Anda di halaman 1dari 22

Referat

Selulitis Preseptal

Disusun oleh:

Maghfira Ulfha Viani Pratiwi

04084821618237

Pembimbing:

dr. Petty Purwanita, Sp.M

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT DR. MOH. HOESIN PALEMBANG

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2017

1
2

HALAMAN PENGESAHAN

Referat dengan judul

Oleh:

Maghfira Ulfha Viani Pratiwi

04084821618237

Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 27
Desember 2016-30 Januari 2017.

Palembang, Januari 2017

dr. Petty Purwanita, Sp.M


3

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.

Referat dengan judul Selulitis Preseptal ini diajukan untuk memenuhi


salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di Departemen Ilmu
Penyakit Dalam RSMH Palembang periode 27 Desember 2016- 30 januari 2017.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Petty Purwanita, SpM


sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bantuan dan bimbingan
kepada penulis selama menyusun referat ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang


telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis sehingga referat ini
dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengharapkan kritik dan saran agar
referat ini menjadi semakin baik.

Palembang, Januari 2017

Penulis
4

DAFTAR ISI

Judul....................................................................................................1
Kata Pengantar..........................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................3
Bab I. Pendahuluan........................................................................................4
Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................6
A. Definisi....................................................................................................6
B. Anatomi..............................................................................................6-11
C. Epidemiologi.........................................................................................11
D. Etiologi.............................................................................................11-13
E. Patofisologi......................................................................................13-14
F. Klasifikasi........................................................................................14-15
G. Manifestasi Klinis...........................................................................16-19
H. Penatalaksanaan..............................................................................19-20
I. Komplikasi....................................................................................20
J. Prognosis.............................................................................................21
Bab III. Penutup...........................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................23
5

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selulitis preseptal merupakan suatu inflamasi yang bila ditangani
dengan tepat dapat sembuh dengan sempurna tanpa menimbulkan
kerugian dalam pengelihatan pasien, tetapi bila penangan terlambat atau
tidak tepat, inflamasi selulitis preseptal dapat menjalar ke retroseptal
sehingga dapat menyebabkan selulitis orbital yang mempunyai
komplikasi yang cukup membahayakan, dikarenakan letaknya yang
berdekatan dengan organ vital yaitu otak kita, sehingga dapat
menyebabkan meningitis.
Selulitis preseptal dan selulitis orbita memiliki manifestasi klinis
yang mungkin mirip, akan tetapi kedua kondisi tersebut harus dibedakan.
Selulitis preseptal hanya melibatkan jaringan lunak di anterior septum
orbital dan tidak melibatkan struktur di dalam rongga orbita. Selulitis
preseptal dapat menyebar ke posterior septum orbita dan berprogresi
selulitis orbita dan abses orbital atau subperiosteal. Infeksi pada orbita
sendiri dapat menyebar secara posterior dan menyebabkan meningitis
atau trombosis sinus kavernosus.
Selulitis preseptal umumnya merupakan penyakit pediatrik dengan
80% pasien berusia di bawah 10 tahun dan kebanyakan di antaranya
berusia di bawah 5 tahun. Pasien dengan selulitis preseptal memiliki
kecenderungan lebih muda dibanding pasien yang menderita selulitis
orbita. Bila penanganan yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan
pada pengelihatan pasien sampai kebutaan, serta dapat menimbulkan
kematian. Oleh sebab itu, penangan selulitis preseptal haruslah efektif
untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi dan mencegah terjadinya
komplikasi yang berat.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Preseptal cellulitis didefinisikan sebagai suatu inflamasi dan infeksi


yang terjadi pada kelopak mata dan struktur periorbital anterior sampai
ke septum orbital. Dari septum ke sturkur orbital posterior tidak
terinfeksi tetapi dapat terjadi inflamasi sekunder.Infeksi bacterial pada
orbita atau jaringan periorbital terjadi melalui tiga jalan yaitu langsung
menyebar dari sinusitis yang merupakan penyebab terbesar, inokulasi
langsung setelah adanya trauma dan infeksi kulit, serta penyebaran
bakteri dari focus-fokus seperti otitis media dan pneumonia.

