Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

DIMENSIA

OLEH KELOMPOK 4:
1. DEVEN FALLO
2. DANI ISTIANA
3. WIWIT PUTRI AKIR RAHAYU
4. SITI NURUL CHOMARIYAH
5. AMIDA PRASTICA PUTRI
6. ENY RIA UTAMI
7. OKTAVIAN SUKMA
8. ERIK PURWANTO
9. RYAN APRI
10. WAHYU WULAN PANGESTU
11. RENITA PUTRI SONYA
12. M. NUR KARISUDDIN
13. SETYAWAN PUTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SATRIA BHAKTI NGANJUK
2014/2015
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Khasus (masalah utama)


Dimensia
B. Alasan Masuk Rumah Sakit:
Tanda dan Gejala
1. Pasien yang menggalami gangguan kognitif sering mengalami:
a. Disorientasi kehilangan daya ingat
b. Penurunan konsentrasi
c. Kerusakan penilaian dan pengambilan keputusan
d. Perilaku social yang tidak sesuai
e. Labil
f. Gelisah
g. Agitasi
h. Menolak perubahan
i. Gangguan bahasa
j. Psikosis
k. Mudah tersinggung, bermusuhan
l. Gangguan lain: Psikiatrik, Neurologis, Reaksi Katastropik, Sindroma
Sundowner
m. Kesulitan mengatur penggunaan keuangan
n. Tidak bisa pulang kerumah jika berpergian
o. Perilaku yang inadekuat
p. Rasa takut
q. Curiga, Mudah tersinggung
r. Siaga tinggi ( hyperalet )

C. Proses terjadinya masalah


1. Definisi Dimensia
Dimensia adalah sindroma klinis yang meliputi hilangnya fungsi
intelektual dan memori yang sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari - hari. Demensia merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami penurunan daya ingat dan daya pikir lain yang
secara nyata mengganggu aktivitas kehidupan sehari-hari (Nugroho,
2008). Ditambahkan oleh Kusumoputro (2006) orang yang mengalami
demensia selain mengalami kelemahan kognisi secara bertahap, juga akan
mengalami kemunduran aktivitas hidup sehari- hari (activity of daily
living/ADL) Ini pun terjadi secara bertahap dan dapat diamati. Awalnya,
kemunduran aktivitas hidup sehari- hari ini berujud sebagai
ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas hidup yang kompleks
(complex activity of daily living) seperti tidak mampu mengatur keuangan.
Gejala klasik penyakit demensia alzheimer adalah kehilangan memori
(daya ingat) yang terjadi secara bertahap, termasuk kesulitan menemukan
atau menyebutkan kata yang tepat, tidak mampu mengenali objek, lupa
cara menggunakan benda biasa dan sederhana, seperti pensil, lupa
mematikan kompor, menutup jendela atau menutup pintu, suasana hati dan
kepribadian dapat berubah, agitasi, masalah dengan daya ingat, dan
membuat keputusan yang buruk dapat menimbulkan perilaku yang tidak
biasa.
Gejala ini sangat bervariasi dan bersifat individual. Gejala bertahap
penyakit alzheimer dapat terjadi dalam waktu yang berbeda- beda, bisa
lebih cepat atau lebih lambat. Gejala tersebut tidak selalu merupakan
penyakit alzheimer, tetapi apabila gejala tersebut berlangsung semakin
sering dan nyata, perlu dipertimbangkan kemungkinan penyakit alzheimer
(Nugroho, 2008).

