Selulitis Preseptal
Disusun oleh:
04084821618237
Pembimbing:
2017
1
2
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
04084821618237
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat dalam mengikuti
Kepaniteraan Klinik Senior di Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang periode 27
Desember 2016-30 Januari 2017.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Penulis
4
DAFTAR ISI
Judul....................................................................................................1
Kata Pengantar..........................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................3
Bab I. Pendahuluan........................................................................................4
Bab II. Tinjauan Pustaka................................................................................6
A. Definisi....................................................................................................6
B. Anatomi..............................................................................................6-11
C. Epidemiologi.........................................................................................11
D. Etiologi.............................................................................................11-13
E. Patofisologi......................................................................................13-14
F. Klasifikasi........................................................................................14-15
G. Manifestasi Klinis...........................................................................16-19
H. Penatalaksanaan..............................................................................19-20
I. Komplikasi....................................................................................20
J. Prognosis.............................................................................................21
Bab III. Penutup...........................................................................................22
Daftar Pustaka......................................................................................23
5
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI
1. Palpebra
Kelopak mata atau palpebra mempunyai fungsi melindungi bola
mata, serta mengeluarkan sekresi kelenjarnya yang membentuk film air
mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat menutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, paparan sinar, dan
pengeringan bola mata. Kelopak mempunyai lapisan kulit yang tipis pada
bagian depan sedangkan pada bagian belakang ditutupi oleh selaput lendir
tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.
Pada kelopak terdapat bagian-bagian :
a. Kelenjar seperti : kelenjar sebasea, kelenjar Moll atau kelenjar
keringat, kelenjar Zeis pada pangkal rambut, dan kelenjar Meibom
pada tarsus.
b. Otot seperti : M. orbikularis okuli yang berjalan melingkar di dalam
kelopak atas dan bawah, dan terletak di bawah kulit kelopak. Pada
dekat tepi margo palpebra terdapat otot orbikularis okuli yang disebut
M. Rioland. M.orbikularis berfungsi menutup bola mata yang
dipersarafi N. fasial.M.levator palpebra, yang berorigo pada annulus
7
2.
2. Orbita
Orbita adalah sebuah rongga berbentuk segi empat seperti buah pir
yang berada di antara fossa kranial anterior dan sinus maksilaris.Tiap orbita
berukuran sekitar 40 mm pada ketinggian, kedalaman, dan lebarnya. Orbita
dibentuk oleh 7 buah tulang:Os. Frontalis, Os. Maxillari, Os. Zygomaticum,
Os. Sphenoid, Os. Palatinum, Os. Ethmoid, dan Os. Lacrimalis.
3. Bola Mata
Bola mata orang dewasa normal hampir mendekati bulat
dengan diameter anteroposterior sekitar 24,5 mm.
4. Konjungtiva
Membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus
permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan
permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris).Konjungtiva
bersambungan dengan kulit pada tepi kelopak (persambungan
mukokutan) dan dengan epitel kornea di limbus.
Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak
mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus,
9
6. Kornea
Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya
sebandingdengan kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea disisipkan ke
sklera di limbus, lekuk melingkar pada persambungan ini disebut
sulkus skleralis.Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan
jendela yang di lalui berkas cahaya menuju retina.Kornea bersifat
tembus cahaya karena strukturnyauniform, avaskuler, dan deturgesens.
Detugesens, atau keadaan dehidrasi relatif jaringan kornea,
dipertahankan oleh pompa bikarbonat aktif pada endotel dan
olehfungsi sawar epitel dan endotel.Kerusakan sel-sel endotel
menyebabkan edema kornea dan hilangnya sifat transparan,sedangkan
cedera epitel hanya menyebabkan edema lokal sesaat, hilang pada
saatepitel sudah beregenerasi.
