Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN


MODEL KONSEP KEPERAWATAN E. WIEDENBACH PADA
ASUHAN PERSALINAN NORMAL DI RUANG VK BERSALIN
RSD. Dr. SOEBANDI JEMBER

Oleh

Ashad Rizki Akbar


NIM. 16 0103 1020

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2016
LAPORAN PENDAHULUAN
PERSALINAN NORMAL

A. Konsep Persalinan Normal


1. Definisi
Persalinan adalah proses pegeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses persalinan dibagi menjadi empat
kala, yaitu kala I, kala pembukaan servik atau jalan lahir, dimana servik
membuka sampai terjadi pembukaan 10cm. Kala II disebut kala pengeluaran
janin. Kala III disebut kala pelepasan dan pengeluaran plasenta. Kala IV
observasi dini terhadap perdarahan postpartum (Wiknjosastro 2005).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadipada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung dalam 18-24 jam tanpa komplikasi baik
ibu maupun janin (Sumarah, 2008 dalam Wahyuningsih, 2014).

2. Sebab-Sebab Yang Menimbulkan Persalinan


a. Teori keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregangn dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi sehingga
persalinan dapat mulai. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus. Hal ini
mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi
uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Pada
kehamilan ganda sering kali terjad kontraksi setelah keregangan
tertentu, sehingga menimbulkan prosespersalinan.
b. Teori penurunan progesterone
Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,
dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami
penyempitan dan buntu. Villi Koriales mengalami perubahan-
perubahan dan produksi progesterone mengalami penurunan,
sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitosin. Akibatnya
otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
c. Teori oksitosin internal
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.
Perubahan keseimbangan esterogen dan progesterone dapat
mengubah sensitifitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi
Braxton Hiks. Menurunnya kosentrasi progesterone akibat tuanya
kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktifitas, sehingga
persalinan dimulai.
d. Teori prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15
minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin
pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga
terjadi persalinan. Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu
terjadinya persalinan.
e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis
Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering
terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus.
Malpar tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan hasilnya
kehamilan kelinci menjadi lebih lama. Pemberian kortikosteroid
yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi persalinan. Dari
beberapa percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara
hipotalamus-pitutari dengan mulainya persalinan. Glandula suprarenal
merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f. Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates
untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan segera dikeluarkan.
g. Faktor lain
Tekanan pada ganglion servikale dari pleksus frankenhauser yang
terletak dibelakang serviks. Bila ganglion ini tertekan, maka kontraksi
uterus dapat dibangkitkan (Sumarah, 2008 dalam Wahyuningsih, 2014).

3. Tanda-Tanda Permulaan Persalinan


Sejumlah tanda dan gejala memperingatkan yang akan meningkatkan
kesiagaan bahwa seorang ibu sedang mendekati waktu persalinan. Ibu tersebut
akan mengalami beberapa kondisi sebagai berikut:
a. Lightening
Lightening yang mulai dirasa kira-kira dua minggu sebelum
persalinan, adalah penurunan bagian presentasi bayi ke dalam pelvis
minor. Pada presentasi sevalik , kepala bayi biasanya menancap
setelah lightening . Sesak nafas yang dirasakan sebelumnya selama
trimester ketiga kehamilan akan berkurang karena kondisi ini akan
menciptakan ruang yang besar di dalam abdomen atau untuk ekspansi
paru. Namun, tetap saja lightening menimbulkan masa tidak nyaman
yang lain akibat tekanan bagian presentasi tidak nyaman yang lain
akibat tekanan bagian presentasi pada struktur di area pelvis minor.
Hal-hal spesifik berikut akan dialami ibu:
1) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih ditekan
sehingga ruang yang tersisa untuk ekspansi berkurang.
2) Perasaan tidak nyaman akibat tekanan panggul yang
menyeluruh yang membuat ibu merasa tidak enak dan timbul
sensasi terusmenerus bahwa sesuatu perlu dikeluarkan atau
perlu defekasi.
3) Kram pada tungkai, yang disebabkan oleh tekanan bagian
presentasi pada syaraf yang menjalar melalui foramen
isiadikum mayor dan menuju ke tungkai.
4) Peningkatan statis vena yang menghasilkan edema dependen
akibat tekanan bagian presentasi pada pelvis minor
menghambat aliran balik daerah dari eksremitas bawah.
Ligthtening menyebabkan tinggi fundus menurun ke posisi yang
sama dengan posisi fundus pada usia kehamilan 8bulan. Pada
kondisi ini, tidak dapat lagi melakukan pemeriksaan ballotte
terhadap kepala janin yang sebelumnya dapat digerakkan di
atas simpisis pubis pada palpasi abdomen. Pada langkah
keempat pemeriksaan leopold ini, jari-jari yang sebelumnya
merapat sekarang akan memisah lebar.
b. Perubahan serviks
Mendekati persalinan serviks menjadi matang, selama masa hamil
serviks dalam keadaan menutup, panjang dan lunak. Selama proses
persalinan serviks masih lunak dan mengalami sedikit penipisan (
effacement ) dan kemungkinan sedikit dilatasi. Evaluasi kematangan
serviks akan tergantung pada individu ibu dan paritasnya. Perubahan
serviks terjadi akibat peningkatan intensitas kontraksi Braxton Hiks.
Serviks menjadi matang selama periode yangberbeda-beda sebelum
persalinan. Kematangan serviks mengindikasikan kesiapan untuk
persalinan.