A. ANATOMI
1. Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, paparan sinar, dan
pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
a. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar
keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom
pada tarsus.
b. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada
dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. fasial.M.levator palpebra, yang berorigo pada annulus
7

foramen orbita dan berinsersi pada tarsus atas dengan sebagian


menembus M. orbikularisokuli menuju kulit kelopak bagian
tengah.Bagian kulit tempat insersi M.levator palpebra terlihat sebagai
sulkus (lipatan) palpebra. Otot ini dipersarafi oleh N. III, yang
berfungsi untuk mengangkat kelopak mataatau membuka mata. Di
dalam kelopak mata ada tarsus yang merupakan jaringan ikat
dengankelenjar di dalamnya atau kelenjar Meibom yang bermuara
pada margo palpebra.
c. Septum orbita, yang merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima
orbita merupakan pembatas isi orbita dengan kelopak depan.
d. Tarsus ditahan oleh septum orbita yang melekat pada rima orbita pada
seluruh lingkaran pembukaan rongga orbita. Tarsus, terdiri atas
jaringanikat yang merupakan jaringan penyokong kelopak dengan
kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 pada kelopak
bawah).
e. Pembuluh darah yang memperdarahinya adalah a. palpebra.
f. Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal n.
V ,sedangkan kelopak bawah oleh cabang ke II saraf ke V.

2.

Gambar 1. Anatomi Palpebrae


8

2. Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir
yang berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris.Tiap orbita
berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita
dibentuk oleh 7 buah tulang:Os. Frontalis, Os. Maxillari, Os. Zygomaticum,
Os. Sphenoid, Os. Palatinum, Os. Ethmoid, dan Os. Lacrimalis.

3. Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat
dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.

a. Gambar 2 Anatomi Bola Mata

4. Konjungtiva
Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,
9

konjungtiva melipat ke posterior (pada fornices superior dan inferior)


dan membungkus jaringan episklera dan menjadi konjungtiva bulbaris.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbitae di fornices
dan melipat berkali-kali. Pelipatan ini memungkinkan bola mata
bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik.

5. Sklera dan Episklera


Sklera adalah pembungkus fibrosa pelindung mata di bagian
luar.Jaringan ini padat dan berwarna putih serta bersambungandengan
kornea di sebelah anterior dan duramater nervusoptikus di belakang.
Sedangkan episklera adalahlapisan tipis dari jaringan elastik halus,
yang membungkus permukaan luar sklera anterior, mengandung
banyak pembuluh darah yang memasok sklera.

6. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebandingdengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke
sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut
sulkus skleralis.Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan
jendela yang di lalui berkas cahaya menuju retina.Kornea bersifat
tembus cahaya karena strukturnyauniform, avaskuler, dan deturgesens.
Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan
olehfungsi sawar epitel dan endotel.Kerusakan sel-sel endotel
menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan,sedangkan
cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada
saatepitel sudah beregenerasi.
10

7. Uvea
Iris merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior, terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa,yang memisahkan
kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi
humor aquaeus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid
ke pangkaliris ( + 6 mm ).Muskulus siliaris tersusun dari gabungan
serat longitudinal,sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah
untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini mengubah
tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh
dalam lapangan pandang. Koroid merupakan segmen posterior uvea,
di antara retina dan sklera.Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh
darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh
terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.

8. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparansempurna.Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula,
yang menghubungkannyadengan korpus siliare.Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aquaeus di sebelah posterior vitreus.Lensa
ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenalsebagai zonula
(zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari
permukaankorpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
11

9. Humor Aquaeus
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah
memasuki kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk
ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera
anterior.

