Anda di halaman 1dari 61

MOTIVASI KEPEMIMPINAN, KUALITAS SUMBER DAYA

APARATUR ,EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI DALAM


PENCAPAI-AN KINERJA SEBAGAI PERWUJUDAN GOOD
GOVERNANCE

Dr. T. KUNCORO, Drs, Msi

Disampaikan :PADA DIKLAT PRAJABATAN GOLONGAN


III Tahun :2011
APA, SIAPA, MENGAPA, BAGAIMANA, KAPAN, DIMANA

PRINSIP (Fayol)
FUNGSI
MANAJEMEN -pembagian kerja
-Planning -otoritas
PEMERINTAH -Organizin -disiplin
TUNTUTAN AN g -kesatuan perintah
-Staffing -kepentingan
-PROFESIONALISME -Motivating pribadi
-EMPOWERING PEOPLE -Controlling dibawah kepenting-
an organisasi
PENDEKATAN -pemberian upah
-pemusatan
ALIRAN -Empiris -jenjang jabatan
ILMU SENI -ketertiban
-Perilaku interpersonal
-Manajemen -Perilaku kelompok -keadilan
-Kumpulan ilmu -Faktor manusia -kestabilan staf
ilmiah -Sistem sosial /kerja
pengetahuan -Faktor -inisiatif
-Hubungan -Sistem sosioteknikal
-Sistematis kepemimpinan -semangat korp
manusiawi -Teori keputusan
-Azas-azas -Kemampuan
-Manajemen -Sistem
(principles of /keterampilan
management) -Tindakan
modern -Ilmu manajemen PRINSIP (James D.M)
-Kontingensi
-Kebenarannya -Empowering
diterima secara -Koordinasi
universal -Skalar (pembagian kerja,
-Teori Subyektif wewenang)
-Fungsional (adanya pembagian
kerja didasarkan pada fungsi)
-Staf (prinsip kejelasan wewenang
staf)
Manaj.Pemerintahan Perlu dirumuskan suatu
penempatan SDM (The Right
man on the right job)
Rendah
Kualitas Sumber
Falsafah
Daya Aparatur manajemen
S.D.M
Dipengaruhi
Faktor
- Rekrutemen (pengarahan)
yang terlalu rendah Asumsi dasar
- Pembinaan kurang terhadap manusia

Teori
Penempatan SDM rendah
DAUGLAS ME GREGOR
Posisi jabatan
Asumsi Teori “X” Asumsi Teori “Y”
Mutu pekerjaan rendah
- Man suka bekerja
- Ciri man secara alamiah
tidak suka bekerja - Pengendalian eksternal &
ancaman hukuman bkn satu-
Akibat : - Semua orang harus satunya cara utk
dipaksa, diawasi, diarahkan menimbulkan pencapaian
- Iklim kerja terganggu dan diancam tujuan
- Produktivitas rendah - Man. Ingin diarahkan & - Man termotivasi apabila
- Gaji rendah ingin menghindari kebutuhannya akan
pertanggungjawaban kerberhasilan, rasa hormat,
- Disiplin rendah aktualisasi terpenuhi
- Prestasi rendah
- Tanggung jawab
- Tidak memiliki kemampuan
dan ketrampilan - Mampu untuk melatih
imajinasi, pandai, kreativitas,
suka memecahkan masalah
I) P E N D A H U L A U A N

1. Tata kepemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang


penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif
sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani.

2. Tata pemerintahan yang baik terkait erat dengan kontribusi,


pemberdayaan dan keseimbangan peran antara 3 (tiga) pilarnya,
yaitu pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.

3. Tata pemerintahan yang baik juga mensyaratkan adanya kompetensi.


Birokrasi sebagai pelaksana kebijakan publik atau sebagai perangkat
otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan amanat yang
diembannya.

2/21
I) P E N D A H U L A U A N

4. Upaya membangun tata pemerintahan yang baik pada hakekatnya


merupakan upaya membangun sistem nilai, sehingga memerlukan
waktu yang relatif lama, kecuali jika para pemimpin dan para
stakeholder lainnya memiliki KOMITMEN yang kuat dan nyata untuk
menerapkannya.

5. Tata kepemerintahan yang baik tidak mudah untuk didefinisikan


secara baku dan seragam sebab istilah ini memiliki banyak makna
yang bervariasi dan substansi bahasanya cukup luas.

