Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang

dimanfaatkan daun atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran),

baik segar maupun diolah. Sawi mencakup beberapa spesies

Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain. Di Indonesia

penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau (Brassica rapa

kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau

caisin). Selain itu, terdapat pula sawi putih (Brassica rapa kelompok

pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa dibuat sup atau diolah menjadi

asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi hijau

adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim). Kailan

(Brassica oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun

lain yang agak berbeda, karena daunnya lebih tebal dan lebih cocok

menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi sendok (pakcoy atau bok

choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai dikenal

pula dalam dunia boga Indonesia (Anonim 1, 2017).

Dalam dunia moderen ini pertanian juga semakin maju , untuk

menjawab masalah yang semakin sempitnya lahan pertanian dikarenakan

alih fungsi lahan pertanian yang katanya lebih menguntungkan daripada

digunakan untuk pertanian, seperti pembukaan swalayan, tempat- tempat

hiburan, dan lain sebagainya. Padahal kita ketahui mayoritas masyarakat

negara kita hidup dari bertani, sehingga lahan yang digunakan untuk
menghidupi mereka dan keluarganya di alih fungsikan, maka tidak ada

yang dapat mereka andalkan untuk memenuhi kebutuhannya. Bercermin

dari masalah itu maka solusi muncul untuk membantu keadaan pertanian

kita yang semakin terpinggirkan, khususnya para petani yang telah

kehilangan sawah- sawah mereka. Solusi tersebut salah satunya berupa

sistem tanam yang tidak menggunakan media yang selama ini dianggap

sebagai media satu- satunya untuk bertanam. Media tersebut berupa

media non tanah, bisa berupa air, udara, maupun jenis lain yang selain

tanah, seperti arang sekang, pasir dan lain sebagainya (Anonim 1, 2017).

Hidroponik diambil dari bahasa Yunani yaitu Hydroponous, hydro

berarti air dan ponous berarti kerja. Hidroponik adalah teknologi bercocok

tanam yang menggunakan air, nutrisi, dan oksigen. Ada beberapa

keuntungan yang bisa didapat dari bertanam secara konvensional. Dalam

perkembangannnya sejak popular 40 tahun lampau, hidroponik telah

banyak mengalami perubahan. Media yang digunakan lebih banyak yang

sengaja dibuat khusus. Demikian juga dengan wadah- wadah yang

digunakan, seperti pot. Ada yang sengaja dibuat khusus lengkap dengan

alat penunjuk kebutuhan air, ada pula yang khusus seperti kerikil sintesis

(Siswadi, 2008).

Metode hidroponik merupakan metode menumbuhkan tanaman

didalam larutan nutrisi tanpa menggunakan media tanah. Ditinjau dari segi

sains, hidroponik telah membuktikan bahwa tanah tidak diperlukan untuk

menumbuhkan tanaman, kecuali unsur-unsur, mineral dan zat-zat


makanan seperti dalam tanah. Dengan mengeliminasi tanah berarti juga

mengeliminasi hama atau penyakit yang ada didalam tanah dan

mengurangi pengendalian tanah secara teliti (Siswadi, 2008).

Berdasarkan uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum ini agar

kita dapat mengetahui prosedur, cara kerja, pemanfaatan maupun

kegunaan dari metode hidroponik.

Tujuan dan Kegunaan

Tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui

dan memahami bagaimana cara menggunakan sistem hidroponik pada

tanaman sawi, untuk mempelajari dan memahami cara budidaya tanaman

sawi mengunakan teknik hidroponik, dan untuk mengetahui kualitas dan

kuantitas hasil budidaya tanaman sawi mengunakan teknik hidroponik.

Kegunaan dari praktikum ini adalah agar kita dapat melakukan

teknik budidaya hidroponik pada tanaman sawi dan dapat menjelaskan

manfaat yang diperoleh dari teknik budidaya hidroponik pada tanaman

sawi.

Hipotesis

1. Teknik budidaya hidroponik menggunakan pipa cocok digunakan pada

budidaya tanaman sawi

2. Terdapat larutan NPK phonska dan gandasil D yang memberikan

pengaruh baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman

sawi secara hidroponik.


TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Tanaman Sawi

Adapun klasifikasi tanaman sawi yaitu Kingdom: Plantae, Sub-

kingdom: Tracheobionta, Super-divisio: Spermatophyta, Divisio:

Magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Sub-kelas: Dilleniidae, Ordo:

Capparales, Familia: Brassicaceae, Genus: Brassica, Spesies: Brassica

juncea L. Seperti tanaman yang lainnya, tanaman sawi mempunyai

morfologi tanaman seperti akar, batang, daun, bunga, buah dan biji

(Anonim 1, 2017).

Syarat Tumbuh Tanaman Sawi

Sawi bukan tanaman asli Indonesia, menurut asalnya di Asia.

Karena Indonesia mempunyai kecocokan terhadap iklim, cuaca dan

tanahnya sehingga dikembangkan di Indonesia ini. Tanaman sawi

dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa

dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun

dataran tinggi. Meskipun demikian pada kenyataannya hasil yang

diperoleh lebih baik di dataran tinggi (Anonim 1, 2017).

Daerah penanaman yang cocok adalah mulai dari ketinggian 5

meter sampai dengan 1.200 meter di atas permukaan laut. Namun

biasanya dibudidayakan pada daerah yang mempunyai ketinggian 100

meter sampai 500 meter dpl (Anonim 1, 2017).


Iklim

Tanaman sawi tahan terhadap air hujan, sehingga dapat di

tanam sepanjang tahun. Pada musim kemarau yang perlu

diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Berhubung dalam

pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan hawa yang sejuk, lebih

cepat tumbuh apabila ditanam dalam suasana lembab. Akan tetapi

tanaman ini juga tidak senang pada air yang menggenang. Dengan

demikian, tanaman ini cocok bila di tanam pada akhir musim penghujan

(Anonim 1, 2017).

Tanah

Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang

subur dan cukup menahan air. Syarat-syarat penting untuk bertanaman

sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur),

dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman

tanah (pH) antara 67 (Anonim 1, 2017).

Hidroponik

Salah satu perkembangan teknologi budidaya pertanian yang

layak disebarluaskan adalah teknologi hidroponik. Hal ini disebabkan

oleh semakin langkanya sumberdaya lahan, terutama akibat

perkembangan sektor industri dan jasa, sehingga kegiatan usaha

pertanian konvensional semakin tidak kompetitif karena tingginya harga

lahan. Teknologi budidaya pertanian sistem hidroponik memberikan

alternatif bagi para petani yang memiliki lahan sempit atau yang hanya
memiliki pekarangan rumah untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha

yang dapat dijadikan sebagai sumber penghasilan yang memadai

(Siswadi, 2008).

Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya

konvensional adalah penyediaan nutrisi tanaman. Pada budidaya

konvensional, ketersediaan nutrisi untuk tanaman sangat tergantung

pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam

jumlah cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari

dekomposisi bahan-bahan organik dan anorganik dalam tanah yang

terlarut dalam air. Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara

dalam tanah umumnya dipenuhi dengan pemupukan tambahan. Pada

budidaya hidroponik, semua kebutuhan nutrisi diupayakan tersedia

dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap oleh tanaman. Nutrisi itu

diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat berasal dari

bahan organik maupun anorganik. Pemberian nutrisi melalui

permukaan media tanam atau akar tanaman. Ketersediaan nutrisi

dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak penerapan

budidaya tanaman hidroponik (Siswadi, 2008).

Wijayani (2005), mengatakan bahwa ada beberapa keuntungan

bercocok tanam secara hidroponik sebagai berikut.

1. Persoalan sempitnya lahan bukan lagi menjadi masalah karena

kegiatan bercocok tanam bisa dilakukan di manapun, baik di dalam


rumah, di kapal, di lahan kritis, di padang pasir, maupun di tengah

kota yang sempit.

2. Penanaman tidak tergantung musim.

3. Media tanam yang digunakan bisa berulang-ulang.

4. Jika penanaman hodroponik diusahakan di dalam rumah kaca, risiko

serangan hama dan penyakit menjadi relatif lebih kecil.

5. Penggunaan pupuk lebih efisien dan efektif tetapi tanaman mampu

memberikan hasil dengan kualitas dan kuantitas yang maksimal.

