Metaboit parsial
4. Toksin Bakteri
5. Komponen dinding sel

5. Tidak memberikan vaksinasi dan obat-obatan yang mengandung bahan yang haram
secara syariat:

1. Alkohol dan turunannya, yang bersifat seperti alkohol, yaitu yang apabila dikonsumsi
secara banyak akan memabukkan.
2. Tidak mengandung Darah, daging Babi, dan hewan yang ketika disembelih tidak
menyebutkan nama Allah.
3. Tidak daging yang diharamkan menurut syariat, contoh: Binatang Buas, Bertaring,
bangkai dll.
4. Tidak dikembangbiakkan di dalam darah hewan apapun, daging babi, dan di dalam
makhluk hidup yang diharamkan menurut syariat.

6. Membiasakan untuk mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang bersifat


membangun sistem kekebalan tubuh manusia.

7. Membiasakan untuk tidak mengkonsumsi menu makanan sehari-hari yang


bersifat menururnkan sistem kekebalan tubuh manusia. (Diambil dari
www.imunisasihalal.com)

Imunisasi tetanus toxoid (TT): Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur
hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan
kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan
perlindungan tiga tahun).
Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam
tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan
TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

Oleh karena imunisasi TT ini kerap diabaikan, pemerintah biasanya menganjurkan


imunisasi TT dilakukan pada calon suami-istri sebagai kelengkapan mendapatkan surat
nikah. Imunisasi ini sangat berguna untuk melindungi bayi yang nantinya akan dilahirkan.
Setelah mendapatkan suntikan pertama menjelang pernikahan, imunisasi TT tetap
dilanjutkan hingga lima kali.

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit
tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi
pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

Efek samping dari tetanus toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu
berupa kemerahan, pembengkakan dan rasa nyeri.

Intinya, efek imunisasi ini adalah reaksi lokal, dan dilakukan melalui suntikan.
assalamu'alaikum
ana mo tanya tentang hukum imunisasi TT bagi pasangan
pra nikah. mohon segera dijawab
walaikumsalam

Alhamdulillah,
Saya salinkan secara ringkas mengenai Imunisasi Pranikah TT oleh dr. Ira ET yang
ada di majalan As-Sunnah Edisi 12/Tahun VI/1423H/2003M

Imunisasi Toksoid Tetanus (TT)


Imunisasi Toksoid Tetanus adalah suatu imunisasi aktif yang diberikan kepada
ibu-ibu hamil, sebagai perlindungan terhadap bayi baru lahir dari penyakit
Tetanus Neonatoris. Vaksin Toksoid Tetanus (toksin kuman tetanus yang telah
dilemahkan dan kemudian dimurnikan) tersebut akan membuat zat antibodi,
untuk
melawan penaykit tetanus. Antibodi dari tubuh sang ibu akan diterima juga pada
tubuh bayi yang dikandungnya.

Imunisasi Toksoid Tetanus diberikan kepada ibu hamil pada kehamilan bulan ke-7,
diulang pada bulan ke-8 dan diulang lagi pada waktu menjelang kelahiran bayi.
Memang harus di ulang seperti itu, karena tubuh akan memperoleh antibodi
yang
maksimal.

Sebetulnya tidak ada relevansi antara imunisasi Tetanus dengan wanita sebelum
menikah. karena sang wanita tersebut belum tentu hamil.

Tetapi kenapa program pemerintah ini diutamakan pada wanita-wanita pranikah?


Karena melaksanakan suntikan Toksoid Tetanus kepada wanita sebelum menikah
dirasakan lebih efektif dalam penjaringannya untuk mencapai ETN (Eleminasi
Tetanus Neonatorum), atau untuk mengurangi penyakit tersebut.

Sepengetahuan kami, imunisasi pranikah sebagai program pemerintah dalam


rangka
Eleminasi Tetanus Neonatorum kepada wanita subur. Bukan untuk menjarangkan
kehamilan.

Wallahu a'lam

Buletin BRC :: Kita semua mungkin berpandangan bahwa 'imunisasi' (baca : vaksinasi)
adalah barang wajib. Bukan orang tua yang baik kalau tidak mengimunisasi anak secara
lengkap. Selama ini masyarakat hanya mendapat informasi dari satu sisi yang cenderung
sangat positif.

Di awal, saya sengaja menulis kata imunisasi dalam tanda kutip, untuk menegaskan
perbedaan mendasar antara imunisasi dengan vaksinasi. Imunisasi adalah upaya
merangsang penguatan sistem imunitas (kekebalan) tubuh. Sementara vaksinasi hanyalah
salah satu usaha melakukan imunisasi dengan cara memasukan vaksn (kuman penyakit
yang sudah dilemahkan) ke dalam tubuh.

Sebuah majalah terbit komunitas muslim di Amerika, Al Jumuah volume 14 mengupas


masalah imunitas dari sudut pandang yang berbeda yang ditulis Dr. Aisha Hamdan.
Segala hal positif yang selama ini dipahami masyarakat tentang imunisasi, dinyatakan
Aisha adalah mitos. Aisha mengemukakan pandangannya itu dengan banyak data dan
kasus. Australia termauk Negara yang tidak mewajibkan warganya imunisasi. Hanya
setengah warga Australia yang mau menerima imunisasi, Kemungkinan sakit kelompok
uyan menerima imunisasi dengan kelompok yang menolak imunisasi di tempat yang
sama, tidak berbeda. Dalam kasus dipteri meski imunisasi berjalan, kasus dipteri di
Prancis naik 30 persen, di Hungaria naik 55 persen, bahkan di Jenewa (Swiss), naik
hingga tiga kali lipat. Belum lagi imunisasi pertusis (batuk rejan). Tingkat efektivitas
imunisasi tersebut hanya 50 persen. Kasus yang terjadi di Kansas (Amerika) menunjukan
90 persen penderita batuk rejan adalah orang yang sudah diimunisasi pertusis.