6. Namun demikian, keberagaman makna tersebut pada hakekatnya


memiliki kesatuan tujuan yang utuh, yakni pencapaian kondisi
pemerintahan yang terselenggara secara seimbang dengan kerja
individu dan lembaga serta antara pemerintah, dunia usaha dan
masyarakat. Peran tersebut adalah:

3/21
I) P E N D A H U L A U A N

A. Pemerintahan (eksekutif, legislatif dan yudikatif) memainkan


peran menjalankan dan menciptakan lingkungan politik dan
hukum yang kondusif bagi unsur-unsur lain dalam
governance.

B. Dunia usaha berperan dalam penciptaan lapangan kerja dan


pendapatan.

C. Masyarakat berperan dalam penciptaan interaksi sosial, ekonomi


dan politik.

7. Ketiganya memainkan peran masing-masing yang harus sesuai


dengan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang terkandung dalam tata
kepemerintahan yang baik, yang sekurangnya terdapat 14 nilai
indikator yang menjadi prinsip tata kepemerintahan yang baik, yaitu:

4/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Wawasan ke Depan
(Visionary)

Indikator Minimal
Adanya Visi dan strategi yang jelas dan mapan dengan menjaga
kepastian hukum ;
Adanya kejelasan setiap tujuan kebijakan dan Program ;

Adanya dukungan dari pelaku untuk mewujudkan visi.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Peraturan/ kebijakan yang memberikan kekuatan hukum pada visi dan
strategi;

2. Proses penentuan visi dan strategi secara partisipatif.

5/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Keterbukaan dan Transparansi


( Openness & Transparency )

Indikator Minimal
Tersedianya informasi yang memadai pada setiap proses penyusunan
dan implementasi kebijakan publik;
Adanya akses pada informasi yang siap, mudah dijangkau, bebas
diperoleh, dan tepat waktu.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Peraturan yang menjamin hak untuk mendapatkan informasi;
2. Pusat/ balai informasi;
3. Website (e-government, e-procurement, dsb);
4. Iklan Layanan Masyarakat;
5. Media Cetak;
6. Papan Pengumuman.

6/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Partisipasi Masyarakat
( Participation )

Indikator Minimal
Adanya pemahaman penyelenggara negara tentang proses/metode
partisipatif;
Adanya pengambilan keputusan yang didasarkan atas konsensu
bersama.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Pedoman pelaksanaan proses partisipatif;

2. Forum konsultasi dan temu publik, termasuk forum Stakeholders;

3. Media massa nasional maupun media lokal sebagai sarana penyaluran aspirasi masyarakat;

4. Mekanisme/peraturan untuk mengakomodasi kepentingan yang beragam.

7/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Tanggung Gugat
( Accountability)

Indikator Minimal
Adanya kesesuaian antara pelaksanaan dengan standar prosusedur
pelaksanaan;

Adanya sanksi yang ditetapkan atas kesalahan atau kelalaian dalam


pelaksanaan kegiatan.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Mekanisme pertanggungjawaban;

2. Laporan tahunan;

3. Laporan pertanggungjawaban;

4. Sistem pemantauan kinerja penyelenggara negara;


5. Sistem Pengawasan;
6. Mekanisme Reward and punishment.

8/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Supremasi Hukum
( Rule of Law)

Indikator Minimal
Adanya kepastian dan penegakan hukum;

Adanya penindakan terhadap setiap pelanggaran hukum;

Adanya pemahaman mengenai pentingnya kepatuhan terhadap hukum


dan peraturan.
Perangkat Pendukung Indikator
1. Sistem Yuridis yang terpadu/terintegrasi (kepolisian, kejaksaan, pengadilan);

2. Reward and punishment yang jelas bagi aparat penegak hukum (kepolisian, kehakiman,
kejaksaan);

3. Sistem pemantauan lembaga peradilan yang obyektif independen, dan mudah diakses
(ombudsman);

4. Sosialisasi mengenai kesadaran hukum.

9/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Demokrasi
( Democracy )

Indikator Minimal
Adanya kebebasan dalam menyampaikan aspirasi dan berorganisasi;

Adanya kesempatan yang sama bagi anggota masyarakat untuk


memilih dan membangun konsensus dalam pengambilan keputusan
kebijakan Publik.

Perangkat Pendukung Indikator


Peraturan yang menjamin adanya hak dan kewajiban yang sama bagi anggota masyarakat
untuk turut serta dalam pengambilan keputusan kebijakan publik.