2. Penyebab umum dimensia


Penyebab dimensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
a. Sindroma dimensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal, Sering pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri,
mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang
ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati, Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
4) penyakit jacob-creutzfeld dll
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit- penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
5) Hidrosefalus komunikansi

3. Klasifikasi
a. Menurut umur:
1) Demensia senilis yaitu demensia yang terjadi pada usia > 65 tahun.
2) Demensia prasenilis yaitu demensia yang terjadi pada usia < 65
tahun.
b. Menurut perjalanan penyakit:
1) Reversibel
2) Irreversibel ( normal pressure hidrosefalus, subdural hematoma,
vitamin B defesiensi, hipotiroidisme, intoksikasi PB).
c. Menurut kerusakan struktur otak:
1) Demensia tipe Alzheimer
Alzheimer adalah penurunan konsentrasi asetilkolin dan kolin asetil
transferase didalam otak dan merupakan penyakit degenerative
akibat kematian sel-sel otak dan umumnya menyebabkan
kemunduran fungsi intelektual atau kognitif, yang meliputi
kemunduran daya mengingat dan proses berfikir.prilaku yang
dialami demensia ini adalah mudah lupa atau pikun. Walaupun
pennyebab demensia tipe Alzheimer belum diketahui secara pasti,
beberapa penelitian telah menyatakan bahwa sebanyak 40 % pasien
mempunyai riwayat keluarga menderita demensia tipe Alzheimer
sehingga faktor genetik sangat dianggap berperan dalam
perkembangan gangguan didalam sekurangnya beberapa kasus.
2) Demensia non Alzheimer
3) Demensia vascular
Penyebab utama dari demensia vaskular adalah penyakit vaskular
cerebral yang multipel yang menyebabkan suatu pola gejala
demensia, yang biasanya juga disebut demensia multi infark.
Demensia vascular ini sering terjadi pada laki-laki khususnya pada
mereka dengan hipertensi yang telah ada sebelumnya atau factor
resiko kardiovaskuler lainnya.
4) Demensia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia)
5) Demensia Lobus frontal temporal
6) Demensia terkait dengan HIV-AIDS
7) Morbus Parkinson
8) Morbus Hungtington
9) Morbus Pick
10) Morbus Jakob-Creutzfeldt
11) Sindrom Gerstmann-Straussler-Scheinker
12) Prion disease
13) Palsi Supranuklear progresif
14) Multiple sklerosis
15) Neurosifilis
16) Tipe campuran

4. Etiologi
Penyebab demensia menurut Nugroho (2008) dapat digolongkan menjadi 3
golongan besar :
a. Sindroma demensia dengan penyakit yang etiologi dasarnya tidak
dikenal, Sering pada golongan ini tidak ditemukan atrofia serebri,
mungkin kelainan terdapat pada tingkat subseluler atau secara
biokimiawi pada sistem enzim, atau pada metabolisme seperti yang
ditemukan pada penyakit alzheimer dan demensia senilis.
b. Sindroma demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi belum dapat
diobati. Penyebab utama dalam golongan ini diantaranya :
1) Penyakit degenerasi spino-serebelar.
2) Subakut leuko-ensefalitis sklerotik van Bogaert
3) Khorea Huntington
4) penyakit jacob-creutzfeld dll
c. Sindoma demensia dengan etiologi penyakit yang dapat diobati, dalam
golongan ini diantaranya :
1) Penyakit cerebro kardiofaskuler
2) penyakit- penyakit metabolik
3) Gangguan nutrisi
4) Akibat intoksikasi menahun
5) Hidrosefalus komunikans

5. Kriteria derajat demensia


a. Ringan : Walaupun terdapat gangguan berat daya kerja dan aktivitas
sosial, kapasitas untuk hidup mandiri tetap dengan higiene personal
cukup dan penilaian umum yang baik.
b. Sedang :Hidup mandiri berbahaya diperlukan berbagai tingkat
suportivitas.
c. Berat :Aktivitas kehidupan sehari-hari terganggu sehingga tidak
berkesinambungan, inkoheren

6. Stadium demensia alzheimer


Penyakit demensia alzheimer menurut Nugroho (2008) dapat berlangsung
dalam tiga stadium yaitu stadium awal, stadium menengah, dan stadium
lanjut.
a. Stadium awal atau demensia ringan ditandai dengan gejala yang sering
diabaikan dan disalahartikan sebagai usia lanjut atau sebagai bagian
normal dari proses menua.
b. Stadium menengah atau demensia sedang ditandai dengan proses
penyakit berlanjut dan masalah menjadi semakin nyata.
c. Stadium lanjut atau demensia berat ditandai dengan ketidakmandirian
dan inaktif total, tidak mengenali lagi anggota keluarga (disorientasi
personal), sukar memahami dan menilai peristiwa, tidak mampu
menemukan jalan di sekitar rumah sendiri, kesulitan berjalan,
mengalami inkontinensia (berkemih atau defekasi), menunjukkan
perilaku tidak wajar dimasyarakat, akhirnya bergantung dikursi roda
atau tempat tidur.