Sebuah lembaga pengembangan sains di Inggris mencatat bahwa penyakit anak di Negara
tersebut bisa mencapai 90 persen pada periode 1850-1940. Ini terjadi jauh sebelum
imunisasi dikenalkan secara massal. Singkatnya imunisasi bukan perangkat yang lengkap
untuk mengamankan anak balita. Sebaliknya, program tersebut justru menjadi bahaya
tersendiri bagi balita.Pada tahun 1986, Kongres Amerika membuat The National
Childhood Vaccine Injury Act (Peraturan untuk anak-anak korban imunisasi). Laporan itu
diyakini belum mencerminkan kondisi nyata di negeri Paman Sam itu, Estimasi lapangan
menyatakan bahwa sebenarnya, anak yang menjadi korban imunisasi bisa mencapai 120
ribu pertahun. Aturan soal imunisasi yang dibuat kongres mewajibkan Negara untuk
membayar 25o ribu dolar AS kepada keluarga yang bayinya meninggal kerena pengaruh
imunisasi. Sedangkan bayi yang mengalami gangguan otak karena imunisasi , harus
dikompensasi dengan uang jutaaan dolar AS.

Pada 1997 dilaporkan Al Jumuah,lebih dari 802 juta dollar AS dana yang harus diberikan
kepada para korban imunisasi bisa mencapai 1,7 miliar dolar. Lebih berbahaya lagi,
ternyata dalam vaksin yang disuntikkan melalui imnisasi terkandung bahan-bahan kimia
yang dampaknya bisa berbahaya, Pada dasarnya vaksn mengandung virus dan bakteri
mati, komponen-komponen kuman, ekstrak racun atau organisme hidup yang
keganasanyya telah dilemahkan. Untuk merangsang reaksi imun yang kuat terhadap
organisme-organisme tersebut, pabrik obat menambahkan bahan-bahan perangsang
kekebalan seperti squalene, alumunium, lipopolysachararide dll. yang disebut sebagai
immune adjuvants.

Kombinasi dari adjuvant dengan orgasnisme yang bersangkutan memicu suatu respons
imun (kekebalan) oleh tubuh, mirip seperti yang terjadi pada infeksi alami, kecuali satu
perbedaan besar. Yaitu hampir tidak ada penyakit-penyakit tersebutt memasuki tubuh
melalui injeksi. Umumnya masuk melalui selaput lender hidung, mulut, saluran napas,
atau saluran cerna. Akibatnya , suntikan vaksin justru menghasilkan system imun yang
abnormal.Celakanya lagi, immune adjuvants ini menimbulkan stimulasi dalam kurun
waktu yang panjang, yang justru berpotensi menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh. Belum
lagi sampai saat ini bahan-bahan vaksin maupun proses produksinya belum bisa dijamin
kehalalannya. Seperti dilansir majalah Suara Hidayatullah edisi September 2007 , seluruh
vaksin yang beredar di dunia saat ini , termasuk vaksin miningtis yang diberikan kepada
seliruh jemaah haji, menggunakan bahan haram dalam pembuatannya. Diantaranya enzim
babi, ginjal kera, ginjal babi, hingga janin bayi hasil aborsi. (Masya Allah..)

Direktur Pemasaran PT Bio Farma, pabrik vaksin terbesar di Indonesia, Sarimuddin


Sulaeman mengatakan, Bio Farma sebenarnya telah mengusahakan pengganti tripsin babi
sejak tahun 2006. Namun penelitian ini memakan waktu setidaknya tiga tahun, hingga
untuk sementara tripsin tersebut masih tetap digunakan.

Imunisasi Ala Islam


Islam telah mengajarkan agar ibu-ibu menyusui bayinya hingga 2 tahun penuh (Al
Baqarah:233). Penelitian modern telah membuktikan bahwa ASI adalah makanan terbaik
di dunia. Kandungan gizi di dalamnya sangat efektif untuk membantu tubuh membangun
system imun yang optimal. Departemen Kesehatan Amerika Serikat menganjurkan ibu-
ibu untuk memberikan ASI eksklisif hingga 6 bulan, sementara di Indonesia sendiri
dianjurlan serupa hanya untuk 4 bulan, Rasulullah saw juga biasa melakukan tahnik pada
bayi. Tahnik adalah mengunyah makanan hingga halus, biasa kurma, kemudian
disuapkan kepada bayi,, Ini dijelaskan dalam hadits Bukhari-Muslim.Orang sering salah
interpretasi mengenai tahnik ini, bahkan dicurigai sebagai sarana penularan penyakit dari
orang tua kepada anak. Padahal ini justru sebuah upaya memperkenalkan bayi pada
berbagai potensi penyakit dari luar. Betul bahwa orang tua sang bayi mungkin mengidap
berbagai macam penyakit. Dan jangan lupa bahwa air liur juga bagian dari system imun
kita. Nah, informasi (database) penyakit dalam air liur orang tua bersama kuman-kuman
yang tentunya juga sudah lemah karena bercampur dengan air liur itulah yang masuk ke
tubuh sang bayi melalui mekanisme alamiah (bukan suntikan). Dan ini memberikan
stimulasi bagi tubuh bayi untuk mengupdate system imunnya.