10/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Profesionalisme & Kompetensi


( Profesionalism & Competency)

Indikator Minimal
Berkinerja tinggi;
Taat azaz;
Kreatif dan Inovatif;
Memiliki kualifikasi di bidangnya.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Standar kompetensi yang sesuai dengan fungsinya;

2. Kode etik profesi;


3. Sistem reward and punishment yang jelas;

4. Sistem pengembangan sumber daya manusia (SDM);

5. Standar dan indikator kinerja.

11/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Daya Tanggap
( Responsiveness)

Indikator Minimal
Tersedianya layanan pengaduan dengan prosedur yang mudah
dipahami oleh masyarakat ;

Adanya tindak lanjut yang cepat dari laporan dan pengaduan.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Standar pelayanan publik;

2. Prosedur dan layanan pengaduan, hotline;

3. Fasilitas komunikasi dan informasi.

12/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Keefisienan & Keefektifan


( Efficiency & Effectiveness)

Indikator Minimal
Terlaksananya administrasi penyelenggaraan negara yang berkualitas
dan tepat sasaran dengan penggunaan sumber daya yang optimal;
Adanya perbaikan berkelanjutan;
Berkurangnya tumpang tindih penyelenggaraan fungsi organisasi/unit
kerja.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Standar dan indikator kinerja untuk menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan;

2. Survei-survei kepuasan Stakeholders.

13/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Desentralisasi
( Decentralization)

Indikator Minimal
Adanya kejelasan pembagian tugas dan wewenang dalam berbagai
tingkatan jabatan.

Perangkat Pendukung Indikator


Peraturan perundangan mengenai :

1. Struktur organisasi yang tepat dan jelas;

2. Job descrition (uraian tugas) yang jelas.

14/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta & Masyarakat


( Private Sector & Civil Society Partnership)

Indikator Minimal
Adanya pemahaman aparat pemerintah tentang pola-pola kemitraan ;
Adanya lingkungan yang kondusif bagi masyarakat kurang mampu
(powerless) untuk bekerja;
Terbukanya kesempatan bagi masyarakat/dunia usaha swasta untuk
turut berperan dalam penyediaan pelayanan umum;
Adanya pemberdayaan institusi ekonomi lokal/usaha mikro, kecil dan
menengah, serta koperasi.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Peraturan-peraturan dan pedoman yang mendorong kemitraan pemerintah-dunia usaha
swasta-masyarakat.

2. Peraturan-peraturan yang berpihak pada masyarakat kurang mampu;

3. Program-program pemberdayaan.

15/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan


( Commitment to Reduce Inequality)

Indikator Minimal
Adanya langkah-langkah atau kebijakan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar bagi masyarakat yang kurang mampu
(subsidi silang, affirmative action);
Tersedianya layanan-layanan/fasilitas-fasilitas khusus bagi masyarakat
tidak mampu;
Adanya kesetaraan dan keadilan gender;
Adanya pemberdayaan kawasan tertinggal.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Peraturan-peraturan yang berpihak pada pemberdayaan gender, masyarakat kurang
mampu, dan kawasan tertinggal;

2. Program-program pemberdayaan gender, masyarakat kurang mampu, dan kawasan


tertinggal.

16/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Komitmen pada Lingkungan Hidup


( Commitment to Environmental Protection)

Indikator Minimal
Adanya keseimbangan antara pemanfaatan sumber daya alam dan
perlindungan/konservasinya;
Penegakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan;
Rendahnya tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan;
Rendahnya tingkat pelanggaran perusakan lingkungan.

Perangkat Pendukung Indikator


1. Peraturan dan kebijakan yang menjamin perlindungan dan pelestarian sumber daya alam
dan lingkungan hidup;
2. Forum kegiatan peduli lingkungan;

3. Reward and Punishment dalam pemanfaatan sumber daya alam dan perlindungan
lingkungan hidup.

17/21
II) 14 INDIKATOR GOOD PUBLIC GOVERNANCE

Komitmen pada Pasar yang Fair


( Commitment to Fair Market )

Indikator Minimal
Tidak ada monopoli;

Berkembangnya ekonomi rakyat;


Terjaminnya iklim kompetisi yang sehat;

Rendahnya tingkat pelanggaran perusakan lingkungan.

Perangkat Pendukung Indikator


Peraturan-peraturan mengenai persaingan usaha yang menjamin kompetisi yang sehat.

