ikut campur tangan ke dalam urusan dalam negeri oleh negara lain (W.J.S.
amat baik. Intervensi merupakan semua tindakan yang mempunyai dampak tertentu
secara langsung atau lambat laun pada politik dalam negeri suatu negara lain,
termasuk di dalamnya semua bentuk bujukan dan program diplomatik, ekonomi serta
Tidore dan Ternate merupakan sebuah cara untuk bagaimanah Bangsa Portugis
mampu mangambil semua hasil Bumi dari Kerajaan Ternate dengan cara untuk
manggadu domba ke dua Kerajaan tersebut sehingganya ke dua kerajaan tersebut bisa
terjadi konflik,dari keadaan konflik itulah bangsa portugis mangisi waktu itu untuk
April 2013 )
4.1.2 Bentuk-Bentuk Intervensi
a) Intervensi Internal
Intervensi atau campur tangan yang melibatkan Negara luar atau pihak luar
sebagai pendukung suatu pemberontakan atau separatis atau konflik politik di Negara
lain dengan cara dictator. Contoh kongkrit adalah dukungan negara-negara anggota
atau rakyat Anti Muamar Kadafi Presiden LIBYA. Campur tangan macam ini
b) Intervensi Eksternal
Campur tangan negara lain terhadap peperangan atau konflik yang sudah terjadi
antara dua Negara atau lebih. Contohnya Intervensi Diktator Mussolini di Italia dalam
Perang Dunia ke II untuk membantu Hitler Jerman melawan Pasukan Sekutu ( Inggris
dan Amerika ).
c) Intervensi Reprisal
Campur tangan suatu negara yang dilakukan atas dasar pembalasan terhadap
kerugian yang telah ditimbulkan oleh negara lain dengan melakukan suatu perang
kecil atau blockade damai. Contoh Indonesia pro aktif mendukung Pemerintah
Somalia dalam melawan kelompok Milisi Islam yang melakukan perampokan di Laut
Kerajaan Tidore dan Ternate, Itu merupakan bagian dari ahir hidupnya mereka di
tanah Moloku Kie Raha, Artinya bahwa kebijakan yang di lakukan terhadap ke dua
Kerajaan itu bisa di katakana sebagai sebuah cara bagimanah untuk mendapat
kekayaan yang ada di daerah Moloku Kie Raha khususnya di Kerajaan Tidore dan
Kerajaan Ternate, Akan tetapi cara tersbut bisa di baca oleh semua masyrakat yang
2013 ).
Jenis intervensi ini dapat dibedakan dalam dua hal yaitu sebagai berikut :
tindakan campur tangan negara atau lembaga PBB yang bertujuan menegakan
keadilan dan menghormati hak asasi manusia. Intervensi ini bisa dilakukan dengan
Timor Timur ( Timor Leste ) ketika Militer Indonesia membantai ribuan rakyat
Timor-Timur. Peristiwa ini dikenal dengan nama peristiwa Santa Cruz dan Intervensi
b. Intervensi Negatif
berkembang seperti di India, Korea Utara dan Iran. Semua intervensi tersebut adalah
adalah bagian dari politik luar negeri suatu negara terhadap negara lain dengan cara
melakukan campur tangan terhadap masalah dalam negeri negara lain sebagai sarana
untuk mencapai tujuan atau meningkatkan nilai sosial di luar negeri melalui berbagai
pasukan dengan cepat, sering juga dengan menangkap pemimpin rezim sasaran.
4.1.2.3 Faktor-Faktor Intervensi
situasi dan masalah klien atau sasaran perubahan. Tujuan dari tahap
pekerja sosial dapat memutuskan masalah apa yang akan ia selesaikan, tujuan
dari upaya perubahan, dan cara mencapai tujuan. Penggalian masalah terdiri
melakukan pengumpulan data, terdapat tiga cara yang dapat digunakan, yaitu:
menentukan sistem aksi apa saja yang akan terlibat dalam upaya perubahan.
tujuan perubahan.
7. Memberikan Pengaruh
8. Terminasi
semua kekayaan alam yang ada pada ke dua Kerajaan tersebut karna Kerajaan
Tidore dan Ternate adalah sebuah kerajaan yang masih di bilang kakak
kesultanan yang sama, namun pada tahun 1512 Bangsa Portugis tiba di
Ternate dan di sambut baik dari masyarakat Kerajaan Ternate namun kebaikan
lama kelamahan timbulnya kebincian dari pihak Kerajaan dan rakyat Ternate
hati untuk berbuat baik dengan pihak Kerajaan Ternate dan pada Tanggal 28
membahas tentang kerja sama antara pihak Kerajaan dan pihak Portugis
namun dalam moment tersebut Sultan Hairun di bunuh oleh Antonio Pimental
suatu saat kemudian Kerajaan Tidore dan Ternate bersatu untuk melawan
kekalahan dan pada tahun 1575 Bangsa Purtugis di usir dari wilayah Maluku
Kie Raha.
terhadap Kerajaan Tidore dan Ternate yaitu ada bebrapa factor yang
dan tidore ingin memperluas wilayahnya, terutama setelah masuknya bangsa barat ke
maluku dan mulai melakukan ekspansi maka kedua kerajaan tersebut melakukan
hegemoni dan bejerja sama dengan bangsa barat untuk merebut wilayah penghasil
kerajaan tidore dan terate tidak lain melainkan masalah ekonomi, karena dengan
itulah sehingga mereka ingin mencari prestisenya atau selalu ingin tampil kedepan.
2. Faktor Politik
Dapat di lihat dari factor politik karena terjadi ekspansi besar-besaran yang di
lakukan oleh ke dua kerajaan untuk memperuas wilayahnya yang pada akhirnya
oleh salah seorang informan bahwa kerajaan Tidore dan Tarnate selalu ingin
Berbagai fakor yang telah dikmukakan diatas, faktor sosial budaya paling
sedikit pengaruhnya karena kedua kerajaan tersebut jarang sekali melkukan hubungan
sosial karena sering terjadi persilisihan namun disis lain, dapat kita jabarkan hal-hal
yang menimbulkan pertikaian antara kedua karena putra tidore meminang putri sultan
ternate untuk dijadikan permaisuri ternate dalam hal ini menerima lamaran tersebut
diternate pasangan itu kembali ke tidore. Akan tetapi, setelah ditidore, sultan
menyatakan bahwa putri yang dinikahi itu tidak lagi perawan sehingga diputuskan
dihanyutkan dengan rakit. Saat mendengar kejadian itu maka pihak ternate
menyerang tidore sehingga timbul perang yang tidak berkesudahan. (Abdul Hamid,
2001 : 185)
Seiring dengan hal yang diatas maka salah seorang informan mengatakan
bahwa dengan terjadinya kejadian itu sehingga sultan ternate pun berjanji kepada
tidore sampai akhir zaman. Hingga sekarang kalau selaku warga kesultanan ternate
yang menaatinya (Ternate asli) maka mereka tidak akan mengadakan hubungan
perkawinan denga tidore karena mereka meyakini bahwa akan terjadi penderitaan
Utara,namun di balik semuanya yaitu ingin mangadu domba ke dua kerajaan dengan
cara mnecapuri semua urusan Kerajaan dalam hal ini adalah pemilihan Sultan yang
terjadi pada saat kedua Kerajaan saling bermusuhan berangkat dari peristiwa inilah
sesama kepala desa yang jumlahnya puluhan yaitu sekutu-sekutu rakyat Ternate dan
Tetapi para penguasa dari kedua kawasan mini ini menjalankan pemerintahan
langsung atas penduduknya yang jumlahnya tidak melibehi 10.000 orang dan
kawasan yang kelihatannya saja tunduk kepada mereka. Bagaimanapun juga, aman
terhadap intervensi barat tepat pada saat kedua kerajaan itu bergabung, mungkin akan
Sehingga semenjak berdirinya kedua kerajaan ini sulit bersatu karena masing-
masing ingin mengejar prestise sehingga tidak menghiraukan dampak yang akan
yang pada akhirnya kerajaan Ternate bergabung dengan bangsa Portugis untuk
menghancurkan kerajaan Tidore namun kerajaan Tidore pun tidak mau kalah dan
antara kedua dan kerajaan Ternate dibantu oleh bangsa Portugis dan kerajaan Tidore
