Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejumlah besar penyebab kanker ganas lidah telah diduga, tetapi berdasarkan para
ahli belum ada pernyataan yang dapat dibuat secara tegas. Namun ada beberapa
dugaan bahwa kanker ganas lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa
gangguan tertentu atau penyakit-penyakit tertentu.
Beberapa penelitian didapat bahwa penyakit syphilis, baik pada kasus aktif atau
sekurang-kurangnya telah ada riwayat penyakit syphilis sebelumnya, sering dijumpai
bersama-sama dengan kanker ganas lidah.
Sekitar 33 % penderitanya yang menderita kanker ganas lidah juga mengalami
penyakit syphilis. Ada beberapa penyakit lain yang merupakan penyebab terjadinya
kanker ganas pada lidah diantaranya adalah hygiene mulut yang jelek, trauma kronik
dan gangguan alkohol serta tembakau. Sejumlah kasus telah diobservasi dimana
kanker ganas lidah timbul pada tempat yang sesuai dengan sumber iritasi kronik
seperti caries gigi atau gigi busuk dengan calculus yang banyak, dan juga bisanya
karena pemasangan gigi palsu atau prothesa yang posisinya tidak cocok.
Memakan makanan dari pembungkus berbahan plastik. Perlu diketahui makanan
yg disajikan dalam plastik terutama jika bahan plastik tersebut bukan bahan plastik
tahan panas. Sudah menjadi hal sederhana memasukkan makanan kedalam plastik.
Disamping biaya murah juga sederhana dan mudah diperoleh, tetapi tanpa kita sadari,
kebiasaan ini untuk jangka panjang bisa mengakibatkan kanker. Zat berbahaya dalam
pembuatan plastik akan terurai lepas dan menempel dalam makanan.
Candidiasis oral/mulut (juga dikenal sebagai sariawan) adalah infeksi jamur ragi
dari genus Candida pada membran berlendir mulut. Hal ini sering disebabkan oleh
Candida albicans, atau kadang oleh Candida glabrata dan Candida tropicalis. sariwan
pada mulut bayi disebut candidiasis, sementara jika terjadi di mulut atau tenggorokan
orang dewasa diistilahkan candidosis atau moniliasis.
Infeksi mulut oleh spesies Candida biasanya memunculkan kumpulan lapisan
kental berwarna putih atau krem pada membran mucosal (dinding mulut dalam). Pada
mucosa mulut yang terinfeksi mungkin muncul radang (berwarna merah). Orang
dewasa mungkin mengalami rasa tidak nyaman atau rasa terbakar.
Makroglosia adalah bentuk lidah yang tidak normal. Ini adalah pembesaran lidah
yang tidak normal. Kelainan ini biasanya bersamaan timbulnya dengan kelainan
turunan, sebagai contoh pada kelainan Down's Syndrome. Pembedahan mungkin
diperlukan untuk membetulkan kelainan ini.
Makroglosia pembesaran dari lidah yang seeara primer terjadi karena
pertumbuhan yang berlebihan dari otot. Keadaan ini lebih sering terjadi dibandingkan
mikroglosia, dapat terjadi secara kongenital dan dapatan. Kelainan ini biasanya
bersamaan timbulnya dengan kelainan turunan, sebagai contoh pada kelainan Down's
Syndrome.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Anatomi fisiologi lidah?
2. Apa definisi CA Lidah ?
3. Apa saja etiologi CA Lidah?
4. Bagaimana patifisiologi CA Lidah ?
5. Apa saja manifestasi klinis CA Lidah ?
6. Apa saja pemeriksaan penunjang CA Lidah?
7. Bagaiman penatalaksanaan CA Lidah?
8. Bagaimana konsep asuhan keperawatan CA Lidah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Anatomi fisiologi lidah
2. Untuk mengetahui definisi CA Lidah
3. Untuk mengetahui etiologi CA Lidah
4. Untuk mengetahui dan memahami patifisiologi CA Lidah
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis CA Lidah
6. Untuk mengetahui, memahami dan menerapkan pemeriksaan penunjang CA
Lidah
7. Untuk mengetahui dan menerapkan penatalaksanaan CA Lidah
8. Untuk mengetahui dan menerapkan konsep asuhan keperawatan CA Lidah
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu mempelajari dan memahami tentang asuhan keperawatan CA
Lidah.
2. Bagi Masyarakat
Mampu memahami tentang asuhan keperawatan CA Lidah, sehingga bisa
melakukan pencegahan.
3. Bagi Institusi
Mampu memberikan pelayanan kesehatan kepada publik tentang pengobatan, dan
memberikan penyuluhan tentang asuhan keperawatan CA Lidah.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Fisiologi Lidah

