Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH OBAT SALURAN PENCERNAAN

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

FARMAKOLOGI TOKSIKOLOGI

Disusun Oleh :
1. Eka Ayu Maylanda Bastian (1120150005)
2. Laily Alifatul Jamilah (1120150010)
Semester V (Lima)

Fakultas Ilmu Kesehatan


Program Studi Farmasi

Dosen Pengampu:
Ainu Zuhriyah, S.Kep,Ns,M.Pd

UNIVERSITAS NAHDATUL ULAMA SUNAN GIRI BOJONEGORO


Jl.Ahmad Yani No10 Bojonegoro
Tahun Pelajaran 2017/2018

1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Farmakologi Toksikologi tentang Obat-Obat Saluran Pencernaan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah
ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Bojonegoro, 6 Oktober 2017

Penyusun

2
Daftar Isi

Halaman Judul............................................................................................................
Kata Pengantar...........................................................................................................
Daftar Isi....................................................................................................................
Bab I. Pendahuluan....................................................................................................
1.1Latar Belakang......................................................................................................
1.2Rumusan masalah .................................................................................................
1.3Tujuan. .................................................................................................................
Bab II. Pembahasan....................................................................................................
2.1Definisi system pencernaan...................................................................................
2.2Klasifikasi sytem pencernaan................................................................................
2.2.1 Antitukak.......................................................................................................
2.2.2 Antispasmodik...............................................................................................
2.2.3 Antidiare .......................................................................................................
2.2.4 Obat-obat laksatif..........................................................................................
2.2.5 Kolagogum, kolelitolitik, hepatic protector..................................................
2.2.6 Obat hemoroid..............................................................................................
2.2.7 Obat digestan................................................................................................
2.2.8 Antasida.......................................................................................................
2.2.9 Antikolinergik...............................................................................................
Bab III penutup..........................................................................................................
3.2 kesimpulan ..........................................................................................................
Daftar pustaka............................................................................................................

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus)
adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan,
mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses
tersebut dari tubuh. Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring),
kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga
meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu.
Adapun gangguan pada sistem pencernaan seperti gastritis, hepatitis, diare,
konstipasi, apendiksitis dan maag. Masalah pencernaan dari kategori ringan hingga berat
harus segera diatasi jika tidak akan dapat memperburuk keadaan. Salah satu cara untuk
mengatasi sistem pencernaan adalah dengan mengkonsumsi obat , yang termasuk dalam
kategori obat sistem pencernaan diantaranya Antasida, H2 reseptor antagonis, Antiemetik,
Antikolinergik, Hepatoprotektor, Antibiotik, Proton Pompa Inhibitor, Prokinetik, Antidiare
, Laksatif.
Seperti yang diketahui dalam pelayanan kesehatan, obat merupakan komponen
yang penting karena diperlukan dalam sebagian besar upaya kesehatan baik untuk
menghilangkan gejala/symptom dari suatu penyakit, obat juga dapat mencegah penyakit
bahkan obat juga dapat menyembuhkan penyakit. Tetapi di lain pihak obat dapat
menimbulkan efek yang tidak diinginkan apabila penggunaannya tidak tepat. Oleh sebab
itu, penyediaan informasi obat yang benar, objektif dan lengkap akan sangat mendukung
dalam pemberian pelayanan kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kemanfaatan dan keamanan penggunaan obat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah definisi dari obat sistem pencernaan ?
2. Apa sajakah klasifikasi dari obat pencernaan ?

4
3. Apa saja efek yang dapat ditimbulkan dari obat pencernaan?

1.3 tujuan
1. untuk mengetahui definisi obat system pencernaan
2. untuk mengetahui klasifikasi obat system pencernaan
3. untuk mengetahui efek obat system pencernaan

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi obat system pencernaan


Obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan hepatobiliar. Sistem pencernaan
berfungsi menerima makanan, memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang
disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah dan membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna.

2.2 Klasifikasi Obat Sistem Pencernaan


Terdapat beberapa klasifikasi dari obat sistem pencernaan diantaranya :
Antitukak
Antipasmodik
Antasida
Antiemetik
Antikolinergik
Hepatoprotektor
Prokinetik
Antidiare
Laksatif.