Hal lain yang paling urgen adalah adanya campur tangan pemerintah kolonial
Belanda dalam hal pengangkatan sultan, sehingga timbulnya konflik bagi sesama
kerajaan maupun dalam tubuh kerajaan itu sendiri. Gambaran tersebut di atas
sebagaimana terjadi pada kesultanan Tidore pada masa kesultanan Syaifudin, saat itu
yang memiliki hak menjadi sultan setelah wafatnya Sultan Saidi adalah Kaicil
menggunakan politik uang melalui para bobato, mulai dari Jogugu sampai para
hukum soasio sehingg berhasil menubatkan adiknya Goranya yaitu Kaicil Galafino
Politik campur tangan ini juga terjadi ketika wafatnya Sultan Jamaluddin,
seharusnya yang menggantikan adalah putra mahkota akan tetapi kompeni Belanda
berupaya mengangkat pamannya yaitu Kaicil Gaijira yang ternyata sudah lanjut usia
dan nyaris terjadi bentrokan senjata karena ditantang oleh sejumlah pengeran dan
bobato.
Tidak sampai disitu saja saat Kaicil Gaijira Wafat kedudukan yang
menimbulkan reaksi keras dari Nuku dan adiknya Kamaluddin, kemudian Patra Alam
dengan pihak Nuku, setelah itu upaya kolonial Belanda menjalankan politiknya
sebagai pewaris yang layak karena lebih tua dari Jamaluddin dan sesuai dengan
pengangkatan tersebut, karena Nuku lebih berhak terlebih dahulu selaku pangeran
yang lebih tua, namun jika Kamaludin menghendaki diakui sebagai sultan maka harus
kontrak dengan Kompeni Belanda, yang mengikat sepihak dan menjadikan sultan
kompeni Belanda yang hanya ingin mengeksploitasi kekayaan alam di Tidore dan
kesultanan Tidore yang kurang lebih selama 13 tahun, dari tahun 1784 1797, dan
tahun 1797 adalah akhir dari masa kekuasaan Kamaludin dimana Nuku melakukan
kerjasama dengan Inggris dalam politik adu dombanya kemudian menyerang Tidore
Maluku Utara terdapat Empat Kerajaan yang lebih kenal degan sebutan Moloku Kie
oleh keempat kakak beradik namun penuh dengan perselisihan sebagaimana yang
Seirama dengan hal diatas yang dikemukakan oleh Abdul Hamid Hasan
menonjolkan egonya seperti Ternate yang merupakan putra bungsu, pada saat
membentuk kerajaannya tetapi tidak kebagian wilayah yang besar karena ketiga
kedua kakaknya yaitu Jailolo dan Bacan,tidak mampu menentang adiknya,dan pada
terus menentang Ternate dengan segala upaya dan Tidore menganggap Ternate
sangat rakus dan menggambil sebagian besar wilayah kerajaan Jailolo dengan tidak
mempunyai rasa belas kasihan pun, menyebabkan kakaknya itu menghilang dari
negerinya.
Terhadap Kerajaan Tidore dan Ternate yang terjadi pada kedua kerajaan ini dapat
lakukan oleh ke dua kerajaan untuk memperuas wilayahnya yang pada akhirnya
oleh salah seorang informan bahwa kerajaan Tidore dan Tarnate selalu ingin
kerajaan selalu diperebutkan, karena wilayah ini sangat subur dan merupakan
dikemukakan oleh salah seorang tokoh adat di pulau Ternate yaitu pulau Halmahera
pasifik yang pada akhirnya dijadikan sebagai pusat pertikaian antar kerajaan, lebih
patoknya sepanjang pantai sebagai tanda bahwa daerah itu termasuk batas wilayah
kerajaannya, shingga Ternate melihat seluruh Halmahera telah dikuasai oleh Tidore
dari patok yang telah dipasang, maka Ternate pun tinggal diam dengan menggali
tanah lalu memasang patoknya di dalam tanah yang tersembunyi lalu mengklaim
bahwa wilayah itu adalah wilayahnya, namun Tidore tidak mengakuinya bahwa ia
memasang tidak melihat terlebih dahulu apakah wilayah itu telah ada patok yang
sudah dipasang atau belum, baru diadakan pematokan dan setelah mengadakan
penggalian ternyata didapati patok yang sudah tertanam di dalamnya maka pihak
Hal ini maka Ternate dijuluki Danata (Rakus). Dengan jalan kerakusan
2013).
