Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Motivasi pembentukan Peraturan


Perundang-Undangan sekarang
termasuk Perda, tentu harus
memperhatikan dinamika:
1. Perkembangan zaman dan kebutuhan
masyarakat;
2. Esensi Reformasi dengan berbagai
implementasinya pada aspek Otoda
dan Demokratisasi;
3. Esensi Pemerintahan, yang berintikan
pengaturan dan pelayanan.
2
KEDUDUKAN PERDA SEBAGAI HUKUM

1. Sebagai salah satu jenis dan bentuk dalam


hirarkhi peraturan Perundang-Undangan, (vide
Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan) yaitu:
a.UUD Negara RI. Tahun 1945;
b.Ketetapan MPR. RI;
c.UU/PERPPU;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f. Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kab/Kota.

3
2. Sebagai Hukum, maka pembentukan Perda
harus dilakukan sesuai syarat dan
mekanisme pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan
3. Proses pembentukannya harus
memperhatikan Asas Good Governance
yang meliputi antara lain aspek:
a. Akuntabilitas;
b. Transparansi;
c. Demokratisasi; dan
d. Penegakan Supremasi Hukum.

4
4. Sebagai bentuk perwujudan aspek
Otonomi Daerah.
sebagai catatan:
jenis & bentuk dalam hierarkhi
peraturan perundang-undangan
sebagaimana tersebut dalam pasal 7
ayat (1), harus memperhatikan
ketentuan Pasal 8 UU Nomor 12 Tahun
2011.

5
SYARAT DAN MEKANISME
PEMBENTUKAN PERDA
1.Perda dibentuk dengan alasan/
berdasarkan:
a. Kewenangan Otoda ;

b.Tugas Pembantuan;

c. Rencana Pembangunan Daerah;

d.Penjabaran Peraturan Perundang-


Undangan yang lebih Tinggi; dan
e. Materi muatan lokal;

6
2. Perencanaan pembentukan Perda harus
melalui PROLEGDA/PROPEMPERDA, dengan
memperhatikan:
UU. Nomor 23 Tahun 2014;
UU. Nomor 12 Tahun 2011;
PP. Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan;
Permendagri Nomor 80 Tahun 2015
tentang Pembentukan Produk Hukum
Daerah; dan
Perda Provinsi Sulsel Nomor 1 Tahun
2014 tentang Pembentukan Peraturan
Daerah.

7
3. Praagenda Prolegda/Propemperda berasal dan
diusulkan dari SKPD/Unit Kerja
Pemda/Sekretariat DPRD kepada Biro
Hukum/Bagian Hukum.
4. Alasan/Materi usulan Ranperda untuk menjadi
Prolegda/Propemperda sebagaimana dimaksud
pada angka-3, harus selalu terkait dengan
alasan yang dikemukakan pada angka-1.
5. Pra-Agenda Prolegda/Propemperda dari
SKPD/Unit Kerja tersebut, dibahas secara
terkoordinasi Oleh Biro Hukum/Bagian Hukum
dengan SKPD/Unit Kerja terkait dan hasilnya
(berdasarkan skala prioritas) dilaporkan
kepada Sekretaris Daerah untuk selanjutnya
dibahas bersama Badan Legislasi DPRD.

8
6. Hasil Pembahasan bersama dengan Badan Legislasi
yang ditetapkan dengan Keputusan DPRD tersebut,
ditegaskan lebih lanjut dengan Keputusan KDH yang
mengikat Pemda untuk mempersiapkan agenda
Prolegda/Propemperda dalam bentuk Ranperda sesuai
agenda prioritas.
7. Setiap Ranperda pada prinsipnya perlu didasari
Naskah Akademik kecuali dalam hal tertentu.
8. Sejauhmana esensi atas kajian/naskah tersebut yang
mendasari tentang perlunya:
a. Keterangan; atau
b. Penjelasan; dan/atau
c. Naskah Akademik.
Vide pasal 56 ayat (2) dan Pasal 62 UU Nomor 12
Tahun 2011.
9. Setiap Ranperda yang disusun sebelum dikirim pada
DPRD terlebih dahulu disosialisasikan pada
stakeholder.