7. Penyebab demensia alzheimer


Penyebab demensia alzheimer masih belum diketahui secara pasti, tetapi
ada beberapa teori menjelaskan kemungkinan adanya faktor genetik,
radikal bebas, toksin amiloid, pengaruh logam alumunium, dan akibat
infeksi virus. Semakin dini penyakit demensia alzheimer dikenali, semakin
baik hasil penanganannya daripada penyakit yang sudah lanjut. Penyakit
alzheimer muncul sebagai gejala perubahan perilaku, kognisi, dan
perubahan aktivitas hidup sehari- hari sehingga anggota keluarga dan
orang terdekat yang mengenali perubahan tersebut.

8. Akibat
a. Daya Ingat (memori)
Berupa penurunan kemampuan penamaan (naming) dan kecepatan
mencari kembali informasi yang telah tersimpan dalam pusat memori
(speed of information retrieval from memory).
b. Intelegensia Dasar (Fluid intelligence)
Yang berarti penurunan fungsi otak bagian kanan yang antara lain
berupa kesulitan dalam komunikasi non verbal, pemecahan masalah,
mengenal wajah orang, kesulitan dalam pemusatan perhatian dan
konsentrasi (dalam Flavel, 1997). Dari penelitian Finkel dan Pederson
(2000), ditemukan bahwa ada hubungan antara bertambahnya umur
dengan kecepatan untuk melakukan persepsi. Kemampuan
mempersepsi (Perceptual speed) disini dicontohkan seperti melakakuan
identifikasi suatu objek atau mengingat suatu digit symbol.
Kemampuan persepsi ini penting karena akan mempengaruhi
kemampuan kognitif seseorang. Biasanya akan mengalami penurunan
seiring bertambahnya usia.

9. Alat ukur demensia


Untuk mengetahui ada tidaknya demensia pada lansia digunakan tes Mini
Mental state Examination (tes mini mental) untuk mendeteksi adanya dan
tingkat kerusakan intelektual.

D. Faktor Demensia
1. Faktor predisposisi dan resiko dari penyakit ini adalah usia, riwayat
penyakit alzheimer (keturunan), kelamin, pendidikan.
2. Faktor resiko yang kemungkinan juga berpengaruh ialah adanya keluarga
dengan sindrom Down, fertilitas yang kurang, kandungan alumunium pada
air minum, dan defisiensi kalsium.

E. Pohon Masalah
Resiko injuri

Effect Gangguan sensori persepsi halusinasi

Core problem Gangguan proses pikir defisit perawatan diri

Causa kerusakan memori


F. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan kognitif berhubungan dengan penurunan proses pikir.
2. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan kognitif.

