Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Psikoneuroimunologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mengkaji interaksi
antara faktor psikologis, yang mempengaruhi respon imun, pengaruh stress
osikologis terhadap perubahan respons imun serta manifestasi berbagai penyakit ysng
diperantarai oleh sistem imun.
Holden (1980) dan Ader (1981) mengenalkan istilah psikoneuroimunologi
yaitu kajian yang melibatkan berbagai segi keilmuan, neurologi, psikiatri, patobiologi
dan imunologi. Selanjutnya konsep ini banyak digunakan pada penelitian dan banyak
temuan memperkuat keterkaitan stres terhadap berbagai patogenesis penyakit
termasuk infeksi dan neoplasma.
Puasa adalah mengistirahatkan saluran pencernaan (usus) beserta enzim dan
hormon yang biasanya bekerja untuk mencerna makanan terus menerus selama
kurang lebih 18 jam. Dengan berpuasa organ vital ini dapat beristirahat selama 14
jam. Jika berpuasa dilakukan secara benar, ternyata berbagai jenis penyakit dapat
dikendalikan. Tidak ada seorang pun ahli medis baik muslim maupun non muslim
yang meragukan manfaat puasa bagi kesehatan manusia.
Puasa mampu untuk memicu tubuh untuk mulai meproduksi sel-sel darah putih
baru. Para peneliti juga mengatakan puasa seperti membalik saklar regeneratif yang
meminta sel untuk menciptakan sel darah putih baru. Puasa minimal selama 3 hari
juga mampu untuk meregenerasi sistem kekebalan tubuh, bahkan buat orang tua
sekalipun.
Ilmuwan di University of Sorthern California mengatakan, penemuan sangat
bermanfaat buat orang yang menderita sistem kekebalan tubuh yang rusak, seperti
pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi. Cara ini juga bisa membantu orang
tua yang memiliki sistem kekebalan tubuh kurang efektif dan bertambahnya usia
mereka. Sehingga sulit bagi mereka untuk melawan penyakit bahkan umum.
Selain memproduksi sel baru, selama berpuasa tubuh juga secara otomatis
menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang rusak atau tua, atau bagian yang tidak
efisien. Oleh karena itu, sistem kekebalan tubuh yang rusak berat akibat kemoterapi
atau penuaan, siklus puasa dapat menghasilkan secara alami sistem kekebalan tubuh
yang baru.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana manfaat puasa bagi kesehatan ?
2. Bagaimana pengaruh puasa terhadap penyakit tertentu ?
3. Bagaimana pengaruh puasa terhadap sistem imun dipandang dari
psikoneuroimunologi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat puasa bagi kesehatan
2. Untuk mengetahui pengaruh puasa terhadap penyakit tertentu
3. Untuk mengetahui pengaruh puasa terhadap sistem imun dipandang dari
psikoneuroimunologi

