Anda di halaman 1dari 5

Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit,

membebaskan gejala, atau mengubah proses kimia dalam tubuh. Obat ialah suatu
bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan,
menyembuhkan penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah dan
rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok atau memperindah
badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.

Di Amerika Serikat, seorang medis profesional dapat memperoleh obat dari


perusahaan farmasi atau apotek (yang membeli obat dari perusahaan farmasi).
Apotek dapat juga menyediakan obat secara langsung kepada pasien bila obat
tersebut dapat dengan aman digunakan sendiri, atau diberi kuasa dengan resep yang
ditulis oleh dokter.

Kebanyakan obat mahal harganya untuk dibeli pasien ketika pertama kali
dipasarkan, namun asuransi kesehatan dapat dipakai untuk meringankan biaya.
Ketika paten untuk suatu obat berakhir, obat generik dibuat dan diedarkan oleh
perusahaan lain. Obat yang tidak membutuhkan resep dari dokter dikenal dengan
nama obat OTC (bahasa Inggris: Over the Counter, yang berarti di kasir) dapat
dijual di toko biasa.

Di Indonesia, obat mahal lebih banyak karena besarnya biaya pemasaran yang
ditanggung oleh perusahaan farmasi, terutama untuk obat resep.

OTC (Over The Counter) merupakan obat yang dapat dibeli tanpa resep dokter
biasa disebut juga dengan obat bebas yang terdiri atas obat bebas dan obat bebas
terbatas.

Obat bebas

Ini merupakan tanda obat yang dinilai "aman" . Obat bebas yaitu obat yang bisa
dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa resep dokter, ditandai dengan
lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas ini digunakan untuk mengobati
gejala penyakit yang ringan misalnya vitamin dan antasida.

Obat bebas terbatas


Obat bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda lingkaran
biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti flu (Noza).
Memang, dalam keadaaan dan batas-batas tertentu; sakit yang ringan masih
dibenarkan untuk melakukan pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang
dipergunakan adalah golongan obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah
diperoleh masyarakat. Namun apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya
memeriksakan ke dokter. Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba
obat sendiri terhadap obat - obat yang seharusnya diperoleh dengan
mempergunakan resep dokter.

Apabila menggunakan obat-obatan yang dengan mudah diperoleh tanpa


menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan Golongan Obat Bebas dan
Golongan Obat Bebas Terbatas, selain meyakini bahwa obat tersebut telah memiliki
izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal- hal yang perlu diperhatikan, di
antaranya: Kondisi obat apakah masih baik atau sudak rusak, Perhatikan tanggal
kedaluwarsa (masa berlaku) obat, membaca dan mengikuti keterangan atau
informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada brosur / selebaran yang
menyertai obat yang berisi tentang Indikasi (merupakan petunjuk kegunaan obat
dalam pengobatan), kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak
diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang bukan efek yang
diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan
informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan
makanan yang dimakan.
PROSES PRODUKSI INDUSTRI FARMASI

Kegiatan operasi pokok dari industri farmasi, sebagaimana industri manufaktur,


meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

pengadaaan bahan baku,


pelaksanaan proses produksi, dan
pemasaran hasil produksi.

Kegiatan produksi industri farmasi di Indonesia diawasi oleh Direktorat Jenderal


Pengawasan Obat dan Makanan Departemen Kesehatan. Instansi tersebut
menerapkan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) atau dikenal sebagai
Good Manufacturing Practices (GMP). Setiap perusahan farmasi akan dinilai
kelayakan proses produksinya sesuai standar tersebut dan diberikan sertifikasi
sesuai hasil penilaian.
Dilihat dari bentuknya, obat-obatan yang diproduksi di Indonesia meliputi
tablet/kaplet, kapsul, sirop, salep, obat injeksi, powder/serbuk.
Pada bab ini akan dibahas mengenai pengadaan bahan baku dan pelaksanaan proses
produksi. Sedangkan kegiatan pemasaran hasil produksi akan diuraikan pada bab
selanjutnya.

1. Pengadaan Bahan Baku

Bagi perusahaan farmasi dengan penanaman modal asing, bahan baku biasanya
diperoleh/diimpor dari perusahaan induk di luar negeri. Sedangkan pengadaan
bahan penolong serta pengemasan pada umumnya dapat diperoleh dari dalam
negeri.