G. Rencana Tindakan Keperawatan


Dx. Perencanaan
Keperawatan
Tujuan Criteria hasil Intervensi

Gangguan TUM : Klien


proses pikir tidak
berhubungan mengalami
dengan penurunan/gan
sensori gguan proses
persepsi pikir
sensori
TUK 1 : Setelah dilakukan 1. Bina hubungan
pertemuan selama 4 saling percaya
Klien dpt
x 15 menit selama 6 dengan
membina
jam klien menggunakan
hubungan
menunjukkan prinsip
saling percaya
ekspresi wajah komunikasi
bersahabat, terapeuitik:
menunjuukan rasa a. Sapa klien
senang, ada kontak dengan ramah,
mata, mau berjabat baik verbal
tangan, mau maupun non
menyebutkan nama, verbal
mau menjawab b. Perkenalkan
salam, klien duduk diri dengan
berdampingan sopan
dengan perawat. c. Tanyakan
nam lengkap
dan nama
kesukaan
klien
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sifat empati
dan
menerima
klien apa
adanya
g. Berikan
perhatian
dan
perhatikan
kebutuhan
dasar klien
TUK 2 : Klien dapat 1. Lakukan
menunjukkan tindakan
Jaga
berkurangnya kedaruratan sesuai
keselamatan
ansietas dan kebutuhan
klien.
bertambahnya rasa (misalnya untuk
aman dalam aspirasi, cidera)
lingkungannya. 2. Antisipasi bahaya
Klien dapat lingkungan dan
mempertahankan singkirkan benda-
tingkat orientasi benda yang
yang maksimal berisiko
sesuai membahayakan,
kemampuannya. jaga agar
lingkungan
sekitar bebas dari
benda-benda
yang berserakan.
3. Pantau perilaku
dengan rutin,
catat waktu
perubahan
perilaku,
peningkatan
konfusi,
hiperaktivitas,
mulai intervensi
yang sedikit
membatasi
sebelum prilaku
meningkat.
4. Alihkan perhatian
klien ketika
perilaku menjadi
agitasi dan
berbahaya (misal:
memanjat keluar
dari tempat tidur)

TUK 3 : Setelah dilakukan 1. Panggil klien


pertemuan selama 4 dengan namanya
Berespon
x 15 selama 6 jam dan perkenalkan
terhadap
diharapkan Klien diri anda, berikan
defisit kognitif.
dapat instruksi satu
mempertahankan persatu, gunakan
kemampuannya pesan yang
melakukan aktivitas singkat dan jelas.
sehari-hari dalam 2. Bantu memori
lingkungan yang klien dengan
terstruktur. penggunaan
kalender, papan
orientasi,
pengingat
musiman, tanda-
tanda dan label
sesuai kebutuhan.
3. Hindari tuntutan
yang
menimbulkan
stress, dan batasi
tugas klien dalam
mengambil
keputusan
4. Tawarkan
aktivitas yang
sesuai
kemampuan
klien.
5. Hindari atau
batasi situasi
yang memalukan
secara sosial,
dukung dan jaga
martabat klien.
6. Gunakan teknik
mengingat untuk
mendorong klien
menggunakan
ingatan lebih
utuh. Dorong
klien untuk
membicarakan
kejadian-kejadian
masa lalu,
gunakan album
foto untuk
menstimulasi
ingatan.

TUK 4 : Setelah dilakukan 1. Tingkatkan


pertemuan selama 4 keseimbangan
Pertahankan
x 15 selama 6 jam antara tidur dan
tingkat
diharapkan Klien aktivitas.
fungsional
menahan diri dari 2. Bantu klien untuk
klien untuk
ekspresi prilaku berswadaya;
melakukan
yang tidak disadari. gunakan petunjuk
aktivitas hidup
dan penguatan
sehari-hari.
yang positif
3. Bantu klien
dengan toileting
pada jadwal yang
terstruktur,
gunakan celana
sekali pakai
sesuai kebutuhan
untuk menjaga
martabat klien.
4. Pertahankan diet
yang seimbang,
pastikan asupan
cairan yang
adekuta.
Tawarkan finger
foods (makanan
yang dapat
dipegang) bila
klien mengalami
kesulitan
menggunakan
alat-alat makan.
TUK 5 : Keluarga dapat 1. Beri pendidikan
membantu kesehatan pada
Pasien dapat
kesembuhan pasien keluarga tentang
memanfaatkan
selama menjalani cara merawat
sistem
perawatan. pasien.
pendukung
yang ada 2. Bantu keluarga
memberi
dukungan selama
pasien dirawat.

3. Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di
rumah.

Beri reinforcement
positif atas
keterlibatan
keluarga.