4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan


Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah:
a. Power
Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu sepertikekuatan
His dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks membuka dan
mendorong janin keluar. His yang normal mulai dari salah satu sudut
di fundus uteri yang kemudian menjalar merata simetris ke seluruh
korpus uteri dengan adanya dominasi kekuatan pada fundusuteri
dimana lapisan otot uterus paling dominan, kemudian mengadakan
relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang
amnion kembali ke asalnya.
b. Passage
Passage adalah keadaan jalan lahir, jalan lahir mempunyai
kedudukan penting dalam proses persalinan untuk mencapai
kelahiran bayi. Dengan demikian evaluasi jalan lahir merupakan salah
satu faktor yang menentukan apakah persalinan dapat berlangsung
pervaginam atau sectio sesarta. Pada jalan lahir tulang dengan panggul
ukuran normal kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang
normal tidak akan mengalami kesukaran, akan tetapi karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal-hal lain. Ukuran panggul dapat
menjadi lebih kecil daripada standar normal, sehingga biasa terjadi
kesulitan dalam persalinan pervaginam. Pada jalan lahir lunak yang
berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri
dan vagina. Disamping itu otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang
menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan.
c. Passanger
Passanger adalah janinnya sendiri, bagian yang paling besar dan
keras pada janin adalah kepala janin, posisi dan besar kepala dapat
mempengaruhi jalan persalinan, kepala janin ini pula yang paling
banyak mengalami cedera pada persalinan, sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna,
cacat atau akhirnya meninggal. Biasanya apabila kepala janin sudah
lahir, maka bagian-bagian lain dengan mudah menyusul kemudian.
d. Psikis
Psikis adalah kejiwaan ibu, ada keterkaitan antar faktor-faktor somatic
(jasmaniah) dengan faktor-faktor psikis, dengan demikian segenap
perkembangan emosional dimasa dari ibu yang bersangkutan ikut
berperan dalam kegiatan mempengaruhi mudah sukarnya proses
kelahiran bayinya. Pada proses melahirkan bayi, pengaruh-pengaruh
psikis bisa menghambat dan memperlambat proses kelahiran, atau
bisa juga mempercepat kelahiran. Maka fungsi biologis dari
reproduksi itu amat dipengaruhi oleh kehidupan psikis dan
kehidupan emosional ibu yang bersangkutan.
e. Penolong
Penolong adalah dokter, bidan yang mengawasi ibu inpartu sebaik-
baiknya dan melihat apakah semua persiapan untuk persalinan
sudah dilakukan, memberikan obat atau melakukan tindakan hanya
apabila ada indikasi untuk ibu maupun janin (Sumarah, 2008 dalam
Wahyuningsih, 2014).
5. Fisiologis Persalinan
Proses persalinan terdiri dari empat kala, yaitu :
a. Kala I (kala pembukaan)
In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
servik mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi
menjadi menjadi 2 fase :
1. Fase laten
Pembukaan servik berlangsung lambat, sampai pembukaan 3 cm
berlangsung 7-8 jam.
2. Fase aktif
Berlangsung selama 6 jam dan dibagi menjadi 3 subfase, yaitu :
a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4
cm
b) Pembukaan dilatasi maksimal : selama 2 jam, pembukaan
berlangsung cepat menjadi 9 cm
c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 atau lengkap.
b. Kala II (pengeluaran janin)
His terkoordinir lebih cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan
pada otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa
mengedan karena tekanan pada rectum, sehingga merasa seperti mau BAB
dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan,
vulva membuka dan perineum meregang, dengan his mengedan yang
terpimpin dan lahirlah kepala, diikuti oleh seluruh badan janin, kala II pada
primi 1 - 2 jam, pada multi - 1 jam.
c. Kala III (pengeluaran plasenta)
Setelah bayi lahir, kontraksi rahim istirahat sebentar, uterus teraba keras
dengan fundus uteri sehingga pusat uteri menjadi tebal 2x sebelumnya.
Dalam waktu 5-10 menit seluruh plasenta terlepas.
d. Kala IV
Pengaluasan selama 2 jam setelah bayi dan uri lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya peradarahan post partum. Dengan menjaga
kondisi kontraksi dan refraksi uterus yang kuat dan terus-menerus. Tugas
uterus ini dapat dibantu dengan obat-obatan oksitosin.
6. WOC
KALA I

