Anda di halaman 1dari 8

Artikel Penelitian

Sistem Pembiayaan dan Skema Kelembagaan Jaminan


Kesehatan Daerah Kota Yogyakarta

Cost System and Institution Local Health Insurance Scheme of


Yogyakarta City

Sunarto

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Yogyakarta

Abstrak basic needs. Health social insurance to give protect ensurement health
Negara menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai sis- social welfare so that each people can fullfil life need for social welfare
tem penyelenggara program negara dan pemerintah untuk memberikan Indonesian people. To identify the problems, obstacle, and challenge with
perlindungan sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan cost system and scheme of institution Local Health Insurance which has de-
dasar hidup layak. Jaminan sosial kesehatan bertujuan memberi kepastian velop to day. This research is case study using qualitative method with re-
perlindungan kesejahteraan sosial kesehatan agar setiap penduduk dapat trospective policy analyzed approach. This analyzed policy oriented to apli-
memenuhi kebutuhan hidupnya menuju terwujudnya kesejahteraan sosial cation with identify the problems in cost system and scheme of institution.
bagi seluruh masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meng- Show that, first in cost system which used by local government not yet ap-
identifikasi masalah, hambatan, dan tantangan yang berkaitan dengan plication prospective payment system fullfily but combine with retrospective
sistem pembiayaan dan skema kelembagaan Jaminan Kesehatan Daerah payment. Local Health Insurance in Yogyakarta not yet adopt maintenance
(Jamkesda) yang sudah dikembangkan selama ini. Penelitian ini meru- of public health insurance (JPKM) system. Cost sourcees from local re-
pakan desain studi kasus menggunakan metode kualitatif dengan pen- venue and expenditure budget (APBD). Second, scheme of institution still
dekatan analisis kebijakan retrospektif. Analisis kebijakan ini berorientasi have problems to control money by technical implementation unit of local
pada aplikasi dengan melakukan identifikasi masalah dalam sistem health insurance providers (UPT PJKD). The authority managing of money
pembiayaan dan skema kelembagaan. Hasil penelitian meliputi, pertama not yet autonom so that impact to slowly of the claim getting mechanism.
sistem pembiayaan yang digunakan pemerintah kota belum sepenuhnya Limitation human resources implicated to effectiveless intitution to serve
menerapkan prospective payment system, tetapi dikombinasikan dengan acceptener.
sistem retrospective payment. Jamkesda Kota Yogyakarta belum sepenuh- Key words: Local health insurance, cost system, scheme of institution
nya mengadopsi sistem Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat,
pembiayaan sepenuhnya bersumber pada Anggaran Pengeluaran dan
Belanja Daerah (APBD). Skema kelembagaan menghadapi kendala penge- Pendahuluan
lolaan keuangan oleh pihak Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara Jaminan Negara menyelenggarakan Sistem Jaminan Sosial
Kesehatan Daerah (UPT PJKD). Kewenangan mengelola dana belum Nasional (SJSN) sebagai sistem penyelenggara program
bersifat otonom sehingga mekanisme pencairan klaim lambat. negara dan pemerintah untuk memberikan perlindungan
Keterbatasan jumlah personil berimplikasi pada efektivitas lembaga sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan
melayani penerima manfaat. dasar hidup layak.1 Jaminan sosial kesehatan bertujuan
Kata kunci: Jaminan kesehatan daerah, sistem pembiayaan, skema memberi kepastian perlindungan kesejahteraan sosial
kelembagaan kesehatan agar setiap penduduk dapat memenuhi
kebutuhan hidup menuju terwujudnya kesejahteraan
Abstract
State using national health insurance system as a state system and Alamat Korespondensi: Sunarto, Fakultas Kedokteran Universitas Islam
government to give social protection so that each people can fullfil human Indonesia, Jl. Kaliurang Km. 14,5, Sleman Yogyakarta, Hp. 08156898268,
e-mail: narto_darsono@yahoo.com

