Anda di halaman 1dari 5

RUMAH SAKIT ANANDA

Jl. Ringroad Utara, Sucen Juru Tengah, Bayan, Telp.(0275) 3128876


Purworeje

DEFINISI

Pelayanan rawat darurat adalah bagian dari pelayanan kedokteran yang


dibutuhkan oleh penderita dalam waktu segera untuk menyelamatkan kehidupannya. Unit
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan rawat darurat disebut dengan
nama Instalasi Gawat Darurat (IGD).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cedera, yang dapat
mengancam kelangsungan hidupnya. Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan
kebijakan mengenai Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang
dalam Kepmenkes RI No. 856/Menkes/SK/IX/2009 untuk mengatur standarisasi pelayanan
gawat darurat di rumah sakit.

TUJUAN

1)Mencegah kematian dan kecacatan pada penderita gawat darurat

2)Menerima rujukan pasien atau mengirim pasien

3)Melakukan penanggulangan korban musibah masal dan bencana yang terjadi


didalam maupun diluar rumah sakit

4)Mampu memberikan pelayanan dengan kualitas tinggi pada masyarakat dengan problem
medis akut
KRITERIA

1)Instalasi gawat darurat harus buka 24 jam

2)Instalasi gawat darurat juga harus memiliki penderita penderita false emergency
(korban yang memerlukan tindakan medis tetapi tidak segera),tetapi tidak boleh
mengganggu / mengurangi mutu pelayanan penderita- penderita gawat darurat

3)Instalasi gawat darurat sebaiknya hanya melakukan primary care sedangkan definitive
care dilakukan ditempat lain dengan cara kerjasama yang baik

4)Instalasi gawat darurat harus meningkatkan mutu personalia maupun masyarakat


sekitarnya dalam penanggulangan penderita gawat darurat (PPGD)

5)Instalasi gawat darurat harus melakukan riset guna meningkatkan mutu / kualitas
pelayanan kesehatan masyarakat sekitarnya.

MUTU

Klasifikasi yang membedakan setiap pelayanan di Instalasi Gawat Darurat di


Rumah Sakit adalah adanya :

1)Ketersediaan sumber daya manusia

2)Ketersediaan fasilitas dan peralatan

3)Ketersediaan sarana pendukung

4)Ketersediaan sistem kendali mutu

5)Ketersediaan fasilitas pendidikan dan pelatihan


PRINSIP UMUM PELAYANAN IGD menurut Depkes (2010)
1.Setiap Rumah Sakit wajib memiliki pelayanan gawat darurat yang memiliki kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat dan melakukan resusitasi dan
stabilitasi (life saving).

2.Pelayanan di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit harus dapat memberikan pelayanan
24 jam dalam sehari dan tujuh hari dalam seminggu.

3.Berbagai nama untuk instalasi/unit pelayanan gawat darurat di rumah sakit diseragamkan
menjadi Instalasi Gawat Darurat (IGD).

4.Rumah Sakit tidak boleh meminta uang muka pada saat menangani kasus gawat darurat.

5.Pasien gawat darurat harus ditangani paling lama 5 ( lima ) menit setelah sampai di IGD.

6.Organisasi IGD didasarkan pada organisasi multidisiplin, multiprofesi, dan terintegrasi


struktur organisasi fungsional (unsur pimpinan dan unsur pelaksana)

7.Setiap Rumah sakit wajib berusaha untuk menyesuaikan pelayanan gawat daruratnya
minimal sesuai dengan klasifikasi

DISIPLIN PELAYANAN

Disiplin pelayanan adalah suatu aturan yang berkaitan dengan cara memilih anggota
antrian yang akan dilayani lebih dahulu. Disiplin yang biasa digunakan adalah (Subagyo,
1993) :

1. FCFS : First Come-First Served(pertama masuk, pertama dilayani)


2. LCFS : Last Come-First Served(terakhir masuk, pertama dilayani)
3. SIRO : Service In Random Order(pelayanan dengan urutan acak)
4. Emergency First : Kondisi berbahaya yang didahulukan

Dalam hal kegawatdaruratan pasien yang datang ke IGD akan dilayani sesuai urutan
prioritas yang ditunjukan dengan labelisasi warna ,yaitu :

1. Biru: Gawat darurat, resusitasi segera yaitu Untuk penderita sangat gawat / ancaman
nyawa. Contoh : Henti jantung yang kritis, henti nafas yang kritis, trauma kepala yang
kritis, perdarahan kepala yang kritis.
2. Merah: Gawat darurat, harus MRS yaitu untuk penderita gawat darurat (kondisi stabil /
tidak membahayakan nyawa ). Contoh : Sumbatan jalan nafas atau distress nafas, luka
tusuk, penurunan tekanan darah, perdarahan pembuluh nadi, problem kejiawaan, luka
bakar derajat II > 25% tanpa mengenai muka dan dada, diare dengan dehidrasi, patah
tulang.
3. Kuning : Gawat darurat, dapat MRS / Rawat jalan yaitu untuk penderita darurat, tetapi
tidak gawat. Contoh : Lecet luas, diare non dehidrasi, luka bakar derajat I dan II.
4. Hijau : Gawat tidak darurat, dengan penanganan bisa rawat jalan yaitu Untuk bukan
penderita gawat. Contoh : Cidera otak ringan, luka bakar derajat I
5. Hitam : Meninggal dunia

PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN


A. Pengaturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelayanan gawat
darurat adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan Peraturan
Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit pasal 23 telah disebutkan
kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan gawat darurat selama 24 jam
per hari.
B. Pengaturan Penyelenggaraan Pelayanan Gawat Darurat Ketentuan tentang pemberian
pertolongan dalam keadaan darurat telah tegas diatur dalam pasal 5l UU No.29/2004
tentang Praktik Kedokteran, dimana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat
atas dasar perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun secara tersirat upaya
penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenarnya merupakan hak setiap orang untuk
memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

http://www.djemari.org/2010/11/pelayanan-gawat-darurat-emergency-care.html (diakses
tgl 27maret2016)

Keputusan Menteri Kesehatan No. 856/ Menkes/ SK/IX/2009 tentang Standar Instalasi
Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit

Undang-Undang Republik Indonesia No.23 Tahun 2009 tentang kesehatan, No.29 tahun
2004 tentang praktik kedokteran

http://www.academia.edu/5660816/Pelayanan_Gawat_Darurat_dan_Rawat_Jalan (diakses
tgl 27maret2016)

Anda mungkin juga menyukai