2.2.1 Antitukak

Tukak lambung adalah suatu kondisi patologis pada lambung, duodenum, esofagus
bagian bawah, dan stroma gastro enterostomi (setelah bedah lambung. Tujuan terapi tukak
lambung ialah meringankan atau menghilangkan gejala mempercepat penyembuhan,
mencegah komplikasi yang serius (hemoragik ,ferforasi, abstruksi), dan mencegah kambuh.
Adapun pembagian dari antitukak contohnya antasida.
Antasida digunakan untuk mengurangi nyeri dan rasa terbakar di hulu hati karena
hiperasiditas pada gastritis atau ulcer. Antasida yang diberikan peroral umumnya berbentuk
cairan atau tablet kunyah guna mempercepat distribusi dan mengikat asam. Antasida
tergolong obat bebas, mengandung magnesium (Mg+), Aluminium (Al+++), atau Kalsium (Ca+
+
), Simitikon. Antasida berasal dari bahasa lemah, yang jika bereaksi dengan asam lambung di
GI membentuk air dan garam. Karena ION H + membentuk air (H2O) menyebabkan

6
jumlahnya berkurang sehingga keasaman lambung menurun atau pH meningkat. Ketika pH
lambung mencapai 4-5, aktifitas pepsin terhambat yang juga bermanfaat dalam mengurangi
iritasi mukosa.
Mekanisme kerja semua antasida hampir sama sehingga pemilihannya didasarkan
pada kapasitas netralisasi, efek samping atau karena adanya penambahan zat-zat tertentu.
Mekanisme kerja semua antasida hampir sama sehingga pemilihannya didasarkan pada
kapasitas netralisasi, efek samping atau karena adanya penambahan zat-zat misalnya
penambahan simetikon atau dimetil polisiloksan dalam kesediaannya berfungsi mendorong
flatus (dapat mengurangi CO2) sehingga mengurangi terjadinya forasi pada tukak.
Kebanyakkan kerja antasida bersifat lokal karena hanya sebagian kecil dari zat
aktifnya yang diabsorbsi. Karena merupakan basa lemah maka jika berikatan dengan asam
yang ada dilambung menyebabkan keasaman berkurang. Disamping itu, antasida juga dapat
mengikat atau mengubah derajat ionisasi obat lain yang diberikan bersamaan sehingga dapat
berpengaruh pada absorbinya. Untuk itu, sebaiknya jika ada obat yang harus diminunm
bersamaan dengan antasida hendaknya diberi jeda minimal 1 jam.Sodium Bikarbonat
(NaHCO3) dan kalsium karbonat (CaCO3) merupakan antasida sistemik yang sekarang sudah
sangat jarang digunakan. Obat ini dapat menyebabkan alkalisis karena Na+ dan Ca++ dapat
absorbsi.Kelebihan Ca (O2)2menyebabkan urine bersifat basa, kelebihan Na+ menyebabkan
retensi cairan yang berakibat udem dan tekanan darah naik.Selain itu, penggunaan
NaHCO3 dapat meningkatkan CO2 disaluran pencernaan yang berakibat distensi dan sendawa
atau meningkatkan parforasi (memperparah penutup tukak yang ada.
Reaksi antara antasida dengan HCl dilambung adalah,
Mg(OH)2 + 2HCl MgCl2 + 2 H2O
CaCO3 + 2 HCl CaCl2 + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Al(OH)3 + 3HCl AlCl3 + 3H2O
NaHCO3 + 2HCl NaCl + H2CO3
H2CO3 H2O + CO2
Konstipasi merupakan efek samping dari antasida yang mengandung almunium (Al)
dan kalsium (Ca) karena dapat menghambat absorpsi air dan fosfat. Sedangkan diare
merupankan efek samping antasida yang mengandung magnesium (Mg). oleh karena itu,
kebanyakan antasida mengandung kombinasi Al dan Mg untuk saling meniadakan efek
samping utamanya. Antasida jika digunakan dalam perut kosong efeknya akan bedurasi
sekitar 30 menit tetapi jika di gunakan 1 jam setelah makan aktivitasnya dapat berlangsung

7
sekitar 2-3 jam. Hal ini di sebabkan karena makanan berfungsi sebagai baffer dan
menghambat kekosongan lambung.
Golongan Obat Antitukak :
Transkuilier(Obat penenang)
Transkuiliser memliki efek yang minimal dalam mencegah dan mengobati tukak, obat ini
mengurangi perangsangan vagal dan menurunkan kecemasan, Librax, suatu kombinasi
ansiolitik klordiasepoksid (librium) dan antikolinergik clidinium (Qarzan), dipakai dalam
mengobati tukak. Adapun Golongan Obat Penenang :
1. Dari golongan benzodiazepin
Yang paling sering digunakan adalah golongan benzodiazepin.Obat ini mempercepat relaksasi
mental dan fisik dengan cara mengurangi aktivitas saraf di dalam otak.Tetapi benzodiazepin
bisa menyebabkan ketergantungan fisik dan pemakaian pada alkoholik harus sangat hati-
hati.Obat cemas dari golongan benzodiazepin adalah alprazolam, klordiazepoksid
(chlordiazepoxide), lorazepam, oksazolam (oxazolam), klobazam (clobazame) dan diazepam.
2. Buspirone
Obat cemas dari golongan azaspirodekanedion adalah buspiron (buspirone). Obat cemas ini
nerupakan antiansietas yang efek sedatifnya relatif ringan dan tidak bereaksi dengan alkohol.
Diduga resiko timbulnya toleransi dan ketergantungan juga kecil.Efeknya baru timbul setelah
10-15 hari, sehingga hanya digunakan untuk mengobati penyakit kecemasan menyeluruh.
3. Hydroxyzine
Sedangkan obat cemas dari golongan piperazine adalah hydroxyzine.Hydroxyzine
diindikasikan untuk menghilngkan gejalaansietas dan ketegangan yang berhubungan dengan
psikoneurosis atau terapi tambahan untuk penyakit lainnya yang menyebabkan
kecemasan.Hydroxyzine dapat menyebabkan kantuk dan menghilangkan kesadaran, sehingga
dianjurkan untuk tidak mengendarai kendaraan atau mengoperasikan mesin.Hydroxyzine
dapat menyebabkan kekeringan pada mulut, hidung da tenggorokan. Jika kekeringan
berlanjut hingga lebih dari dua minggu anda harus periksakan ke dokter anda atau dokter gigi
karena kekeringan yang lama dapat menyebabkan penyakit gigi.

2.2.2 ANTISPASMODIK
Antipasmodik merupakan golongan obat yang memiliki sifat sebagai relaksan otot
polos. Termasuk dalam kelas ini ialah senyawa yang memiliki efek anti kolinelgik (lebih
tepatnya anti muskarinik) dan antagonis reseptor-dopamin tertentu. Meskipun antipasmodik

8
dapat mengurangi spasme usus, tetapi penggunaanya dalam dispepsia bukan tukak, sindrom
usus irritable dan penyakit divertikular hanya bermanfaat sebagai penobatan tambahan.
Manfaat klinik anti sekresi lambung obat anti muskarinik konvensional relatif kecil,
karena dosisnya dibatasi oleh efek samping senyawa miip antropin.Selain itu, keberadaannya
telah digantikan oleh obat-obat anti sekresi yang lebih kuat dan spesifik, yakni antagonis
reseptor-H2 histamin dan anti muskarinik selektif piren zevin. Antipasmodik obat yang
digunakan untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya.
Beberapa contoh :Hyoscine (Obat ini beraksi pada sistem saraf otonom dan mencegah
kejang otot), Clidinium (Kombinasi chlordiazepoxide dan clidinium bromide digunakan
untuk mengobati lambung yang luka dan teriritasi. Obat ini membantu mengobati kram perut
dan abdominal.) , Mebeverine , Papaverine, (golongan alkaloid opium yang diindikasikan
untuk kolik kandungan empedu dan ginjal dimana dibutuhkan relaksasi pada otot polos,
emboli perifer dan mesenterik.) , Timepidium , Pramiverine , Tiemonium.

GASTRITIS/MAAG
1. Gastritis bakterialis akibat infeksi oleh Helicobacter pylori (bakteri yang tumbuh di dalam
sel penghasil lendir di lapisan lambung). Obat yang diberikan mengandung bismuth atau
antibiotik misalnya amoxicillin dan claritromycin) dan obat anti-tukak (omeprazole).
2. Gastritis karena stres akut, merupakan jenis gastritis yang paling berat, yang disebabkan
oleh penyakit berat atau trauma (cedera). Obat : jenis antasida (untuk menetralkan asam
lambung) dan anti-ulkus yang kuat (untuk mengurangi atau menghentikan pembentukan
asam lambung). Perdarahan hebat : menutup sumber perdarahan pada tindakan endoskopi.
3. Gastritis erosif kronis bisa merupakan akibat dari: bahan iritan seperti obat-obatan,
terutama aspirin dan obat anti peradangan non-steroid lainnya penyakit Crohn , alkoholik,
dll diobati dengan jenis antasida dan antagonis reseptor H2 misal Cimetidin, Ranitidian.
4. Gastritis eosinofilik bisa terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infestasi cacing
gelang. diberikan obat maag dengan jenis kortikosteroid atau dilakukan pembedahan.
5. Gastritis sel plasma merupakan gastritis yang penyebabnya tidak diketahui. Obat : jenis
anti ulkus yang menghalangi pelepasan asam lambung.