1. Bagian-Bagian Lidah
Sebagian besar, lidah tersusun atas otot rangka yang terlekat pada tulang
hyoideus, tulang rahang bawah dan processus styloideus di tulang pelipis. Terdapat
dua jenis otot pada lidah yaitu otot ekstrinsik dan intrinsik.
Lidah memiliki permukaan yang kasar karena adanya tonjolan yang disebut papila.
Terdapat tiga jenis papila yaitu:
a. papila filiformis (fili=benang); berbentuk seperti benang halus
b. papila sirkumvalata (sirkum=bulat); berbentuk bulat, tersusun seperti huruf V di
belakang lidah
c. papila fungiformis (fungi=jamur); berbentuk seperti jamur.

Terdapat satu jenis papila yang tidak terdapat pada manusia, yakni papila folliata
pada hewan pengerat.
Tunas pengecap adalah bagian pengecap yang ada di pinggir papila, terdiri dari dua
sel yaitu sel penyokong dan sel pengecap. Sel pengecap berfungsi sebagai reseptor,
sedangkan sel penyokong berfungsi untuk menopang.
Pada mamalia dan vertebrata yang lain, pada lidahnya terdapat reseptor untuk rasa.
Reseptor ini peka terhadap stimulus dari zat-zat kimia, sehingga disebut
kemoreseptor. Reseptor tersebut adalah kuncup-kuncup pengecap. Kuncup tersebut
berbentuk seperti bawang kecil atau piala dan terletak dipermukaan epitelium pada
permukaan atas lidah. Kadang juga dijumpai pada langit-langit rongga mulut,
faring dan laring, walaupun sedikit sekali. Kuncup-kuncup pengecap ini ada yang
tersebar dan ada pula yang berkelompok dalam tonjolan-tonjolan epitel yang
disebut papilla.
Terdapat empat jenis papilla:
a. Filiformis
b. Fungiformis
c. Foliatel
d. Circumfalate

Setiap kuncup pengecap terdiri dari dua macam sel, yaitu sel pengecap dan sel
penunjang, pada sel pengecap terdapat silia (rambut gustatori) yang memanjang ke
lubang pengecap. Zat-zat kimia dari makanan yang kita makan, mencapai kuncup
pengecap melalui lubang-lubang pengecap (taste pores). Kuncup-kuncup pengecap
dapat merespon empat rasa dasar, yaitu manis, masam, asin dan pahit. Letak
masing-masing rasa berbedabeda yaitu :
a. Rasa Asin = Lidah Bagian Depan
b. Rasa Manis = Lidah Bagian Tepi
c. Rasa Asam / Asem = Lidah Bagian Samping
d. Rasa Pahit / Pait = Lidah Bagian Belakang