18/21
III) DIAGRAM : EMPAT BELAS (14) PRINSIP TATA KEPEMERINTAHAN YANG BAIK
Diagram Empat Belas Prinsip Tata Kepemerintahan yang Baik untuk Sektor Publik

a
si

si

rak sah

n
ran

g
n p ngan anga
ten

ga
n

an
tifa

as i a U
t

at
pa

pe
ka

ry
kun
n

um

r
a

fek
ns

ar a

gu
ga

om

F a a sa
ep

ap

& M un
si

Hid Ling
uk

ya
Tra

n
ee
Gu

isa
si
eD

t a an D
asy

&K

Pe

aP
si H

ng
kra

&K

np p
l
Keluaran
an

ng

tra

ir
ja
nk

u
iM

Ta

ad
me

ad
mo

g
ma

en
ad
nd

gu

en

S w den
an
asa

as

ya
alis

es
De

np
ng

pr e

s
i en
aa

ip

De
Da

me
K
w

me
as
n
Ta
rtis

i on

me
uk

Su
Wa

raa
efis

mit
mit
b

Pa

fes

mit
ter

mit
Ke

Ko
Ko
Pro

Ko
Ke

Ke
P P P P P P P P P P P P P P Keberhasilan
P P P P P P P P P P P P P Tanpa Arah
P P P P P P P P P P P P P Kesalahpahaman
P P P P P P P P P P P P P Kurangnya Akomodasi
P P P P P P P P P P P P P Penyalahgunaan Wewenang
P P P P P P P P P P P P P Ketidakpastian
P P P P P P P P P P P P P Rendahnya rasa memiliki
P P P P P P P P P P P P P Kualitas rendah
P P P P P P P P P P P P P Lamban
P P P P P P P P P P P P P Pemborosan
P P P P P P P P P P P P P Tidak Proporsional

P P P P P P P P P P P P P Rapuh
P P P P P P P P P P P P P Ketimpangan
P P P P P P P P P P P P P Tidak berkelanjutan
P P P P P P P P P P P P P Daya saing rendah
19/21
IV) GAMBARAN SITUASI & KONDISI BILA TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK DITERAPKAN

1. Berkurangnya secara nyata praktik KKN di birokrasi yang antara lain


ditunjukkan adanya beberapa hal berikut :
Tidak adanya manipulasi pajak
Tidak adanya pungutan liar
Tidak adanya manipulasi tanah
Tidak adanya manipulasi kredit
Tidak adanya penggelapan uang negara
Tidak adanya pemalsuan dokumen
Tidak adanya pembayaran fiktif
Berjalannya proses pelelangan (tender) dengan fair
Tidak adanya penggelembungan nilai kontrak (mark-up)
Tidak adanya uang komisi
Tidak adanya penundaan pembayaran kepada rekanan
Tidak adanya kelebihan pembayaran
Tidak adanya defisit biaya
Adanya kepastian hukum
20/21
IV) GAMBARAN SITUASI & KONDISI BILA TATA PEMERINTAHAN YANG BAIK DITERAPKAN

2. Terciptanya sistem kelembagaan dan ketatalaksanaan pemerintah


yang bersih, efisien, efektif, transparan, profesional dan akuntabel.

3. Terhapusnya peraturan perundang-undangan dan tindakan yang


bersifat diskriminatif terhadap warga negara, kelompok, atau
golongan masyarakat.
4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam pengambilan kebijakan
publik yang ditunjukkan dengan berjalannya mekanisme dialog dan
musyawarah terbuka dengan masyarakat.

5. Terjaminnya konsistensi dan kepastian hukum seluruh peraturan


perundang-undangan baik ditingkat pusat maupun daerah. Dengan
demikian, hukum menjadi landasan bertindak bagi aparatur
pemerintah dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan publik
prima.