TUK 6 1. Klien dapat 1. Diskusikan


Klien dapat menyebutkan dengan klien
menggunakan manfaat, kerugian, tentang manfaat
obat dengan nama, warna, dosis, dan kerugian tidak
benar. efek terapi dan efek minum obat, nama
samping obat. obat, warna, dosis,
2. Pasien dapat cara, efek terapi
mendemonstrasi dan efek samping
kan penggunaan penggunaan obat.
obat yang benar 2. Pantau klien saat
penggunaan obat.
3. Beri pujian pada
klien jika dapat
meminum obat
dengan benar.
4. Diskusikan akibat
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi dengan
dokter.
5. Anjurkan klien
untuk konsultasi
pada perawata
atau dokter jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN SETIAP HARI

A. Kondisi klien :
1. Daya ingat terganggu
2. Sukar berfikir
3. Disorentasi
4. Gelisah

B. Diagnosa keperawatan :
1. Gangguan proses berfikir terhadap gangguan otak
2. Kerusakan komunikasi verbal terhadap gangguan kognitif

C. Tujuan :
Tujuan umum : klien dapat mengenal/berorientasi pada realitas.
Tujuan khusus :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat mendiskusiakn topik yang di ingat
c. Klien daapt mengidentifikasi tempat, waktu, dan orang
d. Klien daapt mengontrol pola pikir
e. Klien dapat memenfaatkan obat dengan baik

D. Tindakan keperawatan :
1. Bina hubungan saling percaya
Intervensi :
a. Beri salam atau panggil nama pasien
b. Sebut nama perawat sambil berjabat tangan.
c. Jelaskan maksud hubungan interaksi.
d. Beri rasa nyaman dan sikap empati.
e. Lakuakn kontak singkat tapi sering.
2. Klien dapat mendiskusikan topik yang ingat
Intervensi :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Memberi umpan balik yang positif.
c. Menentramkan hati kita.
d. Memberi kesempatan kita untuk mengulangi tindakan yang telah
dilakukan.
e. Tidak memaksakan keinginan kita kepada klien.
3. Klien dapat mengidentifikasikan waktu, tempat dan orang
Intervensi :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Orientasi fakta : siapa, dimana, apa yang terjadi.
c. Izinkan barang milik klien dibawa dan dipakai.
4. klien mampu mengontrol pola pikir.
Intervensi :
a. Lakukan kontak singkat tapi sering dengan klien.
b. Observasi klien.
c. Bantu klien dalam mengendalikan pola pikir klien.
5. klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
Intervensi :
a. Diskusikan dengan klien dan anggota keluargatentang dosis, frekuensi,
dan manfaat obat.
b. Anjurkan klien meminta sendiri obat pada perawat dan merasakan
manfaatnya.
c. Diskusikan akibat berhentinya obat tanpa konsultan.
d. Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 ( Lima ) Benar. (Benar
pakai, benar obat, benar dosis, benarcara, benar waktu ).
STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN PADA PASIEN DIMENSIA

A. Masalah utama :Dimensia


Pertemuan ke :1
(Bina hubungan saling percaya)
1. Fase Orentasi :
a. Fase Orientasi
Selamat pagi, Pak. Assalamualakum, kenalkan nama saya perawat
Eny Ria Utami, panggil saja saya Ria. Saya mahasiswa dari STIKES
SATRIA BHAKTI NGANJUK, saya disini 1 minggu akan menemani
Bapak untuk memecahkan masalah yang dihadapi bapak, Nama Bapak
siapa? Alamatnya mana?
b. Evaluasi/validasi
Pak, siapa yang mengantar Bapak kesini? Apa yang terjadi sampai
Bapak kesini? Bagaimana kok sampai bisa begitu?
c. Kontrak
Topik :Bagaimana kalau kita sekarang ngomong-ngomong
tentang barang-barang kesayangan bapak?
Waktu : kira-kira lama? 20-30 menit?
Tempat : kita ngomong-ngomong disini atau bapak punya
pendapat lain?
2. Fase Kerja
Apakah Bapak masih ingat barang-barang kesayangan Bapak?
Sebutkan barang-barang apa yang anda sayangi?
Mendapatkan dari mana?
Bagaimana perasaan Bapak saat mendapat barang itu?
Kapan Bapak menerima barang itu?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi klien subyektif :
Bagaimana perasaan Bapak setelah berbincang?
Evaluasi perawat obyektif :
Coba sebutkan barang-barang yang Bapak sayangi?
b. Tindak lanjut klien
Untuk pertemuan selanjutnya harap mau menyampaikan barang
kesayangan dan dari mana barang-barang tersebut.
c. Kontrak yang akan dating
Topik : Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan perjanjian
kita pada pertemuan selanjutnya bagaimana kalau kita
membicarakan tentang pengembalian ingatan Bapak.
Waktu : Bagaimana kalau kita ngomong-ngomong selama 20-30
menit?
Tempat : Dimana tempat yang Bapak senangi? gimana kalau
Disini?

