PELAYANAN KESEHATAN
2
ANALISIS KEBUTUHAN PENDIRIAN PUSKESMAS
Transportasi antar wilayah dihubungkan dengan jalan darat. Jalan utama desa sebagian
besar sudah beraspal dan mudah dijangkau dengan sarana transportasi.
Kecamatan Ende Utara merupakan salah satu kecamatan dari 20 kecamatan yang
ada di kabupaten Ende dengan luas wilayah 50,96 Km2 yang terdiri dari 4 desa dan 6
kelurahan.
a.Batas batasannya :
b.Iklim : Tropis
c. Flora dan Fauna : Dalam wilayah kecamatan Ende Utara terdiri dari lahan
dan lain-lain.
d.Wilayah Administrasinya :
Kelurahan : 4 Kelurahan
Desa : 6 Desa
Topografi Kecamatan Ende Utara relatif datar dan perbukitan. Dari data curah
hujan
diperoleh bahwa jumlah hari hujan dan banyaknya hujan relatif sedikit dan bervariasi.
Curah hujan tersebar dari bulan November sampai April. Suhu rata-rata 33,5 pada
siang
hari dan 23 pada malam hari, dengan kelembaban udara 84,5 serta tekanan udara
750,6
KM/jam. Hal ini menunjukkan perbedaan suhu siang dan malam tidak terlalu besar.
Ini
berarti cuaca di daerah ini tidak terlalu dingin dan tidak pula terlalu panas.
lebar : 26,60 m, dengan bangunan yang terdiri dari ruang Loket, ruang Laboratorium,
ruang Poli Kandungan, ruang Persalinan (VK), ruang Nifas, ruang KB, ruang Poli
MTBS,
ruang imunisasi dan P2M, ruang Poli Remaja, ruang poli Umum, ruang poli TB, ruang
Poli Gigi, ruang Poli Gizi, ruang Tindakan (UGD), ruang Promkes, ruang Kesling,
ruang
Apotik, ruang Kepala Puskesmas, ruang KTU, ruang Tata Usaha, ruang Komputer,
rumah dokter dengan luas ruangan masing-masing dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel. 2.1
Luas Tanah dan Bangunan di Puskesmas Kotaratu
2 DEMOGRAFI
2.1. Penduduk
Grafik. 01
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
tahun 2016
Laki-laki
8.194
8.535 Perempuan
Dari grafik di atas terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari
jumlah penduduk laki-laki.
Tabel 2.3
Rasio Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
Tabel 2.5
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
Jumlah kepala keluarga (KK) yang ada di wiayah kerja Puskesmas Kotaratu adalah
4.173 KK dengan jumlah KK di masing-masing desa/kelurahan dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.5
Jumlah Kepala Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa Kelurahan Kota Ratu dengan jumlah KK
terbanyak yaitu 1.192 dan yang terendah yaitu Desa Embundoa sebanyak 132 KK.
Penduduk tersebar di 20 Dusun, 58 RW dan 121 RT degan perinciannya dapat
dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.6
Jarak tempuh, jumlah Lingkungan, Dusun, RT, RW di wilayah kerja
Puskesmas Kotaratu
Jarak Ke Jarak Ke
Dusun
Desa / Kecamatan Kabupaten Rukun Rukun
No Lingkungan
Kelurahan Warga Tetangga
(km2) (km2)
1 2 3 4 5 6 7 8
Jumlah Kabupeten /
44 16 20 58 121
Kota 71
Sumber : Ende Utara Dalam Angka 2016
Dari tabel di atas dapat di lihat bahwa jumlah penduduk paling banyak yang
mata pencahariannya sebagai pengrajin yaitu sebanyak 2.033 orang dan yang
paling sedikit yang mata pencaharianya sebagai guru swasta yaitu sebanyak 32
orang.