21/21
A. Review Konsepsi dan Abstraksi
Sebagian kendala dalam mengelola mutu
Organisasi Publik /Satuan Kerja Perangkat
Daerah adalah rendahnya faktor Sumber Daya
Aparatur Daerah , Keterlibatan Aparatur
sebagai Kelompok Pelayan Publik merupakan
pilar kesuksesan kinerja , sehingga diperlukan
ekstra pekerjaan untuk memberikan motivasi
kerja Kepemimpinan Aparatur Daerah. Sehingga
faktor-faktor yang mempengaruhi bangkitnya
motif Kepemimpinan PNS dalam bekerja dapat
memahami Reward and Punishment.
Konsepsi Dasar Motivasi
Ada 3 (tiga) faktor yang paling dominan dalam
menentukan perilaku manusia dalam bekerja yaitu
:
1. Motivasi Kerja
2. Kesejahteraan
3. Kepuasan Kerja
Motivasi merupakan kekuatan yang kompleks yang
memuat unsur-unsur seperti pengarahan diri
sendiri (Self Direction), tuntutan akan pemenuhan
kebutuhan hidup dan kehidupan, tekanan-tekanan
dan mekanisme psikologis dalam arti luas.
Motivasi diartikan sebagai setiap daya
gerak atau daya dorong yang muncul pada
diri individu untuk secara sadar
mengabdikan diri bagi pencapaian tujuan
organisasi. Motivasi kerja adalah dorongan
yang muncul pada diri individu untuk
secara sadar melakukan pekerjaan yang
dihadapi. Kesadaran yang dimaksudkan di
sini dapat bersumber dari faktor-faktor
internal dan dapat pula muncul secara
eksternal.
Ada 2 (dua) sistem nilai yang
berkembang dalam organisasi, yang
karakteristiknya berbeda
1.Nilai-nilai limas dari birokrasi yang
mendominasi praktek kerja
keorganisasian
2.Nilai-nilai demokrasi yang berorientasi
humanistik. (Chris Argyris)
Sistem nilai birokrasi limas mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Hubungan manusiawi (Human Relation) dianggap
penting dalam mencapai tujuan organisasi, terutama
untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan
secara baik
b. Efektivitas dalam hubungan manusiawi akan
bertambah dengan syarat perilaku menjadi lebih
rasional, logis dan dikomunikasikan secara jelas. Jika
perilaku berubah menjadi emosional dan tidak logis,
maka efektivitas akan menurun.
c. Hubungan manusiawi menjadi sangat efektif jika
dimotivasi melalui pengarahan yang ditata secara
tepat, disertai kekuasaan dan pengendalian.
Sistem nilai demokrasi humanistik mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
a. Hubungan manusiawi sangat penting bagi pencapaian
tujuan organisasi dan pemeliharaan sistem internal, serta
penyesuaian sebaik mungkin dengan lingkungan.
b. Efektivitas hubungan manusiawi akan bertambah jika
segala aspek perilaku, baik rasional maupun interpersonal
dapat dengan mudah dikendalikan.
c. Dalam hubungannya dengan pengarahan, pengendalian,
imbalan atas prestasi (penghargaan), dan hukum,
hubungan manusiawi akan sangat berpengaruh terhadap
efektifitas organisasi jika dilakukan dengan hubungan yang
otentik, kesepakatan internal, keberhasilan secara
psikologis dan proses konfirmasi
Terdapat kebutuhan-kebutuhan internal yang
sangat mempengaruhi motivasi manusia dalam
bekerja, kebutuhan itu tersusun sebagai
hierarki yang terdiri atas lima tingkatan
kebutuhan. (Abraham H. Maslow)
Adapun tingkat-tingkat kebutuhan tersebut
adalah :
1. Tingkat 5 : Aktualisasi atau realisasi diri
2. Tingkat 4 : Rasa hormat
3. Tingkat 3 : Rasa disertakan, rasa cinta,
aktifitas sosial
4. Tingkat 2 : Rasa aman
5. Tingkat 1 : Fisik atau biologik
Motivasi merupakan fenomena kehidupan
yang sangat kompleks. Setiap individu
mempunyai motivasi yang berbeda dan
banyak jenisnya. Motivasi dipengaruhi 2
(dua) hal yaitu :
1. Individu itu sendiri
2. Situasi yang dihadapinya

dengan kata lain ada dua faktor yang


mempengaruhi motivasi manusia dalam
bekerja, yaitu
1. motivasi internal
2. motivasi eksternal.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa ada
seperangkat motivator yang sangat
penting bagi pimpinan untuk
memotivasi pegawainya. Motivator yang
dimaksud adalah sebagai berikut :
a) Tuntutan akan dunia kerja
b)Posisi
c) Kepemimpinan
d)Persaingan
e) Ketakutan
f) Uang
Tiga Faktor yang Mempengaruhi
Motivasi
Motivasi sangat mempengaruhi produktifitas kerja.
Motivasi yang tinggi akan menghasilkan
produktivitas tinggi dan motivasi yang rendah
akan menurunkan produktivitas.
Bagi Peminpin yang paling utama perlu
mendapatkan perhatian adalah upaya
membangkitkan motif kerja staf. Ada beberapa
faktor yang mempengaruhi motivasi, yaitu :
1. Gaya kepemimpinan Pimpinan/Kepala SKPD
2. Sikap individu PNS
3. Situasi dan Kondisi kerja,sertaLingkungan Kerja
B. Kepemimpinan dan Program
Mutu dalam TQM Approach
1. Program Mutu
Dalam rangka mensukseskan program
mutu dengan menerapkan sistem
manajemen mutu secara konsisten, maka
diperlukan komitmen bersama baik dari
pimpinan maupun seluruh personel.
PROGRAM MUTU

SISTEM SEMANGAT

goals
DSM(Dok.Sis PENERAPAN
tem Mutu)