2. Fungsi Lidah
Lidah adalah organ perasa fungsinya lidah adalah:
a. Untuk mencicipi makanan
b. Untuk menyimpan makanan di antara gigi selama mengunyah.
c. Untuk membantu menelan
d. Untuk membantu dekan gigi.
e. Untuk membantu berbicara.
Pada permukaan lidah ada kelompok-kelompok kecil sel sensorik dikenal sebagai
selera. Selera memiliki ujung saraf yang mengumpulkan informasi tentang selera
yang berbeda. Rasa makanan dirasakan ketika makanan dilarutkan dalam air liur.
Selera kemudian mendeteksi bahan kimia terlarut yang memberikan makanan rasa
dan mengirim pesan ke otak. Berbagai jenis selera yang ditemukan di berbagai
bagian lidah. Masing-masing sensitif untuk rasa tertentu. Keempat selera yang
berbeda manis, asam, asin dan pahit.
Lidah juga merupakan organ penting untuk persepsi rasa. Pada bagian berikutnya,
kita akan belajar tentang peran lidah dalam rasa.
a. Lidah dan Rasa
Sementara otot-otot lidah ini memandu makanan di antara gigi dan
membentuknya sehingga itu dicerna, organ perifer rasa mungkin lebih dikenal
karena perannya dalam persepsi rasa. Lidah tidak hanya mendeteksi sensasi
gustatory (rasa), tetapi juga membantu rasa sentuhan itu, suhu dan bahkan
rangsang nyeri yang memberikan makanan rasa. Kebanyakan orang keliru
menyebut struktur bergelombang yang menutupi permukaan lidah untuk
selera. Ini sebenarnya papila: elevasi berbentuk goblet yang kadang-kadang
mengandung selera dan membantu menciptakan gesekan antara lidah dan
makanan. Selera adalah struktur yang lebih kecil, terselip di lipatan antara
papila. Setiap pengecap terdiri dari basal dan sel-sel yang membantu menjaga
sekitar 50 sel reseptor mendukung gustatory. Ini reseptor khusus dirangsang
oleh susunan kimiawi dari larutan. Mereka menanggapi beberapa selera
utama: manis, asin, pahit, asam, umami (gurih) dan lemak, yang diklaim
beberapa ilmuwan mungkin rasa keenam. Ketika stimulus mengaktifkan sel
gustatory, reseptor akan bersinaps dengan neuron dan mengirim impuls listrik
ke wilayah gustatory dari korteks serebral. Otak menafsirkan sensasi sebagai
rasa.
Setiap sel reseptor gustatory memiliki panjang, tonjolan seperti pasak disebut
rambut gustatory yang bersentuhan dengan lingkungan luar. Rambut
memanjang dari lubang kecil, atau pori rasa, dan berbaur dengan molekul
makanan yang diperkenalkan oleh air liur. Larutan air liur mengandung enzim
pencernaan yang membantu memecah makanan secara kimiawi. Air liur
disekresikan oleh tiga kelenjar besar ludah parotis, kelenjar submandibular
dan sublingual serta kelenjar ludah kecil lainnya yang terkandung dalam
lidah dan mulut.
Selain kemampuan lidah untuk mendeteksi rangsangan gustatory, juga
merasakan suhu dan sensasi taktil kompleks. Lidah, bersama dengan bagian
lainnya dari mulut, membantu menentukan makanan yang bertekstur, sifat
manis mulut, kekenyalan, viskositas dan densitas.
b. Lidah dan berbicara
Artikulasi otot yang memungkinkan lidah untuk membimbing makanan
melalui pengunyahan dan penelanan juga memberikan manusia kemampuan
untuk berbicara. Lidah begitu penting sebagai alat berbicara, itu telah menjadi
metonim, atau istilah alternatif, untuk bahasa.
Ahli fonetik, orang yang mempelajari suara ucapan, menggunakan posisi
lidah untuk mengklasifikasikan vokal dengan suara universal. Sistem
tradisional tidak memperhitungkan mengubah bentuk lidah. Sebuah sistem
yang lebih modern dari delapan vokal kardinal memungkinkan ahli fonetik
melatih untuk menggambarkan vokal dari bahasa apapun.
Malformasi pada lidah kadang-kadang dapat menghambat berbicara.
Frenulum lingual, lipatan selaput lendir yang menghubungkan bawah lidah ke
lantai mulut, kadang-kadang bertanggung jawab untuk masalah bicara.
Kondisi membran diperpendek disebut ankyloglossia, atau lebih populer,
lidah kelu. Namun, beberapa penelitian medis memperdebatkan asumsi
bahwa ankyloglossia mempengaruhi bicara yang normal.
Karena lidah itu penting, dan berperan menonjol dalam kelezatan, sering
mengalami mutilasi atau modifikasi. Sebagaimana penghapusan lidah
langsung kadang-kadang dipraktekkan dalam perang brutal dan penyiksaan,
modifikasi lidah telah tumbuh semakin populer dengan orang-orang
berkultivasi gambar alternatif. Lidah dibelah, juga disebut lidah bifurkasi,
melibatkan membelah ujung lidah sepanjang median septum dalam rangka
menciptakan penampilan bercabang. Beberapa anggota parlemen mengkritik
praktek ini, yang sering dilakukan tanpa anestesi hanya dengan pisau bedah
atau benda runcing yang dipanaskan berulir dengan menusuk, sebagai bentuk
mutilasi. Membelah lidah dan tindik lidah, kedua praktek ini dapat
menyebabkan pembengkakan dan infeksi. selaput lidah manusia dapat
digunakan sebagai indikator metabolism tubuh,terutama kesehatan tubuh
manusia.
3. Cara kerja lidah.
Makanan atau minuman yang masuk ke dalam mulut memberi rangsangan ke
ujung-ujung saraf pengecap. Rangsangan dari makana tersebut kemudian
diteruskan ke otak. Dengan demikian, kita dapat mengecap (merasakan) makanan
atau minuman tersebut.Selain sebagai indera pengecap, lidah juga berfungsi
sebagai alat bicara dan pengatu letal makanan. Perpaduan gerakan lidah, bibir,
langit-langit mulut, dan gigi menghasilkan berbagai macam bunyi. Lidah mengatur
letak makanan pada saat sedabg dikunyah . setelah itu, lidah akan mendorong
makanan masuk ke kerongkongan.