2.2.3 ANTIDIARE
Diare adalah peningkatan volume, keenceran atau frekuensi buang air besar.( Perubahan
frekuensi & konsistensi ) dari kondisi normal. Dalam keadaan normal, tinja mengandung 60-

9
90% air, pada diare airnya bisa mencapai lebih dari 90%.Diare merupakan suatu gejala,
pengobatannya tergantung pada penyebabnya., dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Untuk membantu meringankan diare, diberikan obat seperti difenoksilat, codein, paregorik
(opium tinctur) atau loperamide.
b. Untuk membantu mengeraskan tinja bisa diberikan kaolin, pektin dan attapulgit aktif.
c. Diarenya berat /dehidrasi, maka penderita perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan
cairan pengganti dan garam melalui infus.

Selama tidak muntah dan tidak mual, bisa diberikan larutan yang mengandung air,
gula dan garam.Anti diare yang ideal harus bekerja cepat, tidak menyebabkan konstipasi,
mempunyai indeks terapeutik yang tinggi, tidak mempunyai efek buruk terhadap sistem saraf
pusat, tidak menyebabkan ketergantungan..Contoh antidiare :
a. Racecordil, memenuhi semua syarat ideal, cara kerjanya mengembalikan keseimbangan
sistem tubuh dalam mengatur penyebaran air dan elektrolit ke usus.
b. Loperamide, golongan opioid yang bekerja dengan cara memperlambat motilitas saluran
cerna.
c. Nifuroxazide , bakterisidal terhadap E coli, Shigella dysenteriae, Streptococcus,
Staphylococcus dan P aeruginosa. Nifuroxazide bekerja lokal pada saluran pencernaan.
d. Dioctahedral smectite, melindungi barrier mukosa usus & menyerap toksin, bakteri, serta
rotavirus.

2.2.4 OBAT LAKSATIF (PENCAHAR)


Sembelit (konstipasi) adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kesulitan buang air
besar atau jarang buang air besar. Jika konstipasi disebabkan oleh suatu penyakit, maka
penyakitnya harus diobati. Pencegahan dan pengobatan terbaik untuk konstipasi adalah
gabungan dari olah raga, makanan kaya serat. Sayur-sayuran, buah-buahan dan gandum
merupakan sumber serat yang baik.Golongan obat-obat pencahar yang biasa digunakan
adalah :
a. Bulking Agents. Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa)
bisa menambahkan serat pada tinja.
b. Pelunak Tinja. Dokusat akan meningkatkan jumlah air yang dapat diserap oleh tinja.
c. Minyak Mineral. Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkannya keluar dari
tubuh.

10
d. Bahan Osmotik. Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar,
sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan.Cairan yang berlebihan juga
meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini mengandung
garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan sorbitol).
e. Pencahar Perangsang. Langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya. Mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti senna,
kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor, bekerja setelah 6-8 jam dan
menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut. Dalam bentuk
supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja setelah 15-60
menit.jangka panjang menyebabkan kerusakan pada usus besar, juga seseorang bisa
menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel
Syndromes).
Indikasi : untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah
atau mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi
usus besar (misalnya narkotik).Adapun salah satu contoh dari obat laksatif yang biasa
digunakan oleh masyarakat luas adalah DULCOLAX.
DULCOLAX
Indikasi:
Digunakan untuk pasien yang menderita konstipasi. Untuk persipan prosedur diagnostik,
terapi sebelum dan sesudah operasi dalam kondisi untuk mempercepat defeksi.
Kontra Indikasi:
Pada pasien ileus, abstruksi usus, yang baru mengalami pembedahan dibagian perut seperti
usus buntu, penyakit radang usus akut dan hehidrasi parah, dan juga pada pasien yang
diketahui hipersensitif terhadap bisacodyl atau komponen lain dalam produk
Komposisi:
1 tablet salut enterik mengandung 5 g:
4,4'-diacetoxy-diphenyl-(pyridyl-2)-methane (=bisacodil)
Zat tambahan:
laktosa, pti jagung, gliserol, magnesium stearat, sukrosa, talk, akasia, titanium dioksida,
eudragit L100 dan S100, dibutilftalat, polietilen glikol, Fe-oksida kuning, beeswax white,
carnauba wax, shellac..
Cara Kerja Obat:
Bisacodyl adalah laksatif yang bekerja lokal dari kelompok turunan difenil metan. Sebagai
laksatif perangsang (hidragogue antiresorptive laxative), DULCOLAX merangsang gerakan