Sesuai dengan hal di atas maka pernyataan lain dikemukakan oleh Smit
Kerajaan Tidore dan Ternate sudah merebut hegemoni. Ternate meluaskan pengaruhn
Ampat di papua.Hal ini sehingga menimbulkan pertikaian yang sangat sengit dan
pada akhirnya mereka memilih mitranya masing-masing yaitu tidore memilih spanyol
dan ternate memilih protugis yang pada akhirnya menimbulkan peperangan antara
kedua kerajaan.
Roma, sejalan dengan Traktat Tordesillas 1494 antara Spanyol dan Portugis, maka
jalur navigasi pelayaran dari Eropa ke sebelah barat menjadi milik eksekusi Portugis.
Dengan melihat keuntungan ekonomi, sehingga bangsa Spanyol mencari jalur laut
sendiri ke arah Timur (atlantik) yang pada masa itu dikenal sebagai The Sea of
ternate karena akan membantu dalam proses perluasan wilayah dan membasmi
karena mendapat bantuan baru dalam hal perluasan wilayah, tapi mereka tidak tahu
bahwa ada maksud terselubung yang dibawah oleh bangsa Portugis sampai akhirnya
terbunuh Sultan Khairun dan berhasil mendirikan Teologi pertama di Asia Tenggara
yang terletek di Benteng Santo Paulo di Bumi Ternate dengan tujuan menasranikan
Setelah menjelang sepuluh tahun kemudian Kerajaan Tidore pun bekerja sama
dengan bangsa Spanyol. Bangsa Spanyol pun bersahabat dengan orang ternate, Bacan
dan Jailolo dalam sebuah kisah orang Ternate menjual cengkeh kepada orang Spanyol
namun orang Spanyol tidak mau membelinya karena takut menyinggung orang
Tidore.
Dan pada akhirnya orang Spanyol diundang olek Kesultanan Tidore untuk
namun orang Spanyol masih khawatir karena mereka mendengar kabar angin bahwa
mereka akan dibantai. Sehingga mereka mencari akal agar secepatnya pergi namun
Sultan Tidore bersumpah demi Al-Quran bahwa ia tidak berniat untuk melakukan
Ternate-Portugis sebagimana dikemukan oleh Wiliard A. Hanna dan Des Alwi (1996
dengan Tidore dan dalam isi perjanjian itu pihak Tidore harus menyerahkan meriam
seluruhnya dan ia harus menyerahkan salah satu putrinya untuk menikah dengan
Pada akhirnya Sultan Tidore yang mendapat nasehat dari putrid-putrinya dan
malahan mengirim dokternya untuk merawat sultan, tapi di balik kebaikan itu
ternyata memberikan racun yang mematikan. Siasat itu memang tepat pada
sasarannya namun begitu bodoh sehingga timbul geojalak dari mesyarakat untuk
oleh Pigafeta (wiliard A.Anna dan des alwi, 1996 : 41 ) bahwa dengan adanya
persekutuan iu sehingga bangsa barat dapat mengadudomba dua Kerajaan dan pada
dangan membawa pasukan Portugis sebnayak 100 orang dan pasukan Ternatr 1000
Sultan said memrintah pengawalnya untuk menyerang rakyat Tidore sehngga Sultan
Tidore bersama pengiring tewas bersimpah darah, dan mulai pada saat itu permushan
pengecekan wilayahnya suda terjadi pertumpahan darah, seperti halnya perahu kora-
kora antara kedua Kerajaan berpapasan maka terjadilah perang pada akhirnya Sultan
kekuatan 600 orang, yang kemidian pada 1 April 1606 menyerang Kerajaan Ternate
menyerah.