B. Definisi
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase
secara limfogen dan hematogen.
Kanker lidah yaitu adanya daging atau benjolan yang tumbuh menempel
pada lidah. Untuk jenis inipun memiliki ragan jenis antara lain benjolan yang tumbuh
di lidah bagian atas dimana makin lama makin membesar, sehingga sulit untuk
mencerna makanan.
Kanker lidah yang sering terjadi adalah tipe karsinoma sel skuamosa,
sedangkan untuk jenis yang lainnya jarang terjadi. Kanker lidah meningkat sejalan
dengan peningkatan usia. Umumnya hal ini terjadi pada usia sekitar 60 tahun, tetapi
hal ini telah terjadi pergesaran usia lebih muda. Selain itu kanker lidah ternyata juga
dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, kebersihan mulut yang buruk,
radang kronis dan genetikpun juga ternyata menjadi penyebabknya.

C. Etiologi
penyebab kanker lidah belum diketahui secara pasti. Akan tetapi ada beberapa faktor
yang diduga menjadi pemicunya, antara lain:
1. Merokok (terutama yang lebih dari 2 pak sehari)
2. Alkohol
3. Infeksi kronis
4. Trauma kronis pada gigi yang tajam sehingga menimbulkan trauma pada lidah.
Selain itu ada juga factor-faktor lain yang menyebabkan ca lidah terjadi
1. Faktor heriditer
2. Faktor non heriditer
Factor-faktor non heriditer karsinoma lidan terdiri dari :
a) Faktor fisik (sinar ultraviolet)
b) Faktor biologis (virus (papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri,
hepatitis, parasit, bakteri)

D. Patofisiologi
Kejadian kanker lidah disebabkan oleh banyak faktor yang dikelompokkan
menjadibeberapa faktor. Yaitu, Faktor luar, faktor heriditer dan faktor non heriditer.
Faktor luar meliputi rokok, alcohol, infeksi kronis dan trauma krinis. Faktor non
heriditer meliputi Faktor fisik seperti sinar ultraviolet, Faktor biologis seperti virus
(papiloma yang ditularkan melalui hubungan suami istri,hepatitis) parasit, dan bakteri.
Faktor-faktor tersebut akan memicu suatu rangsang karsinogen yang mengenai
sel squamous carcinoma pada mukosa mulut yang tidak mempunyai keratin sebagai pelindung.
Dimukosa mulut tersebut, zat-zat karsinogen tertampung dan berproliferasi secara
tidak terkontrol. Kanker lidah yang mengenai radix linguae biasanya asimptomatis
hingga proses penyakit berlanjut hingga timbul nyeri menelan dan pergerakan lidah
yang terbatas. Kanker pada posterior lidah (radix linguae) dominan bermetastase
kecolli/leher. Ketika kanker mengenai corpus linguae tanda yang paling sering terlihat
adalah putih-putih pada lidah yang tidak bisa dihilangkan. Kemudian bisa terbentuk ulkus yangmudah
berdarah. Kanker pada anterior (corpus linguae) dominan metastase pada
kelenjar limfe submental dan submandibular. Penatalaksanaan kanker lidah meliputi
operasiglosektomi dan diseksi leher yang dilanjutkan dengan kemoterapi.