Tabel 2.9
Jumlah Sarana Penunjang Perekonomian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Kotaratu tahun 2016
1 Perkantoran 29
2 Rumah Makan / Restoran / Warung 25
3 Kantin / Makanan jajanan 10
4 Depot Air minum 3
5 Hotel Non berbintang 4
6 Terminal 2
7 BUMN 1
Jumlah 44
2.3.3. Agama
Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kotaratu menganut
beranekaragam agama/kepercayaan. Adapun penganut agama/kepercayaan
tergambar pada tabel berikut :
Tabel 2.10
Jumlah Penduduk Menurut Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
Tahun 2016
Tabel 2.11
Jumlah Sarana Ibadah di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu Tahun 2016
Sarana Peribadatan
Desa/Kelura
No Gereja Gereja Total
han Masjid Mushola Kapela Pura Wihara
Protestan Katholik
1 Kotaratu 6 2 8
2 Kotaraja 4 1 1 6
3 Roworena 1 1 2
4 Gheoghoma 1 1
5 Borokanda 1 1 2
6 Watusipi 1 1
7 Roworena 1 2 1 4
Barat
8 Mbomba 1 1
9 Embundoa 1 1 2
10 Raterua 1 1 2
Total 14 3 2 9 1 29
Sumber : Data Kecamatan Ende Utara
Dari Tabel di atas terlihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Kotaratu
sarana peribatan yang paling banyak yaitu masjid sebanyak 15 (termasuk
Mushola), dan yang paling sedikit yaitu Pura sebanyak 1 buah. Sedangkan untuk
sarana peribadatan Gereja Protestan dan Wihara belum ada.
2.3.4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan
kemajuan suatu daerah. Capaian di bidang pendidikan terkait erat dengan
ketersedian fasilitas pendidikan. Oleh karena itu ketersedian sarana dan prasarana
pendidikan yang berupa sumber daya manusia dan sarana fisik sangatlah penting.
Di wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu, jumlah gedung sekolah pada tahun 2016
sebanyak 34 sekolah dengan perincian sekolah TK/BA sebanyak 6, Sekolah Dasar
sebanyak 19, jenjang sekolah menengah pertama sebanyak 4, sekolah dengan
jenjang sekolah menengah atas sebanyak 5, dan 2 untuk sekolah menengah
kejuruan. Kelurahan Kota Ratu dengan jumlah sekolah terbanyak yaitu 12, dan
masih ada desa yang belum ada bangunan sekolah yaitu desa Embundoa. Hal ini
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.12
Banyaknya Sekolah Menurut Jenjang Pendidikan Menurut Desa/Kelurahan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu tahun 2016
Sekolah
Desa /
No TK / Total
Kelurahan SD SLTP SLTA
KBA
1 Kota Ratu 2 5 2 3 12
2 Kota Raja 1 5 1 1 8
3 Roworena 1 2 1 1 5
4 Gheoghoma 1 1 2
5 Borokanda 1 1 2
6 Watusipi 1 1
7 Roworena Barat 2
2
8 Mbomba 1 1
9 Embundoa 0
10 Raterua 1 1
Jumlah 6 19 4 5 34
Nama-nama sekolah yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kotaratu dapat dilihat pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.13
Banyaknya Sekolah Menurut Status Sekolah Menurut Desa/Kelurahan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kotaratu
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Kotaratu 20
sekolah Swasta, 10 sekolah Inpres, dan 4 sekolah Negeri. Sekolah Dasar dengan siswa/i
terbanyak adalah Sekolah Dasar GMIT Ende 4 dengan jumlah 478 sedangkan yang
terkecil adalah SDS Muhamadiyah sejumlah 66. Sekolah Menengah Pertama dengan
siswa/i terbanyak adalah SMPK Frateran Ndao sejumlah 655 sedangkan yang terkecil
adalah SMPK Christo Regi sejumlah 203. Untuk Sekolah Menengah Atas dengan jumlah
siswa/i terbanyak adalah SMAN 2 Ende sejumlah 916 sedangkan yang terkecil adalah
SMK Tarbiyah sejumlah 72. Secara rinci jumlah siswa/i di wilayah kerja Puskesmas
Kotaratu dapat dilihat pada tabel 11 pada lampiran.