Dengan bertolaknya bangsa Portugis pada tanggal 15 Juli 1575 dan bangsa
imperanya karena politik ini sangatlah pas untuk daerah Maluku Utara sebab kedua
Tidore yang tidak mau berkerjasama dengan Belanda. Hal ini sebagaimana di
kemukakan oleh E.katopo (1984 : 69) mengemukakan bahwa bangsa Belanda selalu
diangkat Patra Alam sebagai sultan yang bukan keturunan yang sah.
sendiri sebagaimana Nuku yang merupakan keturunan yang sah dan seharusnya
sebagai Sultan Tidore harus meminum pil pahit sebagai boronan kerajaan. Namun
semangat Nuku tak pernah pudar dengan menghimpun berbagai kekuatan mulai dari
wilayah Petani, Gebe, Maba, Weda, Seram, Timur dan Kawasan Raja Ampat di
papua untuk merebut kembali Kerajaan Tidore dari kungkungan Bangsa Belanda.
Pangeran Nuku yang sangat cerdas ini kemudian melakukan politik serupa
tanggal 11 Februari 1801, Ternate diserang oleh gabungan pasukan Nuku dan Inggris
yang terdiri dari tujuh buah kapal perang inggris dan 40 buah kora-kora Tidore dan
sasaran utama dalah benteng-benteng dan tempat strategis kompeni Belanda dan
syarat bahwa semua pegawai yang rela,tinggal bekerja seperti biasa, sultan ternate
ternate dan kesultanan tidore berdamai dan akhirnya pada tanggal 5 november 1801
diadakan perjanjian perdamaian dengan isi ringkas perjanjian itu sebagai berikut:
dalam tahun-tahun lampau, dilupakan dan saling dimaafkan oleh kedua belah pihak:
mulai dari penandatangan perjanjian itu, kedua kesultanan beserta rakyatnya akan
hidup damai dalam suasana persahabatan dan persaudaraan: timbul perselisihan-
perselisihan yang tidak diharapkan, maka perselisihan itu tidak dipecahkan dengan
Sepanjang sejarah kerajaan tidore dan ternate selalu ingin tampil kedepan dan
sehingga dua kerajaan lainnya yaitu kerajaan bacan dan jailolo tunduk kepada
singkatnya yaitu Apa yang terjadi di Maluku Utara itu sungguh mempesona tetapi
juga mengerikan. Mala petaka gejolak sosial, politik dan ekonomi tak terhindarkan.
Disisi lain perebutan pengaruh oleh kedua kerajaan besar itu, melahirkan dendam dan
dikotomi. Pada suatu saat masyarakat Tidore merasa lebih superior dari masyarakat
Sehingga semenjak berdirinya kedua kerajaan ini sulit bersatu karna masing-
masing ingin mengejar prestise sehingga tidak menghiraukan dampak yang akan
bekerja sama dengan bangsa spanyol yang pada akhirnya terjadi peperangna antara
keduanya dan kerajaan ternate di bantu oleh bangsa portugis sedangkan kerajan tidore
merupakan sebuah dendam lama yang tertanam di sanubari generasi kerajaan secara
turun temurun yang terjadi karna dua kerajaan yang pada dasarnya adalah bersaudara
ini, saling berebut wilayah kekuasaan atau memperluas wilayah kerajaan pada
Disisi lain terjadinya campur tangan kerajaan ternate dalam penetapan sultan
tidore sebagaimana digambarkan oleh Tulamo M.Amin Faroek ,Bahwa pihak Ternate
mencampuri pengangkatan sultan Patra Alam sebagai sultan tidore yang bukan
sampai ke Irian Jaya sebagaimana semacam syair pantun yang di nyanikan leh rang-
Ma Papua horu we
Ni gam jangie
Yang terjemahannya :
Berdayunglah, berdayunglah
Berdayunglah ke negerimu
Syair ini mengandung kata pujian bahwa pulau Irian itu sangat indah dan
ingin memiliki wilayahnya dan mereka mencba merebut wilayah itu namun wilayah