10
7. Uvea
Iris merupakan perpanjangan korpus siliare ke anterior, terletak
bersambungan dengan permukaan anterior lensa,yang memisahkan
kamera anterior dari kamera posterior, yang masing-masing berisi
humor aquaeus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya yang masuk ke
dalam mata. Korpus siliaris: secara kasar berbentuk segitiga pada
potongan melintang, membentang ke depan dari ujung anterior koroid
ke pangkaliris ( + 6 mm ).Muskulus siliaris tersusun dari gabungan
serat longitudinal,sirkuler, dan radial. Fungsi serat-serat sirkuler adalah
untuk mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula. Otot ini mengubah
tegangan pada kapsul lensa, sehinga lensa dapat mempunyai berbagai
fokus baik untuk objek berjarak dekat maupun yang berjarak jauh
dalam lapangan pandang. Koroid merupakan segmen posterior uvea,
di antara retina dan sklera.Koroid tersusun dari tiga lapisan pembuluh
darah koroid; besar, sedang, dan kecil. Semakin dalam pembuluh
terletak di dalam koroid, semakin lebar lumennya. Bagian dalam
pembuluh darah koroid dikenal sebagai khoriokapilaris.
8. Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan hampir
transparansempurna.Di belakang iris, lensa digantung oleh zonula,
yang menghubungkannyadengan korpus siliare.Di sebelah anterior
lensa terdapat humor aquaeus di sebelah posterior vitreus.Lensa
ditahan di tempatnya oleh ligamentum yang dikenalsebagai zonula
(zonula Zinnii), yang tersusun dari banyak fibril dari
permukaankorpus siliare dan menyisip ke dalam ekuator lensa.
11
9. Humor Aquaeus
Humor Aquaeus diproduksi oleh korpus siliare. Setelah
memasuki kamera posterior, humor aquaeus melalui pupil dan masuk
ke kamera anterior dan kemudian ke perifer menuju ke sudut kamera
anterior.
11. Retina
Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang semitransparan,
dan multilapis yang melapisi bagian dalam 2/3 posterior dinding bola
mata..Di tengah-tengah retina posterior terdapat makula.Secara klinis
makula dapat didefinisikan sebagai daerah pigmentasi kekuningan
yang disebabkan oleh pigmen luteal (xantofil).
Di tengah makula, di sebelah lateral diskus optikus, terdapat
fovea yang merupakan suatu cekungan yang memberi pantulan khusus
bila dilihat denganoftalmoskop. Fovea merupakan zona avaskular di
retina pada angiografi fluoresens.
12. Vitreus
Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskular
yang membentuk 2/3 dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi
ruangan yang dibatasi oleh lensa,retina, dan diskus optikus.
12
B. EPIDEMIOLOGI
Predileksi terjadinya selulitis preseptal tidak dipengaruhi ras atau
gender pada dewasa. Tetapi pada anak-anak ditemukan anak laki-laki 2
kali lebih sering terjadi seulitis preseptal dibandingkan dengan
perempuan. Rata- rata usia antara 7-12 tahun. Kondisi ini lebih sering
terjadi pada musim dingin dikarenakan meningkatnya risiko terjadinya
sinusitis. Pasien dengan selulitis preseptal memiliki kecenderungan lebih
muda dibanding pasien yang menderita selulitis orbita. Bila penanganan
yang tidak tepat dapat menyebabkan penurunan pada pengelihatan pasien
sampai kebutaan, serta dapat menimbulkan kematian. Oleh sebab itu,
penangan selulitis preseptal haruslah efektif untuk mencegah terjadinya
penyebaran infeksi dan mencegah terjadinya komplikasi yang berat.
C. ETIOLOGI
Organisme terbanyak penyebab selulitis preseptal adalah
staphylococcus aureus dan streptococcus pyogenes. Selain itu, beberapa
bakteri anaerob juga sering menjadi etiologi dari selulitis preseptal.
Pada tahun 1985, penyebab tersering adalah haemophilus influenzae.