10. Sudut Kamera Anterior


Sudut kamera anterior terletak pada persambungan kornea
perifer dan akar iris.

11. Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,
dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola
mata..Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula.Secara klinis
makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan
yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat
fovea yang merupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus
bila dilihat denganoftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di
retina pada angiografi fluoresens.

12. Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi
ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus optikus.
12

B. EPIDEMIOLOGI
Predileksi terjadinya selulitis preseptal tidak dipengaruhi ras atau
gender pada dewasa. Tetapi pada anak-anak ditemukan anak laki-laki 2
kali lebih sering terjadi seulitis preseptal dibandingkan dengan
perempuan. Rata- rata usia antara 7-12 tahun. Kondisi ini lebih sering
terjadi pada musim dingin dikarenakan meningkatnya risiko terjadinya
sinusitis. Pasien dengan selulitis preseptal memiliki kecenderungan lebih
muda dibanding pasien yang menderita selulitis orbita. Bila penanganan
yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada pengelihatan pasien
sampai kebutaan, serta dapat menimbulkan kematian. Oleh sebab itu,
penangan selulitis preseptal haruslah efektif untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi yang berat.

C. ETIOLOGI
Organisme terbanyak penyebab selulitis preseptal adalah
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes. Selain itu, beberapa
bakteri anaerob juga sering menjadi etiologi dari selulitis preseptal.
Pada tahun 1985, penyebab tersering adalah haemophilus influenzae.
Sebuah studi saat itu menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien memiliki
hasil kultur darah positif. Seiring dengan peningkatan penggunaan
vaksin, tren ini menurun dan saat ini pada kultur darah, organisme
penyebab selulitis seringkali tidak ditemukan atau negatif yang belum
jelas diketahui alasan dan keterkaitannya dengan penurunan hasil positif
dari h. influenzae.
13

Preseptal selulitis biasanya merupakan kondisi unilateral yang


mungkin disebabkan kondisi-kondisi seperti:
1. Trauma palpebral, organisme yang paling sering adalah S. aureus,
dan S. pyogenes. Organisme yang lebih jarang adalah anaerob dan
polimikrobal.
2. Infeksi kulit ekstraokular, dapat ditemukan pada impetigo (karena S.
aureus, S. pyogenes grup A); erysipelas (karena S. pyogenes grup
A); atau ruam kulit akibat virus (HSV, HZV).
3. Penyebaran infeksi dari traktus pernafasan atas atau telinga tengah,
penyebab yang paling sering ditemukan adalah H. influenzae dan S.
pneumoniae.

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri
pada jaringan orbita dan periorbita berasal dari 3 sumber primer yaitu
penyebaran langsung dari sinusitis atau dakriosistitis, trauma atau
infeksi kulit, dan penyebaran bakteremia dari lokasi yang lebih jauh
seperti otitis media, pneumonia.
Kakunya struktur tulang orbita menyebabkan lubang anterior
menjadi satu- satunya tempat ekspansi. Setiap penambahan isi orbita
yang terjadi di samping atau belakang bola mata akan mendorong organ
14

tersebut ke depan, hal ini disebut dengan proptosis. Penonjolan bola


mata adalah tanda utama penyakit orbita. Proptosis dapat disebabkan
lesi- lesi ekspansif yang dapat bersifat jinak atau ganas, berasal dari
tulang, otot, saraf, pembuluh darah, atau jaringan ikat. Selain itu dapat
juga terjadi proptosis tanpa adanya penyakit orbita. Hal ini disebut
dengan pseudoproptosis. Pseudoproptosis dapat terjadi pada miopia
tinggi, buftalmos, dan retraksi kelopak mata. Proptosis sendiri tidak
menimbulkan cedera kecuali membuat kelopak mata tidak bisa ditutup,
akan tetapi penyebab proptosis itu sendiri seringkali berbahaya.