Bekam sebagai Imunisasi Alamiah

Rasulullah telah mengajarkan bahwa salah satu dari tiga kunci kesehatan (asy Syifa)
adalah konsiste melakukan hijamah/ bekam. Menarik untuk dikaji, bahwa ternyata
mekanisme kerja bekam sangat mirip dengan vaksinasi, dengan meninggalkan segala
efek negatifnya.Bekam sebenarnya adalah usaha membuat kerusakan mikrosirkulasi yang
disengaja. Tubuh akan berespon dengan mengawali munculnya peningkatan aktivitas
system imun, baik yang berupa cairan (humoral) maupun yang berupa sel (seluler).
Dengan perantara kimiawi seperi interleukin 1 dan 6 serta TNF alfa, system imun akan
bekerja dan mempergiat proses perondaan, sehingga secara otomatis akan terjadi
optimalisasi system imun.Berbeda dengan vaksinasi, imunisasi melaui bekam ini lebih
universal, tidak spesifik pada satu atau beberapa penyakit saja. Artinya sekali melakukan
bekam, imunitas akan dihasilkan untuk semua jenis penyakit. Meski imunitas spesifik
juga dapat dihasilkan jika bekam dilakukan pada kondisi tertentu.Jika proses bekam ini
dilakukan pada saat seseorang terkena atau terinfeksi virus, maka proses imun spesifik
terhadap virus ini akan bekerja dengan lebih optimal. Jika seseorang menderita penyakit
kanker. Maka system imun seluler yang bertugas untuk mengeliminir atau memusnahkan
sel-sel kanker yang ganas akan bekerja pula dengan optimal. Jika proses bekam
dilakukan pada seorang penderita penyakit jantung koroner, maka adanya faktor anti
penggumpalan keping darah (trombosit) akan mengurangi resiko terjadinya penyumbatan
pembuluh darah koroner. Menariknya lagi, stimulasi imunitas yang dihasilkan melalui
mekanisme bekam bersifat temporer atau sementara. Ini sangat bermanfaat untuk
mencegah hiperimunitas yang berpotensi menimbulkan kerusakan berlebihan pada sel-sel
tubuh, seperti yang banyak terjadi imunisasi konvensional.Namun, hal ini juga
menjadikan efektifitas bekam akan berkurang bila tidak dilakukan secara rutin. Oleh
karenanya, Rasulullah pun menganjurkan agar bekam ini dilakukan sebulan sekali utnuk
pencegahan berbagai macam penyakit. Apalagi jika didukung dengan konsumsi madu
serta herbal-herbal berkhasiat obat yang juga banyak disabdakan Rasulullah saw.
Ternyata, jika kita memahami bagaimana hidup sehat secara islam, tidak ada lagi buah
simalakama. wallaahu a'lam

Source : Buletin BRC Bandung (Bekam Ruqyah Center Bandung)

Bekam atau hijamah adalah teknik pengobatan dengan jalan membuang darah kotor
(racun yang berbahaya) dari dalam tubuh melalui permukaan kulit.Perkataan Al Hijamah
berasal dari istilah bahasa arab : Hijama ( )yang berarti pelepasan darah kotor.
Sedangkan dalam bahasa Inggris disebut dengan cupping, dan dalam bahasa melayu
dikenal dengan istilah Bekam. Di Indonesia dikenal pula dengan istilah kop atau cantuk.
[1].

Cupping used to : drain excess fluids and toxins, loosen adhesions and lift connective
tissue, bring blood flow to stagnant skin and muscles and stimulate the peripheral nervous
system[2].

Dengan melakukan penghisapan/vakum maka terbentuklah tekanan negatif di dalam


cawan/kop sehingga terjadi drainase cairan tubuh berlebih (darah kotor) dan toksin,
menghilangkan perlengketan/adhesi jaringan ikat dan akan mengalirkan darah bersih
ke permukaan kulit dan jaringan otot yang mengalami stagnasi serta merangsang sistem
syaraf perifer.[3].

Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa bekam bekerja dengan cara merangsang atau
mengaktifkan : (1) sistem kekebalan tubuh, (2)Pengeluaran Enkefalin,(3)Pelepasan
neurotransmitter, (4) Penyempitan dan pelebaran pembuluh darah serta (5) the gates for
pain pada Sistim Syaraf Pusat (CNS) yang berfungsi mengartikan sensasi rasa nyeri.[4]

Apabila dilakukan pembekaman pada titik bekam, maka akan terjadi kerusakan mast cell
dan lain-lain pada kulit, jaringan bawah kulit ( sub kutis), fascia dan ototnya. Akibat
kerusakan ini akan dilepaskan beberapa mediator seperti serotonin, histamine, bradikinin,
slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat ini
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang
dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi di tempat yang jauh dari tempat
pembekaman. Ini menyebabkan terjadinya perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah.
Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta akibat vasodilatasi
umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Yang terpenting adalah
dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF), serta releasing factors lainnya oleh
adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan terbentuknya ACTH, corticotrophin
dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek menyembuhkan peradangan serta
menstabilkan permeabilitas sel.[5]

Penelitian lain menunjukkan bekam pada titik tertentu dapat menstimulasi kuat syaraf
permukaan kulit yang akan dilanjutkan pada cornu posterior medulla spinalis melalui
syaraf A-delta dan C, serta traktus spinothalamicus kearah thalamus yang akan
menghasilkan endorphin. Sedangkan sebagian rangsang lainnya akan diteruskan melalui
serabut aferen simpatik menuju ke motor neuron dan menimbulkan reflek intubasi nyeri.
[6]

Berbekam merupakan metode pengobatan klasik yang telah digunakan dalam mengobati
berbagai kelainan penyakit seperti hemophilia, hipertensi, gout, reumatik arthritis,
sciatica, back pain (sakit punggung), migraine, vertigo, anxietas (kecemasan) serta
penyakit umum lainnya baik bersifat fisik maupun mental.[7].