Tabel 2.14
Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Wilayah Kerja
TINGKAT PENDIDKAN
Tidak/belum SD/MI SMP/Mts SMA/SMK/ Diploma Univers Total
No Desa/Keluraha pernah sekolah MA itas
n L P L P L P L P L P L P L P
1 Kota Ratu 122 167 232 327 151 338 217 219 97 60 819 1.111
2 Kota Raja 37 25 128 173 127 170 110 128 402 496
3 Roworena 80 114 142 115 175 157 83 117 5 8 485 511
4 Gheoghoma 49 53 63 58 39 24 19 18 11 15 181 168
5 Borokanda 69 87 90 92 31 45 16 36 6 23 212 283
6 Watusipi 25 27 4 46 16 35 2 8 2 3 49 119
7 Roworena Barat 90 147 121 114 34 36 38 27 27 27 310 351
8 Mbomba 24 39 74 47 52 23 45 15 2 7 197 131
9 Embundoa 34 40 39 43 11 23 12 9 2 3 98 118
10 Raterua 41 41 34 52 10 12 7 9 8 14 100 128
Total 571 740 927 1.067 646 863 549 586 160 160 2.853 3.416
Sumber : Ende utara dalam angka 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa di wilayah kerja Puskesmas Kotaratu jumlah
penduduk berdasarkan tingkat pendidikan yang paling banyak penduduk yang sedang SD
yaitu sebanyak 1.994 jiwa dan yang paling sedikit penduduk dengan tingkat pendidikan
Akademi/Diploma. Secara rinci jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan di wilayah
kerja Puskesmas Kotaratu dapat dilihat pada tabel 5.
BAB III
Umur harapan hidup merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan laporan Perencanaan Sumber Daya Manusia tingkat makro tahun 2002
(BAPPEDA NTT) diketahui bahwa kinerja umur harapan hidup masyarakat kabupaten
Ende adalah sebesar 62,8 tahun. Semakin tinggi umur harapan hidup berarti semakin
meningkat pula derajat kesehatn masyarakat.
Angka kematian ibu merupakan salah satu indikator utama yang menunjukkan
sejauh mana pencapaian derajat kesehatan masyarakat. Penyebab kematian ibu dapat
digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu penyebab langsung, penyebab tak langsung dan
penyebab mendasar. Penyebab langsung berkaitan dengan kondisi ibu sendiri misalnya
adanya penyakit Anemia, Malaria, Kekurangan Energi Kronis (KEK); 4 terlalu : usia
terlalu muda, usia terlalu tua, anak terlalu banyak (anak sudah 4 orang atau lebih), terlalu
sering melahirkan, (jarak kelahiran < 2 tahun). Penyebab tak langsung berkaitan dengan
Pelayanan Kesehatan misalnya keberadaan bidan di desa, persalinan yang tidak bersih,
peralatan yang tidak memadai. Sedangkan penyebab mendasar yaitu penyebab yang ada di
masyarakat itu sendiri. Disamping itu rendahnya status kesehatan penduduk miskin, masih
rendahnya pemanfaatan pelayanan kesehatan (bidan) oleh masyarakat serta terbatasnya
akses terhadap pelayanan kesehatan karena kendala geografis dan kendala biaya (cost
and geografic barrier).