ILMU SENI
Manajemen Kepemimpinan

Susun Rencana – P P - Dapatkan Komitmen


Laksanakan rencana – D alat D - Arahkan dan bimbing
Evaluasi pelaksanaan – C C - Menghargai
Lakukan Perbaikan – A A - Pecahkan masalah bersama
Koordinasi Pekerjaan – T T - Bangun semangat kerjasama

Ket :
objek
P : Plan
TEKNIS MANUSIA D : Do
C : Check
A. Action
Untuk melaksanakan program mutu perlu penanganan dengan
menggunakan pendekatan Total Quality Management (TQM)
yang memberikan dasar secara fundamental terhadap
kepercayaan, nilai dan keyakinan kepada manajemen/pimpinan.
Segala bentuk kegiatan mutu yang diterapkan bemuara pada
satu tujuan untuk mencapai kepuasan pelanggan secara jangka
panjang melalui peningkatan mutu yang sistematik terhadap
semua produk, pelayanan dan proses.

Sistem manajemen mutu terpadu dengan seluruh unsur-unsur


sistem mutu dijadikan syarat bagi perusahaan. Maksudnya
untuk meningkatkan kepuasan pelanggan secara kontinu
dengan produk, pelayanan, dan proses yang lebih baik
a. Sistem
salah satu persyaratan program mutu, yaitu
menyusun dokumen sistem mutu (DSM).
Penyusunan DSM merupakan aspek teknis.

b. Semangat
Persyaratan lain untuk program mutu, yaitu
penerapannya. Ketika tahap ini memerlukan
semangat (Passion) untuk konsisten sesuai
dengan tanggung jawab masing-masing bagian.
2. Siklus PDCA Action Plan

Siklus PDCA merupakan metode


peningkatan mutu yang dilakukan Check Do

setahap demi setahap untuk


memperoleh hasil kerja yang efektif
dan terpercaya. Adapun tahapannya sebagai berikut :
Tahap 1 : Susun rencana (plan)
Tahap 2 : Menerapkan rencana (do)
Tahap 3 : Evaluasi hasil kerja (check)
Tahap 4 : Lakukan tindakan perbaikan (action)
Tahap 1 Susun Rencana (plan)
Tiga butir penting yang perlu diperhatikan dalam menyusun
rencana, yaitu :
a. Menetapkan sasaran dan karakteristik pengendaliannya
b. Menyusun target yang terukur
c. Menetapkan metode yang digunakan untuk mencapai target.

Tahap 2 Menerapkan Rencana (do)


Langkah-langkah tahap ini yang dilakukan yaitu :
a. Mempelajari metode yang digunakan
b. Menerapkan metode
c. Mengumpulkan data mutu berdasarkan penggunaan metode
yang ditetapkan.
Tahap 3 Evaluasi hasil kerja (check)
Pada tahap ini memeriksa dan mengevaluasi hasil yang meliputi
:
a. Memeriksa pekerjaan berdasarkan standar
b. Memeriksa apakah nilai yang diukur sesuai standar
c. Memriksa apakah karakteristik mutu sesuai nilai target

Tahap 4 Lakukan tindakan perbaikan (action)


Melakukan tindakan berdasarkan hasil penyelidikan yang
meliputi :
a. Bila pekerjaan menyimpang dari standar, lakukan tindakan
koreksi.
b. Bila hasil abnormal, lakukan penyelidikan dan pencegahan.
c. Meningkatkan sistem dan metode kerja
Tahap Plan
Mendapatkan Komitmen Staf
Kunci : 1. Komunikasi 2 arah
2. Staf diikutsertakan dalam proses penetapan
a. Sasaran
Sehingga timbul rasa memiliki
b. Target
PIMPINAN
a. Pendekatan tidak lagi dengan
perintah
b. Pendapatnya melalui
kesadaran

Kegiatan Sasaran
STAF bersama
a. Menunggu perintah (patuh)
diubah menjadi barpartisipasi
secara sukarela
b. Pendapatnya berdasarkan
usulan
Tindak Lanjut Tahap Plan
Untuk
Mendapatkan Komitmen Staf