6. Bebas dari gulma yang merugikan tanaman pokok.

7. Pertumbuhan tanaman lebih terkontrol.

Untuk keperluan hiasan, dengan menggunakan hidroponik dalam

pot, maka tanaman akan selalu tampak bersih sehingga peletakan

tanaman dalam ruangan akan lebih fleksibel. Selain itu dalam

menempatkan pot-pot hidroponik untuk mendesign interior ruangan

rumah akan bisa lebih leluasa. Bila tanaman yang digunakan adalah

tanaman bunga, untuk bunga tertentu bisa diatur warna yang

dikehendaki, tergantung tingkat keasaman dan basa larutan yang

dipakai dalam pelarut nutrisinya. Penggunaan tanaman buah-buahan

seperti kedondong bangkok misalnya, akan bisa menghasilkan

penampakan tanaman yang dapat berbuah lebat sepanjang waktu.

Kuncinya adalah dengan mengatur C/N ratio, yakni melalui

pemangkasan pada cabang, batang dan daun yang tumbuh berlebihan.


Disamping, pemangkasan juga akan merangsang pembungaan dan

pembuahan (Agoes 2000)

Peralatan dasar yang diperlukan dalam sistem hidroponik adalah

tempat tumbuh tanaman seperti bak atau kolam penampung, pot, dan

bedengan. Aerator atau alat yang dipakai untuk pertukaran udara dalam

daerah perakaran dan larutan Nutrisi (Susila, 2006)

Larutan Nutrisi

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi

merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil

tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah, komposisi

ion nutrisi dan suhu (Susila, 2006).

Berbeda dengan media tanam tanah yang berfungsi sebagai

tempat tumbuh dan sumber makanan, media tanam air, pasir dan

agregat hanya sebagai tempat tumbuh saja tidak menyediakan

makanan bagi tanaman, sehingga bercocok tanam sistem hidroponik

mutlak memerlukan pupuk sebagai sumber makanan bagi tanaman.

Pupuk diberikan dalam bentuk larutan dan harus mengandung unsur

makro (Nitrogen Fosfor, Kalium, Kalsium, Magnesium dan Belerang)

dan unsur mikro (Mangan, Tembaga, Borium, Seng dan Molibdin)

(Susila, 2006).

Gandasil D merupakan pupuk foliar yang banyak digunakan

penggemar tanaman hias, sayuran dan tanaman buah. Pakar nutrisi

tanaman sering merekomendasikan Gandasil untuk pemupukan tanaman.


Nutrisi yang terkandung dalam gandasil D yaitu Nitrogen (N) 20%, Fosfat

(P205) 15%, Kalium (K20) 15 %, Magnesium (MgSO4) 1%. Sisanya

adalah unsur dan senyawa seperti Mangan (Mn), Boron (B), Tembaga

(Cu), Kobalt (Co), Seng (Zn), juga vitamin untuk menunjang pertumbuhan

tanaman Aneurine, Lactoflavin dan Nicotinamide (Anonim 2, 2017).

Gandasil D cocok digunakan pada fase vegetatif, saat tanaman

dalam masa pertumbuhan dan pemulihan setelah berbuah. Makna D dari

Gandasil D adalah daun, dengan pemberian pupuk ini maka pertumbuhan

yang diutamakan adalah daun, terlihat dari kandungan Nitrogen (N) yang

lebih dominan dibandingkan unsur dan senyawa lainnya (Anonim 2,

2017).

Pupuk Phonska atau dikenal pula dengan sebutan pupuk majemuk

NPK adalah pupuk yang terdiri atas lebih dari satu unsur hara utama.

Unsur hara tersebut bisa NP, NK, dan NPK. Pupuk ini dibuat dari urea,

ammonium, ZA, DAP, MAP, TSP, KCL, ZK, Phospat, zeolit, Dolomit,

kieserit, TE serta tambahan zat lain. Pupuk Phonska memiliki kekayaan

kandungan zat memungkinkan pemupukan terpadu atas tanaman

(Anonim 3, 2017).

Pupuk Phonska sebagaimana yang disebutkan sebelumnya

merupakan pupuk majemuk, yang terdiri atas berbagai zat penambah

unsur hara alami. Komposisi pupuk phonska yang mendasar terdiri atas

Nitrogen (N): 15%, Fosfat (P2O5): 15%, Kalium (K2O): 15%, Sulfur (S):

10% dan Kadar air maksimal : 2% (Anonim 3, 2017).


