FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Disusun oleh :
Pembimbing :
dr. Sultan Buraena MS. Sp.OK
PENDAHULUAN
Di era globalisasi dan pasar bebas World Trade Organization (WTO) dan GATT
yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi dan
perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus dipenuhi oleh seluruh negara
anggota, termasuk Bangsa Indonesia. Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat,
bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan
efisiensi dan produktivitas kerja.
Seiring dengan perkembangan zaman, perkembangan industri di Indonesia
semakin berkembang pesat juga.Tidak hanya industri formal tapi perkembangan
industri informal juga semakin berkembang pesat. Bertolak dari perkembangan
industri penerapan kesehatan dan keselamatan kerja juga harus menjadi perhatian.
Namun dalam penerapannya, kesehatan dan keselamatan kerja di industri
formal jauh lebih baik dibanding industri nonformal. Dalam sektor formal
institusinya jelas yaitu institusi formal, disertai adanya perjanjian ketenagakerjaan
serta program perlindungan K3 dan diterapkan dengan baik. Sedangkan pada industri
nonformal penerapan keselamatan kerja masih jauh dari yang diharapkan.
Untuk melihat penerapan K3 di industri nonformal kami melakukan penilaian
tentang K3 di industri atau usaha salon. Kami tertarik melakukan penilaian risiko
pada industri atau usaha salon ini karena ini sangat mudah ditemukan. Selain itu
usaha nonformal ini juga belum diketahui tentang tingkat resiko maupun penyakit
yang ditimbulkan dalam usaha salon ini.
Dilihat dari aktivitas pekerjaan yang dilakukan oleh para pekerja salon ini yang
2
dimana penggunaan tenaga yang banyak dilakukan oleh tangan, posisi kerja yang
canggung (termasuk posisi kerja yang membungkuk), getaran yang berlebihan dari
alat kerja yang digunakan, dan kontak fisik dengan konsumen atau pengguna jasa
salon kecantikan ini.
3
1.4. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi peneliti, sebagai suatu pengalaman belajar dalam kegiatan penelitian
sehingga dapat memperoleh pengalaman dan meningkatkan wawasan peneliti
tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku pekerja salon dalam
keselamatan dan kesehatan lingkungan kerja.
2. Bagi pekerja salon kecantikan, sebagai bahan informasi tentang manfaat cara
pencegahan terjadinya kecelakaan dalam bekerja dan penanggulangannya.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
5
Keselamatan kerja dapat diartikan sebagai keadaan terhindar dari bahaya
selama melakukan pekerjaan. Dengan kata lain keselamatan kerja merupakan salah
sau faktor yang harus dilakukan selama bekerja. Tidak ada seorang pun didunia ini
yang menginginkan terjadinya kecelakaan.Keselamatan kerja sangat bergantung pada
jenis, bentuk, dan lingkungan dimana pekerjaan itu dilaksanakan. Unsur-unsur
penunjang keselamatan kerja adalah sebagai berikut:
a. Adanya unsur-unsur keamanan dan kesehatan kerja yang telah dijelaskan diatas.
b. Adanya kesadaran dalam menjaga keamanan dan kesehatan kerja.
c. Teliti dalam bekerja.
d. Melaksanakan prosedur kerja dengan memperhatikan keamanan dan kesehatan
kerja.
Kecelakan tidak terjadi kebetulan melainkan ada sebabnya.Maka kecelakaan
itu dapat dicegah asal kita ada kemauan untuk mencegahnya. Sebab-sebab kecelakaan
akibat kerja ada 2 golongan sebagai berikut :
1. Faktor mekanis dan lingkungan, meliputi segala sesuatu selain manusia. Faktor ini
dapat pula dibagi-bagi menurut keperluan untuk tujuan apa. Misalnya; sebuah
perusahaan sebab-sebab kecelakaan dapat disusun menurut pengelolaan bahan,
pemakaian alat-alat atau perkakas yang dipegang oleh tangan, jatuh dilantai dan
tertimpa benda jatuh, menginjak atau terbentur barang, luka bakar oleh benda pijar
atau pengangkutan.
2. Faktor manusia itu sendiri. Misalnya seorang penjahit mengalami kecelakaan
tertimpa gunting jatuh tepat mengenai punggung kakinya. Jika ia mengikuti petunjuk
kesehatan dan keselamatan kerja dan tidak meletakkan gunting sembarangan maka
gunting tersebut tidak akan tersenggol dan tidak akan jatuh.