Kepemimpinan Kejelasan

Komitmen

Partisipasi

Langkah-langkah yang bisa ditempuh


1. Berdialog dengan data dan fakta
a. Masalah
b. Sasaran
2. Pendekatan khusus untuk setiap individu
a. Komitmen
Tahap plan pada dasarnya menjelaskan, bagaimana
pendekatan pimpinan untuk mendapatkan komitmen
dari staf. Apabila komitmen hanya dimiliki oleh pimpinan,
pada pelaksanaannya nanti banyak mengalami kendala.
Kemudian pada akhirnya berakibat tidak dipenuhinya
sasaran. Komitmen staf yang diperlukan, yaitu agar dapat
berperan serta dalam pekerjaan yang ditetapkan oleh
pimpinan.
b. Komunikasi
Pada tahap ini diperlukan gaya kepemimpinan yang
mampu dan mau membuka komunikasi yang
proporsional dengan pihak staf. Tujuannya agar terjadi
dialog/komunikasi dua arah.
c. Sasaran
Untuk mencapai sasaran yang ditetapkan maka
dperlukan kerja sama secara proporsional antara
pimpinan dan staf. Staf dilibatkan dalam proses
menetapkan sasaran kinerja dan target kinerja yang
didasarkan oleh realita yang ada, yaitu data dan fakta
sehingga timbul rasa memiliki
d. Kejelasan
Pimpinan menjelaskan perencanaan kinerja kepada pihak
staf sehingga staf mendapatkan gambaran tentang
rencana pimpinan yang menjadi kebijakan manajemen.
Apabila hal ini dilakukan, pendekatan pimpinan tidak lagi
bersifat “perintah” melainkan pendekatan melalui
tanggung jawab sesuai uraian tugas yang disepakati.
Tahap “do”
Mengarahkan dan membimbing
Kunci : 1. suasana keterbukaan dan kejelasan
2. Pengarahan dan bimbingan
PIMPINAN
a. Percaya kemampuan bawahan
b. Bersedia melimpahkan
wewenang
c. Tanggap terhadap kelebihan
dan kekurangan bawahan Saling tukar Pencapaian
informasi ajakan
dan tanggapan
Sasaran
STAF
a. Beralih dari menunggu perintah
ke mawas diri
b. Saling percaya
c. Menerima wewenang dan
tanggung jawab
Tindak Lanjut Tahap “do”
untuk
mengarahkan dan membimbing

SUASANA KERJA
Langkah-langkah yang bisa ditempuh :
Sasaran : a. Kejelasan
b. metode mencapainya
Mengarahkan dan Membimbing c. Pembagian tugas

Dukungan : a. Personel yang mampu


b. peralatan yang cukup
c. ketepatan waktu

Arahan dan Bimbingan


Tahap Check
Menilai karya dan menghargai
Kunci : 1. Keadilan dan keterbukaan
2. Kepuasan dan berdasarkan fakta
PIMPINAN
a. Penilaian sepihak ke bersama
b. Pengembangan saling
menguntungkan
Evaluasi yang
Jujur, Adil dan
STAF Terbuka
a. Penetapan evaluasi diri
b. Pengembangan saling
menguntungkan
Tindak Lanjut Tahap “check”
untuk
Menilai karya dan menghargai
KETERBUKAAN KEADILAN

Menilai Karya
Dan Menghargai

Langkah yang bisa ditempuh


1. Menciptakan rasa memiliki
2. Menghargai prestasi
seseorang
Penghargaan

Material a. Pengakuan
b. Pujian
Tahap “action”
memecahkan masalah secara bersama
Kunci : 1. Setiap masalah merupakan peluang untuk mendidik staf
2. Menghindari kesan, setiap masalah hanya dapat dipecahkan bila
pimpinan berada di sampingnya.

PIMPINAN
a. Kepercayaan diri
b. Perubahan orientasi dari
hukuman ke pemecahan

Pemecahan Peningkatan/
masalah bersama perbaikan
STAF
a. Patuh dengan kesadaran
b. Saling membutuhkan
Tindak lanjut tahap “action”
untuk
memecahkan masalah secara bersama

Perhatikan dan Bantuan

Langkah- langkah yang perlu ditempuh


1. Peduli terhadap kepentingan bersama
2. Bersikap proaktif
Memecahkan
3. Masalah dipecahkan bersama
masalah bersama

Partisipasi
Tahap Teambuilding
membangun semangat kerja sama
Kunci : a. Lingkungan berpengaruh terhadap prestasi seseorang
b. Semangat kelompok dapat berdampak (+/-) dalam
suasana kerja
PIMPINAN
a. Kepemimpinan
b. Kepekaan terhadap kondisi
c. Semangat kelompok
Semangat kerja
d. Beralih dari single ke tim
Pendekatan tim
sama Tingkat
pada pekerjaan produktivitas
STAF mutu sesuai
a. Kerja sama standar kinerja
b. Mempertimbangkan kepentingan
tim
c. Munculnya rasa memiliki dlm tim
Tindak Lanjut Tahap “teambuilding”
untuk
membangun semangat kerja sama

Suasana Kejelasan

Langkah-langkah yang bisa


Membangun ditempuh
Semangat Kerja 1. Kepemimpinan akan
sama berpengaruh terhadap proses
2. Kepentingan bersama lebih
diutamakan