9
10. Permintaan pembahasan hingga persetujuan
penetapan Ranperda menjadi Perda, dilakukan sesuai
prioritas pada Tahapan masa sidang DPRD, yang
melewati agenda:
a. pembahasan;
b. Pemandangan umum/jawaban;
c. Study banding;
d. Konsultasi;
e. Evaluasi/fasilitasi;
f. Penetapan persetujuan Ranperda menjadi
Perda;
g. Pemberian Noreg. Perda
h. Penetapan dan pengundangan Perda
11. Setiap Perda yang telah ditandatangani penetapannya,
terlebih dahulu diotentifikasi oleh Biro Hukum/Bagian
Hukum sebelum digandakan dan disebarkan.
12. Setiap Perda yang telah diundangkan harus di
diseminasi dalam bentuk berbagai cara.

10
Prolegda/Propemperda diagendakan
sebagai skala prioritas pembentukan
Perda berdasarkan Kriteria:
a. Perintah/penjabaran Perat Perundang-
undangan yang lebih tinggi;
b. Rencana pembangunan daerah;
c. Penyelenggaraan otoda dan tugas
pembantuan; dan
d. Aspirasi masyarakat daerah.

Prolegda/Propemperda dapat dimuat


daftar kumulatif terbuka yang terdiri
atas:
a. Akibat putusan MA; dan
b. APBD
11
Dalam keadaan tertentu, DPRD atau KDH dapat
mengajukan Ranperda diluar Propemperda, karena alasan:
a. Mengatasi keadaan luar biasa, keadaan konflik, atau
bencana alam;
b. menindaklanjuti kerja sama dengan pihak lain;
c. mengatasi keadaan tertentu lainnya yang memastikan
adanya urgensi atas suatu rancangan perda yang dapat
disetujui bersama oleh alat kelengkapan DPRD yang
khusus menangani bidang pembentukan Perda dan
unit yang menangani bidang hukum pada Pemda;
d. akibat pembatalan oleh Menteri Dalam Negeri untuk
Perda Provinsi dan oleh Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat untuk Perda kabupaten/kota; dan
e. perintah dari ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi setelah Propemperda
ditetapkan.

12
IMPLIKASI PROLEGDA/PROPEMPERDA UNTUK
MENGAGENDAKAN RANPERDA MENJADI
PERDA:
1. Aspek perencanaan Daerah &
konsistensi;
2. Efektifitas dan bermanfaat;
3. Sebagai produk Hukum yang
humanis partisipatoris;
4. Sebagai produk hukum yang
responsif.

13
PROLEGDA/PROPEMPERDA adalah
instrumen perencanaan program
pembentukan Perda yang disusun secara
terencana, terpadu, dan sistematis.
PROLEGDA/PROPEMPERDA harus
ditetapkan sebelum dibahas dan
ditetapkan Perda tentang APBD Pokok,
agar memperoleh dukungan pembiayaan
dalam prosesnya yang lebih efektif.
PROLEGDA/PROPEMPERDA Substansi
perencanaan/perancangannya harus
melalui pengkajian saksama yang
komprehensif , responsif dan prioritas.
14
SYARAT PEMBENTUKAN PERDA DAN
IMPLEMENTASINYA

1. Syarat formal & syarat materil;


2. Perda sebagai Hukum harus memenuhi aspek:
a. Fungsi Hukum; dan
b. Tujuan Hukum.
3. Sejauhmana proses pembentukan Perda dan
Pembahasannya di DPRD serta motivasinya.
4. Bagaimana aspek konsultasi, evaluasi/fasilitasi
Pemerintah/Provinsi;
5. Sejauh mana aspek Harmonisasi HAM &
pertimbangan kebutuhan masyarakat.

15
ASPEK PARTISIPATIF DALAM
PEMBENTUKAN PERDA
1. Penyusunan PROLEGDA di Pemda
dikoordinasikan oleh Biro Hukum/Bagian Hukum
dan dapat mengikutsertakan Instansi Vertikal
terkait (Pasal 36 ayat (3) dan Pasal 40 UU Nomor
12 Tahun 2011)
2. Pengharmonisasian, pembulatan dan
pemantapan konsepsi Ranperda Prov/ Kab /Kota
dikoordinasikan oleh Biro Hukum/ Bagian
Hukum dan dapat mengikutsertakan Instansi
Vertikal dari Kementerian yang menangani
urusan pemerintahan dibidang hukum (Pasal 58
ayat (2) dan pasal 63 UU No. 12 Tahun 2011)