2
BAB II
KAJIAN TEORI

Elson M. Haas M.D. Direktur Medical Centre of Marin mengatakan dalam puasa
(cleansing dan detoksifikasi) merupakan bagian dari trilogi: nutrition, balancing,
building. Elson percaya bahwa puasa adalah bagian yang hilang “missing link” dalam
diet di dunia barat. Kebanyakan orang di barat over eating atau terlalu banyak makan,
makan dengan protein yang berlebihan, lemak yang berlebihan pula. Sehingga ia
menyarankan agar orang mulai mengatur makanannya agar lebih seimbang dan mulai
berpuasa, karena puasa bermanfaat sebagai: purifikasi, peremajaan, istirahat pada
organ pencernaan, anti aging, mengurangi alergi, mengurangi berat badan,
detoksifikasi, relaxasi mental dan emosi, perubahan kebiasaan dari kebiasaan makan
yang buruk menjadi lebih seimbang dan lebih terkontrol, meningkatkan imunitas
tubuh dan lebih baik lagi bila dalam pengawasan dokter.
Profesor Gerontology dari biological sciences di University of Calivornia, prof Valter
Longo melakukan percobaan terhadap pengaruh puasa bagi kesehatan dan sistem
kekebalan tubuh manusia. Percobaan dilakukan pada manusia yang diminta untuk
berpuasa secar teratur anatara dua dan empat hari selama enam bulan. Para ilmuwan
menemukan puasa berkepanjangan mengurangi enzim PKA, yang terkait dengan
penuaan dan hormon yang meningkatkan resiko kanker dan pertumbuhan tumor.
Ketika kita kelaparan, sistem dalam tubuh mencoba untuk menghemat energi, dan
salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menghemat energi adalah mendaur ulang
sel kekebalan tubuh yang sudah tidak diperlukan lagi ataupun yang sudah rusak.
Hasil penelitian juga mengungkapkan puasa selama 72 jam dapat melindungi pasien
kanker terhada dampak racun dan kemoterapi. “Meski menyelamatkan nyawa pasien
kanker, tapi kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan jaminan signifikan terhadap
sistem kekebalan tubuh. Dan hasil penelitian ini menunjukkan puasa dapat
mengurangi beberapa efek berbahaya dari kemoterapi, “kata asisten profesor di USC
Norris Comprehensive Cancer Center, Tanya Dorff. Dari hasil penelitia, ada
kemungkinan efek ini berlaku untuk banyak sistem dan organ yang berbeda, bukan
hanya sistem kekebalan tubuh saja, “kata Prof Longo.
puasa sedikitnya selama tiga hari dapat meregenerasi sistem kekebalan tubuh. Dari
hasil penelitian. sistem kekebalan seseorang dapat diremajakan dengan berpuasa
minimal tiga hari.
3
Pasalnya, puasa mampu memicu tubuh untuk mulai memproduksi sel-sel darah putih
baru. Para peneliti mengatakan, puasa seperti "membalik saklar regeneratif" Yang
meminta sel untuk menciptakan sel darah putih baru.
Puasa hanya tiga hari juga dianggap sudah cukup untuk meregenerasi sistem
kekebalan seluruh tubuh, bahkan buat orang tua sekalipun. Para ilmuwan mengatakan
penemuan ini sebuah terobosan yang luar biasa.
Meskipun diet puasa banyak dikritik oleh para ahli gizi karena dianggap bukan
kebiasaan menyehatkan, tapi penelitian baru menunjukkan kelaparan justru membuat
tubuh mulai memproduksi sel darah putih baru untuk melawan infeksi.
Ilmuwan di University of Southern California mengatakan, penemuan sangat
bermanfaat buat orang yang menderita sistem kekebalan tubuh yang rusak, seperti
pasien kanker yang sedang menjalani kemoterapi.
Cara ini juga bisa membantu orang tua yang memiliki sistem kekebalan tubuh kurang
efektif dengan bertambahnya usia mereka. Sehingga sulit bagi mereka untuk melawan
penyakit bahkan umum.
"Puasa seperti memberikan sinyal oke kepada tubuh untuk mulai berkembang biak
dan membangun kembali seluruh sistem di tubuh," kata profesor Gerontology dan
Biological Sciences di University of California, Prof Valter Longo.
"Dan kabar baiknya adalah, selain memproduksi sel baru, selama berpuasa, tubuh
juga secara otomatis menyingkirkan bagian-bagian dari sistem yang rusak atau tua,
atau bagian-bagian yang tidak efisien."
"Oleh karenanya, jika saat ini sistem kekebalan tubuh anda sedang rusak berat akibat
kemoterapi atau penuaan, siklus puasa dapat menghasilkan secara alami sistem
kekebalan tubuh yang baru."
Percobaan dilakukan pada manusia yang diminta untuk berpuasa secara teratur antara
dua dan empat hari selama enam bulan. Para ilmuwan menemukan puasa
berkepanjangan mengurangi enzim PKA, yang terkait dengan penuaan dan hormon
yang Meningkatkan risiko kanker dan pertumbuhan tumor.
"Ketika Anda kelaparan, sistem dalam tubuh mencoba untuk menghemat energi, dan
salah satu hal yang dapat dilakukan untuk menghemat energi adalah mendaur ulang
sel kekebalan tubuh yang sudah tidak diperlukan lagi ataupun yang sudah rusak."
Hasil penelitian juga mengungkapkan puasa selama 72 jam dapat melindungi pasien
kanker terhadap dampak racun dari kemoterapi. "Meski menyelamatkan nyawa pasien

4
kanker, tapi kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan jaminan signifikan terhadap
sistem kekebalan tubuh."
"Dan hasil penelitian ini menunjukkan puasa dapat mengurangi beberapa efek
berbahaya dari kemoterapi," kata asisten profesor di USC Norris Comprehensive
Cancer Center, Tanya Dorff.
"Dari hasil penelitian, ada kemungkinan efek ini berlaku untuk banyak sistem dan
organ yang berbeda, bukan hanya sistem kekebalan tubuh saja," tambah Prof Longo.

