Anda di halaman 1dari 42

Abdi Syaiful Jihad

Aditya Herlambang
Adrisman
Alvin Suhendra
Chano Rinaldy
Eva Pebriani
Faisal Rachman
Grace Roben
Melisa Adeliani
KELOMPOK IV Nabila Mona
KELAS B 2012 Oktaviani
Olan El Mizan
Rega Pratama
Rendi Riandika
Menentukan nilai AOF dari
suatu reservoir menggunakan
metode Back Pressure Test,
Isochronal Test, Modified
Isochronal Test.
Mengetahui Karakteristik
Reservoir.
Mengetahui Kemampuan
Reservoir untuk Mengalirkan
Gas.
Mengetahui Kemampuan
Reservoir untuk Berproduksi.
Uji sumur atau well test adalah memberikan gangguan pada
reservoir sehigga tekanannya akan berubah. Tujuannya adalah
untuk mengetahui kandungan hidrokarbon yang ada di reservoir
dan kualitasnya. Sehingga dapat juga diperkirakan berapa lama
reservoir dapat berproduksi. Di sini, akan dibahas mengenai
metode uji sumur yang biasa digunakan untuk sumur gas.
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas
untuk berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik
( 2 2 )
Uji deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum
digunakan untuk menentukan produktivitas sumur gas.
Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran dengan laju alir, tekanan
dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Terdapat tiga metode untuk uji deliverabilitas gas yang
digunakan yaitu flow after flow (back pressure), Isochronal, dan
Modified Isochronal.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute
Open Flow Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai
kemampuan suatu sumur gas untuk memproduksi gas ke
permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir dasar
sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere ( 14,7 psia). Hal
ini tidak dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh
dari uji deliverability.
Pada masa awal tes penentuan deliverabilitas ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan.
Persamaan ini menyatakan bahwa hubungan antara Qsc
terhadap P pada kondisi aliran yang stabil.
= ( 2 2 )
Dimana :
Qsc = laju aliran gas (Mscf/d)
C = koefisien performance yang menggambarkan posisi
kurva deliverabilitas yang stabil (Mscfd/psia)
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis
kurva deliverability yang stabil dan mencerminkan
derajat pengaruh faktor inersia-turbulensi terhadap
aliran, umumnya berharga antara 0.5-1
Pr = tekanan rata-rata reservoir (psia)
Pwf = tekanan alir dasar sumur (psia)
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test
, metode ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins
(1929) untuk mengetahui kemampuan sumur berproduksi dengan
memberikan tekanan balik (back pressure) yang berbeda-beda.
Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai dengan jalan
menutup sumur, untuk menentukan harga Pr. Selanjutnya sumur
diproduksi dengan laju sebesar Qsc sehingga aliran mencapai
stabil, sebelum diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap
perubahan laju produksi tidak didahului dengan penutupan sumur.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi
oleh permeabilitas batuan.
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi.
Sedang untuk reservoir dengan permeabilitas rendah, akan
diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai kondisi yang
stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang belum
mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup
besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test , maka
Cullender mengembangkan isochronal test untuk memperoleh
harga deliverability pada sumur dengan permeabilitas rendah
yang memerlukan waktu yang lama untuk mencapai kondisi stabil.
Ia mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu
yang sama, akan memberikan grafik log P vs log Qsc yang
linier dengan harga eksponen n yang sama, seperti pada
kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai
tekanan reservoir (Pr) mencapai stabil, yang diusulkan dengan
pembukaan sumur, sehingga menghasilkan laju produksi tertentu
selama jangka waktu ( t ), tanpa menanti kondisi stabil.
Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda
isochronal, perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak
perlu mencapai kondisi stabil. Pada reservoir yang ketat,
penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan bila
diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil.
Katz dkk (1959) telah mengusulkan suatu metode untuk
memperoleh hasil yang mendekati hasil tes isochronal. Perbedaan
metode ini dengan metode lain terletak pada persyaratan
bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari
itu, selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama
besar.
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas tes modified
isochronal sama seperti pada metode isochronal, kecuali untuk
harga Pr diganti dengan Pws, yaitu harga tekanan yang dibaca
pada akhir dari setiap massa penutupan sumur.
Langkah awal, menetukan nilai P
dengan rumus ( 2 2 )

Dimana ;
Pr = tekanan rata-rata reservoir (psia)
Pwf = tekanan alir dasar sumur (psia)
Plot nilai Qsc sebagai
sumbu x dan P sebagai
sumbu ordinat kedalam
grafik log.
Buat garis linier yang
menghubungkan titik-
titik pertemuan antara
q dengan P yang
berada dalam grafik.
Cari nilai AOF dengan Pr
sebagai ordinat. Dimana
Pr = 40401
Dan didapat hasil AOF
sebesar 40
Pilih dua titk
sembarang pada
garis lurus dan baca
harga P dan P
Menentukan nilai n
berdasarkan
persamaan ;

log log
n= log 1

Harga n harus terletak


antara 0.5 dan 1
Kemudian perpanjang garis
linier hingga berpotongan
dengan sumbu absis,
kemudian tentukan nilai q
dan P berdasarkan titik
perpotongan tersebut.
Hitung nilai C dengan
persamaan