Penurunan kadar progesterone, peningkatan kadar oksitosin,


keregangan otot-otot rahim, pengaruh janin, prostagladin yang
diberikan secara intravena, plasenta tua

Kontraksi uterus

Dilatasi, penipisan serviks, Penurunan O2 kedalam


iskemik rahim plasenta

Saraf spinal T XI dan T XII


Risiko gangguan
pertukaran gas janin
Korteks serebri
Kurang informasi
mengenai berapa
Nyeri perut bagian bawah,
lama nyeri, cara Peningkatan metabolisme
penyebaran daerah
mengatasi nyeri
punggung dan paha
dan cemas ibu
Risiko
Nyeri kelelahan
Kurang pengetahuan

KALA II
Kala II

Kontraksi uterus
Kelelahan ibu pada kala I

Dorong kuat pada janin


Dorongan fetus ke Upaya meneran lemah
uterus dan servik ke arah servik dan dan terputus-putus
perineum

Regangan pada uterus Tahanan servik terhadap


dan servik meningkat Terjadi peregangan yang
janin
sangat besar di daerah
servik dan perineum

Perangsangan reseptor nyeri pada


uterus dan servik Janin terjepit jalan lahir
Risiko kerusakan
integritas kulit (ibu)
Nyeri Risiko cedera janin
KALA IV

Partus kala IV

Episiotomi Robekan jalan lahir Atonia uteri

Terjadi luka Kontraksi uterus


menurun

Iritasi mekanik pada saraf


Rest plasenta
dan jaringan

Pelepasan Pendarahan
neurotransmitter nyeri (> 500 cc)

