Anda di halaman 1dari 7

1.

Definisi

Wawancara adalah salah satu metode dasar yang bersifat kualitatif. Metode ini
banyak digunakan untuk memperoleh data mengenai latar belakang perilaku seseorang.
Sebagai salah satu metode kualitatif, pembuatan pedomannya mudah tetapi pelaksanaannya
sangat tergantung pada keterampilan pewawancara. Makin berpengalaman seorang
pewawancara, data yang diperoleh semakin kaya dan sesuai dengan yang dimaksudkan.
Wawancara mendalam adalah teknik penelitian kualitatif melalui wawancara
individu secara intensif yang melibatkan sejumlah kecil responden untuk mengeksplorasi
perspektif mereka tentang ide, program, atau situasi tertentu. Sebagai contoh, kita mungkin
bertanya pada peserta atau responden yang terkait tentang pengalaman dan harapan mereka
terkait dengan program yang sedang berjalan, pikiran mereka mengenai operasi program,
proses, dan hasil, dan tentang perubahan apapun yang mereka anggap dalam diri mereka
sebagai hasilnya keterlibatan mereka dalam program ini.

2. Kapan digunakan wawancara secara mendalam?


Metode ini tepat digunakan bila penelitian ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
Menumbuhkan ide-ide pada studi awal dan atau menggali kemungkinan-kemungkinan
alasan tentang masalah kesehatan
Mendapatkan informasi yang lebih mendalam tentang pokok permasalahan sebagai
pelengkap data yang sudah didapatkan dari kuesioner.
Merencanakan intervensi bila waktu survei terbatas
Metode ini tepat bila:
Interaksi kelompok dan tekanan dari teman kemungkinan besar akan menghambat
respon-respon individual dan membuat diskusi tidak produktif
Topiknya sangat sensitif sehingga responden segan membicarakan secara terbuka
dalam kelompok
Sangat perlu untuk mengetahui dan mengerti bagaimana sikap dan perilaku berkaitan
menurut pola individual
Responden secara geografis terpencar dan sulit untuk dikumpulkan.
Wawancara mendalam berguna ketika menginginkan informasi terperinci tentang
pikiran dan perilaku seseorang atau ingin mengeksplorasi isu-isu baru secara mendalam.
Wawancara sering digunakan untuk menyediakan konteks untuk data lainnya (seperti data
hasil), menawarkan gambaran yang lebih lengkap tentang apa yang terjadi dalam program
dan mengapa. Sebagai contoh, Anda mungkin telah mengukur peningkatan kunjungan
pemuda untuk ke klinik, dan melalui wawancara mendalam Anda mengetahui bahwa seorang
pemuda mencatat bahwa dia pergi ke klinik karena dia melihat tanda baru di luar jam klinik.
Anda mungkin juga mewawancarai anggota staf klinik untuk mengetahui perspektif mereka
pada klinik keramahan pemuda. Dalam wawancara mendalam harus menggunakan
kelompok fokus jika calon peserta mungkin tidak disertakan atau nyaman berbicara secara
terbuka dalam kelompok, atau ketika Anda ingin membedakan individu (sebagai lawan
kelompok) pendapat tentang program ini. Mereka sering digunakan untuk memperbaiki
pertanyaan untuk survei masa depan kelompok tertentu.
3. Batasan wawancara mendalam
Wawancara mendalam adalah interaksi antara dua orang. Yang satu disebut pewawancara
dan yang lain disebut yang diwawancarai. Sering terjadi yang satu disebut peneliti dan yang
lain responden atau informan. Wawancara merupakan salah satu teknik penelitian kualitatif
yang memungkinkan terjadinya diskusi antar pribadi. Hal ini akan meningkatkan wawasan
pada pikiran, perasaan dan perilaku baik pada yang mewawancarai ataupun yang
diwawancarai. Wawancara biasanya dilakukan untuk mengungkap fenomena atau isu-isu
penting. Di bidang kesehatan wawancara dapat digunakan untuk mengungkapkan pandangan,
pengetahuan, keyakinan, nilai, sikap individu tentang perilaku kesehatan diri ataupun
masyarakatnya. Teknik ini dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, baik verbal
maupun nonverbal, mengenai sikap, keinginan, cita-cita, nilai, pengetahuan dan kepercayaan
kelompok yang menjadi target penelitian tentang isu-isu sensitive, seperti penggunaan obat
yang rasional atau alat-alat kontrasepsi yang mungkin bertentangan dengan norma agama.
4. Tujuan wawancara mendalam
Tujuan umum wawancara mendalam adalah menggali lebih dalam tentang kebiasaan umum
kelompok yang menjadi target penelitian berikut alasan-alasan yang melatarbelakanginya.
Hal ini dimungkinkan karena wawancara mendalam bersifat luwes sehingga peneliti dapat
bertanya lebih banyak dan lebih jauh. Wawancara mendalam juga dapat digunakan untuk
menggali apa yang dapat dilakukan supaya sikap dan kebiasaan mengikuti perilaku sehat
dapat tercapai. Dengan kata lain wawancara mendalam dapat mengungkapkan hal-hal yang
tidak terencana atau terpikirkan sebelumnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan metode
kualitatif daripada metode lainnya.
5. Keunggulan dan keterbatasan wawancara mendalam
Keunggulan
1) Metode ini fleksibel karena pewawancara mempunyai waktu lebih banyak dan
kesempatan untuk bertanya lebih banyak pula.
2) Pengamatan terhadap responden dapat langsung dilakukan terutama perilaku
nonverbalnya ketika ia mengungkapkan pendapat, pandangan, pengetahuan,
keyakinan, maupun sikapnya terhadap topik yang sedang dibicarakan. Pewawancara
dapat mencek kembali ketika terjadi kesenjangan antara yang dikatakan dan yang
diungkapkan melalui ekspresi wajah, gerak tangan-tubuh, ataupun nada suaranya.
3) Situasi wawancara memberi kesempatan pewawancara untuk bertanya dan
mengarahkan pertanyaan melalui kontak pribadi dengan responden.
Kelemahan
1) Untuk mendapatkan pewawancara yang terlatih sering mengalami kesulitan, padahal
keberhasilan metode ini tergantung pada keefektifan dalam melaksanakannya di
lapangan.
2) Pewawancara mungkin tidak mampu mengontrol opininya sendiri yang ingin
dicocockkan dengan kerangka penjelasan responden.
3) Hasilnya sulit digeneralisisasikan karena informasi yang didapatkan sulit untuk
dihitung.
6. Langkah-langkah dalam wawancara mendalam
1. Pertimbangkan apa yang ingin diketahui tentang masalah kesehatan.
2. Tetapkan apakah wawancara mendalam adalah teknik yang paling tepat untuk
mengungkap masalah tersebut
3. Mengidentifikasi para narasumber untuk membantu dalam merencanakan dan
memberikan pelatihan kepada para pewawancara.
4. Tentukan siapakah yang akan menjadi responden
5. Siapkan pedoman wawancara untuk wawancara mendalam
6. Pilih para pewawancara
7. Melatih pewawancara
8. Uji coba pedoman wawancara yang sebenarnya.
9. Persiapan untuk wawancara yang sebenarnya
10. Pewawancara melakukan wawancara
11. Analisis dan interpretasi data.
7. Pedoman wawancara untuk wawancara mendalam
Salah satu aspek dalam penelitian yang harus diprioritaskan dalah mempersiapkan
pedoman wawancara. Pedoman ini berisi daftar pertanyaan atau topik yang akan
didiskusikan oleh pewawancara dengan responden. Untuk memastikan bahwa pertanyaan-
pertanyaan tersebut tepat ditanyakan, peneliti harus membuat garis besar tentang informasi
seperti apa yang dibutuhkan untuk mengungkapkan masalah yang spesifik. Pentingnya
dilakukan hal ini ditegaskan oleh kenyataan bahwa kualitas data yang didapatkan
tergantung pada sejauh mana kualitas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada waktu
di lapangan.
8. Menyusun pedoman wawancara