Proses
C. EFEKTIFITAS KELOMPOK
Efektifitas kelompok sebagian ditentukan oleh hakikat
interaksi saling mempengaruhi antar sesama anggota,
seperti gaya kepemimpinan, ketergantungan, motivasi,
hubungan persahabatan, kultur, kemampuan dasar anggota
untuk berinteraksi, dan sistem nilai yang berkembang.
Uraian singkat tentang faktor penentu efektivitas
kelompok dideskripsikan seperti berikut ini .
1. Gaya kepemimpinan : otoriter, demokratis, pseudo
demokratis, situasional, paternalistis, orientasi pemusatan,
dan lain-lain
2. Ketergantungan : ketergantungan penuh,
ketergantungan sebagian, ketergantungan situasional,
dan tidak ada ketergantungan.
3. Hubungan persahabatan : kaku, longgar, situasional,
berpusat pada seseorang, berpusat secara
kombinasi.
4. Kultur : Menghambat, Menunjang, potensial
keduanya.
5. Kemampuan dasar anggota untuk berinteraksi :
cepat, lambat, situasional, tidak berinteraksi sama
sekali
6. Sistem nilai : terbuka, tertutup, prasangka dan lain-
lain
Kepemimpinan dan Kelompok Kerja
Ada tiga dimensi perilaku kepemimpinan yang mempunyai kaitan
sangat erat dengan keberhasilan kelompok kerja, yaitu :
1. Asumsi tentang peranan pimpinan
2. Ketelitian pengawasan
3. Orientasi terhadap bawahan
didalam hubungannya dengan asumsi tentang peranan pimpinan,
antara lain disimpulkan bahwa bila seorang pemimpin aktif
memberi contoh, produktifvitas kelompok akan meningkat.
Pemimpin harus mampu menciptakan kesesuaian antara kata
dengan perbuatan, dan memberi contoh jauh lebih bermakna
daripada hanya sekedar menyampaikan kata-kata
D. Konsep Efektivitas Kelompok
Faktor penentu Kelompok kinerja berjalan efektif
atau tidak efektifnya sangat tergantung pada :
a. Tingkat produktivitasnya (ketepatan waktu proses
pelayanan yang ditentukan oleh target kinerja)
b. Efisien dan efektivitas dalam menentukan kinerja
c. Pada kerja samanya sesama anggota kelompok kinerja
Secara umum Kelompok kinerja ini baru dapat
dikatakan berjalan efektive adalah
1. Outcome yang bisa dikeluarkan oleh para anggota
Kelompok kinerja
2. Tingkat kepuasan yang diperoleh anggota kelompok
3. Produk kreatif kelompok
4. Tingkat intensitas emosi yang dicapai oleh anggota
Kelompok kinerja
5. Semua anggota kelompok kinerja memiliki rasa
memiliki
6. Gaya Kepemimpinan
7. Tingkat ketergantungan
8. Tingkat hubungan kerja sama
9. Kultur kelompok yang dibangun → berbasis
pada nilai-nilai organisasi apa tidak → visi misi,
tujuan organisasinya bagaimana ?
10. Kemampuan dasar anggota Kelompok kinerja
untuk berinteraksi → cepat atau lambat ?
Namun yang paling esensial juga adalah faktor
kepemimpinan kelompok. Karena kepemimpinan
kelompok harus mempunyai fungsi sebagai :

 Perancang atau mendesain strategi kinerja


 Sebagai pelaksana keputusan kelompok yang
handal
 Komunikator, Dinamisator, Inovator

Oleh karena itu Kepemimpinan Kelompok sangat


penting untuk memainkan peranan dalam
menetapkan putusan-putusan dan mempengaruhi
kelompok
Motivasi Kerja Dlm Pendekatan
Good Governance
 Dalam birokrasi yang “good gover -
nance” perlu penerapan model motiva-si
yg mampu secara maksimal membe-rikan
inspirasi kpd pegawai.
 Fokus thd proses Internalisasi nilai-nilai
disiplin,ketekunan,ketelitian,semangat.
 Pimpinan mampu memberikan inspirasi-
melalui keteladanan yang baik,yaitu :
antara lain ;
 Prilaku serius dalam bekerja yg efektif.
 Semangat dalam pencapaian kinerja.
 Konsisten dan komitmen kerja yg ting-gi.
 Balance thd Reward and Punishment.
 Faham terhadap beban kerja bawahan.
 Bekerja berdasarkan aturan
 Pengendalian berdasar pd sistem waskat.

Anda mungkin juga menyukai