11
peristaltis usus besar setelah hidrolisis dalam usus besar, dan meningkatkan akumulasi air dan
alektrolit dalam lumen usus besar.
Dosis dan Cara Pemberian:
Kecuali ditentukan lain oleh dokter dosis yang dianjurkan adalah:
1. Untuk Konstipasi Tablet Salut Enterik
Dewasa dan anak-anak di atas 12 tahun:
2 - 3 tablet (10 - 15 mg) sekali sehari.
Anak-anak 6 - 12 tahun: 1 tablet (5 mg) sekali sehari.
Anak-anak di bawah 6 tahun: konsultasi dengan dokter atau dianjurkan memakai supositoria
anak.
Tablet salut enterik sebaiknya diminum pada malam hari untuk mendapatkan hasil evakuasi
pada esok paginya. Tablet mempunyai lapisan khusus, oleh karena itu tidak boleh diminum
bersama-sama dengan susu atau antasida.
Tablet harus ditelan dalam keadaan utuh dengan air secukupnya.

2. Untuk Persiapan Prosedur Diagnostik dan Sebelum Operasi


Bila DULCOLAK digunakan pada pasien untuk persiapan pemeriksaan radiografik abdomen
atau persiapan sebelum operasi, maka penggunaan tablet DULCOLAX harus dikombinasi
dengan supositoria, agar didapat evakuasi yang sempurna dari usus.
Dosis yang dianjurkan untuk orang dewasa adalah 2 - 4 tablet pada malam sebelumnya dan 1
sipositoria pada esok paginya.
Peringatan dan Perhatian:
Sebagaimana halnya laktasit lainnya, DULCOLAX tidak boleh diberikan setiap hari dalam
waktu yang sama. Jika pasien setiap hari membutuhkan laktasif, harus diketahui penyebab
terjadinya konstipasi. Penggunaan berlebihan dalam waktu lama dapat
menyebabkanketidakseimbangan cairan dan elektrolit dan hipokalemia, dan dapat
mengendapkan onset konstipasi balik. Pusing dan/atau syncope telah dilaporkan pada pasien
yang menggunakan DULCOLAX. Detail yang ada menunjukkan bahwa kejadian tersebut
akan terus berlanjut dengan berkurangnya kekuatan untuk defekasi (defecation syncope), atau
dengan respon vasovagal terhadap sakit perut yang dapat berhubungan dengan konstipasi
yang mendesak pasien tersebut terpaksa menggunakan laktasif dan tidak perlu menggunakan
DULCOLAX. Penggunaan supositoria dapat menyebabkan sensasi rasa sakit dan iritasi lokal,
kuhusnya pada fisura anus dan proktitis ulserativa.
Anak-anak tidak boleh menggunakan DULCOLAX tanpa petunjuk dokter.