Bekam merupakan pengobatan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW,


sebagaimana dijelaskan dalam hadist Bukhari :

Dari Ibnu Abbas r.a. Rasulullah bersabda : "Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga
hal: dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan
aku melarang ummatku dengan besi panas." (Hadist Bukhari)

Sejarah

Hijamah/bekam/cupping/Blood letting/kop/chantuk dan banyak istilah lainnya sudah


dikenal sejak zaman dulu, yaitu kerajaan Sumeria, kemudian terus berkembang sampai
Babilonia, Mesir, Saba, dan Persia. Pada zaman Rasulullah, beliau menggunakan kaca
berupa cawan atau mangkuk tinggi.
Pada zaman China kuno mereka menyebut hijamah sebagai perawatan tanduk karena
tanduk menggantikan kaca. Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-orang di
Eropa menggunakan lintah sebagai alat untuk hijamah. Pada satu masa, 40 juta lintah
diimpor ke negara Perancis untuk tujuan itu. Lintah-lintah itu dilaparkan tanpa diberi
makan. Jadi bila disangkutkan pada tubuh manusia, dia akan terus menghisap darah tadi
dengan efektif. Setelah kenyang, ia tidak berupaya lagi untuk bergerak dan terus jatuh
lantas mengakhiri upacara hijamahnya.

Seorang herbalis Ge Hong (281-341 M) dalam bukunya A Handbook of Prescriptions for


Emergencies menggunakan tanduk hewan untuk membekam/mengeluarkan bisul yang
disebut tehnik jiaofa, sedangkan di masa Dinasti Tang, bekam dipakai untuk mengobati
TBC paru-paru . Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah) , orang-orang di Eropa
menggunakan lintah (al alaq) sebagai alat untuk bekam (dikenal dengan istilah Leech
Therapy) dan masih dipraktekkan sampai dengan sekarang. [8].

Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai
dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan
efektif.Disebutkan oleh Curtis N, J (2005), dalam artikel Management of Urinary tract
Infections: historical perspective and current strategies: Part 1-before antibiotics. Journal
of Urology. 173(1):21-26, January 2005. Bahwa catatan Textbook Kedokteran tertua
Ebers Papyrus yang ditulis sekitar tahun 1550 SM di Mesir kuno menyebutkan masalah
Bekam. [9].

Hippocrates (460-377 SM), Celsus (53 SM-7 M), Aulus Cornelius Galen (200-300 M)
mempopulerkan cara pembuangan secara langsung dari pembuluh darah untuk
pengobatan di zamannya. Dalam melakukan tehnik pengobatan tersebut, jumlah darah
yang keluar cukup banyak, sehingga tidak jarang pasien pingsan. Cara ini juga sering
digunakan oleh orang Romawi, Yunani, Byzantium dan Itali oleh para rahib yang
meyakini akan keberhasilan dan khasiatnya.[10].

Kapan Hijamah dikenal dan berkembang di Indonesia?


Tidak ada catatan resmi mengenai kapan metode ini masuk ke Indonesia, diduga kuat
pengobatan ini masuk seiring dengan masuknya para pedagang Gujarat dan Arab yang
menyebarkan agama Islam.[11].

Metode ini dulu banyak dipraktekkan oleh para kyai dan santri yang mempelajarinya dari
kitab kuning dengan tehnik yang sangat sederhana yakni menggunakan api dari
kain/kapas/kertas yang dibakar untuk kemudian ditutup secepatnya dengan gelas/bekas
botol. Waktu itu banyak dimanfaatkan untuk mengobati keluhan sakit/pegal-pega di
badan, dan sakit kepala atau yang dikenal dengan istilah masuk angin.[12].

Tren pengobatan ini kembali berkembang pesat di Indonesia sejak tahun 90-an
terutama dibawa oleh para mahasiswa/pekerja Indonesia yang pernah belajar di
Malaysia, India dan Timur Tengah. Kini pengobatan ini dimodifikasi dengan
sempurna dan mudah pemakaiannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan
menggunakan suatu alat yang higienis, praktis dan efektif

Jenis bekam

Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah), yaitu menghisap permukaan
kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam
kering ini berkhasiat untuk melegakan sakit secara darurat atau digunakan untuk
meringankan kenyerian urat-urat punggung karena sakit rheumatik, juga penyakit-
penyakit penyebab kenyerian punggung. Bekam kering baik bagi orang yang
tidak tahan suntikan jarum dan takut melihat darah. Kulit yang dibekam akan
tampak merah kehitam-hitaman selama 3 hari.

Bekam basah (Hijamah Rothbah), yaitu pertama kita melakukan bekam


kering, kemudian kita melukai permukaan kulit dengan jarum tajam
(lancet), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat cupping set dan hand pump
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh. Lamanya setiap
hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit, lalu dibuang darah
kotornya. Penghisapan tidak lebih dari 7 kali hisapan. Darah kotor berupa
darah merah pekat dan berbuih. Dan selama 3 jam setelah di-bekam, kulit
yang lebam itu tidak boleh disiram air. Jarak waktu pengulangan bekam
pada tempat yang sama adalah 3 minggu sahaja

Waktu berbekam

Sebaiknya berbekam dilakukan pada pertengahan bulan [14], karena darah kotor
berhimpun dan lebih terangsang (darah sedang pada puncak gejolak). Anas bin Malik
radhiallaahu 'anhu menceritakan bahwa : "Rasulullah SAW biasa melakukan hijamah
pada pelipis dan pundaknya. Ia melakukannya pada hari ketujuhbelas, kesembilanbelas
atau keduapuluhsatu." (Diriwayatkan oleh Ahmad).

Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif untuk menjaga kesehatan dan
penjagaan diri terhadap penyakit. Adapun untuk pengobatan penyakit, maka harus
dilakukan kapan pun pada saat dibutuhkan. Dalam hal ini Imam Ahmad melakukan
bekam pada hari apa saja ketika diperlukan.

Imam asy-Syuyuthi menukil pendapat Ibnu Umar, bahwa berbekam dalam keadaan perut
kosong itu adalah paling baik karena dalam hal itu terdapat kesembuhan. Maka
disarankan bagi yang hendak berbekam untuk tidak makan-makanan berat 2-3 jam
sebelumnya. 1. Dari Abu Hurairah radhiallaahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
Barangsiapa berbekam pada hari ke-17, 19 dan 21 (tahun Hijriyah), maka ia akan
sembuh dari segala macam penyakit. (Shahih Sunan Abu Dawud, II/732, karya Imam al-
Albani) 2. Dari Abdullah bin Masud radhiallaahu 'anhu, Rasulullah SAW bersabda:
Sesungguhnya sebaik-baik bekam yang kalian lakukan adalah hari ke-17, ke-19, dan pada
hari ke-21. (Shahih Sunan at-Tirmidzi, Syaikh al-Albani (II/204)) 3. Dari Anas bin
Malik radhiallaahu 'anhu, dia bercerita: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam biasa
berbekam di bagian urat merih (jugular vein) dan punggung. Ia biasa berbekam pada hari
ke-17, ke-19, dan ke-21. (HR, Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, sanad shahih)
4. Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda:
Berbekamlah pada hari ke-17 dan ke-21, sehingga darah tidak akan mengalami
hipertensi yang dapat membunuh kalian. (Kitab Kasyful Astaar an Zawaa-idil Bazar,
karya al-Haitsami (III/388))

Ibnu Sina di dalam kitabnya Al-Qaanun mengatakan : Diperintahkan untuk tidak


berbekam di awal bulan karena cairan-cairan tubuh kurang aktif bergerak dan tidak
normal, dan tidak diakhir bulan karena bisa jadi cairan-cairan tubuh mengalami
pengurangan. Oleh karena itu diperintahkan melakukan bekam pada pertengahan bulan
ketika cairan-cairan tubuh bergolak keras dan mencapai puncak penambahannya karena
bertambahnya cahaya di bulan

Cara bekam

Cara melakukan Bekam :[16]

1. Mempersiapkan semua peralatan yang sudah disterilkan dengan alat sterilisator


standar.

2. Mulai dengan doa dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan
desinfektan (misalnya. Iodin)

3. Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan kop/gelas bekam, kekuatan


penghisapan pada setiap pasien berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit,
tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan
mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan jangan melakukan penghisapan lebih dari
4 titik bekam sekaligus.

4. Dengan menggunakan pisau bedah standar kemudian dilakukan syartoh /penyayatan


(jumlah sayatan 5-15 untuk satu titik tergantung diameter kop yang dipakai, panjang
sayatan 0,3-0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis
tubuh). Salahsatu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak
mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan alat maka darahnya baru keluar.
5. Lakukan penghisapan kembali dan biarkan darah kotor mengalir di dalam kop
selama 5 menit.

6. Bersihkan dan buang darah yang tertampung dalam kop dan jika perlu bisa lakukan
penghisapan ulang seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengulangan sayatan.

7. Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatus sauda yang steril. Umumnya bekas
bekam akan hilang setelah 2-5 hari.

8. Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan keajaiban mukjizat medis bekam.

9. Setiap pasien dianjurkan untuk memiliki alat bekam sendiri. Kop/alat bekam tidak
boleh digunakan untuk pasien lain pada penderita hepatitis, ODHA, dan penyakit
menular lainnya.

Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits, selebihnya merupakan
pengembangan dari itu. Beberapa ahli bekam juga menggunakan titik akupuntur untuk
dilakukan pembekaman sedangkan yang lainnya menggunakan pendekatan anatomi
organ tubuh dan patofisiologis suatu penyakit.

Bagian tubuh yang dibekam diantaranya adalah Titik di kepala (Ummu Mughits,
Qomahduwah, Yafukh, Hammah, dzuqn, udzun), Leher dan punggung (Kaahil, al-
akhdaain, alkatifain, naqroh,munkib), kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul qodam, iltiwa) dan
lain sebagainya. [17]

Penyakit apa saja yang dapat diobati dengan bekam?

Thomas W. Anderson telah menulis sebuah buku berjudul 100 Diseases Treated by
Cupping Methode. Beberapa diantara penyakit yang berespon cukup baik dengan Terapi
bekam adalah Hipertensi, hiperuricemia (Gout/Pirai), hiperkolesterolemia, stroke,
parkinson, epilepsy, migrain, vertigo, gagal ginjal, varises, wasir (hemoroid), dan semua
keluhan sakit (rematik, ischialgia/sciatica, nyeri pinggang bawah), penyakit darah
(leukemia, thalasemia), tinnitus, asma, alergi, penyakit sistim imun (SLE, HIV), infeksi
(Hepatitis, elefantiasis), Glaukoma, Insomnia, enuresis/mengompol, mania, skizofren dan
trans (gangguan sihir/jin), dll. Begitu juga bekam untuk kesuburan (fertilitas) dan
kecantikan (menghilangkan jerawat, komedo, vitiligo, menurunkan berat badan, dll).[18]

Apakah terdapat kontraindikasi efek samping yang terjadi akibat bekam? Orang
dalam kondisi seperti apa yang tidak boleh dibekam?