Prinsip yang digunakan dalam menyiapkan pedoman yang baik tergantung pada penggunaan
ungkapan-ungkapan yang umum, tidak langsung dari pertanyaan-pertanyaan yang
memberikan jawaban ya atau tidak. Sasaran umum ungkapan ini dalah untuk mendorong
responden untuk berbicara tentang topik yang dimunculkan. Berikut ini ada beberapa garis
pedoman praktis dan berguna yang dapat membantu dalam menyusun pedoman wawancara:

1) Buat daftar tentang maksud dan tujuan paling penting penelitian

2) Tulis bagian paling pokok atau sub-tema masing-masing sasaran yang spesifik

3) Buat konsep tentang pertanyaan-pertanyaan yang dapat ditanyakan lepada responden


sehingga dimungkinkan memperoleh informasi yang dibutuhkan

4) Periksa setiap pertanyaan dan cocokkan dengan maksud dan tujuan penelitian, kemudian
buang pertanyaan-pertanyaan yang tidak tepat.

5) Periksa kembali pertanyaan-pertanyaan tersebut untuk memantapkan apakah pertanyaan


tersebut akan memabantu dalam mendapatkan semua informasi yang diperlukan. Sebagai
sarana untuk mendapatkan pedoman yang baik dan efektif, perhatikan bahwa pertanyaan-
pertanyaan yang mempunyai karakteristik sebagai berikut:

a) Jelas dan tidak kabur

b) Sederhana dan mudah dimengerti

c) Layak dengan pengalaman responden yang menjadi target penelitian

9. Urutan-urutan topik

Secara umum, urutan topik dalam wawancara mendalam tidak ditentukan secara kaku. Hal ini
lebih banyak diserahkan kepada kebijaksanaan pewawancara dan juga lebih ditentukan oleh
alur diskusi yang terjadi. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mendapatkan
pewawancara yang betul-betul telah terlatih dalam seni wawancara untuk memandu diskusi
yang dilaksanakan. Pedoman dirancang sedemikian rupa sehingga didapatkan bentuk
informasi yang mirip dari semua responden. Meskipun demikian, ungkapan pertanyaan-
pertanyaan tertentu dan urutan-urutannya ditentukan kembali untuk dicocokkan dengan
karakteristik masing-masing responden. Oleh karena itu sangatlah penting bagi pewawancara
untuk betul-betul siap memastikan bahwa diskusi berjalan secara natural dan memandu setiap
responden dari satu topik ke topik lainnya.