5
BAB III
PEMBAHASAN

A. Manfaat puasa bagi kesehatan


Secara ilmu pengetahuan dan kedokteran:
1. Puasa Memperbaiki Sel Yang Rusak
Asam amino adalah zat yang membentuk infra struktur sel-sel tubuh. Pada saat
berpuasa, asam amino yang baru terbentuk dari makanan ini berkumpul
dengan asam-asam hasil proses pencernaan sebelum didistribusikan kembali
kedalam tubuh dan akan terjadi format ulang.
Dr. Abdul Jawwad Ash-Shawi mengatakan bahwa pada saat berpuasa,
pembentukan sel-sel dilakukan kembali setelah proses-proses pencernaan,
kemudian didistribusikan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sel-sel tubuh.
Dengan demikian, terbentuklah gugus-gugus baru untuk sel-sel, yang
merenovasi strukturnya dan meningkatkan kemampuan fungsional kinerjanya,
sehingga menghasilkan kesehatan bagi tubuh manusia.
Pola makan saat puasa tetap dapat mensuplai asam lemak dan asam amino
penting saat makan sahur dan berbuka. Sehingga terbentuk tunas-tunas
protein, lemak, fosfat, kolesterol dan yang lainnya untuk membangun sel baru
dan membersihkan sel lemak yang menggumpal didalam hati. Jumlah sel yang
mati didalam tubuh mencapai 125 juta perdetik, namun yang lahir dan
meremaja lebih banyak lagi.
2. Puasa Membersihkan Tubuh dari Racun
Pada saat berpuasa, lemak-lemak yang disimpan pada tubuh dalam jumlah
besar dipindahkan ke hati sehingga dioksidasi dan dimanfaatkan oleh hati.
Dari proses ini dikeluarkan racun-racun yang meleleh di dalamnya, kandungan
racunnya dimusnahkan, kemudian dibersihkan bersama kotoran-kotoran
tubuh. Proses detoksifikasi ini akan lebih baik apabila cukup meminum air
putih pada saat malam hari dan sahur.
Sedangkan penghentian konsumsi air selama puasa akan sangat efektif
meningkatkan konsentrasi urin dalam ginjal hingga mencapai 1000 sampai
12.000 ml osmosis/kg air. Dalam keadaan tertentu hal ini akan memberi
perlindungan terhadap fungsi ginjal. Kekurangan air ketika puasa akan
meminimalkan volume air dalam darah yang memacu kinerja mekanisme
6
lokal pengatur pembuluh darah dan menambah prostaglandin yang akhirnya
memacu fungsi dan kerja sel darah merah.
3. Puasa Membuat Awet Muda dan Panjang Umur
Allan Cott, M.D., menghimpun hasil pengamatan dan penelitian para ilmuwan
berbagai negara, lalu menghimpunnya dalam sebuah buku “Why Fast”
membeberkan berbagai hikmah puasa, diantaranya puasa membuat seseorang
melihat merasa lebih muda dan memperlambat proses penuaan.
Dr. Yuri Nikolayev direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow
menilai kemampuan untuk berpuasa yang mengakibatkan orang yang
bersangkutan menjadi awet muda, sebagai suatu penemuan (ilmu) terbesar
abad ini. Beliau mengatakan: “what do you think is the most important
discovery in our time? The radioactive watches? Exocet bombs? In my
opinion the bigest discovery of our time is the ability to make onself younger
phisically, mentally and spiritually through rational fasting.” Yang artinya
“menurut pendapat Anda, apakah penemuan terpenting pada abad ini? Jam
radioaktif? Bom exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam
abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara
fisik, mental, dan spiritual, melalui puasa yang rasional”.
Penelitian endokrinologi menunjukan bahwa pola makan saat puasa yang
bersifat rotatif akan menjadi beban dalam proses asimiliasi makanan didalam
tubuh. Keadaan ini mengakibatkan penurunan hormon sistem pencernaan dan
insulin dalam jumlah besar. Penurunan berbagai hormon tersebut merupakan
salah satu rahasia hidup jangka panjang.
Selain itu, puasa membuat panjang umur dibuktikan oleh studi asal China
yang melakukan percobaan pada tikus yang dibatasi makannya. Ternyata
pengurangan 30 persen makan dari tikus dapat meningkatkan produksi bakteri
“baik” dalam pencernaannya, termasuk Lactobacillus yang berhubungan
dengan panjang umur. Profesor mikrobiologi dari Shanghai Jiao Tong
University Liping Zhao mengatakan, “Pembatasan kalori dapat memicu
peningkatan pertumbuhan dari bakteri baik. Hal ini dapat membantu
memperbaiki kesehatan secara umum sehingga bisa memperpanjang umur“.
Studi yang dipublikasi dalam jurnal Nature Communications ini dapat
diaplikasikan juga pada manusia.