275
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 6, Juni 2011

sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Otonomi tujuan dan sasaran, membantu merumuskan masalah,
daerah memberi peluang kepada warga negara untuk mengembangkan alternatif-alternatif kebijakan baru
memperoleh pelayanan dasar yang lebih baik, khususnya serta merekomendasikan arah dan tindakan untuk
kesehatan. Salah satu inisiasi Pemerintah Kota memecahkan masalah.5 Formulasi kebijakan dan penye-
Yogyakarta untuk mencapai kesejahteraan masyarakat lenggaraan pelayanan publik dimaknai sebagai proses in-
adalah kebijakan sosial. Kebijakan sosial didefinisikan teraksi dialektis antara aktor negara dan warga
sebagai suatu tindakan publik dari pemerintah maupun masyarakat. Interaksi dialektis adalah realitas kehidupan
aktor-aktor diluar orang-orang pemerintahan untuk sosial yang dinamis sehingga tidak mungkin dikaji secara
menyediakan kebutuhan dasar yang bersifat sosial seper- kuantitatif dengan mengandalkan angka statistik. 6
ti pendidikan dan kesehatan.2 Metode penelitian kualitatif dapat memberi jalan bagi
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kota peneliti untuk mengeksplorasi secara mendalam meng-
Yogyakarta (77,7) mengindikasikan tingkat kesejah- enai perspektif, pengetahuan, dan praktek sosial para in-
teraan masyarakat yang relatif tinggi diukur dari aspek forman.7
angka harapan hidup, angka melek huruf penduduk de- Variabel utama pada penelitian ini adalah sistem
wasa, dan paritas daya beli. Salah satu tantangan Kota pembiayaan dan skema kelembagaan. Data diperoleh
Yogyakarta adalah jumlah penduduk miskin yang relatif melalui teknik pengumpulan data primer melalui
tinggi. Berdasarkan data resmi Pemerintah Kota wawancara mendalam, focus group discussion (FGD),
Yogyakarta, Keputusan Walikota No. 523 Tahun 2007, dan working paper yang bersumber dari informan terpi-
warga miskin tercatat 17% total penduduk yang tercatat lih. Data sekunder diambil dari dokumentasi kebijakan.
resmi 525.698 jiwa, tersebar di 14 kecamatan dan 45 Pertama, metode wawancara mendalam, analisis
kelurahan. Jumlah warga miskin cenderung bergerak kualitatif dilakukan dengan menelaah data, mengklasi-
naik setiap tahun. Luas wilayah Kota Yogyakarta sekitar fikasi menjadi unit yang dapat dikelola, mensintesa, men-
3.250 ha atau 32,50 km dengan kepadatan penduduk cari pola, dan menemukan hal-hal apa yang penting. FGD
mencapai 16.098 orang per km2. Data status kesehatan dilakukan sebanyak 6 kali dengan melibatkan informan
pada tahun 2005 yaitu angka kematian bayi (3,57 per pemangku kepentingan.
1.000 kelahiran hidup), angka kematian balita (0,14 per Wawancara mendalam telah dilakukan dengan Wakil
1.000 kelahiran hidup), dan angka kematian ibu Walikota, Kepala Dinas Kesehatan, Ketua Komisi I
melahirkan (141 per 100.000 kelahiran hidup). DPRD, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan
Berdasarkan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Daerah, Kepala Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara
Menengah Daerah Kota Yogyakarta tahun 2007-2011, Jaminan Kesehatan Daerah, Kepala Puskesmas
balita berstatus gizi buruk sebanyak 570, angka tuberku- Umbulharjo, Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
losis paru sebanyak 222 per 100.000 penduduk, dan Wirosaban, Kepala Bidang Penelitian dan Penguatan
angka kesakitan diare sebesar 10,38 %. Masyarakat Lembaga Ombusman Daerah (LOD) Daerah
Pemerintah kota melaksanakan kebijakan Jaminan Istimewa Yogyakarta (DIY), aktifis LSM, praktisi jami-
Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang bertujuan nan kesehatan penerima manfaat program Jamkesda
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan serta warga miskin pengguna Kartu Menuju Sehat
terhadap masyarakat khususnya masyarakat miskin. (KMS).
Kebijakan ini didasarkan pada Peraturan Walikota No.
66 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Program Hasil
Jaminan Kesehatan Daerah.3 Sebelumnya, telah ada Kebijakan Jaminan Kesehatan Daerah Kota Yogyakarta
Peraturan Walikota No. 203 Tahun 2005 tentang Kebijakan didesain untuk menjamin warga kota
Pembentukan Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara khususnya masyarakat miskin yang belum tercakup oleh
Jaminan Kesehatan Daerah (UPT PJKD) dibawah dinas program jaminan kesehatan dari pusat (Asuransi
kesehatan.4 Dalam pelaksanaan Jamkesda, belum pernah Kesehatan untuk Masyarakat Miskin, Askeskin/Jaminan
dilakukan pengkajian ulang terkait dengan sistem pem- Kesehatan Masyarakat, Jamkesmas) serta program
biayaan dan skema kelembagaan sebagai bahan masukan Jaminan Kesehatan Sosial (Jamkesos) dari Provinsi
untuk pengembangan ke depan. Tujuan penelitian ini Daerah Istimewa Yogyakarta. Jamkesda sebagai program
mengetahui lebih rinci masalah utama yang berhubungan perlindungan sosial daerah berfungsi sebagai buffer di
dengan sistem pembiayaan dan skema kelembagaannya. bidang jaminan kesehatan. Jangka panjang direncanakan
menuju kebijakan jaminan kesehatan yang bersifat uni-
Metode versal coverage.
Penelitian dengan desain studi kasus ini mengguna- Jangan sampai ada warga Yogya terutama bagi
kan metode kualitatif analisis kebijakan retrospektif yang masyarakat miskin yang tidak dapat mengakses
berorientasi pada aplikasi dengan mengidentifikasi pelayanan kesehatan, kalau sampai terjadi yang pertama