6
unit usaha atau lembaga yang tidak berbadan hukum. Sedangkan ciri-ciri kegiatan-
kegiatan informal adalah mudah masuk, artinya setiap orang dapat kapan saja masuk
ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya usaha milik
keluarga, operasi skala kecil, padat karya, keterampilan diperoleh dari luar sistem
formal sekolah dan tidak diatur dan pasar yang kompetitif. Contoh dari jenis kegiatan
sektor informal antara lain pedagang kaki lima (PKL), becak, penata parkir,
pengamen dan anak jalanan, pedagang pasar, buruh tani dan lainnya.
Usaha salon kecantikan merupakan usaha jasa yang resikonya kecil akan
tetapi hasilnya relatif tetap. Usaha salon kecantikan yang satu ini yaitu usaha dengan
modal sekali namun pendapatan tiap hari. Dalam usaha salon kecantikan ini terdapat
resiko dan bahaya bagi pekerjanya. Bahaya (Hazard) adalah sesuatu yang berpotensi
menjadi penyebab kerusakan. Ini dapat mencakup substansi, proses kerja, dan atau
aspek lainnya dari lingkungan kerja. Sedangkan risiko adalah peluang atau sesuatu
hal yang berpeluang untuk terjadinya kematian, kerusakan, atau sakit yang dihasilkan
karena bahaya.2
Maka dari itu untuk mengetahui seberapa jauh penerapan K3 dalam
lingkungan kerja salah satunya salon. Maka akan dibahas mengenai penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja dalam lingkungan salon karena salon merupakan
salah satu pekerjaan yang menggunakan banyak bahan kimia dan menggunakan
listrik setiap harinya. Selain itu, penting juga untuk mengetahui seberapa jauh salon
menerapkan kesehatan dan keselamatan kerja bagi pekerja dan bagi pelanggannya.3
Secara menyeluruh atau secara global proses perawatan di salon ialah sebagai
berikut:
7
memilih beberapa perawatan seperti hair spa, creambath, hair masker, cat rambut,
yang dilanjutkan dengan tahap pencucian ulang untuk pembersihan sisa obat-obat
kimia. Tahap terakhir dari proses ini ialah pembentukan rambut sesuai keinginan
seperti di blow, curly atau catok.3
8
d) Atap, terbuat dari bahan yang kuat, tidak bocor dan tidak terdapat sudut
mati agar dapat mencegah bersarang/berkembang biaknya serangga dan
tikus.
e) Ventilasi, dapat menjamin peredaran udara dengan baik, ventilasi
permanen (lubang angin, kisi-kisi) minimal 10 % X luas lantai. Luas
lubang ventilasi tidak permanen (pintu dan jendela) minimal !0 % luas
lantai.
f) Pencahayaan, cukup, tidak menyilaukan dan intensitasnya sesuai dengan
kebutuhan, khusus untuk ruang kerja intensitasnya minimal 150 lux.
g) Toilet, tersedia toilet untuk pengunjung dan disesuaikan dengan
penggunaannya
h) Tersedia pemadam kebakaran.
i) Tersedia kotak P3K ( Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan)
j) Ruangan perawatan kecantikan kulit dan rambut. Luas masing-masing
ruang sekurang-kurangnya 3 X 3 meter. Ruangan untuk tata kecantikan
rambut dan kulit harus terpisah.
k) Memiliki ruang tunggu.
l) Memiliki kamar kecil
2.2.3 Hal-Hal yang harus diperhatikan pada dalam pemakaian alat-alat listrik
di salon.4
a) kontak dilepaskan sesudah selesai pemakaian
b) Pelajari instruksi sebelum memakai suatu alat-alat listrik.
c) semua kabel, tombol dan perlengkapan lain harus harus dalam keadaan
baik.
d) semua perlengkapan listrik diperiksa dengan baik dan teliti
e) Hindarkan tali-tali
f) Kabel listrik diperiksa dengan baik dan teliti
g) Hindarkan tali-tali kabel listrik yang basah
9
h) Pelanggan tidak diizinkan menyentuh suatu permukaan logam waktu
peralatan listrik sedang diberikan
i) Tidak boleh meninggalkan ruangan waktu alat listrik sedang
dipergunakan
2.2.6 Kegiatan yang perlu dilakukan dalam pengendalian setiap bentuk energi :
10
- Melakukan identifikasi semua sumber energi yang ada di tempat kerja/
perusahaan baik berupa peralatan, bahan, proses, cara kerja dan
lingkungan yang dapat menimbulkan timbulnya proses kebakaran
(pemanasan, percikan api, nyala api atau ledakan);
- Melakukan penilaian dan pengendalian resiko bahaya kebakaran
berdasarkan peraturan perundangan atau standar teknis yang berlaku.
11
antar APAR atau kelompok Apar maksimal 15 meter. Setiap alat pemadam
api ringan harus dipasang (ditempatkan) menggantung pada dinding dengan
penguatan sengkang atau dengan konstruksi penguat lainnya atau
ditempatkan dalam lemari atau peti (box) yang tidak dikunci atau dapat
dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca aman (safety glass)
dengan tebal maximum 2 mm. Tinggi tanda APAR 125 centimeter dan
Penempatan APAR 120 centimeter Jika APAR diletakkan pada tiang maka
tandanya dibuat mengelilingi tiang tersebut.5
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 LOKASI DAN WAKTU
3.1.1 Lokasi
Lokasi survei kesehatan dan kedokteran kerja yang kami jalankan adalah
mengevaluasi faktor yang berpengaruh pada kesehatan dan keselamatan kerja
pekerja salon Wans Jalan Sumba, Makassar.
3.1.2 Waktu
Waktu pelaksanaan survei kesehatan dan kedokteran kerja ini pada tanggal 11
12 Agustus 2015 dengan agenda sebagai berikut (lampiran 1).
13
perusahaan. Laporan walk through survey tidak cukup hanya dengan mengisi
check list, melainkan juga harus menyusun essay. Check list hanyalah
merupakan panduan saja agar tidak ada kelupaan.
Walk Through Survey ini adalah bertujuan untuk memahami proses
produksi, denah tempat kerja dan lingkungannya secara umum. Selain itu,
mendengarkan pandangan pekerja dan pengawas tentang K3, memahami
pekerjaan dan tugas-tugas pekerja, mengantisipasi dan mengenal potensi
bahaya yang ada dan mungkin akan timbul di tempat kerja atau pada petugas
dan menginventarisir upaya-upaya K3 yang telah dilakukan mencakup
kebijakan K3, upaya pengendalian, pemenuhan peraturan perundangan dan
sebagainya.
14
DAFTAR PUSTAKA
1. Sumamur. Higien Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes). Jakarta :
Sagung Seto. 2009. P.104
2. Soehatman R. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
Dian Rakyat. 2010
3. Rudi S. Sistem Manajemen dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta :
PPM. 2007
4. Takwa A. makalah k3 industri sector informal. available on http://kesmas-
uinmks.blogspot.com/2012/04/makalah-k3-industri-sektor-informal_16.html
5. Desmayasari AC. Makalah K3 indstri sector informal. [cited 02 Juni 2015]
available at http://kesmasuinmks.blogspot.com
/2012/04/makalah-k3-industri-sektor-informal_7089.html
6. Abi. Hazard Memangkas rambut. [cited 02 Juni 2015] available
http://lingkunganhidups.wordpress.com/2013/06/12/hazard-memangkas-
rambut/
7. Ketium. Tugas 4 penerapan K3 di industry. [cited 02 Juni 2015] available
https://k3tium.wordpress.com/2012/12/17/tugas-4-penerapan-k3-di-industry/
8. Rina. Hygiene sanitasi dan K3 pada salon kecantikan [cited 02 Juni 2015]
available
http://psbtik.smkn1cms.net/kecantikan/tata_kecantikan_rambut/hygiene_sanit
asi_dan_k3_pada_salon_kecantikan.pdf
9. Bodwell, Charles. Kesehatan dan keselamatan kerja. Jakarta : International
Labour Office. 2013. P.18-28
15
LAMPIRAN I
JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN
16
LAMPIRAN 2
CHECKLIST ASPEK K3 PADA SALON KECANTIKAN
I. KASIR
A. Hazard Umum Pada Salon kecantikan
No Checklist Ada Tidak
1 Faktor Fisik
a. Temperatur: Suhu ruangan (penggunaan pendingin
ruangan)
b. Bising
c. Sumber cahaya berasal dari beberapa lampu
d. Radiasi
e. Getaran
2. Faktor kimia
a. padat
b. cair
c. gas
3. Faktor ergonomic
a. Posisi tubuh saat bekerja: Duduk lama.
b. Bekerja posisi berdiri
c. Mendorong
d. Mengangkat
4. Faktor biologi
a. sisa rambut
b. sisa kuku
5. Faktor psikososial
a. Pembagian waktu kerja
b. pola makan yang tidak teratur
c. Rasa cemas ataupun gelisah saat bekerja
d. Hubungan sesama pekerja yang baik
e. Jumlah gaji pekerja yang pasti
17
No Checklist Ada Tidak
1. Masker
2. Sepatu/sandal
3. Sarung tangan karet
4. Pelindung mata (google)
5. Pelindung telinga (earplugs/earmuffs)
6. Celemek
7. Penutup kepala
18
3 pekerja salon tahu isi isi kotak P3K
4 pekerja salon tahu kepentingan kotak P3K
19