7
Kendati demikian, Zhao mengakui hasil studi ini tidak dapat secara langsung
diaplikasikan semua pada manusia. Namun ada prinsip-prinsip dasar yang
mampu diterapkan. Karena setiap manusia memiliki genetik, aktivitas fisik,
usia, kegiatan yang berbeda, maka kebutuhan nutrisi setiap orang tidak sama.
Studi lain dari Intermountain Medical Centre Heart Institute menyatakan,
puasa dapat menurunkan risiko penyakit arteri koroner dan diabetes. Studi
tersebut juga melaporkan, puasa menyebabkan perubahan signifikan dalam
kadar kolesterol darah. Mungkin karena dapat memperbaiki kesehatan secara
umum, maka puasa dikatakan mampu membuat awet muda dan
memperpanjang umur.
4. Puasa Meningkatkan Pesona dan Kecantikan
Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika
Serikat menyatakan bahwa puasa adalah cara terbaik untuk memperindah dan
mempercantik wanita secara alami. Puasa menghasilkan kelembutan pesona
dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membentuk
kembali keindahan tubuh (fasting is the ladies best beautifier, it brings grace
charm and poice, it normalizes female functions and reshapes the body
contour).
Puasa dapat membuat kulit menjadi sehat, segar, berseri dan lembut karena
setiap saat tubuh mengalami metabolisme energi, yaitu peristiwa perubahan
dari energi yang terkandung dalam zat gizi menjadi energi potensial dalam
tubuh. Sisanya akan disimpan didalam tubuh, sel ginjal, sel kulit, dan pelupuk
mata serta dalam bentuk lemak dan glikogen.
Manusia memiliki cadangan energi yang disebut glikogen yang dapat bertahan
selama 25 jam. Jika tubuh tidak mendapat suplai makanan dari luar maka
sewaktu-waktu cadangan ini akan dibakar menjadi energi. Ketika berpuasa
cadangan makanan yang ada didalam tubuh akan dikeluarkan, sehingga
melegakan pernafasan (oksidasi) organ-organ tubuh serta sel penyimpanannya.
Proses ini disebut peremajaan sel. Dengan meremajakan sel-sel tubuh akan
bermanfaat meningkakan kekebalan tubuh dan kesehatan kulit kita. Oleh
karena itu orang yang sering berpuasa kulitnya akan terlihat lebih sehat, segar,
lembut dan berseri karena proses peremajaan sel didalam tubuhnya berjalan
dengan baik.

8
5. Puasa Menguatkan Otak
Sekelompok peneliti Amerika Serikat menyimpulkan bahwa sesekali berpuasa
akan memperkuat otak sekaligus menurunkan berat badan. Penelitian yang
dilakukan The National Institute for Aging awalnya dilakukan terhadap
binatang percobaan. Para binatang diberi makanan dengan kalori minimum,
dan hasilnya justru berumur dua kali lebih panjang. Tikus yang puasa (sengaja
tidak diberi makan) ternyata lebih sensitif terhadap insulin dan tak perlu
banyak memproduksi hormon itu.
Insulin dalam kadar tinggi biasanya dihubungkan dengan lemahnya otak dan
diabetes. Insulin dihasilkan untuk mengendalikan kadar gula setelah makan.
Kelompok tikus yang yang puasa memiliki sinapsis otak yang berfungsi lebih
baik. Sinapsis otak adalah pertemuan antara sel-sel otak yang mempercepat sel
baru serta mecegah stress.
Percobaan selanjutnya dilakukan pada manusia, dan ternyata faedahnya
melindungi jantung, sistem peredaran darah dan melindungi otak dari penyakit
tua seperti Alzheimer. Mark Mattson, kepala laboratorium neurosains di NIA
sekaligus profesor bidang neurosains di John Hopkins University, Baltimore
AS menyatakan, tidak adanya energi ternyata memperpanjang umur dan
melindungi otak serta sistem jantung dari penyakit-penyakit yang biasa timbul
di masa tua.