Pada beberapa kasus dimana syarat pembekaman kurang terpenuhi, terkadang muncul
efek samping berupa mual/muntah (jika terlalu dekat jaraknya dengan makan/<2jam
setelah makan), lemas (jika pembekaman terlalu banyak titik), keluarnya bula/gelembung
(jika pembekaman terlalu lama dan kekuatan pompa terlalu kuat). Adapun jika dilakukan
sesuai aturan main maka efek samping tersebut jarang sekali terjadi.

Orang yang ditunda pembekamannya adalah : Wanita hamil (pada daerah perut dan
punggung bawah), wanita menstruasi dan nifas, orang yang sedang mengkonsumsi obat
pengencer darah, sedang cuci darah, baru melakukan donor darah, penderita dengan
kondisi yang sangat lemah dan tekanan darah sangat rendah, serta orang yang sedang
kelaparan/kenyang/gugup (fobia).[19]

Siapa saja yang boleh dibekam? Dan kisaran usia berapa?

Semua orang bisa dibekam pada kisaran umur 4 tahun keatas, yang penting pasiennya
bisa kooperatif. Pada orang tua yang sudah renta, ibu hamil dan anak-anak pembekaman
dilakukan dengan hati-hati, dengan sayatan yang tipis, tekanan kop yang ringan dan titik
bekam yang terbatas

Tips memilih tempat bekam

Bagaimana tips yang baik dalam memilih terapi bekam?

1. Pilihlah Terapis bekam yang bersertifikat dan diutamakan memiliki


pendidikan/pengetahuan medis yang cukup
2. Pastikan Terapis tersebut memiliki peralatan standar sterilisasi (sterilisator) yang
memadai

3. Menggunakan peralatan medis standar (hanscon, masker, pisau bedah, kassa


steril, dll) Hindari penggunaan silet, cutter, kaca, tissue gulung, kapas, atau kop
berupa tanduk, bambu dan gelas biasa. Dalam prakteknya Rosulullah
menggunakan metode syartoh (sayatan) ketika berbekam.

Bekam di Dunia Barat

Seiring dengan bertambahnya pasien yang dengan izin Allah Taala sembuh dan terbebas
dari penyakitnya melalui bekam maka semakin banyak pula bermunculan Terapis
Hijamah dari Barat yang menggunakan metode Cupping Therapy maupun metode
Lintah (Leech Therapy) untuk mengobati berbagai macam penyakit, mereka juga
menuliskannya dalam berbagai artikel, buku dan publikasi lainnya:[22]

Alexis Black : Ancient Chinese technique of cupping offers pain relief without
drugs or surgery (http://www.naturalnews.com/020253.html)
Anita J. Shannon, LMBT : Massage Cupping Therapy for Health Care
Professionals (http://www.massagetoday.com/archives/20)
Celebs Paltrow and Spears Stuck on Ancient Chinese Art of Cupping
(http://www.free-press-release.com/news/200704/1177612286.html)
Dr. Nishi Joshi menggunakan akupuntur dan bekam untuk menangani kanker
payudara dari artis Kylie Minogue serta menterapi Cate Blanchett dan Kate Moss.
Dr. S. Tamer : Cupping Therapy Beneficial in Treating Numerous Diseases
(http://www.naturalnews.com/022727.html)
Dr. Petra Zizenbacher dari Vienna, Austria, ahli pengobatan herbal yang
menerapkan metode Cupping dan Lintah (Leech Therapy) dan salahsatu pasien
langganannya yang terkenal adalah artis Demi Moore dan Gwyneth Paltrow
sebagaimana Britney Spears yang juga pernah di bekam.
Hennawy M (2004). Cupping therapy and Infertility. Available at
http://www.obgyn.net/english/pubs/features/presentations/hennawy15/280,1
Cupping Therapy and Infertility. Accessed December 2004.
Ilkay Zihni Chirali : Cupping Therapy
(http://www.cuppingtherapy.co.uk/19103.html)
Kohler D (1990) : The Connective Tissue as The Physical Medium for
Conduction of Healing Energy in Cupping Therapeutic Method
L.M. Thama, H.P. Leea,b,_, C. Lua : Cupping: From a biomechanical perspective
(Journal of Biomechanics) June 2005 (http://www.elsevier.com/locate/jbiomech)
Longsdale, I. (2005) Manager of The Spa at County Hotel, London. Discussion
re. the use of cupping therapy in Eastern Europe
Michael Reed Gach,Ph.D seorang pendiri dan Direktur Institute Acupressure dari
Berkeley, California dengan bukunya Acupressures Potent Points, a Guide to Self
Care for Common Ailments (http://Acupressure.com)
Michalsen A, Klotz S, Ludtke R, Moebus S, Spahn G, Dobos GJ (2003) .
Effectiveness of leech therapy in osteoarthritis of the knee: a randomized,
controlled trial. Ann Intern Med. 2003 Nov 4;139(9):724-30
Subhuti Dharmananda, Ph.D. Director, Institute for Traditional Medicine,
Portland, Oregon : Cupping. (http://www.itmonline.org/arts/cupping.htm)
Thomas W. Anderson (1985) : 100 Diseases Treated by Cupping Method
What Caused Gwyneths Spots (http://news.bbc.co.uk/1/hi/health/38794)