Substansi P, serotonin, Risiko kekurangan


prostaglandin keluar volume cairan

Masuk ke
serabut afferen

Diterima di kornu
dorsalis medulla spinalis

Korteks serebri

Persepsi nyeri

Nyeri akut
7. Asuhan Persalinan 58 Langkah
Mengenali gejala kala 2
1. Mengenali dan Melihat adanya tanda persalinan kala II Yang
dilakukan adalah: tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-
tanda :
a. Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vaginanya.
c. Perineum menonjol .
d. Vulva vagina dan sfingter ani membuka.
Menyiapkan pertolongan persalinan
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai
2 ml ke dalam wadah partus set.
3. Memakai celemek plastik.
4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn
sabun & air mengalir.
5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan
digunakan untuk pemeriksaan dalam.
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi
dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.
Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik.
7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah
dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.
8. Melakukan pemeriksaan dalam pastikan pembukaan sudah lengkap
dan selaput ketuban sudah pecah.
9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan
klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.
10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai
pastikan DJJ dalam batas normal (120 160 x/menit).
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran.
11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik,
meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah merasa
ingin meneran.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk
meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk
dan pastikan ia merasa nyaman).
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang
kuat untuk meneran.
14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi
nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam
60 menit.
Mempersiapkan pertolongan persalinan bayi.
15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 6 cm.
16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu
17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan
alat dan bahan
18. Memakai sarung tangan DTT pada kedua tangan.
Membantu lahirnya kepala
19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 6 cm,
memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi
jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian
dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan
(perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah
kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4
jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang
kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap
fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan
perineum).
20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa
steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin
21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Membantu lahirnya bahu.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparental. Menganjurkankepada ibu untuk meneran saat kontraksi.
Dengan lembut gerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas
dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Membantu lahirnya badan dan tungkai.
23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan
tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku
sebelah atas.
24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung
kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai
bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)
Penanganan bayi baru lahir.
25. Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut
untuk menilai apakah ada asfiksia bayi:
Apakah kehamilan cukup bulan?
Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?
(Apabila ada jawaban yang tidak, maka kemungkinan bayi
mengalami asfiksia. Maka lakukan resusitasi pada bayi baru lahir)
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi
atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
Manajemen aktif kala 3.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus
berkontraksi baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit
IM (intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan
aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-
kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem
tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di
kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari
vulva
35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas
simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.
36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah
doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
37. Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta
terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).
38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta
dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta
dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu
pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.
39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri
dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian
palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba
keras)
Menilai perdarahan.
40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik
yang tersedia.
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.
Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Melakukan asuhan pasca persalinan (kala 4)
42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam.
43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di
paha kiri anterolateral.
45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis B di paha kanan anterolateral.
Evaluasi
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam.
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi.
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan.
50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas
dengan baik.
Kebersihan dan keamanan
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah di dekontaminasi.
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai
pakaian bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.
56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%
melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya
dalam larutan klorin 0,5%
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
Pendokumentasian.
58. Melengkapi patograf.

8. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri persalinan.
b. Ketidakefektifan pola nafas.
c. Risiko syok.
d. Risiko infeksi.
9. Intervensi keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
NIC:
1. Observasi adanya rasa
nyeri.
2. Observasi waktu adanya
nyeri.
NOC: 3. Ajarkan teknik relaksasi
a. Ibu mampu nafas dalam..
beradaptasi dengan 4. Ajarkan teknik
Nyeri persalinan. nyeri. distraksi..
Kriteria hasil: 5. Observasi adanya
1. Menunjukkan wajah pembukaan lengkap
yang tenang. persalinan..
6. Beri HE pada keluarga
tentang pentingnya
dukungan saat
persalinan.

NOC: Pola nafas pasien NIC:


Ketidakefektifan
normal 1. Observasi adanya
pola nafas.
Kriteria hasil: gangguan pola nafas
1. RR dalam rentang pasien.
normal. 2. Observasi RR.
2. Tidak ada gangguan pola 3. Posisikan pasien semi
nafas. ekstensi.
4. Berikan bantuan O2 bila
perlu.
NIC:
NOC: 1. Observasi tanda-tanda
a. Tidak terjadi syok syok.
pada pasien. 2. Observasi adanya
Kriteria hasil: perdarahan.
Risiko Syok 1. Tidak terjadi 3. Berikan balance cairan
perdarahan.. infus bila perlu.
2. Balance cairan normal. 4. Berikan tranfusi bila
perlu.
NIC:
1. Observasi adanya tanda-
tanda infeksi.
2. Lakukan hand higiene
sebelum tindakan.
NOC:
3. Bersihkan lingkungan di
a. Tidak terjadi infeksi
sekitar pasien.
pada pasien
4. Observasi adanya
Kriteria hasil:
Risiko infeksi. perubahan warna kulit.
1. Tidak ada tanda-tanda
5. Gunakan alat-alat yang
infeksi.
steril..
2. Rubor, dolor dan kalor (-
6. Observasi adanya
)
keluaran darah pada
pasien.
7. Berikan antibiotik bila
perlu.

B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN MODEL E. WIEDENBACH


Menurut Teori Ernestine Wiedenbach konsep model kebidanan dibagi
menjadi 5, yaitu:
1. The Agents
Empat elemen dalam clinical nursing yaitu: filosofi, tujuan, praktik dan
seni. (Raleigh, 1989 dan Wiedenbach, 1964). Selain itu juga dikemukakan tiga
poin dasar dalam filosofi keperawatan/kebidanan, yaitu:
a. Menghargai atas kehidupan yang telah diberikan.
b. Menghargai sebuah kehormatan, suatu yang berharga, otonomi
dan individualisme pada setiap orang.
c. Resolusi dalam menerapkan dinamisasi terhadap orang lain
(Raleigh,1989)
Filosofi yang dikemukakan adalah tentang kebutuhan ibu dan bayi yang
segera, untuk mengembangkan kebutuhan yang lebih luas yaitu kebutuhan untuk
persiapan menjadi orang tua.
2. The Recipient
Perawat/bidan memberikan intervensi kepada individu disesuaikan dengan
situasi dan kebutuhan masing-masing ( Raleigh, 1989 ). Recipient meliputi
wanita, keluarga, dan masyarakat. Perempuan menurut masyarakat oleh
masyarakat tertentu tidak mampu memenuhi kebutuhannya. Wiedenbach sendiri
berpandangan bahwa recipient adalah individu yang berkompeten dan mampu
melakukan segalanya sendiri, sehingga bidan/perawat memberi pertolongan
hanya apabila individu tersebut mengalami kesulitan dalam memenuhi
kebutuhannya sendiri.

3. The Goal/Purpos
Tujuan dari proses keperawatan adalah membantu orang yang membutuhkan
pertolongan. Konsep Wiedenbach tujuan akhir dari perawatan sebuah ukuran
atau tindakan yang diperlukan dan diinginkan seseorang dan berpotensi untuk
merubah atau memperpanjang kemampuan seseorang tersebut untuk
mengatasi keterbatasan (Danko et al., 1989 cite Wiedenbachs (1964). Disadari
bahwa kebutuhan masing-masing individu perlu diketahui sebelum
menemukan goal. Bila sudah diketahui kebutuhan ini, maka dapat
diperkirakan goal yang akan dicapai dengan mempertimbangkan tingkah laku
fisik, emosional atau psikologis yang berbeda dari kebutuhan yang biasanya
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing individu dengan
memperhatikan tingkah laku fisik, emosional atau psikologis. Untuk bisa
mengidentifikasi kebutuhan pasien, bidan/perawat harus menggunakan mata,
telinga, tangan, serta pikirannya.

4. The Means
Untuk mencapai tujuan dari asuhan kebidanan Wiedenbach menentukan
beberapa tahap yaitu:
a. Identifikasi kebutuhan klien;
b. Ministration, yaitu memberikan dukungan dalam pencarian
pertolongan yang dibutuhkan;
c. Validation, mengecek apakah bantuan yang diberikan merupakan
bantuan yang dibutuhkan;
d. Coordination, koordinasi sumber-sumber yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Untuk bisa membantu pasien, perawat/bidan harus mempunyai:
e. Pengetahuan, untuk bisa memahami kebutuhan pasien.
f. Penilaian, kemampuan pengambilan keputusan.
g. Ketrampilan, kemampuan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
5. Framework
Yaitu kerangka kerja yang terdiri dari lingkungan sosial, organisasi, dan
profesional.
Pathway Model Konseptual Keperawatan E. Wiedenbach
Aplikasi model konseptual keperawatan Ernestine Wiedenbach pada
asuhan keperawatan Intranatal care dapat dijelaskan dalam pathway berikut:
DAFTAR PUSTAKA

Huda, A dan Kusuma H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan


Penerapan Diagnosis NANDA, NIC, NOC dalam Berbagai Kasus Edisi Revisi
Jilid 2. Jogjakarta: MediAction

NANDA Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-


2017 Edisi 10. Jakarta: EGC

Wahyuningsih, Marai. 2014. Efektifitas Aromaterapi Lavender (Lavandula


Angustifolia) Dan Massage Effleurage Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan
Kala I Fase Aktif Pada Primigravida Di BPS Utami Dan Ruang Ponek RSUD
Karanganyar. Skripsi. Program Studi S-1 Keperawatan STIKES Kusuma
Husada Surakarta

Anda mungkin juga menyukai