B. Pengaruh puasa terhadap penyakit tertentu


1. Puasa Aman dilakukan dan Tidak Menyebabkan Penyakit
Puasa ramadhan tidak akan berbahaya, malah memberikan banyak manfaat,
bahkan terhadap penyakit seperti diabetes sekalipun. Muzam MG, Ali M.N dan
Husain berpendapat bahwa puasa juga aman untuk pasien yang mempunyai
gangguan ulcer pada lambung. Penelitian dilakukan oleh Muzam MG, Ali M.N
dan Husain dalam observasi terhadap efek puasa ramadhan terhadap asam
lambung.
Tahun 1990 dari RS Universitas King Khalid, Dr Riyadh Saudi melakukan
penelitian terhadap pengaruh puasa Ramadhan terhadap 47 penderita diabetes
jenis kedua (pasien yang tidak tergantung insulin). Dan sejumlah orang sehat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa puasa bulan Ramadhan tidak
menimbulkan penurunan berat badan yang signifikan. Tidak ada pengaruh
9
apapun yang berarti pada kontrol penyakit diabetes dikalangan penderita ini.
Sejauh ini puasa ramadhan aman saja bagi penderita diabetes selama dilakukan
dengan kesadaran dan kontrol makanan serta obat-obatan.
Dalam berbagai penelitian ilmiah tidak ditemukan efek merugikan dari puasa
ramadhan pada jantung, paru, hati, ginjal, mata, profil endokrin, hematologi
dan fungsi neuropsikiatri. Meskipun puasa aman untuk orang sehat dan kondisi
beberapa penyakit tertentu, namun dalam keadaan penyakit tertentu seseorang
harus berkonsultasi dan mengikuti rekomendasi dokter.
2. Puasa Menyehatkan Peredaran Darah dan Jantung
Jalal Saour berpendapat bahwa berkurangnya cairan pada puasa akan
menurunkan heart rateatau kerja jantung, pencegahan terhadap penggumpalan
darah yang termasuk penyebab serius panyakit jantung.
Saat berpuasa ternyata terjadi peningkatan HDL dan apoprotein alfa1 yang
menurunkan LDL. Penurunan LDL sangat bermanfaat bagi kesehatan jantung
dan pembuluh darah.
Beberapa penelitian “chronobiology” menunjukan bahwa saat puasa ramadhan
berpengaruh terhadap ritme sirkadian dari suhu tubuh, hormon kortisol,
melatonin dan glisemia. Berbagai perubahan tersebut walaupun ringan
tampaknya juga berperan bagi kesehatan manusia.
3. Puasa Menyehatkan Persendian
Parameter yang diteliti adalah fungsi sel penetral (netrofil) dan progresifitas
klinis penderita. Penelitian tersebut menyebutkan adanya korelasi antara
membaiknya radang sendi dan peningkatan kemampuan sel penetral dalam
membasmi bakteri. Kadar kolesterol dan asam urat menurun karena pada saat
puasa tidak memakan makanan yang banyak mengandung kolesterol, minyak
berlebih dan tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung purin, sehingga
kadar asam urat menurun.
4. Puasa Melancarkan Fungsi Pencernaan
Dr. Muhammad Munib dari Turki juga melakukan sebuah penelitian terhadap
seratus responden muslim, sampel darah mereka diambil sebelum dan diakhir
bulan ramadhan, untuk dilakukan analisis dan pengukuran terhadap kandungan
protein, total lemak (total lipid), lemak fosfat, asam lemak bebas, kolesterol,
albumin, globulin, gula darah, tryglycerol, dan unsur-unsur pembentuk darah
lainnya. Dari penelitian tersebut didapat, antara lain bahwa terjadi penurunan
10
umum pada kadar gula (glukosa) dan tryacyglicerol orang yang berpuasa,
namun terjadinya penurunan parsial dan ringan pada berat badan. Uniknya
tidak terlihat adanya aseton dalam urin, baik dalam awal maupun akhir puasa.
Kenyataan ini menegaskan, berbeda dengan proses starvasi (kelaparan) biasa,
dalam puasa Islam tidak ada pengasaman dalam darah karena tidak adanya
pembentukan zat-zat keton yang berbahaya bagi tubuh. Sehingga puasa
ramadhan aman bagi tubuh. Bahkan dengan keutamaan puasa, glikogen dalam
tubuh mengalami peremajaan, memompa gerakan lemak yang tersimpan,
sehingga menghasilkan energi yang lebih meningkat.
5. Puasa Meningkatkan Kesuburan
Dalam penelitian terhadap kesuburan laki-laki, dilakukan studi pada hormon
testosteron, prolaktin, lemotin (LH), dan hormon stimulating folikel atau
perangsang kantung (FSH). Pada tahap awal terjadi penurunan hormon
testosteron yang berakibat penurunan nafsu seksual tanpa mengganggu jaringan
kesuburan. Ternyata hasil akhir kesimpulan penelitian tersebut puasa
bermanfaat dalam pembentukan sperma melalui perubahan hormon
hipotalamus-pituitari testicular dan pengaruh kedua testis. Beberapa hari
setelah puasa hormon testosteron dan performa seksual meningkat pesat
melebihi sebelumnya.
Suatu penelitian dilakukan Fakultas Kedokteran YARSI pada 28 pria yang
melakukan ibadah puasa untuk mencari jawaban apakah kualitas sperma
seseorang yang melakukan ibadah puasa mengalami penurunan?. Untuk
menjawab pertanyaan ini, semen pria tersebut diperiksa pada empat tahap
pengamatan, yaitu sebulan sebelum puasa, pada hari ke-15 puasa, pada hari ke
25 puasa, dan sebulan setelah puasa. Hasilnya menunjukan terjadi peningkatan
volume semen, peningkatan jumlah total sperma dan persentasi sperma yang
bertahan hidup selama 24 jam (viabilitas sperma). Sementara itu, presentase
sperma yang bergerak (mobilitas) tidak berbeda antara keempat tahap
pengamatan tersebut.
Sedangkan penelitian pada hormon wanita tidak terjadi gangguan pada hormon
virgisteron saat melaksanakan puasa. Tetapi 80% populasi penelitian
menunjukan penurunan hormon prolaktin. Penelitian ini menunjukan harapan
baru bagi penderita infertilitas atau kemandulan wanita yang disebabkan

11
hormon prolaktin. Sehingga saat puasa, wanita tetap berpeluang besar untuk
tetap pada kondisi subur.
6. Puasa Memerangi Sel Kanker
Para ilmuwan melaporkan, penelitian awal pada tikus yang memiliki penyakit
kanker menunjukan bahwa berpuasa dapat melemahkan tumor dan membantu
kerja kemoterapi yang jauh lebih baik. Meskipun masih belum diketahui
pendekatan yang sama dapat bekerja pada manusia, namun temuan ini
bermanfaat meningkatkan respon terhadap pengobatan kanker. Untuk dapat
diaplikasikan kepada manusia, para peneliti sedang melakukan penelitian yang
kemungkinan baru akan selesai beberapa tahun lagi.
Valter Longo, Profesor Ilmu Usia Lanjut dan Ilmu Biologi di University of
Southern California (USC) mengatakan, sebuah cara untuk mengalahkan sel
kanker mungkin tidak bisa langsung membunuh mereka secara khusus tapi
dengan membentuk lingkungan yang ekstrim, seperti puasa. Dimana sel-sel
yang normal dapat merespon dengan cepat perubahan ekstrim tersebut, tidak
seperti sel kanker.
Menurut para peneliti, puasa membuat sel dalam posisi “survival mode”
sehingga lebih mampu melawan stress akibat kemoterapi. Semua studi kanker
menunjukan bahwa puasa yang dikombinasikan dengan kemoterapi
meningkatkan kelangsungan hidup, memperlambat pertumbuhan tumor dan
atau membatasi penyebarannya. Studi ini muncul dalam jurnal Science
Translational Medicine.
Puasa sudah diakui menjadi penyembuh terhebat dalam menanggulagi
penyakit, bahkan di Amerika ada pusat puasa yang diberi nama “Fasting Center
International, Inc”. Pusat puasa ini merekomendasikan puasa dalam berbagai
program, yakni: program penurunan berat badan, program mengeluarkan toksin
tubuh, program memperbaiki energi, kesehatan mental, kesehatan fisik dan
yang paling terpenting meningkatkan kualitas hidup.
Sejak zaman dahulu, puasa dipakai sebagai pengobatan yang terbaik seperti
yang Plato katakan, bahwa puasa adalah untuk mengobati sakit fisik dan
mental. Philippus Paracelsus mengatakan bahwa “Fasting is the greatest
remedy the physician within!”.
Ada sebuah kisah tentang Michaelango, seorang kakek renta berusia lanjut.
Suatu hari kakek itu ditanya tentang rahasia di balik kesehatannya yang tetap
12
prima dan gaya hidupnya yang menikmati performa enerjik yang luar biasa
setelah melewati usia enam puluh tahun.
Ketika ditanya mengenai apa rahasianya, Ia menjawab, “Aku ini tekun menjaga
kesehatan, energi, dan vitalitasku pada usia tiga puluh tahun sampai lima puluh
tahun, hingga akhirnya aku membiasakan diri berpuasa dari waktu ke waktu.
Dalam setiap tahun aku berpuasa sebulan; dalam setiap bulan aku berpuasa
seminggu; dalam setiap minggu aku berpuasa sehari; dan dalam sehari aku
hanya makan dua kali, tidak tiga kali seperti yang dijalankan kebanyakan
orang. Selama berpuasa aku hanya mengkonsumsi air. Terkadang aku juga
mengkonsumsi ekstrak buah-buahan atau sesendok teh madu lebah asli ketika
aku merasa tidak sanggup lagi meneruskan aktivitas dan menunaikan
kewajiban sehari-hari”.