B. Masalah utama : Gangguan kognitif


Pertemuan ke : 2
(Bantu klien mengutarakan isi hatinya)
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Selamat pagi pak S,
b. Evaluasi / validasi
Pak, siapa yang mengantar bapak kesini?
c. Kontrak
Topik : Kemampuan mengingat barang-barang yang dimiliki
Waktu : Bapak mau berapa lama? Bagaiman kalau 20 -30 menit
saja
Tempat : Kita ngomong-ngomongnya disini atau ditaman,
bagaimana bapak setuju?
2. Fase Kerja
Apakah bapak masih ingat barang-barang kesayangan bapak ?
Sebutkan barang-barng apa yang bapak miliki?
Mendapatkan dari mana ?
Bagaiman perasaan bapak saat mendapat barang itu ?
Kapan bapak menerima barang itu ?

3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Bagaiman perasaan Bapak setelah berbincang-bincang kemarin
b. Tindak lanjut klien
Coba sebutkan barang-barang yang bapak sayangi
c. Kontrak yang akan datang
Topik :Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan
perjanjian kita
pada pertemuan kemarin, selanjutnya bagaimana kalau
kita membicarakan tentang pengembalian ingatan
Bapak
Waktu : Bagaimana kalau kita ngomong-ngomong selama 20-30
menit
Tempat : Dimana tempat yang Bapak senangi? Bagaimana kalaun
disini?

C. Masalah utama : Gangguan kognitif


Pertemuan ke :3
(Klien dapat mengontrol pola pikir)
1. Fase Orientasi
a. Salam Teraupetik
Selamat pagi pak S .
b. Evaluasi / validasi
Siapa yang mengantar bapak kesini
c. Kontrak
Topik : Kemampuan mengingat barang-barang yang dimiliki
Waktu : Bapak mau berapa lama? Bagaiman kalau 20-30 menit
saja
Tempat : Kita ngomong-ngomongnya disini atau ditaman,
bagaimana bapak setuju?
2. Fase Kerja
Apakah bapak sudah minum obat hari ini ?
Berapa jumlah obat yang anda minum hari ini?
Kapan bapak minum obat terakhir ?
Bagaimana perasaan bapak setelah minum obat ?
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
Bagaiman perasaan Bapak setelah berbincang-bincang kemarin

b. Tindak lanjut klien


Coba sebutkan barang-barang yang bapak sayangi
c. Kontrak yang akan datang
Topik : Percakapan kali ini sudah selesai, sesuai dengan
perjanjian kita
pada pertemuan kemarin, selanjutnya bagaimana kalau
kita
membicarakan tentang pengembalian ingatan Bapak
Waktu :Bagaimana kalau kita ngomong-ngomong selama 20-
30 menit
Tempat :Dimana tempat yang Bpak senangi? Bagaimana kalaun
disini?
DAFTAR PUSTAKA

ejournal.undip.ac.id/index.php/psikologi/article/download/2940/2627
Maryam, R. Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Medika Salemba.

Anda mungkin juga menyukai