16
3. Penyebarluasan Prolegda/Propemperda, sejak penyusunan
prolegda/Propemperda, penyusunan Ranperda, pembahasan dan
pengundangan sebagai Perda, dilakukan agar dapat memberikan
informasi dan/ atau memperoleh masukan masyarakat dan para
pemangku kepentingan (Pasal 92 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 12
Tahun 2011).
4. Masyarakat berhak memberikan masukan secara lisan dan/atau tertulis
dalam pembentukan Peraturan Perundang-undangan/Perda, melalui
sarana:
a. RDPU;
b. Kunjungan kerja;
c. Sosialisasi; dan/atau
d. Seminar, lokakarya, dan/atau diskusi.
(Pasal 96 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 12 Tahun 2011)
5. Untuk memudahkan masyarakat dalam memberikan masukan tersebut,
setiap Rancangan Peraturan Perundang-undangan (termasuk Ranperda)
harus dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat (Pasal 96 ayat (4) UU
Nomor 12 Tahun 2011)
6. Setiap tahapan pembentukan peraturan perundang-undangan (termasuk
Ranperda/mengikutsertakan Perancang Peraturan Perundang-undangan
(Legal Drafting)/tenaga ahli.
Vide Pasal 98 ayat (1) dan Pasal 99 UU No. 12 Tahun 2011.

17
LOGIKA PERLUNYA ASPEK PARTISIPATIF
DALAM PEMBENTUKAN PERDA
1. Bentuk akuntabilitas publik;
2. Sarana memperoleh umpan balik/
masukan kesempurnaan;
3. Bentuk penyelarasan dengan
kepentingan /kebutuhan masyarakat;
4. Mendorong legitimasi & efektivitas; dan

5. Meningkatkan kualitas proses dan


materi pengaturan yang responsif.

18
PELUANG DAN TANTANGAN
PEMBENTUKAN PERDA
1. Perda dibentuk/didasarkan pada
kewenangan;
2. Alasan pembentukan harus klir dan
logis;
3. Proses pembentukan yang bernilai
filosofis, yuridis dan politis;
4. Proses pembentukan yang profesional
dan akuntabel;

19
5. Kesiapan SDM:
a. Pemda (Setwan, Biro/Bagian Hukum dan
SKPD terkait);
b. Kualitas Anggota DPRD;
c. Kualitas, wawasan & pengalaman aparat
Kemendagri serta faktor konsistensi
masa evaluasi dan fasilitasi;
d. Unsur tenaga ahli dan Legal Drafter.
6. Jadwal permbahasan DPRD dan
permintaan jadwal kunjungan/konsultasi,
harus lebih terencana; dan
7. Pembentukan Perda tidak boleh
tendensius.

20
INDIKATOR PENEGAKAN PERDA TERKAIT;

1. Tingkat kualitas Produk Hukum Perda;


2. Tingkat Legitimasi Masyarakat;

3. Tingkat Budaya Hukum Masyarakat;

4. Dukungan kualitas dan Integritas SDM


Aparatur;
5. Aspek Tertib Hukum; dan

6. Daya saing Daerah.

21
Penegasan UU No. 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, terkait esensi
keselarasan Regulasi di Daerah:
Pasal 407:
Pada saat UU ini mulai berlaku, semua
peraturan perundangan yang berkaitan
secara langsung dengan daerah wajib
mendasarkan dan menyesuaikan
pengaturannya pada UU ini.

22
Semua peraturan yang berimplikasi ke daerah,
harus memperhatikan & terharmonisasi dengan
kebijakan desentralisasi OTODA.
Reformasi Regulasi prinsip umum:
Intervensi Pemerintah/PEMDA harus memiliki
alasan;
Regulasi merupakan alternatif terbaik;
Manfaat lebih besar dari pada biaya; dan
Tidak ada beban yang tidak perlu.
Regulasi merupakan masalah utama bagi Dunia
Usaha, dan hal ini terkait:
Indikator akuntabilitas.
Indikator kinerja aparatur.
Faktor daya saing.

23
Simpulan:

1. Daya Saing, terkait:


- aspek efisiensi dan efektivitas;
- aspek pelayanan publik;
- aspek kepastian hukum; dan
- aspek sistem hukum/ S.O.P itu sendiri.

2. Prinsip umum atas reformasi regulasi,


Perda/Peraturan KDH:
- tidak boleh bertentangan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi;
- tidak boleh bertentangan kepentingan umum;
dan
- tidak boleh bertentangan kesusilaan.

24
Sekian dan terima kasih, Wassalam.

Makassar, 27 September 2016

25

Anda mungkin juga menyukai