Posisi mata ditentukan oleh lokasi massa. Ekspansi di dalam


kerucut otot mendorong mata lurus ke depan(proptosis aksialis),
sedangkan massa yang tumbuh di luar kerucut otot mendorong mata
ke samping atau vertikal menjauhi masa tersebut(proptosis non
aksialis). Kelainan bilateral umumnya mengindikasikan adanya
penyakit sistemik misalanya penyakit graves. Istilah eksoftalmos
sering dipakai untuk menggambarkan proptosis pada graves. Proptosis
pulsatil dapat disebabkan oleh fistula karotiko kavernosa, malformasi
pembuluh darah arteri orbita, atau transmisi denyut otak akibat tidak
adanya atap orbita superior. Proptosis yang bertambah dengan
penekukan kepala ke depan atau dengan perasat valsava merupakan
suatu tanda adanya malformasi vena orbita atau meningokel.

Pada perubahan posisi bola mata, terutama apabila terjadi


dengan cepat, mungkin timbul interferensi mekanis terhadap gerakan
bola mata yang cukup untuk membatasi pergerakan mata dan diplopia.
Dapat timbul nyeri akibat ekspansi cepat, peradangan, atau infiltrasi
pada saraf sensoris. Penglihatan biasanya tidak terpengaruh di awal
ekcuali bila lesi berasal dari n. optikus atau langsung menekan saraf
tersebut.
15

Tanda lainnya dapat berupa edema kelopak mata dan periorbital,


diskolorisasi kulit, ptosis, kemosis, dan injeksi epibulbar. Selain itu
dapat juga terjadi perubahan fundus seperti pembengkakan cakram
optik, atrofi optik, kolateral optikosiliaris, dan lipatan koroid.

E. KLASIFIKASI
Inflamasi Orbita
Penyakit inflamasi pada orbita dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Inflamasi orbita akut dan inflamasi terkait
a. Selulitis preseptal
b. Selulitis orbita dan abses intraorbital
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
f. Trombosis sinus kavernosus
2. Inflamasi orbita kronik
a. Inflamasi spesifik
i. Tuberkulosis
ii. Sifilis
iii. Actinomikosis
iv. Mukormikosis
v. Infestasi parasit
b. Inflamasi non spesifik
i. Penyakit inflamasi orbital idiopatik
ii. Sindroma tolosa hunt
iii. Periostitis orbital kronik
16

Gambar 3. Berbagai Inflamasi Orbita

Faktor risiko

Penyakit yang mungkin di derita sebelum terjadinya selulitis


preseptal dan orbita, antara lain:
1. Sinusitis
2. Hordeolum
3. Kalazion
4. Bug bites
5. Lesi akibat trauma
6. Lesi akibat bedah di dekat kelopak mata
7. Dakriosistitis

F. MANIFESTASI KLINIS
Selulitis preseptal bermanifestasi sebagai edema inflamasi pada
kelopak mata dan kulit periorbital tanpa melibatkan orbita dan struktur
di dalamnya. Maka itu,karakteristik dari penyakit ini adalah
pembengkakan periorbital akut, eritema, dan hiperemia pada kelopak
mata tanpa adanya gejala- gejala proptosis, kemosis, gangguan visus,
dan gangguan gerakan bola mata. Mungkin juga terdapat demam dan
leukositosis.
Edema palpebral, eritema, dan inflamasi berat mungkin terjadi.
Biasanya melibatkan bola mata. Reaksi pupil, ketajaman pengelihatan,
dan motilitas ocular tidak terganggu. Rasa nyeri pada pergerakan bola
mata dan kemosis tidak ditemukan.1,2
Pasien dapat febris atau subfebris, dan pasien dapat
mengeluhkan nyeri, konjuntivitis, epifora, dan kaburnya pandangan.
Tanda dari preseptal selulitis adalah eritem dan edema periorbital,
terkadang karena terlalu berat pasien tidak dapat membuka mata secara
volunter.
17

Gejala yang dapat ditimbulkan:


