Anda di halaman 1dari 15

SINDROM KOMPARTEMEN AKUT

Advetorial
Monica Djaja Saputera1,2
1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat
2
Departemen Ilmu Penyakit Bedah Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang

ABSTRAK
Sindrom kompartemen akut merupakan kondisi kegawatdaruratan medik yang ditandai
dengan adanya peningkatan tekanan intrakompartemen pada kompartemen osteofasial yang
tertutup.
Kondisi ini banyak terjadi pada kasus trauma saat olahraga, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, crushing injury dll yang dapat menyebabkan terjadinya cedera berupa fraktur
(closed tibial shaft fracture dan fraktur diafisis os radius). Tanda dan gejala khas dari sindrom
kompartemen akut adalah 5P yaitu pain, paralysis, paresthesia, pulselessness, and pallor.
Teknik pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur tekanan intrakompartemen adalah
Solid State Transducer Intra-compartmental Catheter (STIC), needle manometer, near
infrared spectroscopy (NIRS). Sedangkan manajemen pada sindrom kompartemen akut
berupa fasiotomi. Fasiotomi adalah tindakan bedah dengan cara melakukan insisi yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam fasia.

Kata Kunci: sindrom kompartemen akut, tekanan intrakompartemen, fasiotomi, whiteside


theory

ABSTRACT
Acute compartment syndrome is a medical emergency condition characterized by increased
pressure in the intra-compartment on closed osteofacial. This condition is commonly occur in
cases of trauma during exercise, traffic accidents, falls from heights, crushing injury, etc. that
can cause injuries such as fractures (closed tibial shaft fracture and fracture diaphysis os
radius). Signs and symptoms typical of acute compartment syndrome is 5P which are pain,
paralysis, paresthesia, pulselessness, and pallor. Technic of examination is used to measure
the pressure intra- compartment is Solid State Transducer Intra-compartmental Catheter
(STIC), needle manometer, near infrared spectroscopy (NIRS). Meanwhile, the management
of acute compartment syndrome is fasciotomy. Fasciotomy is a surgical incision in a way that
aims to reduce the pressure on the fascia.

Keywords: acute compartment syndrome, pressure intra-compartment, fasciotomy,


Whiteside 'theory

1. PENDAHULUAN pada kompartemen osteofasial yang


Sindrom kompartemen akut atau tertutup. Menurut Richard von Volkmann,
acute compartment syndrome (ACS) seorang dokter asal Jerman, ACS dapat
merupakan kondisi kegawatdaruratan terjadi pada kasus-kasus trauma yang
medik yang ditandai dengan adanya menyebabkan fraktur. Beberapa kondisi
peningkatan tekanan intrakompartemen trauma yang dapat menyebabkan fraktur

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


umumnya terjadi N. Median, N. Ulnar, M. Flexor
pada saat Digitorum Profundus, M. Palmaris
olahraga, Longus, M. Flexor Pollicis Longus,
kecelakaan lalu lintas, crushing injury dll. M. Pronator Quadratus, N.
[1,2]
Angka kejadian ACS pada laki-laki dan Anterior Interosseous), dorsal (M.
perempuan berdasarkan penelitian di Extensor Digitorum, M. Extensor
Royal Infirmary of Edinburgh oleh Digiti Minimi, M. Extensor Carpi
McQueen et al adalah 3:1 (7.3 per 100000 Ulnaris, M. Abductor Pollicis
laki-laki dan 0.7 per 100000 perempuan). Longus, M. Extensor Pollicis
[3]
Dari total 164 responden dengan ACS, Brevis, M. Extensor Pollicis
terdapat 113 responden (69%) mengalami Brevis, M. Extensor Indicicis, N.
ACS akibat fraktur. Dua jenis fraktur Posterior Interosseous), dan
penyebab ACS terbanyak adalah fraktur lateral (M. Brachioradialis, M.
distal tibia dengan prevalensi sebesar Extensor Carpi Radialis Longus,
36% dan fraktur distal radius sebesar M. Extensor Carpi Radialis Brevis,
9.8%. Penelitian lain yang dilakukan oleh N. Superficial Radialis).
Schwartz et al melaporkan bahwa dampak c. Hand atau tangan, terdiri dari
negatif dari ACS yang tidak ditangani sepuluh kompartemen yaitu
dengan tepat dan segera adalah nekrosis, hipothenar (1), thenar (1),
kontraktur, hingga meninggal dunia. Dari adductor pollicis (1), dorsal
hasil penelitian tersebut, didapatkan 47% interosseous (4), palmar
responden meninggal dunia akibat ACS interosseous (3).
yang disebabkan oleh adanya fraktur
pada tungkai atas.[4]
Tujuan tulisan ini adalah
memberikan informasi mengenai ACS Gambar 1. Anatomi Kompartemen arm,
agar angka kejadian ACS dapat dikurangi forearm, hand, thigh, leg
melalui deteksi dini serta penanganan
awal yang tepat
Tabel 1. Anatomi Kompartemen
Regio Kompartemen
2. PEMBAHASAN anatomi
2.1 Anatomi kompartemen Arm Anterior, Posterior
Kompartemen osteofasial merupakan Forearm Volar, Dorsal, Lateral
ruangan yang terdiri dari suatu kumpulan Hand Hypothenar, Thenar,
otot, saraf, dan pembuluh darah yang Adductor Pollicis, Dorsal
terletak di esktremitas.[1,6,7,8] Berdasarkan Interosseous (4), Palmar
letaknya, kompartemen osteofasial dibagi Interosseous (4)
menjadi: Thigh Anterior, Posterior
1. Anggota gerak atas Leg Anterior, Lateral, Posterior
a. Arm atau lengan atas, terdiri dari (superficial and deep)
dua kompartemen yaitu anterior Foot Medial (Abductor Hallucis,
(A. Brachialis, N. Flexor Hallucis Brevis),
Musculocutaneous, M. Biceps Lateral (Abductor Digiti
Brachii, M. Brachialis) dan Minimi, Flexor Digiti Minimi
posterior (N. Radialis, M. Triceps Brevis), Interosseous (4),
Brachii) Central (Superficial, Central,
b. Forearm atau lengan bawah, Deep)
terdiri dari tiga kompartemen yaitu
volar (M. Flexor Carpi Ulnaris, M.
Palmaris Longus, M. Flexor 2. Anggota gerak bawah
Digitorum Superficialis, M. Flexor a. Thigh atau tungkai atas, terdiri
Digitorum Superficialis, M. Flexor dari dua kompartemen yaitu
Carpi Radialis, M. Pronator Teres,

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


anterior (M. Quadriceps Femoris, itu, semakin muda usia seseorang, resiko
M. Sartorius, N. Femoral, N. terjadinya ACS juga semakin meningkat.
Saphenous), posterior (M. Sedangkan data mengenai jenis cedera
Hamstring, N. Sciatic), medial (M. seperti fraktur tertutup dan terbuka,
Adductors, N. Obturator, A; V memiliki resiko yang sama untuk
Femoralis) mengalami sindrom kompartemen akut.
[2,3,8,11,12]
b. Leg atau tungkai bawah, terdiri
dari empat kompartemen yaitu
anterior (A; V Tibialis Anterior, N. 2.2.1 Etiologi
Fibularis/Peroneus Profundus, M. Penyebab dari ACS dapat berupa:[1,2,3,8]
Tibialis Anterior, M. Extensor 1. Trauma, dapat terjadi pada saat
Hallucis Longus, M. Extensor olahraga, kecelakaan lalu lintas, jatuh
Digitorum Longus, M. dari ketinggian, crushing injury dan
Fibularis/Peroneus Tertius), lateral lain-lain. Beberapa keadaan trauma
(N. Fibularis/Peroneus tersebut dapat menyebabkan
Superficialis, M. terjadinya fraktur. Dua jenis fraktur
Fibularis/Peroneus Longus, M. yang merupakan penyebab utama
Fibularis/Peroneus Brevis), dari ACS adalah closed tibial shaft
posterior pars superficial (M. fracture dan fraktur diafisis os radius.
Triceps Surae, M. Plantaris), 2. Non-trauma, berupa sindrom nefrotik,
posterior pars profunda (A; V miositis viral, hipotiroid, malignansi,
Tibialis Posterior, A; V Fibularis, N. diabetes mellitus, gigitan ular, luka
Tibialis, M. Tibialis Posterior, M. bakar, perdarahan, pemakaian gips
Flexor Digitorum Longus, M. yang terlalu ketat, muscle edema dll.
Flexor Hallucis Longus).
c. Foot atau kaki, terdiri dari 2.2.3 Patofisiologi
Sembilan kompartemen yaitu ACS terjadi akibat adanya dua
medial (Abductor Hallucis, Flexor faktor yaitu meningkatnya isi dari
Digiti Minimi Brevis), Lateral kompartemen osteofasial (misal:
(Abductor Digiti Minimi, Flexor perdarahan) atau berkurangnya volume
Digiti Minimi Brevis), Interosseous kompartemen osteofasial.[2,8,10]
(4), Central (Superficial: Flexor Patofisiologi terjadinya ACS dimulai dari
Digitorum Brevis, Central: keadaan cedera yang mempengaruhi
Quadratus Plantae, Deep: jaringan di sekitarnya. Adanya
Adductor Hallucis, Posterior Tibial pembesaran pada jaringan di sekitar
Neurovascular Bundle) cedera akan meningkatkan ICP yang
akan menyebabkan terjadinya spasme
arteri. Kondisi spasme arteri akan
2.2 Sindrom Kompartemen Akut mempengaruhi tekanan perfusi jaringan
Sindrom kompartemen akut yang akan menyebabkan terjadinya
merupakan kondisi kegawatdaruratan iskemia dan anoksi yang berakhir pada
medik yang banyak terjadi pada kasus keadaan hipoksia. Keadaan hipoksia ini
trauma. Kondisi ini ditandai dengan akan menyebabkan kematian sel.[1,2,8,10]
adanya peningkatan tekanan
intrakompartemen atau
intracompartmental pressure (ICP) pada
kompartemen osteofasial yang tertutup.
[8,9,10]
Beberapa faktor yang berpengaruh
pada kejadian ACS adalah jenis kelamin,
usia, jenis dan lokasi cedera. Data dari
beberapa studi sebelumnya menyebutkan
bahwa laki-laki memiliki resiko sepuluh
kali lebih besar untuk mengalami ACS
dibandingkan dengan perempuan. Selain

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


Gambar 2. The vicious cycle of (STIC), needle manometer, near infrared
Volkmann's ischemia spectroscopy (NIRS).[1,2,8,13,14,15] STIC
merupakan alat pengukur ICP yang terdiri
Teori lain yaitu whiteside theory dari kotak perekam dengan menggunakan
menyebutkan bahwa ACS terjadi apabila baterai, satu set jarum suntik berisikan
tekanan perfusi otot atau muscle normal saline dan alat pengukur tekanan.
perfusion pressure (MPP) lebih dari 30 Prosedur pemeriksaan teknik ini adalah
mmHg. Cara menghitung MPP adalah dengan menusukkan jarum suntik ke
dengan menghitung tekanan darah dalam kompartemen otot hingga ke fasia,
diastolik lalu dikurangi dengan ICP.[2,8] lalu menginjeksikan normal saline
sebanyak 1-2 cm3 ke dalamnya.
MPP = DBP ICP
*) MPP (Muscle Perfusion Pressure), DBP
(Diastolic Blood Pressure), ICP
(Intracompartmental Pressure )

2.2.4 Tanda dan gejala


Lima P merupakan tanda dan
gejala khas dari ACS yang terdiri dari Gambar 3. Solid State Transducer
pain, paralysis, paresthesia, Intra-compartmental Catheter (STIC)
pulselessness, and pallor.[1,2,8,9,13] Pain atau
nyeri merupakan salah satu gejala yang
dirasakan saat keadaan istirahat maupun
saat gerakan pasif. Rasa nyeri yang
dirasakan pada ACS tidak dapat
berkurang meskipun sudah
mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri
seperti morfin. Pada tahap lanjut, nyeri
dapat tidak ditemukan karena reseptor
dan saraf yang berperan pada pusat nyeri
mengalami iskemiaa. Paresthesia adalah
penurunan sensasi terhadap rasa yang
merupakan indikator utama terjadinya
iskemia pada saraf tahap awal.
Pada keadaan lebih lanjut,
iskemia pada saraf akan menjadi
irreversible dan dapat menyebabkan
terjadinya paralysis. Paralysis merupakan
suatu keadaan menurunnya sensasi sarf Gambar 4. Prosedur STIC
yang ditandai dengan hilangnya fungsi
dari bagian luka tersebut. Pulselessness Needle manometer merupakan
dan pallor merupakan dua gejala yang alat pengukur ICP dengan menggunakan
terjadi apabila terjadi trauma langsung manometer merkuri, tabung intravena,
pada arteri. Pallor terjadi akibat sebuah jarum suntik, dan stopcock tiga
menurunnya perfusi ke daerah luka. jalur. Near infrared spectroscopy (NIRS)
merupakan teknik pemeriksaan non-
2.2.5 Diagnosis invasif dengan menggunakan sinar
Pada keadaan normal, nilai ICP infrared untuk memperkirakan kadar
adalah 10 mmHg. Beberapa teknik oksigenasi jaringan. Dasar dari
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan ini adalah menurunnya
mengukur ICP adalah Solid State kadar oksigenasi jaringan berkaitan
Transducer Intra-compartmental Catheter dengan menurunnya perfusi pada

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


kompartemen osteofasial. Dalam
melakukan pengukuran ICP, terdapat Tabel 2. Indikasi fasciotomy berdasarkan
faktor yang mempengaruhi yaitu lokasi ICP
pengukuran. Heckman et al menyatakan ICP > 30 Mubarak et al
bahwa lokasi yang disarankan untuk ICP > 45 Matsen et al
melakukan pengukuran ICP adalah di ICP 15-25 dengan
Ouellette
seluruh bagian dari kompartemen dan di gejala
beberapa lokasi lainnya dengan jarak 5 ICP > 25 tanpa
cm dari distal dan proksimal pusat luka. gejala
McQueen & Court-
DBP ICP < 30
Brown

Teknik fasiotomi untuk forearm


adalah dengan melakukan insisi di
sepanjang sisi volar untuk
mendekompresi kompartemen otot
fleksor. Insisi juga dapat dilakukan di
sepanjang sisi dorsal yang bertujuan
untuk mendekompresi kompartemen otot
ekstensor. Teknik fasiotomi untuk hand
atau tangan adalah dengan teknik empat
insisi. Insisi pertama dilakukan di sisi
radial ibu jari tangan untuk membebaskan
Gambar 5. Needle Manometer kompartemen tenar. Insisi kedua dan
ketiga dilakukan di daerah dorsal sejajar
jari kedua dan keempat untuk
2.2.6 Tata laksana membebaskan kompartemen adductor
Tata laksana awal yang dapat pollicis serta dorsal dan volar
dilakukan pada ACS adalah dengam interosseous. Insisi keempat dilakukan di
melepaskan gips atau dressing yang jari kelingking tangan untuk
terlalu ketat. Setelah melepaskan gips membebaskan kompartemen hipotenar.
atau dressing, pasien harus di observasi Teknik fasiotomi untuk thigh atau
dengan memperhatikan bahwa tungkai atas adalah dengan sebuah insisi
ekstremitas bawah harus dalam posisi di mid-lateral thigh. Insisi ini dilakukan
sejajar dengan jantung (tidak dalam untuk mendekompresi kompartemen
keadaan elevasi) untuk mempertahankan anterior. Apabila dibutuhkan fasiotomi
perfusi di daerah cedera agar tidak terjadi pada thigh dapat ditambah dengan
iskemia.[1,2,8] Apabila keadaan tidak melakukan sebuah insisi di bagian medial.
membaik atau ICP melebihi batas normal, Teknik fasiotomi untuk leg atau
tindakan fasiotomi harus segera tungkai bawah adalah teknik dua insisi
dilakukan. yaitu di bagian anterolateral dan
Fasiotomi adalah tindakan bedah posteromedial. Insisi anterolateral
dengan cara melakukan insisi yang dilakukan di antara tulang tibia dan fibula
bertujuan untuk mengurangi tekanan di yang bertujuan untuk mendekompresi
dalam fasia. Tindakan ini merupakan kompartemen anterior. Sedangkan insisi
tindakan gawat darurat yang harus segera posteromedial dilakukan untuk
dilakukan untuk mendekompresi mendekompresi kompartemen posterior.
kompartemen dan mencegah iskemia Teknik fasiotomi untuk foot atau
yang dapat menyebabkan kerusakan kaki adalah dengan dua insisi di bagian
irreversible pada otot dan saraf. Indikasi dorsal yang dilakukan sejajar dengan
dari fasiotomi berdasarkan ICP menurut metatarsal kedua dan keempat. Insisi di
Mubarak et al adalah pasien normotensi bagian dorsal bertujuan untuk
dengan ICP > 30 mmHg, dan pasien mendekompresi kompartemen
hipotensi dengan ICP > 20 mmHg.[1,2,8]

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


interosseous dan adductor hallucis. dan Gambar 8. Teknik fasiotomi pada thigh
Sedangkan insisi medial dilakukan di
batas bawah metatarsal pertama dengan
tujuan untuk mendekompresi
kompartemen medial.

Gambar 9. Teknik fasiotomi pada leg

Gambar 6. Teknik fasiotomi pada forearm

Gambar 10. Teknik fasiotomi pada foot

Setelah melakukan dekompresi


dengan fasiotomi, luka dibiarkan terbuka
dan akan ditutup pada tindakan bedah
Gambar 7. Teknik fasiotomi pada hand
berikutnya. Beberapa studi menyebutkan
bahwa waktu yang tepat untuk menutup
luka adalah setelah 7-10 hari pasca
fasiotomi. Sedangkan perawatan luka
yang perlu dilakukan adalah dengan
melakukan irigasi dan debridemen pada
luka yang mengalami nekrosis. Penutupan
luka dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik penjahitan atau
dengan menggunakan skin graft. Dover et
al menyebutkan bahwa penutupan luka
dengan skin grafting memberikan hasil
yang lebih baik.[1,2,8,10]

3. KESIMPULAN

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


Sindrom kompartemen akut 5. Brunicardi FC, et al. Schwartz
merupakan kondisi kegawatdaruratan principles of surgery. Edisi 10. New
medik yang banyak terjadi pada kasus York: McGraw Hill Education, 2010.
trauma terutama fraktur. Kondisi ini 6. Agur AMR, Dalley AF. Grants atlas of
ditandai dengan adanya peningkatan anatomy. Edisi 11. Lippincott William
tekanan intrakompartemen pada & Wilkins, 2009.
kompartemen osteofasial yang tertutup.
7. Paulsen F, Waschke. Sobotta atlas of
Tanda dan gejala khas dari sindrom
human anatomy. Edisi 15. Elsevier,
kompartemen akut adalah 5P yaitu pain,
2011.
paralysis, paresthesia, pulselessness, and
pallor. 8. Via AG, Oliva F, Spoliti M, Maffulli N.
Beberapa teknik pemeriksaan Acute compartment syndrome.
yang digunakan untuk mengukur tekanan Muscle, Ligaments and Tendons
intrakompartemen adalah Solid State Journal. 5:1(2015):18-22.
Transducer Intra-compartmental Catheter 9. Sjamsuhidajat, de Jong. Buku ajar
(STIC), needle manometer, near infrared ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta: EGC,
spectroscopy (NIRS). Sedangkan 2012.
manajemen awal yang perlu dilakukan 10. Ebnezar J. Textbook of orthopedics.
pada sindrom kompartemen akut adalah Edisi 4. USA: Jaypee Brothers
dengan melepaskan gips atau dressing. Medical Publishers (P) LTD, 2010.
Fasiotomi dilakukan apabila kondisi 11. Taylor RM, P Matthew, Sullica P,
semakin memburuk dan tekanan Mehta S. Acute compartment
intrakompartemen lebih dari 30 mmHg. syndrome: obtaining diagnosis,
providing treatment, and minimizing
medicolegal risk. Curr Rev
DAFTAR PUSTAKA Musculoskelet Med. 5(2015):206-13.
1. Donaldson J, Haddad B, Khan WS. 12. Shadgan B, Menon M, Sanders D,
The pathophysiology, diagnosis and Berry G, Martin C, Duffy P, et al.
current management of acute Current thinking about acute
compartment syndrome. The Open compartment syndrome of the lower
Orthopaedics Journal. 8:1(2014):185- extremity. Can J Surg.
93. 53:5(2010):329-34.
2. Raza H, Mahapatra A. Acute 13. Duckworth AD, McQueen MM. Focus
compartment syndrome in on diagnosis of acute compartment
orthopedics: causes, diagnosis, and syndrome. British Editorial Society of
management. Hindawi Publishing Bone and Joint Surgery. 2011:1-8.
Corporation Advances in Orthopedics. 14. Masquelet AC. Acute compartment
2015(2015):1-8. syndrome of the leg: pressure
3. McQueen MM, Gaston P, Court-Brown measurement and fasciotomy.
CM. Acute compartment syndrome Orthopaedics & Traumatology Surgery
who is at risk? The Journal of Bone & & Research. 96(2010):913-7.
Joint Surgery (Br). 82-B:2(2000):200- 15. Lee SH, Padilla M, Lynch JE,
3. Hargens AR. Noninvasive
4. Schwartz JT, Brumback RJ, Lakatos measurements of pressure for
R, Poka A, Bathon GH, Burgess AR. detecting compartment syndromes. J
Acute compartment syndrome of the Orthop Rheumatol. 1:1(2014):1-9.
thigh-a spectrum of injury. J Bone
Joint Surg Am. 71(1989):392-400.

JIMKI Volume 5 No.1 | Januari Agustus 2017


Amplifikasi Gen Formin Binding Protein 1-Like
Penelitian (FNBP1L) sebagai Tahap Pendahuluan
Identifikasi Mutasi Gen yang Berhubungan
dengan Tingkat Intelligence
Quotient (IQ)

Selvia Farahdina,1 Ahmad Farishal1, Evi Kurniawaty2, John Fatryadi3


1
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
2
Bagian Biokimia dan Biomoluker Fakultas Kedokteran, Universitas
Lampung
3
Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
ABSTRAK

Pendahuluan: Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan adalah genetik. Temuan
menunjukkan bahwa gen yang dikenal sebagai Formin Binding Protein 1-Like (FNBP1L)
secara signifikan berkaitan dengan kecerdasan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan amplifikasi Gen FNBP1L sebagai tahap pendahuluan identifikasi mutasi gen yang
berhubungan dengan tingkat IQ.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Laboratorium
Biologi Molekuler dan Biokimia Fakultas Kedokteran UNILA, dan Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian UNILA, pada bulan November 2014 Maret 2015. Jenis penelitian ini
berupa eksperimental dasar dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 69 sampel darah
manusia. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling.
Selanjutnya, dilakukan isolasi DNA total dan amplifikasi Gen FNBP1L yang dilakukan dengan
menggunakan PCR Konvensional TC5000. Hasil amplifikasi PCR dibaca menggunakan
elektroforesis gel agarose dan kemudian dilihat menggunakan sinar ultraviolet (UV).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gen FNBP1L dengan panjang 287 bps dapat
diamplifikasi sebagai tahap pendahuluan identifikasi mutasi gen dengan suhu optimal untuk
melakukan amplifikasi PCR gen adalah 55C.
Kesimpulan: Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai peran Gen FNBP1L terhadap
intelegensi seorang manusia.

Kata kunci: amplifikasi, Gen FNBP1L, kecerdasan, PCR Konvensional

ABSTRACT

Background: One of the factors that influence intelligence is genetic. The research
discovery shows that the gene known as FNBP1L is significantly associated with children's
intelligence. The research's aim is to perform Gene FNBP1L amplification as a preliminary
stage to identify the gene's mutation associated with IQ level.
Methods: The research was conducted at SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Biology
Molecular and Biochemistry Laboratory of Medical Faculty, and Biotechnology Laboratory of
Agriculture Faculty at University of Lampung, in November 2014 - March 2015. The method
of the research was based on an experiment with 69 human blood samples and a sampling
method namely simple random sampling. Furthermore, total DNA isolation and amplification
of FNBP1L gene were performed using the Conventional PCR TC5000. The results of PCR
amplification was carried out by using electrophoresis agarose gel and then viewed using
ultraviolet light (UV).
Result: The results showed that the Gene FNBP1L with a length of 287 bps could be
amplified as a preliminary stage to identify the gene's mutation with the optimum temperature
of 55C to perform PCR amplification of the gene.
Conclusion: Further research is needed to assess the role of Gen FNBP1L the intelligence
of a human

Key words: amplification, Conventional PCR, Gene FNBP1L, intelligence1.


tolok ukur atas keberhasilan. Ranah
1. PENDAHULUAN kognitif meliputi beberapa jenjang kelas,
Hasil proses pembelajaran terdiri ketercapaian semua jenjang
atas 3 ranah, yaitu ranah kognitif, afektif, mencerminkan ketercapaian hasil belajar
dan psikomotorik. Dari ketiga ranah siswa setelah mengalami proses
tersebut, ranah kognitif merupakan ranah belajar[1,9].
dominan dan sering dijadikan sebagai Salah satu faktor yang berperan
penting dalam ketercapaian hasil belajar
adalah intelegensi. Intelegensi merupakan genetik yang dilakukan di Indonesia
tingkah laku maupun cara seseorang mengenai gen lain juga belum dilakukan.
memecahkan masalah dan memberi Berdasarkan penelitian yang dilakukan
respon menghadapi kesulitan dengan oleh Benyamin et al. menunjukkan bahwa
berpikir cepat dalam proses belajar. gen FNBP1L bermakna untuk mengetahui
Intelegensi juga merupakan acuan di tingkat kecerdasan berdasarkan IQ.
dalam proses pembelajaran. Jika tingkat Berdasarkan uraian di atas serta
Intelligence Quotient (IQ) seorang siswa masih jarangnya penelitian yang dilakukan
tinggi, maka tingkat keberhasilan belajar mengenai genetika khususnya di Fakultas
tinggi[6,8]. Kedokteran Universitas Lampung, maka
Tipe kecakapan yang diukur penulis tertarik untuk mengetahui
dengan tes IQ meliputi kecakapan verbal, bagaimana amplifikasi Gen FNBP1L
kecakapan numerik, penalaran, dan sebagai tahap pendahuluan identifikasi
kecakapan spasial. Kecakapan verbal mutasi gen yang berhubungan dengan
dinilai dari ekspresi dalam kata-kata dan tingkat IQ[1,14].
konsep pembelajaran. Sedangkan
kecakapan numerik dinilai dari mengatur 2. METODE
dan menghitung angka-angka. Kecapan Penelitian ini menggunakan
penalaran dapat dinilai dengan cara metode eksperimental dasar yang
melihat penalaran logika dan pemahaman bertujuan untuk mengamplifikasi Gen
terhadap konsep. Terakhir, kecakapan FNBP1L. Pengambilan sampel darah
spasial adalah kecakapan dalam dilakukan di SMA Al-Kautsar Bandar
menggunakan daya imajinatif dan Lampung, kemudian penelitian ini
kreaktivitas[2,10]. dilaksanakan di Laboratorium Biologi
Salah satu faktor utama yang Molekuler dan Biokimia Fakultas
dapat mempengaruhi kemampuan dari Kedokteran dan Laboratorium
masing-masing tingkat kecakapan dan Bioteknologi Fakultas Pertanian
tingkat intelegensi adalah genetik individu. Universitas Lampung. Penelitian ini
Dari penelitian menunjukkan bahwa dilaksanakan pada bulan November 2014
terdapat banyak gen yang mempengaruhi hingga bulan Maret 2015.
kecerdasan. Para peneliti dari University Definisi operasional dalam
of Queensland menggunakan data genetik penelitian ini: Gen FNBP1L merupakan
dan skor IQ dari 17.989 anak di empat struktur yang berhubungan dengan
negara. Mereka menemukan bahwa protein pengikat mikrotubul yang
sekitar 20 hingga 40% dari variasi IQ anak mengatur regulasi sel, ukuran sel,
dikarenakan faktor genetik, sehingga para polarisasi, motilitas dan tranduksi sinyal
peneliti menarik kesimpulan bahwa yang terletak pada pasang basa 287 bps.
kecerdasan anak adalah hasil warisan Pengukuran dilakukan menggunakan
genetik[1]. PCR Konvensional TC5000.
Temuan menunjukkan bahwa gen Populasi dalam penelitian ini
yang dikenal sebagai Formin Binding adalah siswa-siswi kelas XI MIA di SMA
Protein 1-Like (FNBP1L) secara signifikan Al-Kautsar Bandar Lampung.
berkaitan dengan kecerdasan anak. Hal Teknik pengumpulan sampel
ini diakibatkan fungsi dari FNBP1L adalah dalam peneltian ini adalah simple random
struktur yang berhubungan dengan sampling dengan jumlah anggota dalam
protein pengikat mikrotubul yang populasi sebanyak 152 orang dengan
mengatur regulasi sel, ukuran sel, kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi:
polarisasi, motilitas dan tranduksi siswa kelas XI MIA SMA Al-Kautsar
sinyal[1,4,5]. Bandar Lampung tahun ajaran 2014-2015,
Penelitian mengenai amplifikasi pernah mengikuti Test IQ di SMA Al-
gen FNBP1L sebagai tahap pendahuluan Kautsar Bandar Lampung yang dibuktikan
identifikasi mutasi gen yang berhubungan dengan sertifikat hasil ujian, bersedia
dengan tingkat IQ di Indonesia belum berpartisipasi dalam penelitian yang
pernah dilakukan. Kajian mengenai faktor ditandai dengan mengisi informed consent
dan bebas dari penyakit kronik dan mengambil 2 l DNA yang dicampur
trauma fisik. Kriteria ekslusi menggunakan dengan loading dye yang terdapat di
perhitungan besar sampel. Untuk besar parafilm. Setelah itu sampel tersebut
sampel minimal yang digunakan dimasukkan ke dalam sumuran gel
berdasarkan rumus Slovin adalah: agarose 1,5% yang telah digenangi
dengan TBE 0,5X dengan satu sumuran
N sebagai DNA marker. Setelah
n elektroforesis selesai, gel agarose dibaca
1 N (d ) 2
pada UV light box dengan intensitas 100
152 Candella.

1 152(0,1) 2 Sekuens Gen FNBP1L dapat
152 diamplifikasi dengan metode PCR
menggunakan pasangan primer forward
2,52 (5-ACAGGGTAGCTGTCTGAGAA-3) dan
` 60,3174603 primer reverse (5-
Sehingga dibulatkan menjadi 61 GGAAACTCCTCCAAGTCTTT-3). Tiap
sampel darah Keterangan: n adalah microtube 0,2 ml berisi 10 l PCR master
jumlah sampel, N adalah besar mix, 0,5 l primer forward, 0,5 l primer
populasi, d adalah kekuatan penelitian reverse, 7 l aquades, dan 2 l DNA total
(0,1)[3]. yang kemudian diamplifikasi
menggunakan PCR Konvensional TC5000
Sampel yang digunakan dalam sebanyak 40 siklus. Suhu initial
penelitian ini sebanyak 69 sampel darah. denaturation adalah 95C selama 5 menit.
Banyaknya sampel yang digunakan Suhu denaturasi 95C selama 30 detik.
melebihi perhitungan rumus jumlah Suhu annealing adalah suhu yang perlu
sampel dikarenakan partisipan yang diujicobakan. Berdasarkan petunjuk, suhu
berminat menjadi subjek penelitian yang perlu diujicobakan adalah 52C,
berjumlah 69 orang. 53C, dan 55C selama 1 menit 30 detik.
Penelitian dimulai degan Suhu ekstensi 72C selama 1 menit. Suhu
permohonan ethical clearence kepada final extension 72C selama 5 menit.
Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Proses PCR ini berlangsung selama
Kedokteran Universitas Lampung. kurang lebih 3 jam.
Kemudian peneliti melakukan koordinasi Hasil amplifikasi PCR dibaca
dua laboratrium yaitu Laboratrium Biologi menggunakan elektroforesis gel agarose
Molekuler dan Biokimia Fakultas 1,5% dan diwarnai dengan nucleic acid
Kedokteran dan Laboratrium Bioteknologi gel stain 10.000X sebanyak 5 l. Hasilnya
Fakultas Pertanian Universitas Lampung. dibaca pada UV light box dengan
Sebelum dimulai pengambilan intensitas 100 Candella.
darah, peneliti mengajukan ketersediaan Dalam penelitian ini parameter
subjek lalu menandatangani informed yang diamati adalah suhu annealing
consent. Diambil 69 sampel darah optimum dengan hasil amplifikasi pada
(sampel minimal rumus Slovin 61). Darah PCR Konvensional untuk mengamplifikasi
yang diambil dari setiap sampel adalah 3- Gen FNBP1L. Suhu annealing optimum ini
5 cc dan kemudian disimpan dalam untuk mengamati panjang Gen FNBP1L di
tabung EDTA. Darah sampel dipisahkan posisi 287 bps.
dari plasmanya, lalu dilakukan isolasi DNA Pengolahan dan analisis data
dan pengecekan DNA total. Isolasi DNA yang diperoleh dari penelitian ini
menggunakan Genomic DNA Mini Kit merupakan data primer, yaitu data yang
Protocol Geneaid. Setelah DNA diisolasi, diperoleh peneliti langsung dari hasil
dilakukan pengecekan DNA total dengan penelitian mengenai amplifikasi Gen
cara mencampurkan sampel dengan FNBP1L sebagai tahap pendahulan
loading dye (5 l diteteskan ke kertas identifikasi mutasi gen yang berhubungan
parafilm sebanyak 7-8 titik). Lalu, dengan tingkat IQ.
Pengolahan data menggunakan
program komputer terdiri beberapa
langkah: Coding, untuk mengkonversikan
(menerjemahkan) data yang dikumpulkan
selama penelitian kedalam simbol yang
cocok untuk keperluan analisis; Data
entry, memasukkan data kedalam
computer; Verifikasi, memasukkan data
pemeriksaan secara visual terhadap data
yang telah dimasukkan kedalam
computer; Output komputer, hasil yang
telah dianalisis oleh komputer kemudian
dicetak.

3. HASIL PENELITIAN Gambar 2. Pengecekan Tiga puluh


Sebanyak 32 sampel didapatkan Sampel DNA Total
hasil DNA total positif yang dipilih secara
acak dari 69 sampel yang sebelumnya
telah dilakukan isolasi DNA total yang Tahap selanjutnya pada penelitian ini
dapat dilihat pada Gambar 1 dan 2. Pada dilakukan amplifikasi PCR dengan variasi
pengecekan DNA total pertama dilakukan suhu untuk mengetahui suhu annealing
pada dua sampel yaitu nomor 2 dan 8 yang optimal untuk. Variasi suhu yang
yang dapat dilihat pada Gambar 1. digunakan adalah 52, 53 dan 55C. Pada
suhu annealing 55C dengan sampel
nomor 17 dan 25, pita DNA terbaca
sangat jelas pada 287 bps. Oleh karena
pada suhu 55C menunjukkan hasil yang
positif, maka dilakukan amplifikasi lanjutan
pada 30 sampel selanjutnya
menggunakan suhu tersebut, dan
didapatkan hasil yang positif yang
ditampilkan pada Gambar 3. Distribusi
gambaran amplifikasi Gen FNBP1L
berdasarkan suhu annealing ditampilkan
Gambar 1. Pengecekan dua sampel DNA dalam Tabel 1.
Total
Pada Gambar 2, dapat dilihat pembacaan
dari hasil elektroforesis DNA total yang
dilakukan secara acak pada 30 sampel
yaitu nomor 7, 9, 10, 14, 15, 16, 18, 19,
21, 26, 27, 28, 29, 30, 32, 33, 38, 39, 43,
46, 47, 48, 49, 55, 56, 57, 59, 64, 65, 66.
Hasil yang didapat pada tahap ini
menunjukkan bahwa isolasi DNA berhasil
dengan ditandai terekspresinya Gen
FNBP1L di posisi 287 bps.

(a)
Alat yang digunakan adalah PCR
Konvensional TC5000. Terdapat
keunggulan pada alat ini, yaitu biaya yang
cukup murah dibandingkan dengan jenis
PCR lain dalam pelaksanaan praktiknya.
Sementara itu, kelemahan PCR
Konvensional dibandingkan dengan Real-
Time PCR (RT-PCR) adalah alat ini tidak
dapat mengamati secara langsung proses
perbanyakan fragmen DNA, sehingga
harus dilakukan elektroforesis untuk
membaca hasil amplifikasi PCR. Selain
itu, kelemahan lainnya adalah alat ini tidak
(b) dapat mengukur konsentrasi DNA secara
otomatis, yang mana konsentrasi DNA
Gambar 3. Gen FNBP1L Sepanjang 287 diperlukan untuk mengukur komposisi
bps yang Diamplifikasi pada Suhu yang tepat pada PCR Mix.
Annealing 55C pada, (a) 15 sampel, (b) Pada penelitian ini menggunakan
15 sampel. variasi suhu untuk mendapatkan suhu
optimum dalam amplifikasi Gen FNBP1L.
Variasi suhu yang digunakan adalah suhu
Tabel 1. Amplifikasi Gen FNBP1L 52, 53 dan 55C. Metode pemilihan
berdasarkan Suhu Annealing PCR variasi ini berdasaran trial and eror yang
mengacu pada melting temperature (Tm)
yang tertera pada primer sheet pada
pesanan primer yaitu 55,1C untuk primer
forward dan 52,1C untuk primer reverse.
Setelah diambil rata-rata suhu Tm,
diperkirakan awal suhu untuk optimasi
adalah 49C. Namun suhu optimasi
minimal yang baik adalah 50C (Handoyo
Berdasarkan Tabel 1, amplifikasi Gen dan Rudiretna, 2001), sehingga suhu awal
FNBP1L yang berada pada posisi 287 bps yang digunakan dalam optimasi PCR
berhasil dilakukan pada suhu optimasi adalah 52C.
55C, sedangkan pada uji di suhu Pemilihan sampel dipilih secara
optimasi 52C dan 53C amplifikasi Gen acak untuk diujikan dari variasi suhu
FNBP1L yang berada pada 287 bps tidak sampai didapatkan suhu optimum yang
berhasil dilakukan. memberikan hasil positif seperti yang
terlihat pada Gambar 1 dan 2.
4. PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa suhu
Pada penelitian ini, peneliti yang memberikan hasil positif adalah
menggunakan sampel darah vena pada suhu 55C. Pada suhu 55C, pita DNA
remaja yang berusia 16 tahun. terbaca dengan jelas pada kisaran
Penggunaan sampel darah vena karena dibawah 300 bps pada DNA marker, hasil
pengambilan dengan cara ini cukup ini sesuai dengan panjang primer yang
mudah dilakukan dibandingkan dengan dipesan yaitu 287 bps, sedangkan variasi
darah arteri. Responden yang dipilih suhu lainnya memberikan hasil negatif.
adalah siswa SMA kelas XI alasan Hal yang sangat mempengaruhi hasil
pemilihan ini adalah karena diharapakan penelitian ini adalah suhu pada siklus
terdapat indikator untuk mengukur PCR. Oleh karena suhu denaturasi dan
kecerdasannya yaitu berupa homogenitas ekstensi yang digunakan sama, maka
dari segi usia dan tempat pelaksanaan tes permasalahan ada pada suhu
IQ yang termasuk di dalam kriteria inklusi. annealing/menempelnya primer. Suhu
annealing yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan amplifikasi tidak terjadi atau 5. Davies, G., et al. 2011. Genome-wide
sebaliknya suhu yang terlalu rendah association studies establish that
menyebabkan primer menempel pada sisi human intelligence is highly heritable
lain genom yang bukan sisi genom and polygenic. Mol. Psychiatry, 16(10),
tersebut/multiband (Suryanto, 2003). Pada 9961005.
penelitian ini sudah didapatkan suhu 6. Haryanto. 2010. Pengertian
penempelan yang tepat. Kecerdasan Interpersonal Menurut
5. KESIMPULAN Para Ahli. Diakses dari
Gen FNBP1L dapat diamplifikasi http://belajarpsikologi.com/pengertian-
sebagai tahap pendahuluan identifikasi kecerdasan-interpersonal-menurut-
mutasi gen. Sedangkan, suhu annealing para-ahli/ pada tanggal 24 September
optimal untuk melakukan amplifikasi PCR 2014.7. Hendriani. S. 2008. Pengaruh
Konvensional sebagai tahap pendahuluan strategi belajar, IQ, dan motivasi
identifikasi mutasi gen adalah 55C. berprestasi terhadap hasil belajar
Diharapkan penelitian selanjutnya agar Bahasa Inggris Mahasiswa STAIN
dapat melanjutkan penelitian ini sampai Batusangkar. tadib. 11(1): 80-9.
pada tahap polimorfisme Gen FNBP1L 8. Laidra, K., Pullmann, H., and Allik, J.
untuk mengetahui hubungannya terhadap 2007. Personality and intelligence as
kecerdasan dengan menggunakan predictors of academic achievement: A
metode yang berbeda untuk menambah cross-sectional study from elementary
referensi dalam amplifikasi Gen FNBP1L. to second-ary school. Personality and
Individual Differences, 42, 44151.
9. Eysenck, M. W. and Keane, M. T.
DAFTAR PUSTAKA 2001. Cognitive Psychology. 4th ed.
1. Benyamin, B., et al. 2014. Childhood Philadelphia: Taylor & Francis Inc.
intelligence is heritable, highly 10.Sholichin, Mochlis. 2013. Psikologi
polygenic and associated with Belajar. Subrabaya: Pena Salsabila.
FNBP1L. Mol. Psychiatry, 19(2), 253 11. Sudarmawan, Danim dan Khairil. 2010.
8. Psikologi Pendidikan. Bandung:
2. Charter, P. 2010. Tes IQ Tingkat Lanjut. Alfabeta.
Jakarta: Indeks. 12.Wiamiharja. 2003. Keeratan Hubungan
3. Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Langkah- antara Kecerdasan, Kemauan dan
Langkah Membuat Proposal Penelitian Kinerja. Jurnal Psikologi UGM.
Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 13.Azwar, Saifuddin, 2006. Penyusunan
Edisi 5. Jakarta: Sagung Seto. Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
4. Deary, I.J., Strand S., Smith P., and Belajar
Fernandes C. 2007. Intelligence and 14.Murray, Robert K., et al. 2009. Biokimia
Educational Achievement. Intelligence, Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit
35, 13-21. Buku Kedokteran.

Anda mungkin juga menyukai