itu dalam kekuasaan Tidore sehingga Ternate merebut wilayah Irian maka secara
tidak langsung akan memicu perselisihan dengan kerajaan Tidore, tapi pada akhirnya
mengatakan bahwa kerajaan ternate sangay menginginkan wilayah irian karena selain
pulau irian sangat indah, juga dapat memperluas wilayah dan dijadikan sebagai pusat
masi berpusat dipulau moti tapi karena adanya ekspansi wilayah oleh kerajaan ternate
maka kerajaan itu berpindah di jailolo, tetapi ternate pun melakukan ekspansi wilayah
ke halmahera, secara otomatis kerajaan jailolo pun akan terkena ekspansi itu sehingga
para keturunan jailolo menyingkir ke tidore dan bergabung dengan kerajaan tidore,
kemudian menyerang kerajaan ternate di tidore dengan alasan kerajaan ternate sangat
rakus dan ingin menguasai wilayah kekuasaan kakaknya sendiri yang pada saat itu di
pimpin oleh Dano Baba Hasan, namun dapat dipatahkan oleh ternate.
Dengan adanya kejadian tersebut, dengan sendirinya dendam dan sakit hati
terus berlanjut dan tidak ada jalan damai antara kedua kerajaan ini, sebagaimana
dikemukakan oleh salah seorang sangaji ditidore bahwa kerajaan ternate dan tidore
kemungkinan sudah ditakdirkan untuk berselisih, karena dilihat dari sejarah tidak
pernah bersatu secara baik dan kalau disatukansanganlah sulit sebab ibarat dua mata
uang yang sulit ditemukan, karena memiliki sifat secara turun menurun yang selalu
bertentangan, karena putra tidore sangat keras sedangkan ternate sangat manja dan
Berbagai fakor yang telah dikmukakan diatas, faktor sosial budaya paling
sedikit pengaruhnya karena kedua kerajaan tersebut jarang sekali melkukan hubungan
sosial karena sering terjadi persilisihan namun disis lain, dapat kita jabarkan hal-hal
yang menimbulkan pertikaian antara kedua karena putra tidore meminang putri sultan
ternate untuk dijadikan permaisuri ternate dalam hal ini menerima lamaran tersebut
diternate pasangan itu kembali ke tidore. Akan tetapi, setelah ditidore, sultan
menyatakan bahwa putri yang dinikahi itu tidak lagi perawan sehingga diputuskan
dihanyutkan dengan rakit. Saat mendengar kejadian itu maka pihak ternate
menyerang tidore sehingga timbul perang yang tidak berkesudahan. (Abdul Hamid,
2001 : 185)
Seiring dengan hal yang diatas maka salah seorang informan mengatakan
bahwa dengan terjadinya kejadian itu sehingga sultan ternate pun berjanji kepada
tidore sampai akhir zaman. Hingga sekarang kalau selaku warga kesultanan ternate
yang menaatinya (Ternate asli) maka mereka tidak akan mengadakan hubungan
perkawinan denga tidore karena mereka meyakini bahwa akan terjadi penderitaan
dan tidore ingin memperluas wilayahnya, terutama setelah masuknya bangsa barat ke
maluku dan mulai melakukan ekspansi maka kedua kerajaan tersebut melakukan
hegemoni dan bejerja sama dengan bangsa barat untuk merebut wilayah penghasil
kerajaan tidore dan terate tidak lain melainkan masalah ekonomi, karena dengan
itulah sehingga mereka ingin mencari prestisenya atau selalu ingin tampil kedepan.
merupakan Kerajaan kaka ber adik namun begitulah nafsu membara maka terjadilah
permusuhan yang menjadi dalang dari semua ini adalah bangsa barat itu sendiri
(Portugis), di mana mereka ingin merampas semua hasil alam yayang ada di Maluku
April 2013)