C. Pengaruh puasa terhadap sistem imun dipandang dari psikoneuroimunologi


1. Puasa Meningkatkan Kekebalan Tubuh
Dr Ahmad al-Qadhi dan Dr. Riyadh al-Bibaby mengatakan, puasa dapat
meningkatkan kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit.
Hal ini ditunjukan dengan peningkatan fungsi sel limfa yang memproduksi sel
limfosit T yang bertambah secara signifikan setelah puasa.
Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibaby bersama rekannya di Amerika
melakukan uji laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa
selama bulan ramadhan. Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh positif
puasa yang cukup signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator
fungsional sel-sel getah bening (lymfocytes) membaik hingga sepuluh kali lipat,
walaupun jumlah keseluruhan sel-sel getah bening tidak berubah, namun
prosentase jenis getah bening yang bertanggung jawab melindungi tubuh dan
melawan berbagai penyakit yaitu sel T mengalami kenaikan yang pesat.
2. Puasa Mengendorkan Ketegangan Jiwa dan Peningkatan Komunikasi
Psikososial
Dr Sabah al-Baqir dan kawan-kawan mengatakan bahwa puasa dapat
mengurangi jumlah hormon pemicu stress. Dia bersama tim dari Falkutas
kedokteran Universitas King Saud, yang melakukan studi terhadap hormon
prolaktin, insulin dan kortisol, pada tujuh orang laki-laki yang berpuasa sebagai
sampel. Hasilnya bahwa tidak ada perubahan signifikan pada level kortisol,
13
prolaktin, dan insulin. Ini menunjukkan bahwa puasa bulan ramadhan bukanlah
pekerjaan yang memberatkan, dan tidak mengakibatkan tekanan mental
maupun saraf.
Seorang peneliti di Moskow melakukan penelitian pada seribu penderita
kelainan mental termasuk skizofrenia. Ternyata dengan puasa, sekitar 65%
terdapat perbaikan kondisi mental yang bermakna.
Peranan puasa sebagai bulan yang penuh berkah, setiap doa dan ibadah akan
memiliki pahala berkali lipat dibandingkan biasanya. Bertambahnya kualitas
dan kuantitas berkah dan pahala tersebut akan meningkatkan hubungan
komunikasi sosial positif yang lebih sering antara seorang penganut ajaran
Islam yang taat dengan sesama manusia lainnya. Psikososial memiliki dampak
bagi kesehatan manusia, berbagai peningkatan ibadah secara langsung
meningkatkan hubungan dengan Sang Pencipta dan sesamanya ini akan
membuat jiwa lebih bahagia, aman, teduh, gembira dan merasa puas.
Keadaan psikologis yang tenang, tanpa amarah dan teduh saat puasa dapat
menurunkan hormon adrenalin. Adrenalin dapat memperkecil kontraksi otot
empedu, menyempitkan pembuluh darah perifer, meluaskan pembuluh darah
koroner, meningkatkan tekanan darah arterial, menambah volume darah
kejantung dan meningkatkan detakannya. Adrenalin juga menambah
pembentukan kolesterol dari lemak protein berkepadatan rendah. Berbagai hal
tersebut ternyata dapat meningkatkan resiko penyakit pembuluh darah, jantung
dan otak, seperti jantung koroner, stroke dan yang lainnya. Sehingga dengan
berkurangnya adrenalin dalam jumlah yang cukup membuat kita relatif lebih
sehat.
3. Puasa Mencegah Kerusakan Syaraf
Dr. Manfaluthy Hakim, Sp.S(K), Ketua Kelompok Studi Neurofisiologi dan
Saraf Tepi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia menyatakan puasa
memiliki banyak keuntungan bagi kesehatan, salah satunya mengistirahatkan
saluran cerna serta proses detoksifikasi (membuang racun tubuh). Selain itu,
pengalihan sumber energi dari glukosa menjadi penggunaan lemak sangat
membantu pencegahan kerusakan saraf. Hasil metabolisme glukosa
mempunyai efek buruk pada saraf dan otot. Saat berpuasa, asupan makanan
kita berkurang sehingga sumber energi banyak diambil dari cadangan lemak.