12
Masa Hamil dan Menyusui
Pengalaman menunjukkan tidak ada bukti efek samping yang berbahaya selama kehamilan.
Namun demikian, seperti halnya obat lain, penggunaan DULCOLAX selama kehamilan harus
dengan petunjuk medis. Belum diketahui apakah bisacodiyl menembus air susu ibu atau
tidak. Oleh karena itu, penggunaan DULCOLAX selama menyusui tidak dianjurkan.
Efek Samping:
Sewaktu menggunakan DULCOLAX, dapat terjadi rasa tidak enak pada perut termasuk
kram, sakit perut, dan diare. Reaksi alergi, termasuk kasus-kasus angiooedema dan reaksi
anafilaktoid juga dilaporkan terjadi sehubungan dengan pemberian DULCOLAX.
Interaksi:
Penggunaan bersamaan dengan diuretik atau adreno-kortikoid dapat meningkatkan risiko
ketidakseimbangan elektrolit jika DULCOLAX diberikan dalam dosis berlebihan.
Ketidaseimbangan elektrolit dapat mengakibatkan peningkatan sensitivitas glikosida jantung.
Overdosis:
Gejala
Bila dosis DULCOLAX terlalu tinggi, maka dapat terjadi diare, kram perut dan berkurangnya
kadar kalium serta elektrolit lainnya secara nyata.
Overdosis kronis DULCOLAX dapat menyebabkan diare kronis, sakit perut, hipokalemia,
hiperaldosteronisme dan batu ginjal. Kerusakan tubulus ginjal, alkalosis metabolik dan
kelelahan otot akibat hipokalemia juga terjadi pada penyalahgunaan laktasif kronis.
Terapi
Dalam waktu yang singkat setelah minum DULCOLAX, penyerapan DULCOLAX dapat
dikurangi atau dicegah dengan memaksa untuk muntah atau kuras lambung.Dalam hal ini
mungkin diperlukan penggantian cairan dan perbaikan keseimbangan elektrolit. Ini sangat
diperlukan pada pasien usia lanjut dan muda.
Pemberian antipasmodik mungkin ada manfaatnya.
2.2.5KOLAGOGUM,KOLELITOLITIK DAN HEPATIK PROTEKTOR
Pada obat pencernaan golongan ini tidak langsung berkaitan dengan saluran cerna tetapi lebih
kepada fungsi hati dan empedu yang bermasalah.Obat yang menstimulasi aliran empedu ke
duodenum disebut Kolagogum.Hingga kini belum ada pengobatan efektif pilihan untuk
penyakit hepatitis yang kronis karena virus.Ada beberapa zat aktif yang diindikasikan untuk
masalah ini , seperti di bawah ini :
Ursodeoksikolat, memberi efek cytoprotektif langsung, dan efek pada siklus enterohepatik
pada efek korelatif potensial asam empedu dan efek imunomodulate.

13
AARC atau asam amino rantai cabang, merupakan asam amino esensial yang terdiri dari
asam amino Valin, Leusin, & Isoleusin. Pada penderita penyakit hati kronis atau sirosis hati
kadar AARC ini akan menurun.
Chenodeoxycholic adalah asam empedu, satu dari empat asam organik utama yang
diproduksi oleh hati, disintesa hati dari kolesterol. Indikasi : batu empedu kolesterol,
khususnya pada pasien yang beresiko tinggi untuk pembedahan, tidak dapat ditolong dengan
pembedahan sama sekali atau yang menolak kolesistektomi (membuang kandung empedu
yang sakit atau yang berisi batu dengan pembedahan).
Zat aktif lainny, berasal dari alam seperti silymarin, lecitin, ekstrak rimpang-rimpangan
maupun tanaman lainnya yang dalam penelitian bermanfaat untuk kesehatan hati.
2.2.6 OBAT HEMOROID
Hemoroid (Wasir) adalah pembengkakan jaringan yang mengandung pembuluh balik
(vena) dan terletak di dinding rektum dan anus. Wasir yang tetap berada di anus disebut
hemoroid interna (wasir dalam) dan wasir yang keluar dari anus disebut hemoroid eksternal
(wasir luar). Wasir bisa terjadi karena mengeluarkan darah, terutama setelah buang air besar,
sehingga tinja mengandung darah atau terdapat bercak darah di handuk ataupun tisu kamar
mandi. Darahnya bisa membuat air di kakus menjadi merah. Lama kelamaan wasir dapat
menyebabkan penderitanya mengalami kehilangan darah yang berat atau anemia sehingga
memerlukan transfusi darah.Wasir yang menonjol keluar mungkin harus dimasukkan kembali
dengan tangan perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan sendirinya. Wasir dapat
membengkak dan menjadi nyeri bila permukaannya terkena gesekan atau jika di dalamnya
terbentuknya pembekuan darah.Kadang-kadang, wasir bisa juga menyabakan keluarnya
lendir dan menimbulkan perasaan bahwa masih ada isi rektum yang belum dikeluarkan. Perut
terasa mau jebol karena banyak tinja yang tertahan akibat takut mengalamai rasa sakit saat
buang air besar. Gatal pada daerah anus (pruritus ani) bisa menjadi gejala dari wasir. Rasa
gatal ini terjadi karena keadaan wasir yang terkeluar itu menghambat pembersihan anus
secara efisien, dapat menyebabkan partikel-partikel kecil dari feses menumpuk pada kulit
perianal dan bekerja sebagai iritan. Iritan ini dapat berpotensi menjadi kanker bila tidak
segera ditangani. Ada juga yang mengalami rasa sakit di bagian tulang belakang bagian
bawah. Biasanya, gejala itu di alami oleh penderita yang sudah pada ambeien stadium
2.Penyakit hati menyebabkan kenaikan tekanan darah pada vena portal dan kadang-kadang
menyebabkan terbentuknya wasir. Pengobatan Hemoroid/Wasir biasanya, tidak membutuhkan
pengobatan kecuali bila menyebabkan gejala.

14
1. Obat pelunak tinja atau psilium bisa mengurangi sembelit dan peregangan yang
menyertainya.
2. Suntikan skleroterapi diberikan kepada penderita wasir yang mengalami perdarahan.
Dengan suntikan ini, vena digantikan oleh jaringan parut.
3. Wasir dalam yang besar dan tidak bereaksi terhadap suntikan skleroterapi, diikat dengan
pita karet. Cara ini, disebut ligasi pita karet, meyebabkan wasir menjadi layu dan putus tanpa
rasa sakit.
4. Pengobatan dilakukan dengan selang waktu 2 minggu atau lebih. Mungkin 3-6 kali
pengobatan.
5. Wasir juga bisa dihancurkan dengan menggunakan laser (perusakan laser), sinar infra merah
(fotokoagulasi infra merah) atau dengan arus listrik (elektrokoagulasi).
6. Pembedahan mungkin digunakan bila pengobatan lain gagal.
Kandungan obat hemoroid / wasir
Polidocanol, sediaan injeksi (ampul).Senyawa bismuth dan kombinasinya, Kombinasi
Hydrokortison, suppositoria.Ekstrak tumbuh-tumbuhan, Graptophyllum pictum, Sophora
japonica , dllSenyawa flucortolone dan kombinasi senyawa alumunium, senyawa zink,
hydrokortison dan lidokain dalam bentuk krim.
2.2.7 OBAT DIGESTAN
Obat membantu proses pencernaan berisi enzim-enzim atau campurannya, berguna
memperbaiki fungsi pencernaan, bermanfaat pada defisiensi satu atau lebih zat yang
berfungsi mencerna makanan.
Sediaan digestan :
Enzim pankreas
Dalam sediaan dikenal sebagai pankreatin & pankrelipase. Mengandung amilase, tripsin
(protease) & lipase. Pankrelipase berasal dari pankreas hewan, aktivitas lipase relatif lebih
tinggi dari pankreatin.
Pepsin , enzim proteolitik yang kurang penting dibanding dengan enzim pankreas.
Empedu, mengandung asam empedu dan konjugatnya, mengatasi batu kolesterol kandung
empedu.
2.2.8 ANTASIDA
Antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk menetralisir kelebihan asam
lambung yg menyebabkan timbulnya sakit maag.Tujuan pengobatan adalah menghilangkan
gejala, mempercepat penyembuhan, dan mencegah komplikasi lebih lanjut.Berdasarkan
mekanisme kerjanya, obat-obat antasida digolongkan menjadi 2 golongan yaitu :

15
1. Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara kimiawi
mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung
magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan sediaan yang
mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit maka biasanya kedua senyawa ini
dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit.
2. Indikasi
Antasida yang diminum untuk meredakan sakit maag, gejala utama penyakit
gastroesophageal refluks, ataupun gangguan asam pencernaan. Pengobatan dengan antasida
dan hanya ditujukan untuk gejala ringan saja. Pengobatan ulkus akibat keasaman yang
berlebihan mungkin memerlukan antagonis reseptor H2 atau pompa proton untuk
menghambat asam, dan mengurangi H. pylori.

