Anda di halaman 1dari 4

Pemboran Laut Dalam Menjadi Lawan Hebat

Dalam Menaikan Jumlah Cadangan Di Indonesia

VANDI PERDANA
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

No Telepon : 085264944860
Email : vandi.perdanaa@gmail.com
Pemboran Laut Dalam Menjadi Lawan Hebat Dalam Menaikan Jumlah Cadangan Di
Indonesia

Industri hulu migas merupakan kegiatan industri migas yang terdiri dari kegiatan
eksplorasi dan eksploitasi. Kegiatan eksplorasi dimaksudkan untuk menemukan
cadangan baru yang secara umum terdiri dari proses studi geologi, geofisik, seismik
hingga tahap pemboran eksplorasi. Sedangkan kegiatan eksploitasi merupakan kegiatan
memproduksikan cadangan migas yang ada pada reservoir untuk kemudian diangkat ke
permukaan dan diproses untuk selanjutnya diolah oleh industri bagian hilir migas.
Kegiatan industri hulu migas saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat
serius. Sejak terjadinya penurunan harga minyak 2014 silam perusahaan mulai
melakukan effesiensi. Hal ini menyabkan terjadinya penurunan jumlah pemboran
eksplorasi yang berdampak pada jumlah cadangan yang kian lama kian menipis.
Cadangan adalah jumlah hidrokarbon yang diperkirakan dapat diproduksikan ke
permukaan secara komersial pada waktu mendatang dari akumulasi hidrokarbon yang
telah diketahui. Cadangan dalam industri hulu migas di bagi lagi berdasarkan SPE/WPC
tahun 1997 menjadi cadangan terbukti dimana pada klasifikasi ini cadangan tingkat
kepastian adalah lebih dari 90% bisa diproduksikan ke permukaan, cadangan mungkin
dimana pada klasifikasi ini tingkat kepastian 50% bisa di produksikan sedangkan terakhir
adalah cadangan harapan dimana hanya memiliki tingkat kepastian sebesar 10%.
Menurut data Dirjen Migas bahwa jumlah cadangan terbukti minyak dan gas di
Indonesia per Januari 2016 adalah 3,3 miliar barel dan 101,2 triliun kaki kubik atau 0,2%
dan 1,5% dari jumlah total cadangan minyak dan gas dunia. Jumlah demikian sangatlah
kecil mengingat jumlah konsumsi migas di Indonesia dua kali lebih besar daripada
jumlah produksinya atau sekitar 1,6 juta barel. Peningkatan produksi perlu dilakukan,
dari sisi ekonomi jika harga minyak kembali naik maka jumlah dana yang dikeluarkan
APBN dalam rangka menjaga stabilitas migas menjadi semakin besar. Untuk menaikan
jumlah produksi perlu dilakukan eksplorasi guna mencari cadangan baru.
Jumlah cekungan yang terdapat di Indonesia cukup banyak, berdasarkan
penelitian geologi dan geofisika telah mengidentifikasi, 60 cekungan sedimen tersier
tersebar di seluruh Indonesia, dimana 70% terletak di lepas pantai dan lebih dari
setengahnya berada di laut dalam (deepwater).
Deep water merupakan tantangan lain untuk memperbesar jumlah cadangan
migas di Indonesia. Dari jumlah cekungan yang telah disebutkan, cekungan yang saat ini
belum dieksplorasi adalah cekungan yang berada pada laut laut dalam. Ada beberapa
faktor yang menyebabkan kenapa Indonesia saat ini belum berani untuk mengeksplorasi
daerah tersebut diantarnya adalah Teknologi. Teknologi yang masih belum mumpuni
untuk melakukan eksplorasi. Teknologi industri hulu migas di Indonesia masih tertinggal
dibandingkan negara negara lain khususnya dalam teknologi eksplorasi laut dalam.
Selain itu, sumber daya manusia yang dimiliki Indonesia masih kurang. Indonesia
sebenarnya memiliki SDM yang cerdas dan pintar, namun kurangnya adalah
pengalaman. Pengalaman merupakan pelajaran penting dimana eksplorasi deep water
merupakan eksplorasi yang penuh dengan resiko besar sehingga dalm menjalankan
fungsinya harus memiliki pengalaman khusus dibidang tersebut untuk menghindari
adanya fatality ataupun kerugian. Dari segi keekonomisan pun biaya investasi yang
dibutuhkan untuk mengeksplorasi tidak sedikit, dan jika ternyata terjadi dry hole maka
investasi yang telah dilakukan menjadi tidak berarti.
Harga minyak kini memang menyebabkan proses eksplorasi menemukan
cadangan baru menjadi terhambat. Hal ini menyebabkan juga pemboran eksplorasi
menjadi lesu. Namun sebenarnya dengan melemahnya harga minyak harus terus
dimanfaatkan oleh kita. Melemahnya harga minyak menyebabkan perusahaan yang
menyediakan rig merasa dirugikan. Sehingga penyedia rig harus menurunkan harga
sewa agar perusahaan masih mau menggunakan jasanya. Hal ini menyebabkan biaya
jasa dan sewa rig pengeboran yang ditawarkan industri bisa dipangkas. Hal ini dapat
dimanfaatkan dimana perusahaan dapat melakukan pemboran sumur dan ketika harga
minyak mulai naik perusahaan tidak harus melakukan pemboran perusahaan tinggal
membuka kran nya untuk memproduksikan.
Oleh karenanya dalam rangka meningkatkan cadangan Migas di Indonesia
banyaknya tantangan yang ada pada kegiatan industri hulu Migas. Para pelaksana
diwajibkan berpikir out of the box dan dituntut terus berinovasi namun ekstra hati
hati, terlebih ditengah turunya harga minyak yang membuat harus memutar otak untuk
terus mampu menemukan dan menghasilkan Migas untuk memenuhi kebutuhan energi
nasional.
Referensi:
SKK Migas. 2016. Laporan Tahunan SKK Migas 2016. Jakarta: SKK Migas
SKK Migas. 2016. Buletin SKK Migas #42 Oktober 2016. Jakarta: SKK Migas
Society of Petroleum Engineers. 1997. Guidelines for the Evaluation of
Petroleum Reserves and Resources. United State of America: SPE

Anda mungkin juga menyukai