E. Manifestasi Klinis
1. Tanda awal umumnya berupa ulkus tanpa nyeri yang tidak sembuh-sembuh.
Kemudian membesar dan menekan atau menginfiltrsi jaringan sekita yang
megakibatkan nyeri lokal, otalgia ipsilateral dan nyeri mandibula (Suyatno, 2010).
2. Infiltrasi ke otot-otot ini mengakibatkan gerakan lidah terbatas sehingga proses
menelan bolus makanan dan bicara terganggu. Kanker ini dapat menginfiltrasi
jaringan sekitarnya seperti dasar mulut (floor of mouth, FOM), dasar lidah dan
tonsil (Suyatno, 2010).
3. Sejalan dengan kemajuan kanker pasien dapat mengeluhkan nyeri tekan, kesulitan
mengunyah, menelan, dan berbicara, batuk dengan sputum bersemu darah atau
terjadi pembesaran nodus limfe servikal. (Baughman Diane C, 2000).
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. CT-scan atau MRI dilakukan untuk menilai detail lokasi tumor, luas ekstensi tumor
primer.
2. USG hepar, Foto thorax dan bone scan untuk evaluasi adanya metastasis jauh.
3. Biopsi
a. FNAB ( Fine Needle Apiration Biopsy), dilakukan pada tumor primer yang
metastasis ke kelenjar getah bening leher.
b. Biopsi insisi atau biopsi cakot (punch) dilakukan bila tumor besar (>1 cm)
c. Biopsi eksisi dilakukan pada tumor yang kecil ( 1 cm atau kurang) (Suyatno,
2010).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervariasi dengan sifat dari lesi, cara yang dipilih dokter, dan pilihan
pasien:
1. Lesi kecil (T1, T2) terapi utama adalah pembedahan dan radioterapi. Radioterapi
mungkin dapat memberiikan hasil kuratif pada lesi T1 dan T2 dengan preservasi
struktur anatomi dan fungsi yang normal. Namun radioterapi sering menimbulkan
kompllikasi berupa edema lidah yang memerlukan trakeostomi, xerostomia,
disgeusia dan osteoradionekrosis, hal ini mengakibatkan tindakan kurang
diminati (Suyatno, 2010).
2. Terapi pembedahan pada kanker lidah adalah eksisi luas dengan batas sayatan
bebas tumor (konfirmasi potong beku). Tindakan ini memerlukan partial
glosectomy dan umumnya pasca operasi fungsi baik. Lokal kontrol untuk 5 tahun
pada T1 adalah 85% dan T2 adalah 80%. Pada T3 dan T4 terapi utama adalah
pembedahan. Hasil kuratif hanya bisa dicapai dangan reseksi en bloc yang komplet
daris emua tumor dan jaringan sekitar dengan sayatan secara mikroskopis bebas
tumor. RND (Radical Neck Dissection)harus dilakukan pada klinis N positif, RND
adalah pengangkatan kelenjar getah bening leher level I sampai V, musculus
sternokleidomastoid, vena jugularis interna, dan nervus assesoris (en bloc). Batas
diseksi, superior adalah musculus trapezius, anterior adalah tepi lateral musculus
sternohiod dan batas bagian dalam adalah fasia servikal yang menutupi musculus
levator scapulae dan scalenus. SND (selective neck dissection) level 1-3 dilakukan
pada N0 SND harus dilakukan oleh tingginya insiden occult metastasis kelenjar
getah bening leher. SND adalah pengangkatan kelenjar getah bening pada level
tertentu yang mempunyai risiko tinggi metastasis dengan mempertahankan nervus
assesorius, vena jugularis interna dan musculus sternokleidomastoid. Pembedahan
memberikan kuratifitas yang lebih baik dibandigkan radioterapi dan
memungkinkan untuk evaluasi patologi dari faktor prognositik. Terkadang
dibutuhkan rekonstruksi langsung (myocutaneous flap atau vacular free flap) untuk
mempertahankan fungsi dan kosmetik (Suyatno, 2010).
Reseksi pembedahan pada kanker mulut mencakup mandibulectomi parsial,
hemiglossectomi atau total glossectomi, dan resection bagian dasar mulut dengan
buccal mukosa. Prosedur pembedahan mencakup pembedahan leher dengan
pengangkatan otot leher lain, vena jugularis interna, kelenjar gondok, kelenjar
submandibular, dan saraf spinal tambahan. Penanganan pasien yang menderita
kanker mulut dikelola oleh seluruh tim kesehatan. Rujukan pada terapi bicara,
terapi pekerjaan, psikolog, dan ahli diet sangat penting karena berhubungan dengan
masalah yang mungkin muncul berikut ini yaitu komunikasi verbal, mengunyah,
dan menelan yang membawa perubahan tampilan diri serta harga diri. (Charlene J.
Reeves, 2001).
H. WOC

Faktor luar Faktor Heriditer Faktor non Heriditer

Alkohol Infeksi Rokok Faktor fisik Faktor biologis


kronis dan
Trauma
kronis
Etanol Nikotin
Higinis Gesekan Virus
mulut lidah Sinar parasit dan
yang jangka ultraviolet bakteri
buruk panjang
Menyerap zat Karsinogenik
karsinogenik