METODOLOGI PELAKSANAAN

Waktu dan Tempat

Praktek ini dilaksanakan di Kelurahan Madatte, Kecamatan

Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat. Yang

Berlangsung mulai bulan September - desember 2017..

Alat dan Bahan

Adapun bahan yang akan digunakan pada penelitian ini ialah benih

sawi, pipa paralon, sambungan pipa, lem pipa, plastik, gelas air mineral,

pupuk npk phonska, pupuk gandasil D, spons, arang sekam, pasir dan

paku.

Sedangkan alat yang digunakan yaitu: ember, parang, gunting, alat

tulis menulis, dan kamera.

Metode Pelaksanaan

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak kelompok dengan

variabel :

S0 : Kontrol/tanpa Pemberian

S1 : pupuk NPK phonska

S2 : pupuk Gandasil D

Perlakuan:

I : spons

II : arang sekam

III : pasir
Pelaksanaan Praktikum

Persiapan media semai

Media semai yang digunakan ialah spon dan talang kue. Spon

diletakkan diatas talang kue dan dibasahi. Kemudian spon tersebut diiris

sampai beberapa bagian. Spon yang telah teriris diberi lubang untuk

dimassukkan benih sawi kedalamnya.

Persemaian

Media semai yang telah disiapkan dimasukkan benih sawi. Satu

bagian spon diisi 2 benih dalam satu lubang spon. Persemaian disimpan

di daerah yang tidak terkena matahari langsung. Persemaian harus selalu

dalam keadaan lembab (spon tidak kering). Umur semai kurang lebih 2

minggu, dan bibit tanaman sudah bisa dipindahkan jika telah memiliki 3-4

daun.

Persiapan instalator

Instalator dibuat dari pipa paralon sebanyak 3 pipa dengan sistem

hidroponik NFT yang menggunakan pupuk sebagai larutan. Pipa tersebut

diberi lubang seukuran gelas aqua yang telah disediakan dan diatur

sesuai jarak tanam pada umumnya.

Penanaman

Bibit yang telah berumur 2 minggu atau telah memiliki 3-4 helai

daun, siap dipindahkan dengan meletakkan benih kedalam gelas aqua

dan di letakkan pada sertiap lubang pada pipa paralon.


Pemeliharaan

1. penyiraman

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan semprot sprayer yang

disemprotkan pada bagian daun tanaman.

2. Pengendalian hama dan penyakit

Apabila terdapat hama ataupun penyakit, dapat dikendalikan

secara mekanis, biologis maupun dengan menggunakan pestisida.

3. Panen

Pemanenan dilakukan pada umur 24-30 hari setelah tanam. kriteria

panen tinggi tanaman yakni kurang lebih 30cm.

Parameter Pengamatan

1. Panjang tanaman

2. Panjang daun

3. Jumlah daun

4. Lebar daun

5. Berat basah
TINJAUAN PUSTAKA

Agoes, H. 2000. Mengenal Hidroponik Bercocok Tanam Tanpa Tanah.


Jakarta. Agromedia Pustaka.

Anonim 1. 2017. Hidroponik. http://eprints.ung.ac.id/4437/3/2013-1-


54211-613409099-bab2-30072013070849.pdf. Diakses tanggal: 5
september 2017.

Anonim 2. 2017. Gandasil D. http://bibitmurah.net/pupuk-dan-


pestisida/gandasil-d-100g/. Diakses tanggal 12 September 2017.

Anonim 3, 2017. Tentang Pupuk Phonska.


https://faedahjaya.com/distributor-pupuk/tentang-pupuk-phonska.
Diakses tanggal 12 September 2017.

Siswadi. 2008. Berbagai Formulasi Kebutuhan Nutrisi Pada Sistem


Hidroponik. INNOFARM : Jurnal Inovasi Pertanian Vol. 7, No. 1,
2008 (103-110).

Susila, A. 2006. Panduan Budidaya Tanaman Sayuran. Bagian


Produksi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura. IPB.

Wijayani, A. dan Wahyu, W. 2005. Usaha Meningkatkan Kualitas


Beberapa Varietas Tomat Dengan Sistem Budidaya
Hidroponik. Ilmu Pertanian Vol. 12 No.1, 2005: 77 83

Anda mungkin juga menyukai