3. Efek
Efek yang terjadi ada seseorang bisa bervariasi. Efek yang umumnya terjadi adalah
sembelit, diare, dan kentut terus-menerus.Berkurangnya keasaman perut dapat menyebabkan
mengurangi kemampuan untuk mencerna dan menyerap nutrisi tertentu, seperti zat besi dan
vitamin B. Kadar pH yang rendah di perut biasanya membunuh bakteri yang tertelan, tetapi
antasida meningkatkan kerentanan terhadap infeksi karena kadar pHnya naik. Hal ini juga
bisa mengakibatkan berkurangnya kemampuan biologis dari beberapa obat. Misalnya,
ketersediaan hayati ketokonazol (antijamur) berkurang pada pH lambung yang tinggi
(kandungan asam rendah).Peningkatan pH dapat mengubah kemampuan biologis obat lain,
seperti tetrasiklin dan amfetamin. Ekskresi obat-obatan tertentu juga dapat terpengaruh.
Perpaduan tetracycline dengan aluminium hidroksida dapat menyebabkan mual, muntah, dan
ekskresi fosfat, sehingga kekurangan fosfat.
Perintang reseptor H2 ( antagonis reseptor H2).Bekerja dengan cara mengurangi sekresi
asam. contoh obatnya adalah ranitidin dan simetidin.
Adapun penggolongan obat - obat antasida, antara lain :
a. Antasida
Aluminium Hidroksida
Al Oksida
Magnesium Karbonat
Mg Trisilikat
Mg Oksida

16
Mg Hidroklorida
Natrium Karbonat
Bismuth Subnitrat
Bismuth Subsitrat
Kalsium Karbonat
Hidrotalsite ( Mg, Al, Hidroksi Karbonat )
b. Antagonis Reseptor H2 ( H2 Bloker )
Ranitidin
Simetidin
Famotidin
Nizatidin
# Bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor
H2.
c. Penghambat Pompa Proton
Omeprazol
Lansoprazol
Pantoprazol
# Bekerja dengan cara menghambat asam lambung dengan cara menghambat sistem
enzim adenosin trifosfat hidrogen-kalium (pompa proton dari sel parietal lambung)
d. Anti Kolinergik / anti muskarinik
Pirenzepin
Fentonium
Ekstrak Belladon
# Bekerja dengna menghambat sekresi asam melalui reseptor muskarindan melawan
kejang
e. Analog Prostaglandin
Misoprostol
# Anti sekresi dan proteksi
f. Pelindung mukosa
Sukralfat
# Melindungi mukosa dari serangan pepsin dan asam
g. Penguat motilitas
Metoklorpramid
Domperidon

17
h. Zat pembantu
Dimetikon (Dimetilpolisiloksan)
# Memperkecil gelembung gas yang timbul sehingga mudah di serap dan dapat mencegah
masuk angin, kembung dan kentut
i. Penenang
Diazepam
Klordiazepoksida
# menekan stress yg dapat memicu asam lambung

2.2.9 ANTIKOLINERGIK
Antikolinergi (antimuskarinik, parasimpatolitik) menghilangkan nyeri dengan
menurunkan motilitas dan sekresi gastrointestinal; obat-obat ini bekerja dengan menghambat
asetilkolin dan histamin dan asam hidroklorida. Antikolinergik berfungsi memperlambat
waktu pengosomgam lambung, sehingga lebih sering dipakai untuk tukak duodenum daripada
tukak lambung.Antikolinergik harus diminum sebelum makan untuk mengurangi sekresi
asam yang timbul saat makan. Antasid dapat memperlambat absorbsi antikolineregik
sehingga harus diminum 2 jam sesudah pemberian antikolinergik. Namun saat ini diangap
obsolet dan sudah ditinggalkan seluruhnya.

BAB III
PENUTUP

18
3.2 Kesimpulan
Obat Sistem Pencernaan adalah obat yang bekerja pada sistem gastrointestinal dan
hepatobiliar Sistem pencernaan berfungsi : menerima makanan, memecah makanan menjadi
zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan), menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran
darah, membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.Jenis-jenis obat
pencernaan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Antitukak, Antipasmodik, Antasida,
Antiemetik , Antikolinergik, Hepatoprotektor , Prokinetik, Antidiare , Laksatif. Dari sekian
obat yang disebutkan di atas, setiap obat memiliki efek dan fungsi yang berbeda sesuai
dengan golongan obat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes RI, Jakarta.
2. Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Depkes RI, Jakarta.

19
3. Muhammad, 1998, Senyawa asam dilambung, http://www.senyawa asam
dilambung.com, diakses tanggal 8 Maret 2013. antidiare.html, diakses tanggal 7 Maret
2013.
4. Siswandono, dan Soekardjo Bambang, 2000, Kimia Medisinal Edisi Kedua, Airlangga
University Press, Surabaya.
5. http://studifarmasi.blogspot.com/2012/02/pengobatan-diare.html, diakses tanggal 7
Maret 2013.

20
21
22
23
24

Anda mungkin juga menyukai