14
Sisa metabolisme lemak tidak seburuk glukosa. Jadi beliau memberikan nasihat
untuk memanfaatkan momen puasa ini dengan sebaik-baiknya.
Kerusakan saraf atau neuropati dialami oleh 1 dari 4 orang berusia 40 tahun ke
atas, terutama pada mereka yang menderita penyakit diabetes. Kerusakan saraf
membutuhkan proses perbaikan bertahun-tahun karena sel saraf tidak mudah
beregenerasi. Neuropati ditandai dengan gejala seperti kram dan kesemutan,
rasa baal, nyeri, pegal-pegal, terutama di bagian kaki, rasa terbakar, rambut
rontok, serta kelemahan tubuh dan anggota gerak.
Neuropati juga bisa dicegah melalui pola makan yang baik. Asupan makanan
yang mengandung vitamin B sangat baik untuk kesehatan saraf. Vitamin B bisa
didapatkan dari berbagai sumber makanan seperti beras yang masih
mengandung kulit ari, daging, buah-buahan, serta sayuran. Jika pola makan
buruk, disarankan mengonsumsi suplemen vitamin neurotropik.
Demikian pengalaman orangtua yang membiasakan dirinya berpuasa dan
merasakan hikmah yang luar biasa hingga usia senja. Ia berpuasa dengan
caranya sendiri, tanpa ada perintah dari agamanya. Michaelango saja
merasakan manfaat luar biasa dari puasa yang dilakukannya, apa lagi kita yang
memang disyari’atkan agama untuk berpuasa. Ketika kita melakukan puasa
dengan benar, pasti kita bisa merasakan manfaat puasa yang lebih dahsyat lagi
bagi kesehatan tubuh kita.

15
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dr Ahmad al-Qadhi dan Dr. Riyadh al-Bibaby mengatakan, puasa dapat meningkatkan
kekebalan tubuh atau sistem imun terhadap berbagai penyakit. Hal ini ditunjukan
dengan peningkatan fungsi sel limfa yang memproduksi sel limfosit T yang bertambah
secara signifikan setelah puasa.
Dr Ahmad al-Qadhi, Dr. Riyadh al-Bibaby bersama rekannya di Amerika melakukan
uji laboratorium terhadap sejumlah sukarelawan yang berpuasa selama bulan
ramadhan. Hasil penelitian ini menunjukan pengaruh positif puasa yang cukup
signifikan terhadap sistem kekebalan tubuh. Indikator fungsional sel-sel getah bening
(lymfocytes) membaik hingga sepuluh kali lipat, walaupun jumlah keseluruhan sel-sel
getah bening tidak berubah, namun prosentase jenis getah bening yang bertanggung
jawab melindungi tubuh dan melawan berbagai penyakit yaitu sel T mengalami
kenaikan yang pesat.

B. SARAN
Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, agar paper ini lebih sempurna
serta dapat bermanfaat bagi pembaca.
Diharapkan para mahasiswa dapat mencari literatur yang lebih banyak dan dapat
dipertanggungjawabkan, untuk mengetahui manfaat-manfaat lain dari berpuasa.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://neomisteri.com/2014/08/penelitian-manfaat-puasa-untuk-meningkatkan-kekebalan-
tubuh/ diakses pada 15 Oktober 2015 pukul 13:04 WIB

Abu Hana El-Firdan. Puasa Menurut Para Ahli Kedokteran. [online] diakses 15 Oktober
2015. http://www.kaahil.wordpress.com.
Lusia Kus Anna. Puasa Cegah Kerusakan Saraf. [online] diakses 15 Oktober 2015.
http://www.ramadhan.kompas.com
Sadie Whitelocks. Fasting ‘could help combat cancer and boost effectiveness of treatmens’.
[online] diakses 15 Oktober 2015. http://www.dailymail.co.uk
Widodo. 20 Mukjizat Puasa Terhadap Kesehatan Manusia. [online] diakses16 Oktober
2015.http://www.health.kompas.com

18

Anda mungkin juga menyukai