1. ^ http://www.mail-archive.com/jamaah@arroyyan.com/msg01404.html
2. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
3. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
4. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
5. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
6. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
7. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
8. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
9. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
10. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
11. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
12. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
13. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/
14. ^ http://www.geocities.com/faneliaherbs/
15. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
16. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
17. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
18. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
19. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
20. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
21. ^ http://kaahil.wordpress.com/2009/03/08/bekam-tanya-jawab-bersama-drabu-
hana-bag2/
22. ^ http://kaahil.wordpress.com/2008/10/26/tanya-jawab-hijamah-bekam-bersama-
drabu-hana-bag1/

Jintan hitam (Nigella sativa Linn.) atau Habbatussauda adalah rempah-rempah yang
dapat pula digunakan sebagai tanaman obat [1]. Rempah ini berbentuk butiran biji
berwarna hitam yang telah dikenal ribuan tahun yang lalu dan digunakan secara luas oleh
masyarakat India, Pakistan, dan Timur Tengah untuk mengobati berbagai macam
penyakit. Jenis tanaman ini telah disebut-sebut sebagai tanaman obat dalam
perkembangan awal agama Islam.

Daftar isi

[sembunyikan]

1 Habbatussauda dalam sejarah pengobatan


2 Herbal yang dianjurkan dalam agama Islam
3 Manfaat utama Habbatussauda
4 Anatomi biji habbatussauda
o 4.1 Anatomi biji jintan secara umum (seperti biji-biji lainnya):
o 4.2 Anatomi secara Makroskopik
o 4.3 Anatomi secara Mikroskopik
4.3.1 Kulit biji
4.3.2 Serbuk

5 Catatan
[sunting] Habbatussauda dalam sejarah pengobatan

Habbatussauda digunakan sebagai herbal pengobatan sejak 2000-3000 tahun sebelum


Masehi dan tercatat dalam banyak literatur kuno mengenai ahli pengobatan terdahulu
seperti Ibnu Sina (980 - 1037 M), dan Al-Biruni (973-1048 M), Al-Antiki, Ibnu Qayyim
dan Al-Baghdadi. Ibnu Sina adalah peneliti jenius dari Timur Tengah di bidang
pengobatan yang namanya tercatat di semua buku sejarah pengobatan timur maupun
barat, hidup antara 980 - 1037 M, telah meneliti berbagai manfaat Habbatussauda untuk
kesehatan dan pengobatan. Ahli pengobatan Yunani kuno, Dioscoredes, pada abad
pertama Masehi juga telah mencatat manfaat habbatussauda untuk mengobati sakit kepala
dan saluran pernafasan.
[sunting] Herbal yang dianjurkan dalam agama Islam

Abu Hurairah pernah mendengar Rasulullah Muhammad SAW bersabda: "Pada


Habbatussauda ada obat bagi segala jenis penyakit kecuali Al-Sam, yaitu maut" . Hadits
ini diriwayatkan oleh Bukhari (10:118-119);Muslim(7:25);Ibnu Majah (2:342);Termidzi
(2:3 pada edisi BulaQ) ; dan Ahmad (2:241) meneruskan riwayat Sufyan bin 'Uyainah
dari Al-Zuhri dan Abu Salamah. Dalam Injil terbitan Easton's disebut kata 'ketsah' yang
maksudnya adalah black cummin (nama Inggris untuk Habbatussauda). Habbatussauda
juga tercatat dalam sebutan lain dalam buku Isaiah mengenai Perjamuan Terakhir atau
Old Testament (Isaiah 28:25,27 NKJV).

[sunting] Manfaat utama Habbatussauda

Memperkuat sistem kekebalan tubuh dari serangan Virus, Kuman dan Bakteri

Hasil Penelitian Dr. Ahmad Al Qadhy, 1986 dan laporan penelitian lainnya seperti tertera
dalam Jurnal Farmasi Pakistan, 1992

Mempertahankan tubuh dari serangan kanker dan HIV

Hasil penelitian Prof. G Reitmuller, Direktur Institut Immonologi dari Universitas


Munich dan laporan terpisah dari penelitian tim Dr. Basil Ali, Universitas King Faisal,
Arab Saudi, serta laporan penelitian Immono Biology Laboratory, California, AS.
Laporan lain menyebutkan bahwa Habbatussauda dapat menghentikan pertumbuhan sel
tumor.

Meningkatkan fungsi otak

Dengan kandungan asam linoleat (Omega 6) dan asam linolenat (Omega 3),
Habbatussauda merupakan nutrisi bagi sel otak yang berguna untuk meningkatkan daya
ingat, kecerdasan, dan relativitas sel otak agar tidak cepat pikun. Habbatussauda juga
memperbaiki mikro (peredaran darah) ke otak dan sangat cocok diberikan pada anak usia
pertumbuhan dan lansia.
Menyembuhkan berbagai jenis penyakit pernafasan

Menyembuhkan penyakit asma bronchial, bronchitis, gampang lelah, batuk kronis dan
penyakit pernafasan lainnya

Mengatasi gangguan tidur dan stress

Unsur Sapion terdapat pada Habbaussauda mempunyai fungsi seperti kortikosteroid yang
dapat mempengaruhi karbohidrat, protein dan lemak serta mempengaruhi fungsi jantung,
ginjal, otot tubuh, dan syaraf. Sapion berfungsi untuk mempertahankan diri dari
perubahan lingkungan, gangguan tidur, menghilangkan stress, dan melancarkan air susu
ibu (penelitian Potchestroom, 1989)