276
Sunarto, Sistem Pembiayaan dan Skema Kelembagaan Jaminan Kesehatan Daerah

Gambar 1. Mekanisme Pencairan Dana (Klaim) Jaminan Kesehatan Daerah

harus disalahkan adalah pemerintah kota. (Wakil APBD dan dikelola oleh UPT PJKD yang harus tunduk
Walikota Yogyakarta) dengan peraturan pengelolaan keuangan daerah (Lihat
Gambar 1).
Sistem Pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah
Sistem Pembayaran Sumber Pembiayaan dan Alokasi Anggaran
Jamkesda Kota Yogyakarta menerapkan sistem pem- Sumber pembiayaan Jamkesda hanya bersumber dari
biayaan jaminan kesehatan yang mengkombinasikan APBD. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
retrospective payment system dan prospectif payment Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2007
dan bersifat transisional. Saat ini, Jamkesda kota belum menganggarkan untuk program Jamkesda dalam APBD
sepenuhnya mengadopsi sistem Jaminan Pemeliharaan sebesar Rp. 4.647.568.000. Diukur dari aspek efektivitas
Kesehatan Masyarakat (JPKM). Kontrak dengan rumah penggunaan anggaran menurut Kepala Dinas Kesehatan
sakit menggunakan model fee for service. Untuk telah digunakan secara strategis terutama dikaitkan
pelayanan rawat jalan, sebagian telah dilakukan kontrak dengan penerima manfaat. Data Dinas Kesehatan me-
dengan dokter keluarga secara kapitasi. Beberapa pene- nunjukkan dana yang telah diserap mencapai Rp.
rima manfaat diluar masyarakat miskin dan kelompok 1.363.570.763 dengan total penggunaan mencapai
khusus berdasarkan pada fee for service atau reimbursing 277.421 kasus. Rincian 251.635 kasus merupakan kasus
dalam bentuk bantuan sosial. di kelompok sasaran orang miskin dan kelompok khusus
Sistem pembiayaan Jamkesda masih bersumber pada yang telah dijamin dalam program Jamkesda. Tahun
pemerintah kota, yakni Anggaran Pengeluaran dan anggaran 2008 sampai dengan bulan Mei 2008,
Belanja Daerah (APBD). Pemberi Pelayanan Kesehatan Pemerintah Kota Yogyakarta telah menganggarkan dana
(PPK) terkadang mengalami kendala oleh pencairan untuk program Jamkesda sebesar Rp. 6.368.544.000 dan
klaim karena harus disesuaikan dengan mekanisme sampai bulan Mei telah digunakan sebesar Rp.
keuangan daerah. Hal ini merupakan konsekuensi sistem 795.785.499 dengan jumlah total kasus 1.762 kasus
kerja sama atau kontrak dengan Jamkesda yang masih (Lihat Tabel 1). Terlihat ada komitmen politik pihak
menerapkan sistem retrospective payment atau fee for eksekutif dan legislatif Kota Yogyakarta yang baik den-
service, meskipun kerangka acuan sudah paket. gan mendorong peningkatan alokasi anggaran dari APBD
Konsekuensi dari penerapan sistem fee for service untuk program Jamkesda.
yang didasarkan pada imbalan jasa sesuai dengan
frekuensi kunjungan membutuhkan biaya yang lebih Skema Kelembagaan Unit Pelaksana Teknis Penyelenggara
besar daripada sistem kapitasi yang didasarkan pada Jaminan Kesehatan Daerah
jumlah tetap peserta berdasarkan kapita yang Secara kelembagaan, pelaksanaan program Jaminan
ditanggung.5 Implementasi sistem ini lebih memerlukan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Daerah
waktu karena sumber pembiayaan masih ditanggung oleh dilaksanakan oleh UPT PJKD pada Dinas Kesehatan

277
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 6, Juni 2011

Tabel 1. Alokasi dan Sumber Pembiayaan Jaminan Kesehatan Daerah

Tahun Dana (Rp.) Realisasi (Rp.)

2006 3.443.026.750 2.323.666.954


2007 4.647.568.000 1.363.570.763
2008 (sampai bulan Mei) 6.368.544.000 795.785.499

Kota Yogyakarta didasarkan pada Peraturan Walikota terhadap penerima Jamkesda mampu memperlancar
No. 203 Tahun 2005 tentang pembentukan UPT. pelaksanaan program Jamkesda Kota Yogyakarta, mem-
Kedudukan, fungsi, dan tugas dari UPT PJKD tersebut peroleh skor rata rata 2,445 belum mampu memperoleh
adalah unit pelaksana teknis untuk menunjang opera- skor 3 (baik). Hal ini menggambarkan bahwa mekanisme
sional dinas kesehatan dalam bidang pelayanan asuransi layanan di UPT PJKD masih belum membantu
kesehatan masyarakat. Pegawai daerah tersebut dipimpin memperlancar pelaksanaan program Jamkesda Kota
oleh seorang kepala yang bertanggung jawab kepada Yogyakarta.
Kepala Dinas Kesehatan. UPT PJKD ini berfungsi dalam Jumlah personil lembaga UPT PJKD yang hanya 10
pelaksanaan kegiatan operasional penyelenggaraan personil, menurut Kepala Dinas Kesehatan menjadi salah
jaminan kesehatan masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari satu kendala pelayanan. Mereka harus melakukan semua
format kelembagaan yang telah dibuat legalitas dalam tugas yang sesuai dengan mandat Peraturan Walikota No.
Peraturan Walikota No. 203 Tahun 2005, Pemerintah 203 Tahun 2005 meliputi perencanaan, pelaksanaan, so-
Kota Yogyakarta mendesain kebijakan yang berfungsi sialisasi, verifikasi, melayani klaim, dan melakukan eva-
sebagai pedoman pelaksanaan dalam bentuk Peraturan luasi. Padahal, penerima manfaat yang harus dilayani
Walikota No. 66 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan rata-rata berkisar 300-500 orang per bulan. Unit layanan
Program Jaminan Kesehatan Daerah. kesehatan terutama tingkat lanjut rumah sakit hanya ada
Ada beberapa permasalahan yang dihadapi oleh UPT petugas dari front line rumah sakit sendiri yang terkadang
PJKD saat ini. Beberapa permasalahan antara lain: (1) belum memahami prosedur atau mekanisme pelayanan
UPT PJKD belum dapat melayani klaim secara cepat. Jamkesda. Keterbatasan jumlah personil rumah sakit
Proses keuangan yang secara khusus belum dapat yang melayani Jamkesda secara tidak langsung dapat
dilaksanakan oleh UPT karena harus mengikuti alur menyebabkan pelayanan kesehatan yang diskriminasi dan
proses peraturan pencairan anggaran di pemerintah kota kurang efektif di PPK tingkat lanjut.
sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 59 Kendala pengelolaan keuangan lembaga UPT adalah
Tahun 2007. (2) Masih adanya kerancuan tugas pokok peraturan pengelolaan keuangan daerah, terutama dalam
dan fungsi (tupoksi), dimana masih adanya persepsi yang melayani klaim pembayaran. Disarankan perubahan sifat
keliru bahwa program JPKM identik dengan UPT PJKD kelembagaan dari UPT PJKD tersebut menggunakan
yang membawa konsekuensi perangkat birokrasi kurang prinsip-prinsip pengelolaan Badan Layanan Umum
melakukan sosialisasi di wilayah kerjanya. (3) Kebijakan (BLU). Sifat kelembagaan berupa BLU ini lebih fleksibel
pemerintah pusat yang tidak konsisten. (4) Kualitas sum- dan efektif dalam bergerak. Lembaga dalam pengelolaan
ber daya manusia (SDM) pengelola UPT PJKD yang keuangan ini tetap harus tunduk pada Peraturan Menteri
belum sesuai kompetensi dalam bidang asuransi kese- Dalam Negeri No. 59 Tahun 2007 hanya untuk yang
hatan. Secara kuantitas hanya berjumlah 10 personal didanai oleh APBD, selebihnya dapat dengan
yang harus melayani 300-500 penerima manfaat per bu- kepengelolaan sendiri sesuai dengan sistem yang di-
lan. (5) Masyarakat masih kurang percaya terhadap bangun. Badan ini dapat melakukan kegiatan lain berupa
penyelenggara asuransi kesehatan. (6) Masih adanya pengelolaan barang dan jasa serta mengembangkan uang
hambatan birokrasi dalam mekanisme pengurusan sesuai dengan ketentuan. Pengelola dapat menarik
identitas miskin berupa KMS. Masalah ini memiliki peserta dari masyarakat yang mengikuti programnya
potensi menggangu kinerja dan berdampak pada efekti- secara sukarela. Diharapkan dapat terjadi mekanisme
vitas pelaksanaan program Jamkesda. subsidi silang antara kelompok sehat kepada kelompok
Gambaran penilaian masyarakat terhadap lembaga sakit atau antara yang mampu secara ekonomi dengan
pelaksana program Jamkesda dinilai masih kurang yang kurang mampu sesuai dengan prinsip asuransi sosi-
tergambar pada hasil penilaian bersama. Penilaian al. Subsidi silang antara yang mampu dengan yang tidak
masyarakat terhadap mekanisme layanan di UPT PJKD mampu akan mengurangi beban APBD secara bertahap

278
Sunarto, Sistem Pembiayaan dan Skema Kelembagaan Jaminan Kesehatan Daerah

mengikuti perkembangan kepesertaan baru. punyai kompetensi tinggi serta didukung oleh partisipasi
Pendapat yang berbeda menurut praktisi jaminan ke- masyarakat.8 RPJMD ini diturunkan dalam kebijakan
sehatan, Irianto, 13 bahwa yang dilakukan oleh Rencana Aksi Daerah (RAD) mewujudkan Yogyakarta
Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota se-Provinsi Kota Sehat tahun 2007-2011 yang tertuang dalam
Daerah Istimewa Yogyakarta yang telah mengembangkan Keputusan Walikota No. 603/KEP/Tahun 2007 yang di-
sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat sudah sesuai jadikan panduan dalam mendesain kebijakan Jamkesda.
dengan Peraturan Pemerintah (PP) No. 38 dan Peraturan Kebijakan Jamkesda ini merupakan political will dari
Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Kewenangan pihak pemerintah kota dengan dukungan dari DPRD.
Daerah Bidang Kesehatan. Prinsipnya, setiap kabupa- Kebijakan Jamkesda tersebut didasarkan pada
ten/kota mendirikan badan jaminan sudah sesuai dengan kebutuhan meningkatkan akses dan kualitas pelayanan
Peraturan Pemerintah yang ada. Ditetapkannya struktur kesehatan bagi warga Kota Yogyakarta khususnya
organisasi tata laksana kelembagaan badan jaminan masyarakat miskin. Kebijakan berbasis pada kebutuhan
berbentuk UPTD maka kelembagaan badan jaminan se- warga miskin terhadap aksesibilitas dan kualitas
cara legal aspek telah memenuhi ketentuan yang berlaku. pelayanan kesehatan dasar dan lanjut. Jamkesda yang
Dalam pelaksanaan program jaminan hendaknya bersumber dari APBD menanggung penuh biaya kese-
antarbadan pengelola bisa saling bersinergi, baik dalam hatan. Kebijakan Jamkesda merupakan komitmen Kota
hal paket pelayanan, rumah sakit yang dikontrak Yogyakarta dalam membangun suatu sistem jaminan
maupun pola tarif yang digunakan. Sebaiknya, pelak- sosial daerah yang didasarkan pada amanat Undang-
sanaan program jaminan kesehatan lebih diprioritaskan Undang Pemerintah Daerah No. 32/2004, terutama pasal
pada memperluas cakupan kepesertaan daripada mem- 22 dan 167.1 Jamkesda ini berawal pada tahun 2005
berikan bantuan pembiayaan yang tidak dijamin oleh ketika ada program Askeskin dari pemerintah pusat yang
badan asuransi lainnya. Hal ini karena ke depan sudah didasarkan pada kuota penerima sementara, ada selisih
seharusnya terjadi kendali biaya di pemberi pelayanan sekitar 20.252 jiwa yang belum terjamin oleh program
kesehatan. (Direktur Jamkesos DIY) askeskin.
Berdasarkan hasil pengamatan Direktur dan pengala- Sistem pembiayaan dengan model praupaya meru-
man Jamkesos DIY, saat ini pihak PPK cukup merasa pakan kritik terhadap sistem retrospective payment yang
nyaman dengan telah diberlakukannya program jaminan. berupaya mencegah atau mengendalikan biaya kesehatan
Ada kepastian pembayaran oleh badan penyelenggara da- dan penggunaan sarana kesehatan yang berlebih. Istilah
erah, Jamkesos, dan Jamkesda. Saat ini, piutang yang pembiayaan kesehatan disebut sebagai the law of medical
terjadi di rumah sakit relatif kecil dibanding sebelum di- money yang berarti hukum biaya kesehatan akan naik
laksanakan program Jamkesda. sampai batas kemampuan keuangan. Konsep praupaya
Berdasarkan hasil penilaian masyarakat dengan pada intinya pembayaran peserta program jaminan dite-
menggunakan metode citizen report card (CRC) terhadap tapkan sesuai dengan diagnosis penyakit dan ditetapkan
tingkat keberhasilan program Jamkesda Kota Yogyakarta sebelum suatu pelayanan medik dilakukan oleh pihak
telah dapat membantu pembiayaan kesehatan PPK. Pendekatan ini akan mendorong insentif financial
masyarakat dan memperoleh skor rata-rata 2,78. Dilihat pada pihak PPK untuk mengantisipasi penggunaan
dari varian penilaian warga yang memberikan penilaian sarana kesehatan yang berlebih dan menurunkan length
skor 3 di 2 tempat masing-masing, Kelurahan Tegal of stay (LOS).9 Mekanisme pencairan dana dari pihak
Panggung mencapai 59% sementara di Kelurahan UPT PJKD yang relatif lambat dan kurang efektif akan
Warung Boto mencapai 70%. Hal ini menggambarkan mengganggu biaya operasional puskemas rawat inap. Hal
sesungguhnya program ini sangat membantu pembiayaan tersebut disebabkan oleh keterlambatan anggaran dari
kesehatan warga masyarakat Kota Yogyakarta yang mem- pusat dan alokasi anggaran yang terus berubah-ubah.
butuhkan. Anggaran yang harus turun awal tahun, baru turun pada
akhir tahun. Hal tersebut telah berlangsung sejak tahun
Pembahasan 2006, 2007, dan 2008.
Kebijakan Jaminan Kesehatan Daerah Kota Yogyakarta
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Sistem Pembayaran
(RPJMD) tahun 2007-2011 dalam bentuk Peraturan Secara konseptual, kebijakan Jamkesda Kota
Walikota No. 17 Tahun 2007 berisi misi mewujudkan Yogyakarta merupakan sebuah kebijakan yang berbasis
Kota Yogyakarta Sehat. Hal tersebut hendak dicapai pada konsep JPKM. Sistem ini intinya adalah pengelolaan
melalui penyediaan pelayanan kesehatan yang memadai, dan keterpaduan antara pelayanan kesehatan dengan
penyediaan sarana dan prasarana kesehatan yang baik, pembiayaan yang diwujudkan dalam kendali mutu dan
kebijakan dan sistem kesehatan masyarakat kota yang kendali biaya.9 Suatu sistem pembiayaan kesehatan yang
mantap, penyediaan SDM yang berkualitas dan mem- dilakukan di muka (praupaya) yang berdasarkan kapi-

279
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 6, Juni 2011

tasi. Konsep kapitasi dalam sistem ini berarti bahwa Skema Kelembagaan
pembayaran imbalan jasa pelayanan pada PPK di- Ada beberapa rekomendasi yang diberikan para pe-
dasarkan pada jumlah kapita atau jiwa yang ikut dalam mangku kepentingan untuk meningkatkan efektivitas
program tersebut, baik peserta sakit ataupun tidak, pem- kelembagaan pengembangan jaminan kesehatan daerah
biayaan wajib diberikan. Secara prinsip, konsep manage menuju universal coverage. Beberapa rekomendasi terse-
care berbeda dengan sistem asuransi kesehatan konven- but adalah alternatif bentuk kelembagaan model BLU
sional yang berbasis pada fee for services. Pembiayaan dan bentuk badan usaha milik daerah (BUMD) atau
kesehatan diberikan berdasarkan penggunaan jasa/fasili- Perseroan Terbatas. Informan penelitian ini sebagian
tas dan kemudian dipenuhi pembayaran jasa tersebut.9 besar merekomendasikan untuk memilih model BLU
Konsekuensi dari penerapan sistem fee for service sebagai model pengelolaan Jamkesda yang relatif efektif
yang didasarkan pada imbalan jasa sesuai dengan dan sesuai dengan semangat pelayanan publik.11-13 Tidak
frekuensi kunjungan membutuhkan biaya yang lebih menutup kemungkinan jika dikelola dalam bentuk
besar daripada sistem kapitasi yang didasarkan pada BUMD, tetapi harus tetap melalui tahapan BLU.
jumlah tetap peserta berdasarkan kapita yang Pengelolaan Jamkesmas bukan semata masalah
ditanggung.5 Implementasi sistem ini lebih memer- mekanisme finansial, tetapi juga masalah pilihan ideolo-
lukan waktu karena sumber pembiayaan masih ditang- gi. Menurut Vladimir Rays, 9 Sekretaris Jenderal
gung oleh APBD dan dikelola oleh UPT PJKD yang International Social Security (ISSA), bahwa ideologi
harus tunduk dengan peraturan pengelolaan keuangan social security adalah keadilan sosial dan perlindungan
daerah. sosial.
Total alokasi waktu yang dibutuhkan dalam Komitmen politik Pemerintah Kota Yogyakarta
mekanisme klaim berada pada kisaran 1-1,5 bulan. merupakan salah satu indikator mewujukan sistem jami-
Tahapan pencairan dana menjadi relatif lama. nan sosial kesehatan yang mampu memenuhi kebutuhan
Keterlambatan dapat mengganggu cash flow lembaga warga Kota Yogyakarta. Ruang hukum di tingkat
PPK terutama untuk biaya bagi pasien rawat inap. Pihak nasional telah memberikan peluang dalam bentuk hasil
PPK rumah sakit dan puskesmas mengatasi masalah judicial review Undang-Undang No. 40 Tahun 2004
tersebut dengan dana operasional atau dana kapitasi Sistem Jaminan Sosial oleh Mahkamah Konstitusi akhir
dari Jamkesmas dan Jamkesos selama jumlah tagihan bulan Agustus tahun 2005. Pasal yang bernuansa
tidak terlalu besar. Sedangkan, dari penerima manfaat monopoli oleh 4 badan usaha milik negara (BUMN)
dari program Jamkesda, model kebijakan reimbursing sosial, yaitu Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek),
ini dinilai masih kurang efektif. Ada 2 aspek yaitu per- Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Taspen),
tama, aspek lamanya waktu klaim yang diajukan. Asuransi ABRI (Asabri), dan Asuransi Kesehatan
Kedua, dari aspek pembiayaan, para penerima harus (Askes) telah dicabut. Judicial review tersebut membuka
mengeluarkan biaya terlebih dahulu pada saat mengak- peluang bagi pemerintah daerah untuk
ses layanan kesehatan, baik pada tingkat dasar maupun menyelenggarakan sistem jaminan sosial daerah.
lanjut. Satu hal yang harus dipenuhi dalam penyeleng- Undang-Undang Pemerintah Daerah No. 32 Tahun 2004
garaan program asuransi kesehatan adalah aspek mengamanatkan pemerintah daerah untuk menye-
efisiensi, standar, dan kualitas pelayanan. Efisensi diper- lenggarakan jaminan sosial di daerahnya (pasal 22 dan
lukan agar dana yang tersedia dapat memberi manfaat 167) yang disebut dengan Jamsosda.14
maksimal. Hal ini diperlukan agar kenaikan biaya Hasil judicial review ini menjadi kendala pelak-
pelayanan kesehatan dapat dikendalikan sehingga premi sanaan yang dihadapi oleh Pemerintah Kota Yogyakarta
tidak meningkat dari tahun ke tahun dan akan mem- berkaitan dengan status legal kelembagaan badan
beratkan masyarakat.9 penyelenggara Jamkesda. Menurut Kepala Dinas
Kebijakan pembiayaan pelayanan kesehatan pada Kesehatan, persoalan regulasi di tingkat pusat relatif
suatu negara meliputi 3 sistem. Pertama, sistem masih belum jelas memberikan payung hukum bagi
pembiayaan kesehatan model Eropa yang memandang badan penyelenggara. Peraturan pemerintah tentang
bahwa kesehatan adalah barang publik. Pelayanan kese- pelaksanaan Undang-Undang SJSN belum terbit.
hatan perlu disediakan oleh negara, misalnya National Perubahan terhadap pilihan model kelembagaan badan
Health Sevices di Inggris yang merupakan negara kese- penyelenggara Jamkesda relatif disikapi dengan hati-
jahteraan. Kedua, sistem pembiayaan kesehatan ala hati.
Amerika Serikat yang memandang kesehatan sebagai Perspektif hukum mengelola Badan Penyelenggara
private goods. Pelayanan kesehatan diperjualbelikan Jaminan Sosial (BPJS) memang masih ada perbedaan di
melalui mekanisme pasar secara kompetitif. Ketiga, sis- tingkat pusat. Pendapat pertama bahwa tafsir hukum atas
tem kombinasi keduanya yang biasanya diterapkan di ne- judicial review tersebut bukan berarti menyangkal
gara-negara berkembang.10 keempat badan asuransi yang disebutkan dalam Undang-

280
Sunarto, Sistem Pembiayaan dan Skema Kelembagaan Jaminan Kesehatan Daerah

Undang SJSN. Kaidah hukum menetapkan bahwa setelah ment. Alokasi anggaran yang disediakan relatif men-
keempat badan penyelenggara yang ada menyesuaikan cukupi, efektif, berkelanjutan, dan secara bertahap
Peraturan Pemerintah dan peraturan lainnya sesuai menuju ke arah universal coverage. Berdasarkan skema
dengan Undang-Undang SJSN maka keempat badan kelembagaan, UPT PJKD relatif belum dapat melayani
tersebut sah menjadi BPJS menurut Undang-Undang klaim secara cepat dan masih ada kerancuan pelaksanaan
SJSN. Undang-Undang baru diperlukan jika akan serta sosialisasi kepada masyarakat yang kurang. Kualitas
dibentuk BPJS yang baru.15 Pihak yang berbeda menyim- sumber daya manusia pengelola UPT PJKD yang belum
pulkan bahwa keempat BPJS yang diatur Pasal 5 ayat 3 sesuai kompetensi dalam bidang asuransi kesehatan.
pada Undang-Undang SJSN yang dibatalkan oleh Berdasarkan penilaian masyarakat dengan menggunakan
Mahkamah Konstitusi. Adanya judicial review, otomatis metode CRC, program Jamkesda Kota Yogyakarta telah
keempat BPJS tersebut tidak lagi memegang hak atau dapat membantu pembiayaan kesehatan masyarakat dan
amanat Undang-Undang SJSN sehingga daerah bebas memperoleh skor rata-rata 2,78 dari skor maksimal 4.
mengembangkan BPJS daerah. Paham ini dianggap se-
mata-mata hanya melihat pasal yang dibatalkan oleh Saran
Mahkamah Konstitusi tanpa melihat pasal-pasal lain dan Perlu dikembangkan alternatif sumber pembiayaan
argumen Mahkamah Konstitusi dalam membatalkan dari luar APBD untuk mengatasi keterbatasan APBD
pasal tersebut yang semata-mata dapat multitafsir. Kota Yogyakarta. Perlu disiapkan regulasi dalam bentuk
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 22 ayat 1 sistem kesehatan daerah yang mencantumkan sistem
huruf h berbunyi: Pemerintah daerah wajib mengem- pembayaran yang mengatur tentang jaminan sosial kese-
bangkan sistem jaminan sosial. Konteks dan pemahaman hatan yang berbasis pada prospective payment. Berbagai
pembuat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sesung- variannya dapat dengan pendekatan model DRGs
guhnya dapat dipastikan bahwa kata jaminan sosial (Diagnostic Related Groups), model tarif harian rumah
dalam Undang-Undang Otonomi Daerah tersebut bersi- sakit atau sistem kapitasi. Sifat kelembagaan Jamkesda
fat umum dan berbeda dengan makna yang dirumuskan Kota Yogyakarta dalam rangka menuju total penjaminan
oleh Undang-Undang SJSN yang bersifat khusus lex spe- perlu dikembangkan model corporatism social insurance.
cialist. Makna jaminan sosial dalam Undang-Undang No. Berdasarkan rekomendasi dari para stakeholder, sebagian
32 Tahun 2004 bersifat umum yang dipahami besar merekomendasikan untuk memilih bentuk kelem-
masyarakat seperti mengurus anak terlantar, penduduk bagaan BLU sebagai model pengelolaan Jamkesda yang
jompo, pengangguran, korban pemutusan hubungan ker- relatif efektif dan sesuai dengan semangat pelayanan pu-
ja (PHK), gelandangan, korban bencana alam, dan seba- blik.
gainya. Kata jaminan sosial yang menjadi kewajiban pe-
merintah daerah adalah pelayanan sosial yang bersifat se- Daftar Pustaka
mentara dan lokal. Sementara, Undang-Undang SJSN 1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Undang-undang no. 40