Sebuah studi saat itu menunjukkan bahwa sekitar 40% pasien memiliki
hasil kultur darah positif. Seiring dengan peningkatan penggunaan
vaksin, tren ini menurun dan saat ini pada kultur darah, organisme
penyebab selulitis seringkali tidak ditemukan atau negatif yang belum
jelas diketahui alasan dan keterkaitannya dengan penurunan hasil positif
dari h. influenzae.
13
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab utama selulitis adalah infeksi bakteri. Infeksi bakteri
pada jaringan orbita dan periorbita berasal dari 3 sumber primer yaitu
penyebaran langsung dari sinusitis atau dakriosistitis, trauma atau
infeksi kulit, dan penyebaran bakteremia dari lokasi yang lebih jauh
seperti otitis media, pneumonia.
Kakunya struktur tulang orbita menyebabkan lubang anterior
menjadi satu- satunya tempat ekspansi. Setiap penambahan isi orbita
yang terjadi di samping atau belakang bola mata akan mendorong organ
14
E. KLASIFIKASI
Inflamasi Orbita
Penyakit inflamasi pada orbita dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Inflamasi orbita akut dan inflamasi terkait
a. Selulitis preseptal
b. Selulitis orbita dan abses intraorbital
c. Osteoperiostitis orbita
d. Tromboflebitis orbita
e. Tenonitis
f. Trombosis sinus kavernosus
2. Inflamasi orbita kronik
a. Inflamasi spesifik
i. Tuberkulosis
ii. Sifilis
iii. Actinomikosis
iv. Mukormikosis
v. Infestasi parasit
b. Inflamasi non spesifik
i. Penyakit inflamasi orbital idiopatik
ii. Sindroma tolosa hunt
iii. Periostitis orbital kronik
16
Faktor risiko
F. MANIFESTASI KLINIS
Selulitis preseptal bermanifestasi sebagai edema inflamasi pada
kelopak mata dan kulit periorbital tanpa melibatkan orbita dan struktur
di dalamnya. Maka itu,karakteristik dari penyakit ini adalah
pembengkakan periorbital akut, eritema, dan hiperemia pada kelopak
mata tanpa adanya gejala- gejala proptosis, kemosis, gangguan visus,
dan gangguan gerakan bola mata. Mungkin juga terdapat demam dan
leukositosis.
Edema palpebral, eritema, dan inflamasi berat mungkin terjadi.
Biasanya melibatkan bola mata. Reaksi pupil, ketajaman pengelihatan,
dan motilitas ocular tidak terganggu. Rasa nyeri pada pergerakan bola
mata dan kemosis tidak ditemukan.1,2
Pasien dapat febris atau subfebris, dan pasien dapat
mengeluhkan nyeri, konjuntivitis, epifora, dan kaburnya pandangan.
Tanda dari preseptal selulitis adalah eritem dan edema periorbital,
terkadang karena terlalu berat pasien tidak dapat membuka mata secara
volunter.
17
Pemeriksaan fisik
Selulitis preseptal dan selulitis orbital, keduanya disertai
dengan inflamasi palpebera, sehingga sangatlah penting untuk
melakukan pemeriksaan ocular yang lengkap. Harus dicermati tanda-
tanda sistemik, terutama pada anak. Diperiksa adnexa palpebral dan
ocular untuk mencari tanda trauma local. Dapat ditemukan
limfadenopati cervical, submandibular, atau preaurikular. Limfa node
preaurikular yang tender dapat menandakan konjungtivitis adenoviral.
Tes pengelihatan dan reaksi pupil, pergerakan bola mata, bila
terdapat gangguan dapat diperkirakan infeksi telah menjalar sampai ke
orbita. Bila terdapat RAPD diperkirakan terdapat kompresi saraf.
18
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain:
1. Kultur bakteri dari usap nasal dan konjungitva dan spesimen darah
2. Pemeriksaan darah perifer lengkap
3. X-Ray PNS untuk mendeteksi adanya sinusitis terkait
4. USG orbital untuk mendeteksi adanya abses intraorbital
5. CT scan dan MRI untuk:
a. Membedakan selulitits preseptal dan post septal
b. Mendeteksi abses subperiosteal dan abses orbital
c. Mendeteksi ekstensi intrakranial
d. Menentukan kapan dan darimana dilakukan drainase abses
orbital
6. Fungsi lumbal bila terdapat tanda- tanda keterlibatan meningel dan
serebral.