Sebagai Anti Histamin & Anti Alergi

Berdasarkan penelitian Nirmal Chakravaty MD 1993, dan penelitian lain oleh Dr. Med.
Peter Schleincher, ahli immonologi dari Universitas Munich

[sunting] Anatomi biji habbatussauda

Pada biji-bijinya sering kali dijumpai embrio yang belum berkembang lengkap dan
terkurung dalam jaringan endosperma yang melimpah, sebagai wujud proses
perkecambahan dua tahap: peretakan testa dan peretakan endosperma. Keadaan ini biasa
dijumpai pada anggota tumbuhan berbunga dasar.

[sunting] Anatomi biji jintan secara umum (seperti biji-biji lainnya):

8. Biji-biji ini merupakan perombakan dan propagasi unit dari Spermatophyta


(tanaman berbiji), Gymnosperma (conifer / jarum dan kultivarnya) dan
Angiosperma (tanaman berbunga).
9. Biji-biji dewasa / matang, ovulenya subur. Ovule adalah struktur dari tanaman
berbiji yang berisi gametophyte betina dengan sel telur, dikelilingi oleh nucellus
dan 1-2 integumen. Dalam angiospermae penyuburan / pembuahan ganda
menghasilkan bentuk embrio diploid dan endosperma triploid.
10. Embrio: sporophyta muda, diploid (2n), dihasilkan dalam pembuahan. Embrio
dewasa berisi kotiledon (daun biji), hypocotil (batang seperti sumbu embrio, di
bawah cotyledon), radicel (akar embrio).
11. Endosperma: jaringan penyimpan makanan, triploid (3n), dihasilkan dalam
pembuahan ganda, 2/3 genom langsung dari induk.
12. Testa (selubung biji): lapisan luar pelindung biji, perkembangan dari integumen
ovule, diploid jaringan induk.
13. Buah dewasa / matang, ovarium masak berisi banyak biji. Perikarpium (selubung
buah) diploid dari jaringan induk.
14. Biji endospermis: endosperma ditempatkan dalam biji yang matang dan bertindak
sebagai organ penyimpan makanan. Testa dan endosperma adalah 2 lapisan luar
dari embrio.

[sunting] Anatomi secara Makroskopik

Biji agak keras, limas ganda dengan kedua ujungnya meruncing, limas yang satu lebih
pendek dari yang lain, bersudut 3 sampai 4, panjang 1,5 mm sampai 2 mm, lebar lebih
kurang 1 mm permukaan luar berwarna hitam kecoklatan, hitam kelabu sampai hitam,
berbintik-bintik, kasar, berkerut, kadang-kadang dengan beberapa rusuk membujur atau
melintang.

Pada penampang melintang biji terlihat kulit biji berwarna coklat kehitaman sampai
hitam, endosperm berwarna kuning kemerahan, kelabu, atau kelabu kehitaman; lembaga
berwarna kuning pucat sampai kelabu.

[sunting] Anatomi secara Mikroskopik


Biji jintan hitam

[sunting] Kulit biji

Epidermis luar terdiri dari selapis sel yang termampat, bentuk memanjang, kadang-
kadang berupa papila pendek, dinding tipis, warna coklat muda atau coklat kehijauan.

Di bawah epidermis terdapat beberapa lapis sel parenkimatik, bentuk memanjang,


termampat, tidak berwarna atau berwarna kehijauan; pada tiap rusuk diduga tedapat
berkas pembuluh, phloem dan xylem sukar dibedakan karena selnya termampat; pada
daerah ini sel parenkim di bawah epidermis tidak termampat dan selnya besar berbentuk
polygonal; kemudian berturut-turut terdapat selapis sel berbentuk persegi empat,
berdinding tipis, tidak berwarna atau berwarna kehijauan, di dalam sel terdapat hablur
berbentuk prisma besar, kadang-kadang hampir memenuhi ruangan sel, pada penambahan
asam klorida pekat P hablur tidak larut; selapis sel berbentuk palisade, tinggi lebih kurang
65 m, tersusun sangat teratur, dinding tangensial dalam dan dinding radial sangat tebal,
warna agak kekuningan dan tidak berlignin, lumen sangat kecil terdapat di ujung bagian
luar, berbentuk trapesium atau bundar telur, warna coklat kekuningan; selapis sel
parenkimatik, bentuk persegi empat tidak teratur, dinding tipis, sel jernih.

Epidermis dalam terdiri dari selapis sel berbentuk persegi empat tidak teratur, sel agak
besar, lumen jernih, dinding berwarna coklat berpenebalan jala, dinding tangensial dalam
lebih tebal. Endosperm terdiri dari sel berbentuk polygonal, dinding tipis, tidak berwarna,
penuh berisi butiran aleuron dan tetes-tetes minyak.
Embryo sel nya lebih kecil dari sel endosperm, dinding tipis, berisi butir aleuron dan
tetes-tetes minyak.

[sunting] Serbuk

Warna kelabu kehitaman. Fragmen pengenal adalah fragmen epidermis luar yang
termampat dan berpapila pendek, fragmen sel palisade terlihat tangensial; fragmen kulit
biji; fragmen epidermis dalam; fragmen sel berhablur terlihat tangensial; fragmen
endosperm dan fragmen sel parenkimatik di bawah lapisan palisade.

Anda mungkin juga menyukai