hanya mengatur 5 program jaminan yang bersifat jangka tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional. Jakarta: Departemen
panjang yang berlaku seumur hidup bagi seluruh rakyat Kesehatan Republik Indonesia; 2004.
secara nasional.15 Kata jaminan sosial dalam Undang- 2. Maureen, McIntoch, Tinbandebage, Paula. Inequality and redistribution
Undang Otonomi Daerah tersebut tidak dimaksudkan in health care: analytical issues for development social policy. Jenewa:
jaminan kesehatan sebab klausa yang menyangkut kese- United Nation Research Institute for Social Development; 2006.
hatan sudah diatur sebagai kewajiban pemerintah daerah 3. Pemerintah Daerah Yogyakarta. Peraturan walikota Yogyakarta no. 66
dalam pasal yang sama huruf f menyebutkan pemerintah tahun 2007 tentang penyelenggaraan program jaminan kesehatan
daerah wajib menyediakan fasilitas kesehatan. Kata fasi- daerah Kota Yogyakarta tahun 2007. Yogyakarta: Pemerintah Daerah
litas kesehatan yang mencakup pendanaan, peralatan, Yogyakarta; 2007.
dan sumber daya manusia. 4. Pemerintah Daerah Yogyakarta. Peraturan walikota Yogyakarta no. 203
tahun 2005 tentang pembentukan unit pelaksana teknis penyelenggara-
Kesimpulan kan jaminan kesehatan daerah pada Dinas Kesehatan. Yogyakarta:
Kebijakan Jamkesda Kota Yogyakarta berlandaskan Pemerintah Daerah Yogyakarta; 2005.
legalitas berupa Peraturan Walikota No. 203 tahun 2005 5. Dunn WN. Pengantar analisis kebijakan publik. Yogyakarta: Gajah
tentang pembentukan UPT PJKD pada dinas kesehatan. Mada University Press; 2003.
Implementasinya diperkuat dengan Peraturan Walikota 6. Suyuno A. Teori strukturasi untuk analisa sosial Pasuruan Jawa Timur.
No. 66 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Program Jakarta: Penerbit Pedati; 2003.
Jamkesda Kota Yogyakarta. Sistem pembiayaan yang di- 7. Flick U. An introduction to qualitative research. London: Sage
gunakan belum sepenuhnya menerapkan sistem Publication; 1998.
prospective payment atau praupaya tetapi masih 8. Pemerintah Daerah Yogyakarta. Peraturan walikota Yogyakarta no. 17
mengkombinasikan dengan sistem retrospective pay- tahun 2007 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah

281
Kesmas, Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 5, No. 6, Juni 2011

(RPJMD) Kota Yogyakarta tahun 2007-2011. Yogyakarta: Pemerintah 12. Sunarto. Penyelenggaraan jaminan kesehatan masyarakat Kota
Daerah Yogyakarta; 2007. Yogyakarta. Yogyakarta: Kertas Kerja; 2008.
9. Sulastomo. Manajemen kesehatan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama; 13. Irianto S. Program jaminan kesehatan saat ini dan masa yang akan
2000. datang. Yogyakarta: Kertas Kerja; 2008.
10. Murti B. Dasar-dasar asuransi kesehatan. Yogyakarta: Penerbit Canisius; 14. Sekretaris Negara. Undang-undang no. 32 tahun 2004 tentang
2000. pemerintah daerah. Jakarta: Sekretaris Negara; 2004.
11. Anwar C. Desain kebijakan jaminan kesehatan daerah untuk pe- 15. Thabrany H. Urgensi, konseptualisasi, dan operasionalisasi jaminan ke-
menuhan hak dasar warga Kota Yogyakarta. Yogyakarta: Dinas sehatan universal di kota dan kabupaten di seluruh Indonesia.
Kesehatan Kota Yogyakarta; 2008. Yogyakarta: Makalah Diskusi Terbatas Jangkep; 2007.

282

Anda mungkin juga menyukai