10. Peran Pewawancara

Peran pewawancara adalah bertindak sebagai moderator untuk menjaga agar diskusi tetap
berjalan dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan sampai ia
mendapatkan jalaban tepat dari responden.mIa harus mampu menciptakan suasana
informal dan bersahabat agar opini dan ide pemberi informasi dapat mengalir secara
natural. Secara umum, peran pewawancara menuntut hal-hal sebagai berikut:

1) Usaha keras untuk membimbing responden dari satu topik ke topik yang lain

2) Sabar dalam mendengarkan, sediakan sedikit waktu untuk berhenti untuk mendorong
responden berpikir dan memberi keterangan tentang isu-isu yang didiskusikan

3) Ciptakan humor yang menyenangkan agar pemberi informasi dapat rileks dalam
mendiskusikan isu-isu sensitif

4) Tanyakan secara mendalam, tetapi dalam waktu yang sama dengarkan secara serius
jawaban yang diberikan.

Sebaiknya seorang pewawancara tidak mencoba melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Mempengaruhi atau membuat bias jawaban-jawaban yang diberikan oleh yang


diwawancarai

2) Puas dengan jawaban-jawaban yang dangkal

3) Berpindah dari satu topik ke topik lain dengan cepat tanpa penanganan secara
menyeluruh terhadap topik-topik terdahulu

4) Mengubah subjek pembicaraan secara tiba-tiba atau mencoba memotong pembicaraan


responden
5) Menciptakan persepsi yang salah tentang pokok persoalan, dalam usahanya untuk
mendapatkan informasi.

11. Prinsip-prinsip wawancara yang baik

1) Pewawancara harus mengenal dengan baik pokok persoalan, tempat dan alasan
pemberi informasi ketika mereka kurang bersedia berpartisipasi dalam wawancara.

2) Pewawancara harus menghindari menggunakan kata-kata emosional atau penuh


dengan nilai-nilai.

3) Pewawancara harus mencoba menggunakan teknik-teknik untuk membujuk


responden untuk:

a) Menguraikan: Apa yang terjadi selanjutnya? Dapatkah Anda menerangkan lebih


lanjut ....?

b) Klasifikasi isu: Tahun kapankah Anda mulai bekerja di sini?

c) Memusatkan perhatian pada dimensi baru tentang isu yang disampaikan: Kami
ingin Anda memikirkan aspek lain pengunaan obat ........

4) Pewawancara harus tetap waspada terhadap informasi verbal dan perilaku nonverbal,
serta hal-hal yang menimbulkan gangguan. Pewawancara dapat beristirahat untuk
membaca catatan-catatan atau memeriksa pedoman wawancaraa untuk memastikan
bahwa wawancara tetap pada fokusnya.

5) Pewawancara harus mengulas catatan-catatn di lapangan dan langsung membuat


perbaikan waktu itu juga, apabila diperlukan.

6) Ucapan terimakasih disampaikan kepada responden pada akhir wawancara.

7) Sebagai tambahan harus selalu diingat oleh pewawancara instruksi-instruksi untuk


wawancara yang baik sebagai berikut:

a) Mulailah wawancara dengan perjanjian yang dapat disetujui oleh


pewawancara dan responden

b) Setelah wawancara berjalan, dan dengan tepat, doronglah responden secara


perlahan-lahan atau tanyakan lebih mendalam.
c) Dengarkan dengan baik agar dapat menagkap semua informasi yang diberikan.

d) Apabila kunci pokoknya sudah muncul dalam diskusi, hal ini harus diikuti
terus

e) Dengarkan kesan-kesan, topik yang sengaja dihindari responden, gangguan


yang disengaja, salah konsepsi yang ringan atau pengertian yang salah,
ketidakpahaman.

f) Usahakan untuk mengarahkan diskusi dari waktu ke waktu dan dari topik ke
topik.

g) Ambil tindakan segera untuk memberikan koreksi dalam menangani setiap


kasus. Gunakan ungkapan, idiom atau kata-kata yang tidak mengancam.

h) Apabila terhambat, cari strategi alternatif dan jangan menjadi panik

i) Gunakan kesempatan untuk klarifikasi, berpikirlah mendahului responden, dan


bertindaklah secara tepat dan cepat.

j) Bergaya bodoh supaya dapat memberikan kesempatan yang luas kepada


responden untuk berbicara.

Anda mungkin juga menyukai