Dalam proses produksi bahan baku utama produk farmasi terutama untuk obat-
obatan daftar G, bahan bakunya diperoleh secara impor dari luar negeri. Bahan baku
yang dibutuhkan biasanya bukan berupa bahan mentah melainkan sudah dalam
bentuk bahan setengah jadi, dalam arti sudah melalui suatu proses produksi sampai
level tertentu.
Bahan baku yang sudah setengah jadi tersebut oleh perusahan farmasi di Indonesia
dimasukkan dalam proses produksi dengan ditambah bahan penolong untuk
menghasilkan suatu produk. Karena bahan bakunya sudah berupa bahan setengah
jadi, dalam proses produksi, tingkat rendemennya sangat rendah atau bahkan dapat
dikatakan tidak terdapat rendemen.

Namun demikian, terdapat beberapa perusahaan farmasi yang dalam proses


produksinya masih menggunakan bahan baku yang masih mentah, yaitu untuk
memproduksi herbal medicine (obat tradisional/jamu) misalnya membuat ekstrak
dari kunyit. Dalam proses produksi ini, tingkat rendemen-nya cukup besar.

2. Proses Produksi

Proses produksi yang digunakan biasanya menggunakan ban berjalan dan telah
dilakukan secara otomatis mulai dari penyiapan bahan baku, proses produksi itu
sendiri (proses pencampuran, pencetakan), sampai dengan packing atau
pembungkusan.

Masing-masing jenis obat mempunyai jenis dan kataristik tersendiri dalam proses
produksinya walaupun ada beberapa jenis obat yang mempunyai proses produksi
yang hampir sama. Adanya karakteristik dan proses produksi yang berbeda-beda
ini menyebabkan masing-masing perusahaan juga mempunyai perbedaan dalam
proses produksinya. Ada perusahaan yang sangat sederhana dalam proses
produksinya dalam arti proses produksi tidak memerlukan teknologi yang tinggi
yaitu hanya melakukan proses pencampuran (mixing) saja. Namun, ada pula
perusahaan yang membutuhkan teknologi tinggi dalam proses produksinya,
misalnya untuk membuat obat tertentu dibutuhkan proses pencampuran dalam
kondisi suhu dibawah 100 derajat C dalam ruangan hampa udara.

Suatu bahan baku tertentu dapat digunakan untuk memproduksi beberapa macam
obat-obatan melalui proses pencampuran dengan bahan pembantu yang berlainan.
Misalnya ekstrak G tersebut dicampur dengan bahan baku A jadi obat AG,
sedangkan ekstrak G tersebut apabila dicampur dengan bahan baku B akan menjadi
obat BG.
Selain itu dalam bidang pengolahan bahan kimia (khususnya dalam bidang farmasi)
terdapat karakteristik yang cukup unik. Misalnya suatu bahan baku W, satu
bagiannya (salah satu kandungan dalam bahan baku W) dapat digunakan untuk
memproduksi obat J dan pada bagian lainnya dapat digunakan untuk memproduksi
obat K dimana proses produksi untuk obat J dan obat K tersebut dapat dilakukan
secara bersamaan (atau hampir bersamaan).

Dengan adanya karakteristik yang berbeda-beda, proses produksi yang cukup rumit,
bahan baku yang dapat digunakan untuk memproduksi beberapa jenis obat/produk,
serta semakin berkembangnya teknologi proses produksi; pemeriksa pajak harus
memahami benar kegiatan produksi dari wajib pajak yang diperiksa.

3. Proses Pelaksanaan Jasa

Disamping memproduksi obat-obatan, biasanya perusahaan farmasi juga


mempunyai kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

Mengadakan/menghasilkan/mengolah bahan kimia farmasi biologi dan


lainnya yang diperlukan guna pembuatan sediaan farmasi.
Berusaha di bidang jasa, baik yang ada hubungannya dengan kegiatan usaha
perusahaan maupun jasa/upaya, dan sarana pemeliharaan/pelayanan
kesehatan pada umumnya, termasuk jasa konsultasi kesehatan dan jasa
pengujian klinis.
Jasa penunjang lainnya termasuk pendidikan, penelitian, dan
pengembangan baik yang dilakukan sendiri maupun kerjasama dengan
pihak lain.

Anda mungkin juga menyukai