Palpebral bengkak dan kemerahan yang unilateral
Tenderness
Tanda yang muncul:
Keadaan umum pasien baik, dapat disertai demam ringan
Edema palpebral ( dapat disertai ptosis)
Skin tenderness
Eritema
Perabaan hangat
Kemosis dapat menyertai
Foul-smelling discharge, crepitus, atau nekrosis dapat
mengindikasikan organisme anaerob
Infeksi Hemophilus biasanya non purulent, dengan perubahan
warna ungu kebiruan pada kelopak mata
Erysipelas

Pemeriksaan fisik
Selulitis preseptal dan selulitis orbital, keduanya disertai
dengan inflamasi palpebera, sehingga sangatlah penting untuk
melakukan pemeriksaan ocular yang lengkap. Harus dicermati tanda-
tanda sistemik, terutama pada anak. Diperiksa adnexa palpebral dan
ocular untuk mencari tanda trauma local. Dapat ditemukan
limfadenopati cervical, submandibular, atau preaurikular. Limfa node
preaurikular yang tender dapat menandakan konjungtivitis adenoviral.
Tes pengelihatan dan reaksi pupil, pergerakan bola mata, bila
terdapat gangguan dapat diperkirakan infeksi telah menjalar sampai ke
orbita. Bila terdapat RAPD diperkirakan terdapat kompresi saraf.
18

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT scan dan MRI untuk:
a. Membedakan selulitits preseptal dan post septal
b. Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
c. Mendeteksi ekstensi intrakranial
d. Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses
orbital
6. Fungsi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan
serebral.

Diagnosis banding
Diagnosis banding dari selulitis preseptal dan orbita termasuk:
1. Sinus kavernosus thrombosis
2. Dakriosistitis
3. Dakrioadenitis
4. Hordeolum
5. Konjungtivitis virus dengan pembengkakkan palpebral
6. Angioneurotic edema
7. Allergic eyelid swelling
8. Pseudotumor
9. Rhabdomiosarkoma
19

G. PENATALAKSANAAN
Selulitis preseptal ditatalaksana dengan terapi medikamentosa
sedangkan selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi-
komplikasi berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera. Pengobatan
selulitis preseptal menggunakan co-amoxiclav 500/125mg setiap 8 jam.
Infeksi yang parah membutuhkan antibiotik IV. Pengobatan harus dimulai
sebelum organisme penyebab teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus
mengatasi stafilokokus, H. influenzae, dan bakteri anaerob. Selulitis
pascatrauma, khususnya setelah gigitan hewan, harus diberikan antibiotik
untuk mengatasi basil gram negatif dan gram positif. Dekongestan hidung
dan vasokonstriktor dapat membantu drainase PNS. Juga perlu diberikan
analgesia dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam. Konsultasi
dengan otorlaringologis sejak dini bermanfaat. Pada selulitis praseptal
supuratif diindikasikan drainase melalui pembedahan sejak dini. MRI
bermanfaat untuk menentukan kapan dan dimana drainase harus dilakukan.
Indikasi pembedahan lainnya adalah terdapatnya abses intrakranial atau
subperiosteal, dan gambaran atipikal yang mungkin membutuhkan biopsi.

H. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat.
Komplikasi terdiri dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi lainnya.
Komplikasi okular biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan
oklusi arteri retina sentral. Komplikasi orbital adalah perkembangan selulitis
orbital menjadi abses subperiosteal dan abses orbita. Abses subperiosteal
adalah penumpukan material purulen antara dinding tulang orbital dengan
periosteum, biasanya terdapat pada dinding orbita media. Biasanya abses
subperiosteal dicurigai bila terdapat manifestasi selulitis orbita dengan
proptosis eksentrik. Namun, diagnosis dipastikan dengan CT scan. Abses
orbita merupakan penumpukan material purulen di dalam jaringan lunak
orbital. Secara klinis dicurgai dengan tanda- tandan proptosis parah,
kemosis, oftalmoplegia komplit, dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi
20

lainnya berupa abses parotid atau temporal, komplikasi intrakranial, dan


septikemia general atau pyaemia.

I. PROGNOSIS
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk
sembuh total tanpa komplikasi sangat baik.Selulitis orbital dapat berlanjut
menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan
trombosis sinus kavernosus. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan
meningitis dan sepsis.Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko
tinggi adalah sebagai berikut:
1. Usia di atas 7 tahun
2. Abses subperiosteal
3. Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian antibiotik IV.
Pasien yang mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami infeksi fungal.
21

BAB III
PENUTUP

Selulitis preseptal merupakan inflamasi jaringan anterior septum orbita.


Penyakit ini tidak berbahaya dan memiliki risiko komplikasi yang rendah, bila
ditangani dengan baik dan pengobatan yang tepat. Komplikasi yang dapat terjadi
adalah penyebaran infeksi ke retroseptal yang dapat mengakibatkan antara lain
selulitis orbital, sub periosteal abses dan meningitis. Pengobatan yang dapt
diberikan adalah antibiotic yang dapat diberikan oral maupun intravena.
Sedangkan selulitis orbita adalah infeksi aktif jaringan lunak orbita yang terletak
posterior dari septum orbita. Lebihdari 90% kasus selulitis orbita terjadi akibat
kasus sekunder karena sinusitis bakterial akut atau kronis. Gambaranklinisnya
antara lain demam (lebih dari 75% kasus disertailekositosis), proptosis, kemosis,
hambatan pergerakan bola mata dan nyeri pergerakan bola mata. Keterlambatan
pengobatan akan mengakibatkan progresifitas dari infeksidan timbulnya sindroma
apeks orbita atau trombosis sinuskavernosus. Komplikasi yang terjadi antara lain
kebutaan, kelumpuhan saraf kranial, abses otak, dan bahkan dapat terjadi
kematian.
22

Daftar Pustaka

1. Sullivan JA,. Orbita. Dalam : Vaughan DG, Asbury T, Riordan EP,


editor.Oftalmologi Umum Edisi 17. Jakarta : Penerbit buku kedokteran
EGC. 2007.p. 251-256.
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology: a systemic approach. 7th
ed.Elsevier, 2011.
3. Khurana AK. Comprehensive Ophthalmology. 4th ed. New age
international,2007. p. 377-378, 384-386.
4. Kersten RC, et al. (eds). Orbits, Eyelids, and Lacrimal System.Basic and
Clinical Science Course. Section 7. American Academyof Ophthalmology.
San Franscisco, California 2005; 424Yuriani I. Orbit, eyelids, and
lacrimal system. In: Basic and clinical Science Course. Section 7. United
States: American Academy of Opthalmology. 2004. 41-2.
5. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah mada; 2012.h.40.
6. Asbury, Taylor. Rundaneva, Paul. Vaughan, Daniel P.Oftalmologi
Umum.Jakarta : Widya Medika. Hal. 1-5, 265-266.
7. Ilyas, S.Ilmu Penyakit Mata Edisi 3. Fakultas Kedokteran
UniversitasIndonesia. Jakarta.2004. Hal. 1-13, 101-102
8. Mallika OU, Sujatha, Narayan S. Orbital and preseptal cellulitis. Kerala
Journal of Opthalmology. MAret 2011; Vol XXIII (1); 10-4.
9. Schlossberg D. Clinical infectious disease. 2nd Ed. United Kingdom:
Cambridge University Press; 2015.p.117-20.
10. Bartlett JD, Jaanus SD. Clinical ocular pharmacology. 5th Ed. Boston:
Butterworth-Heinemann; 2008.p.392-3
11. Friedman NJ, Kaiser PK. Essentials of ophthalmology. 1st Ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2007.p.116-7.

Anda mungkin juga menyukai