C= ()
Berdasarkan titik
perpotongan didapat nilai
qsc = 1,7 dan nilai =
1000
Hitung AOF dengan
persamaan
= ( 2 2 )
Kemudian buat tabel untuk IPR dengan
mengasumsikan besarnya pwf dengan
menggunakan persamaan berikut,

= ( 2 2 )
Dan terakhir plot nilai
q dan Pwf, dimana q
sebagai sumbu absis &
P sebagai sumbu
ordinat
Langkah awal
menentukan nilai
P dengan rumus
(Pr-Pwf)
Kemudian plot nilai qsc
dan P, dimana qsc
sebagai sumbu absis
dan P sebagai sumbu
ordinat kedalam grafik
log. Sehingga didapat
beberapa titik untuk
kondisi buka tutup dan
satu titik pada kondisi
stabil.
Buat garis linier yang menghubungkan
titik-titik pertemuan antara q dengan
P pada kondisi buka tutup. Setelah
itu buat garis sejajar lagi dengan garis
linier pada titik kondisi stabil.
Tentukan nilai AOF melalui grafik
dengan Pr sebagai sumbu ordinat
dan tarik garis lurus sampai
mengenai garis stabil, kemudian tarik
garis kebawah sehingga didapat nilai
AOF sebesar 8
Pilih dua titik sembarang pada garis
lurus kondisi buka tutup dan baca
harga P dan P
Kemudian tentukan nilai n berdasarkan
persamaan

log log
n= log 1

Harga n harus terletak antara 0,5 dan 1


Kemudian perpanjang garis linier hingga
berpotongan dengan sumbu absis, kemudian
tentukan nilai q dan P berdasarkan titik
perpotongan tersebut. Hitung nilai C dengan
persamaan

C= ()
Berdasarkan titik perpotongan didapat nilai
qsc = 0,72 dan nilai = 100
Hitung AOF dengan
persamaan
= ( 2 2 )
Dimana Pwf = 0
Kemudian buat tabel IPR dengan
mengasusmsikan besarnya Pwf dengan
menggunakan persamaan
= ( 2 2 )
Dan yang terakhir plot kedalam
grafik dengan q sebagai sumbu
absis & P sebagai sumbu
ordinat.
Langkah awal
menentukan nilai
P dengan rumus
(Pr-Pwf)
Menghitung tabel dengan
2
persamaan

Tabel selanjutnya dengan


2
persamaan

Kemudian menghitung
dengan persamaan
2

Hitung dengan cara


menambahkan dengan
diatasnya
Selanjutnya plot nilai P sebagai
sumbu absis & sebagai sumbu
ordinat
Untuk mengisi tabel gunakan kurva hubungan dengan P, dimana sumbu Y
adalah Harga P hasil test
Isi dengan mengurangkan
pada Pws dengan pada
Pwf.
Isi tabel selanjutnya dengan
persamaan /q
Kemudian menghitung nilai q
dengan persamaan q, dan
tabel terakhir - bq

Kemudian hitung , ,
/ dan
Nilai b diperoleh
dengan persamaan



=

Nilai N merupakan
banyaknya uji aliran
yang dilakukan

Nilai a diperoleh dengan persamaan



+(2 +4)0.5

=
untuk at =
maka = 2
Buat tabel untuk kurva IPR dengan
mengasumsikan besar Pwf dengan
persamaan
+ [(2 + 4( )]0.5
=
2
Kemudian plot nilai qt dan P,
dimana qt sebagai sumbu absis
dan P sebagai sumbu ordinat
kedalam grafik log. Sehingga
didapat beberapa titik untuk
kondisi q transient, dan
selanjutnya plot nilai qs dan P
dimana qs sebagai sumbu absis
dan P sebagai sumbu ordinat.
Dan yang terakhir adalah membuat
kurva deliverability memplot nilai q
dengan - bq
pada kondisi buka tutup. Setelah itu
memplot nilai q dengan - bq
Pada kondisi stabil.
Dapat disimpulkan bahwa Deliverability Test diperlukan untuk
mendapatkan rate produksi yang optimum, peramalan produksi,
mendapatkan jumlah sumur yang diperlukan untuk
pengembangan lapangan, dan Evaluasi kerusakan sumur. Selain
itu juga dapat untuk mengetahui kebutuhan kompressor yang
akan digunakan, menentukan ukuran tubing, flowline dan
truncklines.
Sekian
&
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai