Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

HIDROLOGI LINGKUNGAN
POS KLIMATOLOGI LENGKAP

OLEH:
KELOMPOK VIII

MUHAMMAD NAUFAL 1210942026


ARUM NABILA 1310941013
SEPPI YULIANA 1310941015
RENO WULANDARI 1310942026
HIDAYATULLAH 1310942028
WIDYA ERYUNINGSIH 1310942029

DOSEN PEMBIMBING:
NUR ANSIHA, MT

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK-UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2015

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1


1.2 Tujuan ........................................................................................................ 1
1.3 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Klimatologi .............................................................................. 3


2.2 Klasifikasi Klimatologi.. ........................................................................... 8
2.3 BMKG Kota Malang.. ............................................................................... 11

BAB VI PENUTUP
6.1 Kesimpulan ................................................................................................ 23

6.2 Saran .......................................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA

2
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pos Klimatologi Tak Lengkap .................................................................... 4

Gambar 2.2 Termometer Maksimum ............................................................................. 6

Gambar 2.3 Termometer Minimum ............................................................................... 6

Gambar 2.4 Termometer Bola Kering ............................................................................ 7

Gambar 2.5 Gun Bellani Integrator Radiation ............................................................... 13

Gambar 2.6 Thermometer tanah ..................................................................................... 13

Gambar 2.7 Anemometer 10 Meter ................................................................................ 14

Gambar 2.8 Wind Meter Anemometer ........................................................................... 14

Gambar 2.9 Sangkar meteorology 15

Gambar 2.10 Piche, Psycrometer, dan Termohigrograf ................................................... 16

Gambar 2.11 Psycrometer ................................................................................................ 16

Gambar 3.1 Campbell Stokes ......................................................................................... 17

Gambar 3.2 Aktinograf................................................................................................... 18

Gambar 3.2 Ombrometer Manual Karangploso ............................................................. 18

Gambar 3.4 Penakar Hujan Hellman .............................................................................. 20

Gambar 5.1 ARWS......................................................................................................... 21

Gambar 5.2 Barometer ................................................................................................... 21

Gambar 5.3 Evaporasi .................................................................................................... 21

BAB I

3
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Cuaca adalah keadaan atmosfer sehari-hari dan terjadi di daerah yang sempit.
Adapun iklim adalah keadaan rata-rata cuaca dalam periode yang lama (umumnya
sekitar 30 tahun) meliputi daerah yang luas. Perbedaan iklim di bumi disebabkan
oleh adanya pengaruh rotasi dan revolusi bumi serta perbedaan letak lintang.
Berdasarkan definisi tersebut, antara cuaca dan iklim hanya berbeda dalam hal
waktu dan wilayah cakupan. Karena cuaca dan iklim merupakan fenomena
atmosfer, maka tidak ada perbedaan antara unsur-unsur cuaca dan iklim.

Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim,
mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara
iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi
dari data-data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya,
orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.
Klimatologi tidak mempelajari fenomena atmosfer secara tepat (misalnya
pembentukan awan, curah hujan, dan petir), tetapi mempelajari kejadian rata-rata
selama beberapa tahun sampai millenia, dan juga perubahan dalam pola cuaca
jangka panjang, dalam hubungannya dengan kondisi atmosfer.

Seperti yang kita rasakan saat sekarang ini, biasanya iklim dapat diprediksi sesuai
dengan data yang diolah pada tahun-tahun sebelumnya, namun hal tersebut dapat
melenceng dari perhitungan atau prediksi iklim yang sebelumnya dikarenakan
pemanasan global dan lain sebagainya, untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap
cuaca dan iklim menggunakan alat ukur tertentu agar dapat diketahui seberapa
drastis perubahan iklim tersebut terjadi setiap tahunnya.

1.2. Tujuan

1. Memenuhi tugas mata kuliah Hidrologi Lingkungan;


2. Mengetahui pengertian dari klimatologi dan alat-alat untuk mengukur
klimatologi;
3. Mengetahui kelengkapan BMKG di Kota Malang.
1.3. Rumusan Masalah

4
1. Apakah yang dimaksud dengan klimatologi dan apa saja alat yang digunakan
dalam pengukuran klimatologi?
2. Apa saja klasifikasi dari klimatologi?
3. Apa saja kelengkapan pos klimatolgi di Kota malang?

BAB II

5
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Klimatologi

Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim,
mengapa iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara
iklim dan dengan aktivitas manusia. Karena klimatologi memerlukan interpretasi
dari data-data yang banyak sehingga memerlukan statistik dalam pengerjaannya,
orang-orang sering juga mengatakan klimatologi sebagai meteorologi statistik.
Klimatologi merupakan ilmu tentang atmosfer. Mirip dengan meteorologi, tapi
berbeda dalam kajiannya, meteorologi lebih mengkaji proses di atmosfer
sedangkan klimatologi pada hasil akhir dari proses-proses .

Iklim adalah keadaan rata-rata udara dari suatu daerah yang relatif luas dan dalam
jangka waktu yang lama (Hartono, 2012). Sedangkan menurut World Climate
Conference (1979) dalam Suganda, et al (2010), iklim didefinisikan sebagai
berikut: sintesis kejadian cuaca selama kurun waktu yang panjang yang secara
statistik cukup dapat dipakai untuk menunjukkan nilai statistik yang berbeda
dengan keadaan pada setiap saatnya. Jadi, iklim hampir sama dengan cuaca.
Hanya saja, cuaca merupakan bentuk awal yang dihubungkan dengan penafsiran
dan pengertian akan kondisi fisik udara sesaat pada suatu lokasi dan suatu waktu,
sedangkan iklim merupakan kondisi lanjutan dan merupakan kumpulan dari
kondisi cuaca yang kemudian disusun dan dihitung dalam bentuk rata-rata kondisi
cuaca dalam kurun waktu tertentu.

Meskipun berada dalam ruang lingkup yang luas, iklim di permukaan bumi tidak
sama pada setiap tempat. Artinya terdapat variasi iklim di bumi yang masing-
masing berbeda satu sama lain. Ada daerah di bumi yang memiliki iklim panas,
ada pula yang beriklim dingin bahkan beku. Daerah yang beriklim panas
umumnya terdapat pada wilayah yang dilalui garis katulistiwa. Selanjutnya
semakin menuju ke kutub, iklimnya semakin dingin. Sedangkan daerah kutub
memiliki iklim yang beku hampir di sepanjang tahun. Hal tersebut memberikan
indikasi bahwa iklim di suatu daerah berkaitan erat dengan letak garis lintang dan
ketinggiannya di muka bumi.

6
Pos klimatologi sangat dibutuhkan dalam pemantauan iklim. Pos klimatologi
terdiri dari 2, yaitu:
1. Pos klimatologi tidak lengkap

Gambar 2.1 : Pos Klimatologi tak lengkap

Gambar tersebut menunjukkan suatu bangunan di lokasi terbuka,


berukuran minimal 2m x 4 m yang dalam bangunan itu ditempatkan alat
untuk mengukur data cuaca yang terdiri atas AUHB dan AUHO.

2. Pos klimatologi lengkap


Pos klimatologi lengkap terdiri dari:
a. AUHB
Pada dasarnya alat ini terdiri dari : corong dengan diameter tertentu
(umumnya 8") diperlengkapi dengan cincin bibir tajam agar ada batas
yang tajam antara air yang masuk dalam corong dan yang tidak diukur,
cincin bibir terbuat dari lembaga atau kuningan agar tidak mudah
berkarat, dengan adanya pipa pada corong, diharapkan kemungkinan
penguapan dapat di perkecil dan dapat diabaikan dalam menentukan
tinggi hujan. Botol penampung air hujan, penopang corong dan sebuah
gelas ukur. Tiap hari / pagi hari, corong penangkap hujan diangkat,
botol diambill dan diganti yang kosong. Air di dalam botol penampung
diukur dengan memakai gelas ukur, untuk mengukur jumlah hujan
yang dinyatakan dalam mm atau (inch) tiap 1 hari atau 24 jam,
misalnya h = 15 mm/24 jam. Sebelum pengukuran dilakukan harus
sudah mempunyai data komulatif sebelumnya (hujan kumulatif untuk
periode 24 jam).

7
Syarat-syarat penempatan alat pengukur hujan biasa (operational
hydrologis).
1. Harus diletakan di tempat yang bebas halangan, supaya tidak ada
pengaruh hujan tidak langsung misalnya : pengaruh air tumbuh-
tumbuhan yang terbawa angin. Umumnya 45% terhadap horizontal
tidak ada halangan, atau alat tersebut di tempatkan pada jarak antara
2 sampai 4 x tinggi objek terdekat.
2. Mulut penakar diletakkan + 120 cm dari permukaan tanah, untuk
mencegah adanya air hujan yang terpantul dan tidak boleh miring,
sebab dengan miringnya mulut penakar berarti lebih sedikit air yang
tertampung dan makin tinggi mulut penakar makin banyak koreksi
yang harus dilakukan terhadap hasil pengukuran.
3. Alat pengukur hujan tidak pernah di etakkan pada tepi atau di atas
bukit, apabila masih bisa memilih lokasi yang datar, pilihan lokasi
pada tepi/di atas bukit dapat dilakukan asal di tempat terlindung dari
angin kencang/puyuh.
4. Harus dipagari, supaya tidak terganggu oleh binatang/manusia.
Jarak alat terhadap pagar lebih kurang 2 sampai 4 kali tinggi pagar.
5. Diusahakan dekat dengan tenaga pengamat.
6. Syarat-syarat teknis alat harus dipenuhi (harus standard).

b. AUHO
Keuntungan penggunaan alat pbngukur hujan otomatis
1. Hujan direkam secara otomatis, sehingga tidak perlu ditunggui terus
menerus dan dapat di letakkan pada lokasi yang jauh dari
pengamat.
2. Hasil rekaman memberikan gambaran terhadap nilai itensitas setiap
saat.
3. Dapat memperkecil kesalahan pembacaan.

Kerugian
1. Biaya lebih mahal.

8
2. Kesalahan elektris dan mekanik bisa terjadi.

c. Termometer
1. Termometer maximum
Thermometer maximum berfungsi untuk mengukur suhu
maksimum. Hasil baca suhu maksimum harus lebih tinggi atau
serendah-rendahnya sama dengan suhu udara hasil pembacaan dari
thermometer bola kering yang tertinggi pada hari yang
bersangkutan.

Gambar 2.2 : Termometer Maksimum


2. Termometer minimum
Thermometer minimum berfungsi mengukur suhu minimum yang
terjadi dalam 1 hari. Hasil pembacaan suhu minimum harus lebih
rendah atau setinggi-tinggi sam dengan suhu udara hasil
pembacaan dari thermometer bola kering yang terendah pada hari
yang bersangkutan.

Gambar 2.3 : Termometer Minimum


3. Termometer bola basah

9
Thermometer bola basah adalah suhu yang didapat bila udara
didinginkan pada tekanan konstan sampai jenuh oleh penguapan air
yang panas untuk penguapan air berasal dari udara tersebut.
4. Termometer bola kering
Termometer bola kering adalah temperatur udara yang diukur
menggunakan thermometer yang terkenan udara bebas namun
terjaga dari sinar matahari dan embun.

Gamber 2.4 : Termometer Bola Kering


d. Termohigroraf
Termohigroraf adalah alat yang dapat mencatat suhu dan kelembaban
udara dengan sendirinya secara kontinu. Alat ini dipasang di dalam
sangkar meterologi.
e. Anemometer
Anemometer adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur/
menentukan kecepatan angin. Semua fungsi anemometer tersebut
sama, yaitu untuk mengukur kecepatan angin. Perbedaanya terletak
pada prinsip dan cara menggunakannya. Anemometer digital
merupakan alat yang terdiri atas tombol-tombol dan layar tampilan
(display). Anemometer digital memiliki tiga skala pengukuran yaitu
meter/sekon, km/jam, dan knots. Pada anemometer digital pengukuran
dapat dilakukan berulang-ulang dan data akan otomatis tersimpan
dalam memori.

f. Sunshine recorder

10
Sunshine recorder merupakan alat perekam lama penyinaran matahari
yang terekam oleh terbakarnya pias. Alat ini terdiri dari bola kaca dan
mangkuk logam yang mengelilingi bagian belakang bola kaca.
Sepotong kertas rekam yang telah dikalibrasi kepekaannya terhadap
panas dipasang pada bagian lengkung. Cara kerjanya adalah pada saat
matahari muncul sinarnya menerangi bola gelas melewatinya,
kemudian sinar difokuskan dan membakar kertas pias yang diletakkan
dibelakangnya. Intensitas radiasi matahari tercatat pada kertas tesebut
dalam jam menit serta hari ukurnya.
g. Aktinograf
Aktinograf berfungsi Untuk mengatur radiasi sinar matahari. Hasilnya
dituliskan dalam satuan W/m2. Berperekam atau otomatis mengukur
setiap saat pada siang hari radiasi surya yang jatuh ke alat. Sensor atau
yang peka bila kena sinar surya terdiri atas bimetal (dwilogam)
berwarna hitam mudah menyerap radiasi surya. Panas karena radiasi
yang diserap ini membuat bimetal melengkung.
h. Panci evaporasi

2.2 Klasifikasi Klimatologi

Berdasarkan letak astronomis dan ketinggian tempat, iklim terbagi menjadi dua
yaitu iklim matahari dan iklim fisis.

Sedangkan klasifikasi iklim menurut para ahli sebagai berikut:


1. Iklim matahari
Iklim matahari adalah iklim yang didasarkan atas perbedaan panas matahari
yang diterima permukaan bumi. Daerah-daerah yang berada pada lintang tinggi
lebih sedikit memperoleh sinar matahari, sedangkan daerah yang terletak pada
lintang rendah lebih banyak menerima sinar matahari

Berdasarkan iklim matahari terbagi menjadi:


iklim tropik; iklim sub tropik; iklim sedang dan iklim dingin.

2. Iklim koppen

11
Wladimir Koppen seorang ahli berkebangsaan Jerman membagi iklim
berdasarkan curah hujan dan temperatur menjadi lima tipe iklim :
1. Iklim A, yaitu iklim hujan tropis.
o temperatur bulanan rata-rata > 18 oC;
o suhu tahunan 20 oC 25 oC
o curah hujan bulanan > 60 mm.
2. Iklim B, yaitu iklim kering/gurun .
Dengan ciri curah hujan < penguapan, daerah ini terbagi menjadi Iklim
stepa dan gurun.
3. Iklim C, yaitu iklim sedang basah.
Dengan ciri temperatur bulan terdingin -3oC - 18oC, daerah ini terbagi
menjadi :
Cs (iklim sedang laut dengan musim panas yang kering)
Cw (iklim sedang laut dengan musim dingin yang kering)
Cf (iklim sedang darat dengan hujan dalam semua bulan)
4. Iklim D, yaitu iklim dingin.
Dengan ciri temperatur bulan terdingin < 3oC dan temperatur bulan
terpanas >10oC, daerah ini terbagi menjadi Dw, Df
Dw = iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang kering
Df = iklim sedang (darat) dengan musim dingin yang lembab.
5. Iklim E, yaitu iklim kutub.
Dengan ciri bulan terpanas temperaturnya kurang dari 10oC Daerah ini
terbagimenjadi :
ET Iklim tundra
DF Iklim salju

3. Klasifikasi Iklim Schmidt-Ferguson

Sistem klasifikasi iklim ini banyak digunakan dalam bidang kehutanan dan
perkebunan serta sudah sangat dikenal di Indonesia.Kriteria yang digunakan
adalah dengan penentuan nilai Q, yaitu perbandingan antara bup/lan kering
(BK) dan bulan basah (BB) dikalikan 10% (Q = BK / BB x 100%).

12
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan dari sistem klasifikasi
Mohr (Mohr menentukan berdasarkan nilai rata-rata curah hujan bulanan
selama periode pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson
ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian
dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.

Kriteria bulan basah dan bulan kering (sesuai dengan kriteria Mohr) adalah :

1. Bulan Basah (BB)


Bulan dengan curah hujan > 100 mm
2. Bulan Lembab (BL)
Bulan dengan curah hujan antara 60 100 mm
3. Bulan Kering (BK)
Bulan dengan curah hujan < 60 mm

Schmidt dan Ferguson membagi iklim berdasarkan banyaknya curah hujan


pada tiap bulan yang dirumuskan sebagai berikut :
Banyaknyabulan kering
Q=
Banyaknya bulan basah
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari nilai Q yang
dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu:
Tabel 3. Klasifikasi Schmidt-FergusonTipe Iklim Nilai Q (%) Keadaan Iklim
dan Vegetasi

A < 14,3 Daerah sangat basah, hutan hujan tropika

B 14,3 33,3 Daerah basah, hutan hujan tropika

C 33,3 60,0 Daerah agak basah, hutan rimba, daun gugur

D 60,0 100,0 Daerah sedang, hutan musim

E 100,0 167,0 Daerah agak kering, hutan sabana

F 167,0 300,0 Daerah kering, hutan sabana

G 300,0 700,0 Daerah sangat kering, padang ilalang

H > 700,0 Daerah ekstrim kering, padang ilalang

13
4. Iklim Menurut Oldeman

Oldeman membagi iklim menjadi 5 tipe iklim yaitu:


Iklim A. Iklim yang memiliki bulan basah > 9 kali berturut-turut
Iklim B. Iklim yang memiliki bulan basah 7-9 kali berturut-turut
Iklim C. Iklim yang memiliki bulan basah 5-6 kali berturut-turut
Iklim D. Iklim yang memiliki bulan basah 3-4 kali berturut-turut
berdasarkan urutan bulan basah dan kering dengan ketentuan tertentu diurutkan
sebagai berikut:
Bulan basah bila curah hujan lebih dari 200 mm
Bulan lembab bila curah hujan 100 200 mm
Bulan kering bila curah hujan kurang dari 100 mm

5. Iklim Junghuhn

Pembagian iklim didasarkan pada ketinggian tempat yang ditandai dengan


jenis vegetasi, zone iklimnya adalah terbagi lima zone:
1. Zone iklim panas. Ketinggian 0 700 m, suhu rata-rata tahunan > 220 C (
padi, jagung, tebu dan kelapa).

2. Zone iklim sedang. Ketinggian 700-1500m, suhu rata-rata tahunan antara


15 220 C ( kopi, the, kina dan karet).

3. Zone iklim sejuk. Ketinggian 1500 2500, suhu rata-rata tahunan 110 C
150 C (cocok tanaman holtikultura).

4. Zone iklim dingin. Ketinggian 2500 400m, dengan suhu rata-rata


tahunan 110 C (zone ini tumbuhan yang ada berupa lumut).

5. Zone iklim salju tropis. Ketinggian lebih dari 400m dari permukaan laut,
di daerah ini tidak terdapat tumbuhan.

2.3 BMKG Kota Malang

BMKG mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen


(LPND), dipimpin oleh seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas dalam
melaksanakan tugas pemerintahan di bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas
Udara dan Geofisika sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

14
Letak stasiun ini terdapat di Jalan Zentana No 33 Karangploso Malang 65152.
Jika berdasarkan titik koordinatnya terletak di garis lintang: 07 o 5405 LS, dan
digaris bujur :112o 3548" BT, didirikan tahun 1998, dan dikelola langsung oleh
BMKG pusat.

Tujuan pendirian stasiun adalah:


1. Mengamati cuaca untuk keperluan prakiraan musim
2. Untuk membantu didalam bidang pertanian dalam hal penentuan awal
musim tanam yang baik
3. memberikan informasi cuaca daerah Jawa Timur, khususnya wilayah
Malang Raya dan sekitarnya.
4. Berfungsi sebagai koordinator pengumpulan data curah hujan seluruh
Jawa Timur.

Nama tempat peletakan alat- alat ini disebut Taman Alat. Taman alat ini letaknya
disusun sedemikian rupa tergantung dari situasi lokasi setempat. Taman alat disini
mempunyai ukuran pxl 60 m x 40 m. Dengan luas 2400 meter persegi, alat0alat
disini sudah tergolong lengkap dan mempunyai standart WMO (World
Meteorogical Organozation), yaitu organisasi tentang Meteorologi Internasional
yang mana bertugas memberikan standart pada alat-alat.
Syarat Lokasi yaitu:
Tanah hendaknya luas dan datar jauh dari gedung-gedung
Sudut pandangan 45o berumput pendek , kanan kiri tidak boleh
ada bangunan /pohon yg tinggi disekitarnya.
Diberikan pagar, yang mana untuk menghindari gangguan binatang atau
anak-anak
Lebih baik lagi jika terletak diwilayah pertanian

Alat-Alat:
Di area taman alat, tentu didalam tempat berumput dan berkeliling pagar-pagar itu
terdapat sebuah alat pengujian terhadap iklim. Alat-alat ini banyak sekali,
diantaranya ada alat untuk pengukur curah hujan, alat pengukur radiasi matahari,
alat pengukur tekanan angin, alat pengukur kelembaban udara, dan lainnya.
Berikut uraian alat-alat tersebut:

15
1. Gun Bellani Integrator Radiation
Gun bellani digunakan untuk mengukur pemanasan bumi oleh matahari. Semakin
besar selisih nya, maka semakin banyak panas yang diserap oleh bumi. Atau
digunakan untuk mengukur penguapan permukaan.

Gambar 2.5 Gun Bellani Integrator Radiation

2. Soil Thermometer (Thermometer Tanah)

Gambar 2.6 Thermometer tanah

Termometer tanah berfungsi sebagai pengukur suhu didalam tanah. Termometer


tanah ini terdiri dari dua jenis, yaitu termometer tanah berumput dan termometer
tanah gundul. Tiap termometer disusun sedemikian rupa dengan jenis kedalaman
yang berbeda-beda. Diantara kedalaman tersebut menurut WMO adalah:
kedalaman 0 cm, 2cm, 5 cm, 10 cm, 20 cm, 50 cm, dan 1 meter. Perlakuan ini
dilakukan karena tiap kedalaman tanah mempunyai perbedaan suhu sesuai dengan
kemampuan penyinaran matahari terhadap objek tanah.

3. Oven Pan Evaporimeter


Panci Penguapan (Oven Pan Evaporimeter) adalah suatu alat yang berfungsi
sebagai pengukur penguapan air, satuannya adalah milimeter (mm). Ukuran Oven
Pan adalah : Tinggi Alat 25.4 cm, diameter alat 120.7 cm. Alat ini dilengkapi
dengan:

16
a. Thermometer air Six Bellani (Thermometer Apung), yaitu berfungsi
mengukur suhu dalam air dalam Oven Pan Evaporimeter.
b. Alat pengukur tinggi permukaan air alat ini berfungsi menjaga kestabilan air
didalamnya dari angin atau yang lainnya. Sehingga air yang ada didalamnya
tetap stabil dan untuk menjaga keakuratannya.
c. Cup Counter Anemometer, tinggi 05 meter. Fungsi alat : Pengukur Kecepatan
Angin Rata-rata harian, Satuan Km / Jam. Keterangan Prinsip kerja seperti
garakan Spedometer sepeda motor dalam satuan km/jam. Kecepatan angin
rata-rata harian adalah selisih pembacaan angka dibagi 24 jam.

4. Anemometer 10 Meter

Gambar 2.7 Anemometer 10 Meter

Namannya saja Anemometer 10 meter, tentu anemometer ini mempunyai


ketinggian 10 meter. Ketinggian ini sudah standart dari WMO (World
Metereological Organization). Alat ini diatas berfungsi mengukur kecepatan
angin, cara kerjanya adalah : angin yang bertiup akan menggerakkan cup dan
mengarahkan wing pin ke arah mata angin. Setelah itu, kecepatan laju putaran dan
arah angin akan dikirim kedalam wind meter seperti gambar dibawah ini

Gambar 2.8 Wind Meter Anemometer

17
Gambar diatas menunjukkan bahwa angin mengarah ke arah timur, tepatnya di
10-160 derajat arah pukul lima. Anemometer diatas terdiri dari :
1. Cup counter yang berfungsi menerima angin dan kemudian ia berputar-putar,
2. Wing pin, berfungsi sebagai menujuk arah mata angin.

5. Sangkar Metereologi
Sangkar meteorologi pada umumnya dipasang di taman alat-alat meteorology.
Pemasangan alat-alat meteorologi di dalam sangkar dimaksudkan supaya hasil
pengamatan dari tempat-tempat dan waktu yang berbeda dapat dibandingkan satu
sama lain. Selain itu, alat-alat yang terdapat di dalam sangkar akan terlindung dari
radiasi matahari langsung, hujan, dan debu. Sangkar cuaca dibuat dari kayu yang
baik sehingga tahan terhadap perubahan cuaca. Sangkar dicat putih supaya tidak
banyak menyerap radiasi panas matahari.

Gambar 2.9 Sangkar meteorologi

Sangkar dipasang dengan lantainya yang berada 120 cm di atas tanah, panjang
60cm, dan lebanya 40cm pemansangan ini sudah merupakan aturan standar
internasional WMO. Sangkar harus dipasang dengan kuat menggunakan pondasi
yang dicor beton sehingga tetap kokoh dari angin kencang. Selain itu agar tidak
mudah di makan rayap. Sangkar mempunyai dua buah pintu dan dua jendela yang
berlubang-lubang. Lubang ini memungkinkan adanya aliran udara. Temperatur
dan kelembaban udara di dalam sangkar mendekati/hampir sama dengan
temperatur dan kelembaban udara di luar. Sangkar dipasang dengan pintu
membuka menghadap utara-selatan, sehingga alat-alat yang terdapat di dalamnya
tidak terkena radiasi matahari langsung sepanjang tahun. Jika matahari berada

18
pada belahan bumi selatan pintu sebelah utara yang dibuka untuk observasi atau
sebaliknya.

Gambar 2.10 Urut dari kiri: Piche, Psycrometer, dan Termohigrograf

Didalam sangkar metereologi, terdapat beberapa alat tentunya, alat-alat tersebut


adalah:
a. Psycrometer adalah tatanan, atau tempat untuk menata termometer dengan
letak vertikal dan horizontal. Terdiri dari 4 termometer, yaitu:

Gambar 2.11 Psycrometer

b. Termometer Maximum dan Minimum, dipsang dengan posisi horizontal,


termometer ini berguna untuk mengukur suhu paling kecil dan paling besar.
Termometer minimum digunakan untuk mengukur suhu terkecil dan dapat
berubah-ubah suhunya sedangakan mengenai termometer suhu makasimum,
yaitu bila suhu didalam sangkar mencapai suhu tertinggi, maka termometer ini
akan tetap menunjukkan suhu tersebut sampai petugas mencatat dan
mengembalikan ke posisi 0.
c. Termometer basah dan kering. ipasang dengan posisi vertikal. Adalah
termometer air raksa dalam bejana kaca bertujuan mengukur suhu udara aktual

19
yang terjadi (termometer bola kering), tabung air raksa dibiarkan kering untuk
mengukur suhu udara sebenarnya. Adapun thermometer bola basah adalah
thermometer yang pada bola air raksa (sensor) dibungkus dengan kain basah
agar suhu yang terukur adalah suhu saturasi/ titik jenuh, yaitu suhu yang
diperlukan agar uap air di udara dapat berkondensasi. Suhu udara didapat dari
suhu pada termometer bola kering, sedangkan RH (kelembaban udara) didapat
dengan perhitungan khusus.

6. Campbell Stokes
Campbell Stokes adalah sebuah alat berupa bola kaca yang menyerupai kaca lup,
yang digunakan untuk menyinari kertas pias. Fungsi alat ini adalah untuk
mengukur lamanya penyinaran yang ditandai dengan terbakarnya kertas pias.

Gambar 2.12 Campbell Stokes


Macam-macam kertas pias:
1. Kertas pias lengkung,
2. Kertas Pias lurus,
3. Kertas Pias Lengkung Pendek,

7. Aktinograf
Aktinograf adalah alat yang digunakan untuk mengukur intensitas radiasi matahari
secara otomatis. Dengan tinggi 120cm diatas permukaan tanah, alat ini
mempunyai sebuah pencatatan otomatis diatas sebuah kertas putih bergrafik.
Kertas putih tersebut nantinya akan menuliskan grafik sesuai dengan penerimaan
cahaya pada bola kaca yang menyerupai Campbell tadi. Perlu diketahui,
penggantian kertas Aktinograf adalah tiap pukul 20.00, atau tergantung GMT
pukul 03.00 (Greenwich Mean Time ) wilayah barat. atau rumusnya GMT +7 jam

20
Gambar 2.13 Aktinograf
8. Ombrometer
Ombrometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur hujan. Ada dua jenis
Ombrometer, yaitu Ombrometer Observarium, dan Penakar Hujan Otomatis (Tipe
Hellman).
1. Ombrometer Observarium
Penakar hujan ini tipe non otomatis (non recording), bentuknya sederhana terbuat
dari seng plat tinggi kurang lebih 60 Cm dicat aluminium, ada juga yang terbuat
dari pipa pralon tinggi 100 Cm. Penakar hujan biasa terdiri atas :

Gambar 2.14 Ombrometer


Manual Karangploso

Sebuah corong yang dapat dilepas dari bagian badan alat, mulut corong
(bagian atasnya) terbuat dari kuningan yang berbentuk cincin (lingkaran )
dengan luas 100 cm2.
Bak tempat menampung air hujan.
Kran, untuk mengeluarkan air dari dalam bak ke gelas ukur.
Kaki yang berbentuk silinder, tempat memasang penakar hujan pada
pondasi kayu dengan cara disekrup.
Gelas ukur penakar hujan untuk luas corong 100 Cm2 , dengan skala ukur
0 s/d 25 mm. Keseragaman pemasangan alat, cara pengamatan, dan waktu

21
observasi sangat diperlukan untuk memperoleh hasil pengamatan yang
teliti, dengan maksud data yang dihasilkan dapat dibandingkan satu sama
lain.
Cara pengamatan curah hujan dengan alat ini adalah :
Pengamatan untuk curah hujan harus dilakukan tiap hari pada jam 07.00
waktu setempat (00.00 GMT), atau jam-jam tertentu.
Buka kunci pengaman dan letakkan gelas penakar hujan dibawah kran,
kemudian kran dibuka agar airnya tertampung dalam gelas penakar.
Jika curah hujan diperkirakan melebihi 25 mm. sebelum mencapai skala
25 mm. kran ditutup dahulu, lakukan pembacaan dan catat. Kemudian
lanjutkan pengukuran sampai air dalam bak penakar habis, seluruh yang
dicatat dijumlahkan.
Untuk menghindarkan kesalahan parallax (kesalahan yang disebabkan
adanya penyimpangan ukuran yang pada awal perencanaan diabaikan. Hal
ini disebabkan ukuran tersebut biasanya sangat kecil, bahkan
mendekati nol), pembacaan curah hujan pada gelas penakar dilakukan
tepat pada dasar meniskusnya.
Bila dasar meniskus tidak tepat pada garis skala, diambil garis skala yang
terdekat dengan dasar meniskus tadi.
Bila dasar meniskus tepat pada pertengahan antara dua garis skala, diambil
atau dibaca ke angka yang ganjil, misalnya : 17,5 mm. menjadi 17 mm..
24,5 mm. menjadi 25 mm.
Untuk pembacaan setinggi x mm dimana 0,5 / x / 1,5 mm, maka dibaca x
= 1 mm.
Untuk pembacaan lebih kecil dari 0,5 mm, pada kartu hujan ditulis angka
0 (Nol) dan tetap dinyatakan sebagai hari hujan.
Jika tidak ada hujan, beri tanda ( ) atau ( . ) pada kartu hujan.
Jika tidak dapat dilakukan pengamatan dalam satu atau beberapa hari, beri
tanda (X) pada kartu hujan.
Apabila gelas penakar hujan biasa (Obs.) pecah, dapat digunakan gelas
penakar hujan Hellman dimana hasil yang dibaca dikalikan 2. Atau dapat

22
juga dipakai gelas ukur yang berskala ml. (Cc), yang dapat dibeli di
Apotek terdekat.

9. Penakar Hujan Hellman


Adalah sebah alat pengukur hujan otomatis. Cara kerja alat ini adalah jika terjadi
hujanm maka air hujan akan masuk dan menaikkan pelampung, lalu tinta akan
naik dan menulis diatas kertas pias sesuai hujan yang diterima.

Gambar 2.15 Penakar Hujan Hellman

11. ARWS (Auto Rain Water Sampler)


Adalah digunakan untuk mengoperasikan penakar hujan otomatis untuk
menampung sampel air hujan. Peralatan sensor yang dipakai ini sangat peka,
begitu saat hujan terjadi maka motor penggerak akan membuka tutup peralatan
pengumpul sampel air hujan secara otomatis yang kemudian sampel air hujan
dialirkan melalui selang ke botol plastik yang berbahan dasar polyethylene.
Sensor ini akan menutup secara otomatis selama tidak ada periode hujan (saat
hujan berhenti) yang bertujuan untuk menghindari atau mencegah
terkontaminasinya sampel air hujan oleh polutan yang terbawa saat periode
endapan kering (dry deposition) seperti debu yang dibawa oleh angin.

23
Gambar 2.16 ARWS
11. Barometer
Adalah alat untuk mengukur tekanan udara. Istilah Barometer ini diperkenalkan
pada 1665-1666 oleh seorang ilmuwan alam yang berasal dari Irlandia bernama
Robert Boyle. Kata tersebut diturunkan dari sebuah istilah Yunani bros yang
berarti 'berat, bobot' dan mtron yang berarti 'ukuran', yang berarti ukuran berat
udara.

Gambar 2.17 Barometer

12. Evaporasi

Gambar 2.18 Evaporasi

Pengukuran air yang hilang melalui penguapan (evaporasi) perlu diukur untuk
mengetahui keadaan kesetimbangan air antara yang didapat melalui curah hujan

24
dan air yang hilang melalui evaporasi. Alat pengukur evaporasi yang paling
banyak digunakan sekarang adalah Panci kelas A. Evaporasi yang diukur dengan
panci ini dipengaruhi oleh radiasi surya yang datang, kelembapan udara, suhu
udara dan besarnya angin pada tempat pengukuran. Ada dua macam peralatan
pengukur tinggi muka air dalam panci. Pertama alat ukur micrometer pancing dan
yang kedua alat ukur ujung paku yang dipasang tetap (fixed point). Kesalahan
yang besar dari pengukuran evaporasi terletak pada tinggi air dalam panci. Oleh
sebab itu muka air selamanya harus dikembalikan pada tinggi semula yaitu 5 cm
di bawah bibir panci. Makin rendah muka air dalam panci, makin rendah pula
terjadinya penguapan. Kejernihan air dalam panci perlu diperhatikan. Air yang
keruh, evaporasi yang terukur akan rendah pula. Usahakan air jangan sampai
berlumut. Tinggi air diukur dengan satuan mm. Alat ukur mikrometer mampu
mengukur dalam mm dengan ketelitian seperti seratus mm. Ketelitian pengukuran
itu diperlukan karena tinggi yang diukur tidak sama besar meliputi 5 sampai 8
mm. Pada musim penghujan nilainya kecil sedangkan pada musim kemarau besar.
Pengamatan dilakukan sekali dalam 24 jam ketika pagi hari. Pengamat yang setiap
hari mengukur evaporasi harus mempunyai keterampilan dan kejelian melihat
batas air yang diukur. Alat perlengkapannya adalah tabung peredam, termometer
maksimum-minimum permukaan air yang tertampung, termometer maksimum-
minimum di permukaan panci dan anemometer cup counter setinggi 30 cm di atas
tanah. Sekeliling panci harus ditumbuhi rumput pendek. Permukaan tanah yang
terbuka atau gundul menyebabkan evaporasi yang terukur tinggi (efek oase).
Pasanglah alat pada tempat yang terbuka tidak terhalang oleh benda-benda lain
dan berada di tengah-tengah lapang rumput dari stasiun klimatologi.

25
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya didapatkan beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Klimatologi adalah ilmu yang mencari gambaran dan penjelasan sifat iklim, mengapa
iklim di berbagai tempat di bumi berbeda , dan bagaimana kaitan antara iklim dan
dengan aktivitas manusia;
2. Alat yang digunakan dalam klimatologi antara lain: Termometer, Anemometer, Panci
penguapan, aktinograf, dll;
3. Klasifikasi klimatologi antara lain: iklim matahari, iklim koppen, Iklim Schmidt-
Ferguson, iklim menurut oldemen;
4. BMKG Kota Malang merupakan salah satu BMKG yang memiliki pos klimatologi
lengkap.

3.2 Saran

Diharapkan makalah ini dapat nermanfaat bagi pembacanya dan semoga dapat
memberikan pengetahuan lebih mengenai pos klimatologi beserta alat ukur yang
digunakan dalam mengukur klimatologi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Biro Pusat, 1994. Klasifikasi Iklim. Jakarta: Erlangga

Rafael Chandelfila , S. 1982. Pengantar Meteorologi dan Klimatologi. Jakarta: Balai


Pustaka

Tjasyono, 2004. Klimatologi. Bandung: ITB

Wariono, dkk. 1987. Pengantar Meteorologi dan Klimatolog. Surabaya: Bina Ilmu

27

Anda mungkin juga menyukai