Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Sedangkan hipertiroidisme adalah tirotoksikosis sebagai akibat produksi tiroid itu
sendiri. Tirotoksikosis terbagi atas kelainan yang berhubungan dengan hipertiroidisme dan
yang tidak berhubungan dengan hipertiroidisme.
Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari. Pada
gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone
(TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas
hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga kelenjar-
kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat dihasilkan,
dengan demikian berakibat pada hipertiroid.Pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi
produksi hormon tiroid yang berlebihan dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau
merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi subtotal).

1.2.RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi hipertiroid?
2. Apa etiologi dari hipertiroid selama kehamilan?
3. Bagaimana patofisiologi hipertiroid selama kehamilan?
4. Apa manifestasi klinis hipertiroid selama kehamilan?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostic hipertiroid selama kehamilan?
6. Bagaimana penatalaksanaan hipertiroid selama kehamilan?
7. Apa komplikasi yang mungkin muncul pada hipertiroid selama kehamilan?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid selama kehamilan?

1.3.TUJUAN
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan hipertiroid pada ibu hamil\
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui dan memahami definisi hipertiroid.
2. Mengetahui dan memahami etiologi dari hipertiroid selama kehamilan.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi hipertiroid selama kehamilan.
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis hipertiroid selama kehamilan.
5. Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic hipertiroid selama kehamilan.
6. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipertiroid selama kehamilan.
7. Mengetahui dan memahami komplikasi yang mungkin muncul pada hipertiroid
selama kehamilan.
8. Mengetahui dan memahami web of caution hipertiroid pada kehamilan\
9. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipertiroid
selama kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. ANATOMI PATOLOGI

Kelenjar tiroid adalah salah satu kelenjar getah bening yang terletak di daerah leher,
berdekatan dengan nervus laryngeus rekurrens dan kelenjar paratiroid. Kelenjar ini
merupakan kelenjar terbesar dan terberat dibandingkan kelenjar lainnya.Terdiri dari dua
bagian dengan berat kira-kira 20-30 gram.

Kelenjar tiroid ini kaya pembuluh darah dan terdapat sistem limfatik yang berada di
dalam kelenjar. Terdapat kedua susunan saraf otonom, akan tetapi saraf simpatik lebih
berperan. Sel yang mendominasi kelenjar ini adalah sel folikel. Hormon yang diproduksi
adalah tiroksin (T4) dan triiodo-tironin (T3). Produksi hormon ini tergantung pada stimulasi
dari tirotropin stimulatinghormon (TSH) yang berasal dari hipofisis, di samping hormon ini
kelenjar tiroid masih memproduksi tiroglobulin. Sifat hormon T3 dan T4 adalah
meningkatkan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
2.2. DEFINISI
Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena
tiroid memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis
kecil dapat digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar
dalam darah. Thyrotoxicosis adalah suatu kondisi keracunan yang disebabkan oleh suatu
kelebihan hormon-hormon tiroid dari penyebab mana saja. Thyrotoxicosis dapat
disebabkan oleh suatu pemasukan yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid atau oleh
produksi hormon-hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid.
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan
dilepaskan kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir
seluruh sel tubuh, yang menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas
metabolisme mereka. Kelainan banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas
mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme adalah proses kimia dan fisika yang
menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang diperlukan untuk fungsi sel,
pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan
lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium
radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil
yodium : Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat
dan mencegah pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan
hormon tiroid yang berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium
terutama bermanfaat jika hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi
badai tiroid atau sebelum dilakukan tindakan pembedahan).
Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau pengobatan jangka
panjang.Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering digunakan
untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara
mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan
per-oral (ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil
pemeriksaan darah terhadap hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala
hipertiroid. Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang
beberapa bulan kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali
menjadi normatiroid. Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah
tindakan beda, jaringan tiroid menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi
mata akan timbul gejala hipotiroid.
Hormon-hormon tiroid menstimulasi metabolisme dari sel-sel. Mereka diproduksi
oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid bertempat pada bagian bawah leher, dibawah Adam's
apple. Kelenjar membungkus sekeliling saluran udara (trachea) dan mempunyai suatu
bentuk yang menyerupai kupu-kupu yang dibentuk oleh dua sayap (lobes) dan dilekatkan
oleh suatu bagian tengah (isthmus).
Kelenjar tiroid mengambil yodium dari darah (yang kebanyakan datang dari
makanan-makanan seperti seafood, roti, dan garam) dan menggunakannya untuk
memproduksi hormon-hormon tiroid. Dua hormon-hormon tiroid yang paling penting
adalah thyroxine (T4) triiodothyronine (T3) mewakili 99.9% dan 0.1% dari masing-
masing hormon-hormon tiroid. Hormon yang paling aktif secara biologi (contohnya, efek
yang paling besar pada tubuh) sebenarnya adalah T3. Sekali dilepas dari kelenjar
tiroid kedalam darah, suatu jumlah yang besar dari T4 dirubah ke T3 - hormon yang
lebih aktif yang mempengaruhi metabolisme sel-sel. \
Dan Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.
Pada gilirannya, pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredar dalam darah
(suatu efek umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh
kelenjar lain yang disebut hipothalamus, juga suatu bagian dari otak.
Hipothalamus melepaskan suatu hormon yang disebut thyrotropin releasing hormone
(TRH), yang mengirim sebuah signal ke pituitari untuk melepaskan thyroid stimulating
hormone (TSH). Pada gilirannya, TSH mengirim sebuah signal ke tiroid untuk melepas
hormon-hormon tiroid. Jika aktivitas yang berlebihan dari yang mana saja dari tiga
kelenjar-kelenjar ini terjadi, suatu jumlah hormon-hormon tiroid yang berlebihan dapat
dihasilkan, dengan demikian berakibat pada hipertiroid.
Angka atau kecepatan produksi hormon tiroid dikontrol oleh kelenjar pituitari. Jika
tidak ada cukup jumlah hormon tiroid yang beredar dalam tubuh untuk mengizinkan
fungsi yang normal, pelepasan TSH ditingkatkan oleh pituitari dalam suatu usahanya
untuk menstimulasi tiroid untuk memproduksi lebih banyak hormon tiroid. Sebaliknya,
ketika ada suatu jumlah berlebihan dari hormon tiroid yang beredar, pelepasan TSH
dikurangi ketika pituitari mencoba untuk mengurangi produksi hormon tiroid.

2.3. ETIOLOGI
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
a. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan
penyebab hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan.
Wanita 5 kali lebih sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit
autonoium, dimana antibodi yang ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid
stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan
TSH receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok,
radiasi, kelainan mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa
seperti ada pasir di mata, mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit
mata ini sering berjalan sendiri dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon
teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta
berkeringat banyak.
b. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu
atau banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak
terkontrol oleh TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan
kontrol ke dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada
pula orang yang minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga
timbul efek samping.
d. Produksi TSH yang Abnormal
Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan,
sehingga merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian
keluar gejala hpotiroid.
f. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya
timbul apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

2.4. MANIFESTASI KLINIS


1. Gangguan kardiopulmoner seperti:
a. Berdebar-debar
b. Tekanan nadi meningkat
c. Kadang-kadang disertai sesak nafas
2. Gangguan gastrointestinal
a. Selera makan semakin bertambah
b. Berat badan mulai menurun
c. Kerap buang air besar/diare
d. Sering berpeluh/berkeringat karena metabolisme meningkat
3. Gangguan saraf dan neuromuskular oleh kelebihan tiroksin
a. Emosi labil
b. Rasa gelisah
c. Susah tidur
d. Mata melotot/bola mata menonjol terjadi akibat pembengkakan otot dan jaringan
lemak di sekitar mata.
4. Kelainan kulit
a. Biasanya kulit menjadi hangat, lembab dan terdapat hiperpigmentasi
b. Gangguan tulang, sering ditemukan fraktur terutama pada pasien lansia oleh
karena reabsorpsi kalsium usus menurun dan resorpsi tulang meningkat.
2.5. PATOFISIOLOGI
Hipertiroid dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang telah dijelaskan pada
etiologi, akan tetapi Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor
TSH yang merangsang aktivitas tiroid sedang. Pada goiter multimodular toksik
berhubungan dengan autonomi tirad itu sendiri. Ada pula hipertiroid sebagai akibat
peningkatan sekresi TSH dari hipofisis, namun jarang ditemukan. Hipertiroid pada T3
tiroto sikosis mungkin diakibatkan oleh delodinasi T4 pada tiroid atau meningkatnya T3
pada jaringan di luar tiroid. Pada tirotoksikosis yang tidak disertai hipertiroid seperti
tiroiditis terjadi kebocoran hormon-hormon. Masukan hormon tiroid dari luar yang
berlebihan dan terdapatnya jaringan tiroid ektopik dapat mengakibatkan tirotoksikosis
tanpa hipertiroid.

2.6. KOMPLIKASI
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid,
yang terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
a. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
b. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
c. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
d. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badai tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan
memerlukan tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan
ketidakteraturan irama jantung yang bisa berakibat fatal. (aritmia) dan syok. Badal tiroid
biasanya terjadi karena hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak
adekuat, dan bisa dipicu oleh :
a. Infeksi
b. Pembedahan
c. Stress
d. Diabetes yang kurang terkendali
e. Ketakutan
f. Kehamilan atau persalinan
2.7. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC HIPERTIROID
1. T 4 Serum
Tes yang paling sering dilakukan adalah penentuan T4 serum dengan
teknik radio immune assay atau peningkatan kompetitif. Kisaran T4 dalam serum
yang normal berada diantara 4,5 dan 11,5 mg/dl (58,5 hingga 150 nmol/L). T4
Terikat terutama dengan TBG dan prealbumin : T3 terikat lebih longgar. T4
normalnya terikat dengan protein. Setiap factor yang mengubah protein pangikat ini
juga akan mengubah kadar T4
2. T 3 Serum
T3 serum mengukur kandungan T3 bebas dan terikat, atau total T3 total,
dalam serum. Sekresinya terjadi sebagai respon terhadap sekresi TSH dan T4 .
Meskipun kadar T3 dan T4 serum umumnya meningkat atau menurun secara
bersama-sama, namun kadar T4 tampaknya merupakan tanda yang akurat untuk menunjukan
adanya hipertiroidisme, yang menyebabkan kenaikan kadar T4 lebih besar daripada
kadar T3. Batas-batas normal untuk T3 serum adalah 70 hingga 220 mg/dl (1,15 hingga
3,10nmol/L)
3. Tes T3 Ambilan Resin
Tes T3 ambilan resin merupakan pemeriksaan untuk mengukur secara
tidak langsung kaar TBG tidak-jenuh. Tujuannya adalah untuk menentukan jumlah
hormone tiroid yang terikat dengan TBG dan jumlah tempat pengikatan yang
ada.Pemeriksaan ini, menghasilkan indeks jumlah hormone tiroid yang sudah ada
dalam sirkulasi darah pasien. Normalnya, TBG tidak sepenuhnya jenuh dengan
hormone tiroid dan masih terdapat tempat-tempat kosong untuk mengikat T3
berlabel-radioiodium, yang ditambahkan ke dalam specimen darah pasien. Nilai
ambilan T3 yang normal adalah 25% hingga 35% yang menunjukan bahwa kurang
lebih seper tiga dari tempat yang ada paa TBG sudah ditempati oleh hormone tiroid.
Jika jumlah tempat kosong rendah, seperti pada hipertiroidisme, maka ambilan
T3 lebih besar dari 35%
4. Tes TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
Sekresi T3 dan T4 oleh kelenjar tiroid dikendalikan hormone stimulasi tiroid
(TSH atau tirotropin) dari kelenjar hipofisis anterior. Pengukuran konsentrasi TSH
serum sangat penting artinya dalam menegakkan diagnosis serta penatalaksanaan
kelainan tiroid dan untuk membedakan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada
kelenjar tiroid sendiri dengan kelainan yang disebabkan oleh penyakit pada hipofisis
atau hipotalamus. Kadar TSH dapat diukur dengan assay radio imunometrik, nilai
normal dengan assay generasi ketiga, berkisar dari 0,02 hingga 5,0 U/ml.
Kadar TSH sensitif dan dapat dipercaya sebagai indikator fungsi tiroid. Kadar
akan berada dibawah normal pada pasien dengan peningkatan autonom pada fungsi tiroid
(penyakit graves, hiperfungsi nodul tiroid).
5. Tes Thyrotropin Releasing Hormone
Tes Stimulasi TRH merupakan cara langsung untuk memeriksa cadangan
TSH di hipofisis dan akan sangat berguna apabila hasil tes T3 dan T4 tidak
dapat dianalisa. Pasien diminta berpuasa pada malam harinya. Tiga puluh menit
sebelum dan sesudah penyuntikan TRH secara intravena, sampel darah diambil
untuk mengukur kadar TSH. Sebelum tes dilakukan, kepada pasien harus diingatka
bahwa penyuntikan TRH secara intravena dapat menyebabkan kemerahan pada
wajah yang bersifat temporer, mual, atau keinginan untuk buang air kecil
6. Tiroglobulin
Tiroglobulin merupakan precursor untuk T3 dan T4 dapat diukur kadarnya dalam
serum dengan hasil yang bisa diandalkan melalui pemeriksaaan radioimmuno assay. Faktor-
faktor yang meningkatkan atau menurunkan aktivitas kelenjar tiroid dan sekresi T3
serta T4 memiliki efek yang serupa terhadap sintesis dan sekresi tiroglobulin. Kadar
tiroglobulin meningkat pada karsinoma tiroid, hipertiroidisme dan tiroiditis subakut.
Kadar tiroglobulin juga dapat akan meningkat pada keadaan fisiologik normal
seperti kehamilan.
7. Ambilan Iodium Radioaktif
Tes ambilan iodium radioaktif dilakukan untuk mengukur
kecepatan pengambilan iodium oleh kelenjar tiroid. Kepada pasien disuntikan atau
radionuklida lainnya dengan dosis tracer, dan pengukuran pada tiroid dilakukan
dengan alat pencacah skintilas (scintillation counter) yang akan mendeteksi
serta menghitung sinar gamma yang dilepaskan dari hasil penguraian dalam
kelenjar tiroid.
Tes ini mengukur proporsi dosis iodium radioaktif yang diberikan yang
terdapat dalam kelenjar tiroid pada waktu tertentu sesudah pemberiannya. Tes
ambilan iodium-radioaktif merupakan pemeriksaan sederhana dan memberikanhasil
yang dapat diandalkan.Penderita hipertiroidisme akan mengalami penumpukan
dalam proporsi yang tinggi (mencapai 90% pada sebagian pasien).
8. Pemindai Radio atau Pemindai Skintilasi Tiroid
Serupa dengan tes ambilan iodium radioaktif dalam pemindaian tiroid
digunakan alat detector skintilasi dengan focus kuat yang digerakkan maju mundur
dalam suatu rangkaian jalur parallel dan secara progresif kemudian digerakkan
kebawah. Pada saat yang bersamaan, alat pencetak merekam suatu tanda ketika telah
tercapai suatu jumlah hitungan yang ditentukan sebelumnya.
Teknik ini akan menghasilkan gambar visual yang menentukan lokasi
radioaktivitas di daerah yang dipindai. Meskipun I 131 merupakan isotop yang
paling sering digunakan, beberapa isotop iodium lainnya yang mencakup Tc9m
(sodium pertechnetate) dan isotop radioaktif lainnya (thalium serta americum)
digunakan dibeberapa laboratorium karena sifat-sifat fisik dan biokimianya
memungkinkan untuk pemberian radiasi dengan dosis rendah.
Pemindaian sangat membantu dalam menemukan lokasi, ukuran, bentuk
dan fungsi anatomic kelenjar tiroid. Khususnya jaringan tiroid tersebut terletak subst
ernal atau berukuran besar.
Identifikasi daerah yang mengalami
peningkatan fungsi (hot area) atau penurunan fungsi (cold area) dapat membantu dal
am menegakkan diagnosis.
Meskipun sebagian besar daerah yang
mengalami penurunan fungsi tidak menunjukkan kelainan malignitas, defisiensi fun
gsi aka meningkatnya kemungkinan terjadinya keganasan terutama jika hanya
terdapat satu daerah yang tidak berfungsi. Pemindaian terhadap keseluruhan tubuh
(whole body CT scan) yang diperlukan untuk memperoleh profil seluruh tubuh dapat
dilakukan untuk mencari metastasis malignitas pada kelenjar tiroid yang masih
berfungsi.
9. Ultrasonografi
Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan kelainan kistik atau solid
padatiroid. Kelainan solid lebih sering disebabkan keganasan dibanding dengan
kelainankistik. Tetapi kelainan kistik pun dapat disebabkan keganasan meskipun
kemungkinannya lebih kecil.
Pemeriksaan radiologik di daerah leher Karsinoma tiroid kadang-kadang
disertai perkapuran. Ini sebagai tanda yangboleh dipegang.
2.8. PENATALAKSANAAN
1. Konservatif
a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis
berlebih, pasien mengalamigejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai
berikut :
1) Thioamide
2) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
3) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000
mg/hari
4) Potassium Iodide
5) Sodium Ipodate
6) Anion Inhibitor

b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi


gejalagejala hipotiroidisme.
Contoh: Propanolol
Indikasi :
1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau
sesudah pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid
2. Surgical
a. Radioaktif iodine.
Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif
b. Tiroidektomi
Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar

2.9. TERAPI
1. Obat antitiroid, biasanya diberikan sekitar 18-24 bulan. Contoh obatnya: propil tio
urasil (PTU), karbimazol.
2. Pemberian yodium radioaktif, biasa untuk pasien berumur 35 tahun/lebih atau pasien
yang hipertiroid-nya kambuh setelah operasi.
3. Operasi tiroidektomi subtotal.
Cara ini dipilih untuk pasien yang pembesaran kelenjar tiroid-nya tidak bisa
disembuhkan hanya dengan bantuan obat-obatan, untuk wanita hamil (trimester
kedua), dan untuk pasien yang alergi terhadap obat/yodium radioaktif. Sekitar 25%
dari semua kasus terjadi penyembuhan spontan dalam waktu 1 tahun.
2.10. Pathway

Tiroiditis Penyakit graves,


Nodul tiroid
reseptor TSH
toksik
merangsang aktivasi
tiroid

Sekresi hormone tiroid


berlebihan

Peningkatan nafsu Hipertirodisme


makan

Aktivitas simpatik
Hipermetabolisme Pembengkakan
yang berlebih
pada leher
Merangsang
hipotalamus
Perubahan
Penurunan BB Menekan
konduksi listrik
syaraf di area
leher
Peningkatan
Ketidakseimbang suhu tubuh Beban kerja
an nutrisi kurang Merangsang jantung menurun
dari kebutuhan keluarnya
tubuh mediator kimia
Hipertermi Aritmia, takikardi

Mengenai Penurunan curah


reseptor nyeri jantung

Nyeri akut
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN IBU HAMIL HIPERTIROID

3.1.Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama, tempat tanggal lahir, umur, agama, pekerjaan, status perkawinan, status
pendidikan.
2. Keluhan Utama
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
b. Riwayat Kesehatan Terdahulu
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

4. Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Insomnia, sensitivitas meningkat ; Otot lemah, gangguan koordinasi ;
Kelelahan berat
Tanda : Atrofi Otot
b. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, nyeri dada ( angina )
Tanda : Disritmia ( vibrilasi atrium ), irama gallop, murmur ; Peningkatan tekanan
darah dengan tekanan nada yang berat, takikardia ; Sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis )
c. Integritas Ego
Gejala : Mengalami stress yang berat baik emosional maupun fisik
Tanda : Emosi labil ( euforia sedang sampai delirium ), depresi
5. Pemeriksaan Per Sistem
a. Pernafasan B1 (breath)
sirkulasi kolaps, syok (krisis tirotoksikosis), frekuensi pernafasan
meningkat,dipneu,dipsneu,dan edema paru.
b. Kardiovaskular B2 (blood)
hipertensi, aritmia, palpitasi, gagal jantung, limfositosis, anemia, splenomegali, leher
membesar
c. Persyarafan B3 (brain)
Bicaranya cepat dan parau, gangguan status mental dan perilaku, seperti:
bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang, delirium,psikosis, stupor, koma, tremor
halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian tersentak sentak, hiperaktif
refleks tendon dalam (RTD).
d. Perkemihan B4 (bladder)
oligomenorea, amenorea, libido turun, infertil, ginekomasti
e. Pencernaan B5 (bowel)
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
f. Muskuloskeletal/integument B6 (bone)
rasa lemah, kelelahan
N
DATA ETIOLOGI PROBLEM
O
1 Aktivitas Penurunan curah
simpatik yang jantung
DS :
berlebih
Klien mengatakan lemas

DO :
Perubahan
-pasein tampak gelisah dan sulit
konduksi listrik
untuk bersikap duduk tenang

-TTV
Beban kerja
TD > 120/80mmHg,
jantung menurun
HR:> 80 x/menit,
Aritmia,
RR : > 20x/menit,
takikardi
S : >37,5C

Pasien terlihat selalu berkeringat
Penurunan curah
jantung

2 DS : Pembengkakan Nyeri akut


Pasien mengatakan nyeri di leher pada leher
anterior
DO: Menekan syaraf
Tampak adanya pembesaran leher di area leher
TTV
TD > 120/80mmHg, Merangsang
HR:> 80 x/menit, keluarnya
RR : > 20x/menit, mediator kimia
S : >37,5C
Mengenai
reseptor nyeri
Nyeri akut

3 DS : pasien mengeluh demam Hipertermi


Hipermetabolis
DO :
me
-TTV

S : >37,5 C,
Merangsang
RR : >20x/mnt,
hipotalamus
HR : >80 x/mnt

- Kulit terasa hangat
Peningkatan
- Kulit bewarna kemerahan
suhu tubuh

4 DS: Ketidakseimbangan
- pasien mengatakan pasien nutrisi kurang dari
mengalami mual muntah kebutuhan tubuh
- pasien mengatakan sering makan Peningkatan
dan banyak nafsu makan
-pasien mengatakan sering haus
- pasien mengatakan BB turun Hipermetabolis
DO : me
- BB : 20% kurang dari normal
Peningakatan T3 dan T4 Penurunan BB
Membrane mukosa pucat
3.2.Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung b.d peningkatan beban kerja jantung
2. Nyeri akut b.d pembengkakan pada leher
3. Hipertermi b.d Hipermetabolisme
4. Ketidakseimbangan nutirsi kurang dari keb.tubuh berhubungan dengan
hipermetabolisme

3.3.Intervensi Keperawatan

No. Dx NOC NIC


1 Tujuan: 1. Monitor TTV sebelum, selama,
Setelah dilakukan tindakan keperawatan dan setelah aktivitas
selama 1x24 jam diharapkan pompa 2. Monitor status kardiovaskuler
jantung efektif 3. Monitor bunyi jantung
4. Monitor frekuensi dan irama
Kriteria hasil: pernapasan
- TTV DBN 5. Monitor suhu, warna, dan
TD: 110-120/70-80 mmHg kelembapan kulit
RR : 16-20x/m 6. Anjurkan untuk menurunkan
Nadi : 60-80x/m stress
Suhu : 36,5-37,5 C 7. Atur periode latihan dan istirahat
- Dapat mentoleransi aktivitas, tidak untuk menghindari kelemahan
kelelahan 8. Kolaborasi dalam: pemeriksaan
- Tidak ada edema serial ECG, foto thorax,
pemberian obat-obatan anti
disritmia.

2. Tujuan: 1. Kaji nyeri dengan PQRST


Setelah dilakukan tidakan keperawatan 2. Ajarkan teknik relaksasi nafas
1x24 jam diharapkan : dalam
- nyeri berkurang/hilang 3. Kontrol lingkungan yang dapat
- peningkatan kenyamanan
menyebabkan nyeri.
Kriteria hasil :
4. Observasi TTV
- Mampu mengontrol nyeri
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang 5. Berikan obat analgesik sesuai
menggunakan manajemen nyeri indikasi
- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.
- TTV DBN
- S : (N 36,5-37,5 C)
- N : (N 60-80 x/mnt)
- RR : (N 16-20 x/mnt)
- TD : (N 110/70 - 120/80 mmhg)

3. Tujuan : 1. Monitor TTV


Setelah dilakukan tindakan keperawatan 2. Monitor warna dan suhu kulit
selama 1x24 jam diharapakan suhu tubuh 3. Ajarkan pada pasien cara
kembali normal mencegah keletihan akibat
demam
Kriteria hasil: 4. Diskusikan tentang pentingnya
- TTV DBN pengaturan suhu dan efek
TD: 110-120/70-80 mmHg negative dari kedinginan
RR : 16-20x/m 5. Selimuti pasien
Nadi : 60-80x/m 6. Tingkatkan intake cairan dan
Suhu : 36,5-37,5 C nutrisi
7. Kompres hangat pada aksila dan
lipatan paha
8. Kolaborasi pemberian obat
antipiretik

4. Tujuan: 1. Kaji kemampuan pasien untuk


Setelah dilakukan tindakan keperawatan mendapatkan nutrisi yang
selama 1x24 jam diharapakan intake dibutuhkan
nutrisi adekuat 2. BB pasien DBN
3. Monitor kalori dan intake nutrisi
Kriteria hasil: 4. Berikan informasi tentang
- Mampu mengidentifikasi kebutuhan kebutuhan nutrisi
nutrisi 5. Berikan makanan yang terpilih
- Tidak ada tanda-tanda malnutrisi (sudah konsultasi dengan ahli
- Menunjukkan peningkatan fungsi gizi)
pengecapan dari menelan 6. Monitor mual dan muntah
- Tidak terjadi penurunan BB yang 7. Anjurkan Klien untuk diet tinggi
berarti kalori, tinggi protein.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah kalori
dan nutrisi yang dibutuhkan
pasien
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari
produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)
Terdapat dua tipe hipertiroidisme yaitu penyakit graves dan goiter nodular toksik. Penyakit
Graves adalah suatu gangguan autoimun di mana terdapat suatu defek genatik dalam limfosit
Ts dan sel Th merangsang sel B untuk sintesis antibody terhadap antigen tiroid (Dorland,
2005).
Sedangkan goiter nodular toksik yaitu Peningkatan ukuran kelenjar tiroid akibat
peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid. Peningkatan kebutuhan akan hormon tiroid
terjadi selama periode pertumbuhan atau kebutuhan metabolik yang tinggi misalnya pubertas
atau kehamilan. ( Elizabeth J. Corwin, 2009 )
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C. Long.1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses


Keperawatan ),Yayasan Ikatan Allumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran: Bandung

Corwin, E,J, 2000, Buku Saku Patofisiologi, EGC, Jakarta

Syaifudin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta : EGC

Arief, M, Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik S. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ED : 3 jilid :
1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

http://www.scribd.com/doc/64809543/ASKEP-HIPERTIROID

Greenspan S. Francis,2000. Endokrinologi dasar dan klinik

Anda mungkin juga menyukai