Derajat kesehatan bayi juga dilihat dari angka kematian bayi. Pertumbuhan dan
perkembangan manusia yang paling rawan adalah usia bayi. Terjadinya kasus kematian
bayi menunjukkan bahwa ada fenomena gunung es permasalahan di tingkat keluarga dan
masyarakat. Permasalahan yang ada di masyarakat bisa berupa masalah kesehatan, sosial
budaya, ekonomi maupun pendidikan. Angka Kematian Neonatal (AKN) adalah jumlah
penduduk yang meninggal satu bulan pertama setelah kelahiran (0-28 hari) yang
dinyatakan dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Jumlah kematian bayi di
Puskesmas Kotaratu pada tahun 2016 adalah 1 orang dari 387 kelahiran hidup yaitu dari
desa Gheoghoma. Angka kematian bayi di Puskesmas Kotaratu selama tiga tahun terakhir
dapat dilihat pada grafik di bawah ini:
Grafik 02
Trend Angka Kematian Neonatal (AKN) di Puskesmas Kotaratu Tahun 2014 - 2016
0,9
0,8
0,7
0,6
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
AKN 1
Dari grafik di atas dapat dilihat jumlah kematian bayi mengalami peningkatan dari
tahun 2014 s/d 2015 tidak ada kasus dan terjadi 1 (satu) kasus pada tahun 2016. Terdapat
faktor positif dan negatif terhadap fluktuasi ini. Faktor positif adalah kemungkinan besar
deteksi dini kasus lebih cepat sehingga kasus kematian dapat tercatat dengan baik. Faktor
negatif berkaitan dengan keberadaan bidan di desa, masalah kesehatan, sosial budaya,
ekonomi maupun pendidikan. Penyebab kematian bayi di Kecamatan Ende Utara sebagian
besar karena BBLR, Asfiksia dan penyebab lainnya yang sering terjadi pada penduduk
miskin.
Angka Kecelakaan Lalu Lintas merupakan salah satu indikator Indonesia sehat.
Data yang dihimpun di bagian Unit Gawat Darurat (UGD) Puskesmas Kotaratu pada tahun
2016 kejadian Kecelakaan Lalu Lintas sebanyak 8 kasus. Proporsi korban kecelakaan lalu
lintas dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1
Jumlah Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Kerja
Puskesmas Kotaratu tahun 2016
Jenis Kelamin
No Berat Ringan L P
1 Berat 0 0
2 Ringan 4 4
TOTAL 4 4
Sumber : Ende utara dalam angka 2016
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah korban kecelakaan lalu lintas di
Puskesmas Kotaratu selama tahun 2016 sebanyak 8 orang terjadi pada penduduk yang
berjenis kelamin laki-laki yaitu 4 orang (4 luka ringan) dan perempuan sebanyak 4 orang
(4 luka ringan).
Grafik 03
Angka morbiditas penyakit menular tersebut selengkapnya dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 3.2
Dari tabel di atas dapat dilihat masih tingginya prevalensi penyakit menular di
Puskesmas Kotaratu seperti Malaria, TB, Diare, Pneumonia, IMS, yang selain dapat
menimbulkan kerugian ekonomi juga dapat menyebabkan kematian jika tidak segera
diatasi. Namun dari tabel di atas dapat dilihat juga walaupun angka kesakitan penyakit
menular tinggi tapi telah dibarengi dengan upaya penanganan / pengobatan bagi penderita
sehingga dapat mencegah kematian akibat penyakit menular.
Selain perhatian terhadap penyakit infeksi atau penyakit menular harus diimbangi
juga dengan perhatian terhadap penyakit non menular yang merupakan transisi demografi
ke epidemiologi seperti hipertensi, diabetes melitus, jantung, obesitas. Beban ganda
masalah kesehatan ini harus diperlakukan secara baik dan profesional melalui surveilance
yang tepat dan akurat.
Perubahan pola makan, pencemaran, makanan cepat saji (Fast Food), polusi udara,
rokok, alkohol, kurang istirahat, kurang olah raga, merupakan pemicu terjadinya
peningkatan penyakit non menular atau penyakit degeneratif.
Keadaan gizi masyarakat akan mempengaruhi tingkat kesehatan dan umur harapan
hidup dan merupakan salah satu unsur utama dalam penentuan keberhasilan pembangunan
negara yang dikenal dengan Human Development Index (HDI). Dalam rangka
meningkatkan status gizi masyarakat berbagai program telah dilaksanakan antara lain :