Diagnosis banding
Diagnosis banding dari selulitis preseptal dan orbita termasuk:
1. Sinus kavernosus thrombosis
2. Dakriosistitis
3. Dakrioadenitis
4. Hordeolum
5. Konjungtivitis virus dengan pembengkakkan palpebral
6. Angioneurotic edema
7. Allergic eyelid swelling
8. Pseudotumor
9. Rhabdomiosarkoma
19
G. PENATALAKSANAAN
Selulitis preseptal ditatalaksana dengan terapi medikamentosa
sedangkan selulitis orbital, terutama yang telah menunjukkan komplikasi-
komplikasi berbahaya membutuhkan tindakan bedah segera. Pengobatan
selulitis preseptal menggunakan co-amoxiclav 500/125mg setiap 8 jam.
Infeksi yang parah membutuhkan antibiotik IV. Pengobatan harus dimulai
sebelum organisme penyebab teridentifikasi. Terapi antibiotik awal harus
mengatasi stafilokokus, H. influenzae, dan bakteri anaerob. Selulitis
pascatrauma, khususnya setelah gigitan hewan, harus diberikan antibiotik
untuk mengatasi basil gram negatif dan gram positif. Dekongestan hidung
dan vasokonstriktor dapat membantu drainase PNS. Juga perlu diberikan
analgesia dan NSAID untuk mengontrol nyeri dan demam. Konsultasi
dengan otorlaringologis sejak dini bermanfaat. Pada selulitis praseptal
supuratif diindikasikan drainase melalui pembedahan sejak dini. MRI
bermanfaat untuk menentukan kapan dan dimana drainase harus dilakukan.
Indikasi pembedahan lainnya adalah terdapatnya abses intrakranial atau
subperiosteal, dan gambaran atipikal yang mungkin membutuhkan biopsi.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dapat terjadi bila selulitis tidak ditangani dengan tepat.
Komplikasi terdiri dari komplikasi okular, orbital, dan komplikasi lainnya.
Komplikasi okular biasanya adalah kebutaan, keratopati, neuritis optik, dan
oklusi arteri retina sentral. Komplikasi orbital adalah perkembangan selulitis
orbital menjadi abses subperiosteal dan abses orbita. Abses subperiosteal
adalah penumpukan material purulen antara dinding tulang orbital dengan
periosteum, biasanya terdapat pada dinding orbita media. Biasanya abses
subperiosteal dicurigai bila terdapat manifestasi selulitis orbita dengan
proptosis eksentrik. Namun, diagnosis dipastikan dengan CT scan. Abses
orbita merupakan penumpukan material purulen di dalam jaringan lunak
orbital. Secara klinis dicurgai dengan tanda- tandan proptosis parah,
kemosis, oftalmoplegia komplit, dan pus di bawah konjungtiva. Komplikasi
20
I. PROGNOSIS
Dengan pengenalan dan penanganan yang tepat, prognosis untuk
sembuh total tanpa komplikasi sangat baik.Selulitis orbital dapat berlanjut
menjadi abses orbital dan menyebar secara posterior menyebabkan
trombosis sinus kavernosus. Penyebaran sistemik dapat menyebabkan
meningitis dan sepsis.Pada studi terhadap pasien pediatrik, faktor risiko
tinggi adalah sebagai berikut:
1. Usia di atas 7 tahun
2. Abses subperiosteal
3. Nyeri kepala dan demam yang menetap setelah pemberian antibiotik IV.
Pasien yang mengalami imunokompromais atau diabetes memiliki
kecenderungan lebih tinggi untuk mengalami infeksi fungal.
21
BAB III
PENUTUP
Daftar Pustaka