Peradangan
kronis

Mukosa mulut tidak memiliki keratin

Sel squamous carcinoma

Rangsang karsinogen
Proliferasi tidak terkontrol

Kanker lidah

radixlinguae Penurunan Corpuslinguae Infiltrasi otot-otot Peradangan


neurologi di lidah

Asimptomatis Putih-putih
MK : pada lidah
Kerusakan
Komunikasi
verbal
komunikasi
verbal
Ulkus Pergerakan
lidah terbatas

Nyeri Pergerakan
menelan lidah terbatas
MK :
Berdarah Lesi oral Hipertermi

MK : Nyeri
Ketidak mampuan Kondisi oral
untuk mencerna buruk
nutrisi adekuat
MK : Resiko
terhadap Infeksi

MK : Perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Keterbatasan informasi

Kurangnya informasi
tentang penyakit

MK : Kurangnya pengetahuan
tentang proses penyakit dan
pengobatan
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, nomor register,
tanggal masuk, dan nama penanggung jawab pasien elama dirawat.
2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama
Alasan spesifik, untuk kunjugan anak ke klinik, kantor atau rumah sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama dari awitan paling awal sampai perkembangannya saat ini.
Terdapat komponen utama yaitu: rincian awitan, riwayat interval yang lengkap,
status saat ini, alasan untuk mencari bantuan saat ini.
c. Riwayat penyakit dahulu
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada didalam keluarga ada salah satu anggota yang menderita tumor
lidah.
e. Riwayat imunisasi
3. Pemeriksaan fisik
B1 (Breathing)
Merokok (tembakau, hidup dengan seseorang yang merokok)
B2 (Blood)
Takikardia, Hipertensi (nyeri hebat).
B3 (Brain)
Sakit kepala, tinitus, tuli, juling
B4 (Bladder)
Perubahan pola defekasi konstipasi atau diare, perubahan eliminasi urine,
perubahan bising usus, distensi abdomen.
B5 (Bowel)
Anoreksia, mual, muntah, mulut rasa kering, inteleransi makanan, perubahan berat
badan
B6 (Bone)
Kelemahan atau keletihan, perubahan pada pola istirahat; adanya faktor-faktor
yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas.
4. Pemeriksaan diagnostik
a. Ultrasound yaitu dipakai untuk menilai massa superficial.
b. CT scan dan Magnetic Resonance Imaging (MRI) yaitu digunakan untuk lesi
lebih dalam dan menilai struktur lebih dalam pada tumor dan menunjukkan
apakah terdapat metastase atau tidak. (Charlene J. Reeves, 2001)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakmampua untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
3. Nyeri berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, efek dari pembedahan reseksi
4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan penurunan neurology dan
kemampuan menelan
5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit atau pengobatan
6. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan
C. Rencana Asuhan Keperawatan
1. Hipertermi berhubungan dengan proses peradangan penyakit
Tujuan : Suhu tubuh dalam batas normal
KH : - Suhu tubuh dalam batas normal
- Badan tidak terasa panas
Intervensi :
a. Kaji suhu dan tanda-tanda vital keadaan klien
R/ Memantau perubahan suhu tubuh
b. Pantau suhu klien, perhatikan menggigil
R/ Suhu 38-41C menunjukkan proses penyakit infeksius
c. Berikan kompres mandi hangat
R/ Dapat membantu mengurangi demam
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
R/ Mempertahankan intake
e. Anjurkan pasien memakai pakaian yang tipis dan menyerap keringat
R/ Menurunkan suhu tubuh
f. Kolaborasi pemberian antipiretik
R/ Untuk mengurangi demam dengan aksi sentralnya hipotalamus

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampua untuk mencerna nutrisi adekuat akibat kondisi oral
Tujuan : Nutrisi terpenuhi
KH : - BB sesuai usia
- Nafsu makan meningkat
- Tidak mual / muntah
Intervensi :
a. Timbang BB setiap hari
R/ Untuk mengetahui terjadinya penurunan BB dan mengetahui tingkat
perubahan
b. Berdiit makanan yang tidak merangsang (lunak / bubur)
R/ Untuk membantu perbaikan absorbsi usus
c. Anjurkan klien untuk makan dalam keadaan hangat
R/ Keadaan hangat dapat meningkatkan nafsu makan
d. Anjurkan klien untuk makan sedikit tapi sering
R/ Untuk memenuhi asupan makanan
e. Berikan diit tinggi kalori, protein dan mineral serta rendah zat sisa
R/ Untuk memenuhi gizi yang cukup
f. Kolaborasi pemberian obat antipiretik
R/ Untuk mengurangi bahkan menghilangkan rasa mual dan muntah
2. Nyeri berhubungan dengan lesi oral atau pengobatan, pembedahan reseksi
Tujuan : Nyeri hilang lebih berkurang, rasa nyaman terpenuhi
KH : - Skala nyeri 0
- Klien mengatakan nyeri berkurang
- Nadi 60-90x/menit
- Klien nyaman, tenang, rileks
Intervensi :
a. Kaji karakteristik nyeri
R/ Untuk menentukan tindakan dalam mengatur nyeri
b. Ubah posisi klien bila terjadi nyeri, arahkan ke posisi yang paling nyaman
R/ Posisi yang nyaman dapat mengurangi nyeri
c. Observasi nyeri berkurang atau tidak
R/ /Mengetahui skala nyeri saat ini
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi
R/ Mengurangi rasa nyeri
e. Diskusikan dengan keluarga tentang nyeri yang di alami klien
R/ Keluarga berpartisipasi dalam pengobatan
f. Kolaborasi untuk mendapatkan obat analgesic
R/ Untuk memblok syaraf yang menimbulkan nyeri

4. Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan neurologi dan


kemampuan menelan
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan komunikasi verbal
KH : Komunikasi lancer
Intervensi :
a. Kaji kemampuan komunikasi klien
R/ Mengetahui kemampuan komunikasi klien
b. Sediakan alat komunikasi yang lain seperti papan tulis atau buku jika klien
tidak dapat berkomunikasi verbal
R/ Membantu dalam berkomunikasi
c. Responsive terhadap bel panggilan dari klien
R/ Menjaga kepercayaan dari klien

5. Resiko terhadap infeksi berhubungan dengan penyakit atau pengobatan


Tujuan : tidak terjadi infeksi
KH : - Tidak ada tanda-tanda infeksi (rubor,color,dolor,tumor, fungsio lesa)
- TTV normal terutama suhu (36-37C)
Intervensi :
a. Monitor TTV
R/ Suhu yang meningkat dapat menunjukkan terjadi infeksi (color)
b. Kaji luka pada abdomen dan balutan
R/ Mengidentifikasi apakah ada tanda-tanda infeksi adanya pus
c. Menjaga kebersihan sekitar luka dan lingkungan pasien, teknik rawat luka
dengan antiseptic
R/ Mencegah kontaminasi silang / penyebaran organisme infeksius
d. Kolaborasi pemberian antibiotic
R/ Antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi

6. Kurang pengetahuan tentang proses penyakit dan rencana pengobatan


Tujuan : Keluarga dapat menyatakan pemahaman proses penyakit
KH : Menyatakan pemahaman proses penyakit
Intervensi :
a. Kaji ulang proses penyakit, penyebab / efek hubungan factor yang menimbulkan
gejala dan mengidentifikasi cara menurunkan factor pendukung
R/ Mengetahui sejauh mana keluarga memahami penyakit tersebut
b. Tentukan persepsi tentang proses penyakit
R/ Menyamakan pola pikir
c. Jelaskan tentang penyakit yang diderita klien
R/ Memberikan informasi
d. Diskusikan kembali dengan keluarga
R/ Mengetahui sejauh mana informasi yang diterima keluarga
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kanker lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel
mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (cell epitel gepeng
berlapis), juga beberapa penyakit-penyakit tertentu (premaligna). Kanker ganas ini
dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, disamping itu dapat melakukan metastase
secara limfogen dan hematogen.

B. Saran

Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan


Kanker Lidah secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam
mengenai penyakit tersebut.

Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalam penatalaksaan serta


meningkatkan pengetahuan tentang Kanker Lidah yang dideritanya.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.

Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.

Roezin Averdi. 2004. Ilmu Penyakit Telinga-Hidung-Tenggorok. Jakarta: FKUI.

Roezin, Averdi. 2003. Penatalaksanaan Penyakit dan Kelainan Telinga-Hidung-Tenggorok.


Jakarta: FKUI.

Schrock, Theodore. 1995. Ilmu Bedah (Handbook Of Surgery). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Suyatno. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai