Advetorial
Monica Djaja Saputera1,2
1
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara, Jakarta Barat
2
Departemen Ilmu Penyakit Bedah Rumah Sakit Bhayangkara, Semarang
ABSTRAK
Sindrom kompartemen akut merupakan kondisi kegawatdaruratan medik yang ditandai
dengan adanya peningkatan tekanan intrakompartemen pada kompartemen osteofasial yang
tertutup.
Kondisi ini banyak terjadi pada kasus trauma saat olahraga, kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
ketinggian, crushing injury dll yang dapat menyebabkan terjadinya cedera berupa fraktur
(closed tibial shaft fracture dan fraktur diafisis os radius). Tanda dan gejala khas dari sindrom
kompartemen akut adalah 5P yaitu pain, paralysis, paresthesia, pulselessness, and pallor.
Teknik pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur tekanan intrakompartemen adalah
Solid State Transducer Intra-compartmental Catheter (STIC), needle manometer, near
infrared spectroscopy (NIRS). Sedangkan manajemen pada sindrom kompartemen akut
berupa fasiotomi. Fasiotomi adalah tindakan bedah dengan cara melakukan insisi yang
bertujuan untuk mengurangi tekanan di dalam fasia.
ABSTRACT
Acute compartment syndrome is a medical emergency condition characterized by increased
pressure in the intra-compartment on closed osteofacial. This condition is commonly occur in
cases of trauma during exercise, traffic accidents, falls from heights, crushing injury, etc. that
can cause injuries such as fractures (closed tibial shaft fracture and fracture diaphysis os
radius). Signs and symptoms typical of acute compartment syndrome is 5P which are pain,
paralysis, paresthesia, pulselessness, and pallor. Technic of examination is used to measure
the pressure intra- compartment is Solid State Transducer Intra-compartmental Catheter
(STIC), needle manometer, near infrared spectroscopy (NIRS). Meanwhile, the management
of acute compartment syndrome is fasciotomy. Fasciotomy is a surgical incision in a way that
aims to reduce the pressure on the fascia.
3. KESIMPULAN
Pendahuluan: Salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan adalah genetik. Temuan
menunjukkan bahwa gen yang dikenal sebagai Formin Binding Protein 1-Like (FNBP1L)
secara signifikan berkaitan dengan kecerdasan anak. Penelitian ini bertujuan untuk
melakukan amplifikasi Gen FNBP1L sebagai tahap pendahuluan identifikasi mutasi gen yang
berhubungan dengan tingkat IQ.
Metode: Penelitian ini dilaksanakan di SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Laboratorium
Biologi Molekuler dan Biokimia Fakultas Kedokteran UNILA, dan Laboratorium Bioteknologi
Fakultas Pertanian UNILA, pada bulan November 2014 Maret 2015. Jenis penelitian ini
berupa eksperimental dasar dengan jumlah sampel dalam penelitian ini 69 sampel darah
manusia. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling.
Selanjutnya, dilakukan isolasi DNA total dan amplifikasi Gen FNBP1L yang dilakukan dengan
menggunakan PCR Konvensional TC5000. Hasil amplifikasi PCR dibaca menggunakan
elektroforesis gel agarose dan kemudian dilihat menggunakan sinar ultraviolet (UV).
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa Gen FNBP1L dengan panjang 287 bps dapat
diamplifikasi sebagai tahap pendahuluan identifikasi mutasi gen dengan suhu optimal untuk
melakukan amplifikasi PCR gen adalah 55C.
Kesimpulan: Diperlukan penelitian lanjutan untuk menilai peran Gen FNBP1L terhadap
intelegensi seorang manusia.
ABSTRACT
Background: One of the factors that influence intelligence is genetic. The research
discovery shows that the gene known as FNBP1L is significantly associated with children's
intelligence. The research's aim is to perform Gene FNBP1L amplification as a preliminary
stage to identify the gene's mutation associated with IQ level.
Methods: The research was conducted at SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, Biology
Molecular and Biochemistry Laboratory of Medical Faculty, and Biotechnology Laboratory of
Agriculture Faculty at University of Lampung, in November 2014 - March 2015. The method
of the research was based on an experiment with 69 human blood samples and a sampling
method namely simple random sampling. Furthermore, total DNA isolation and amplification
of FNBP1L gene were performed using the Conventional PCR TC5000. The results of PCR
amplification was carried out by using electrophoresis agarose gel and then viewed using
ultraviolet light (UV).
Result: The results showed that the Gene FNBP1L with a length of 287 bps could be
amplified as a preliminary stage to identify the gene's mutation with the optimum temperature
of 55C to perform PCR amplification of the gene.
Conclusion: Further research is needed to assess the role of Gen FNBP1L the intelligence
of a human
(a)
Alat yang digunakan adalah PCR
Konvensional TC5000. Terdapat
keunggulan pada alat ini, yaitu biaya yang
cukup murah dibandingkan dengan jenis
PCR lain dalam pelaksanaan praktiknya.
Sementara itu, kelemahan PCR
Konvensional dibandingkan dengan Real-
Time PCR (RT-PCR) adalah alat ini tidak
dapat mengamati secara langsung proses
perbanyakan fragmen DNA, sehingga
harus dilakukan elektroforesis untuk
membaca hasil amplifikasi PCR. Selain
itu, kelemahan lainnya adalah alat ini tidak
(b) dapat mengukur konsentrasi DNA secara
otomatis, yang mana konsentrasi DNA
Gambar 3. Gen FNBP1L Sepanjang 287 diperlukan untuk mengukur komposisi
bps yang Diamplifikasi pada Suhu yang tepat pada PCR Mix.
Annealing 55C pada, (a) 15 sampel, (b) Pada penelitian ini menggunakan
15 sampel. variasi suhu untuk mendapatkan suhu
optimum dalam amplifikasi Gen FNBP1L.
Variasi suhu yang digunakan adalah suhu
Tabel 1. Amplifikasi Gen FNBP1L 52, 53 dan 55C. Metode pemilihan
berdasarkan Suhu Annealing PCR variasi ini berdasaran trial and eror yang
mengacu pada melting temperature (Tm)
yang tertera pada primer sheet pada
pesanan primer yaitu 55,1C untuk primer
forward dan 52,1C untuk primer reverse.
Setelah diambil rata-rata suhu Tm,
diperkirakan awal suhu untuk optimasi
adalah 49C. Namun suhu optimasi
minimal yang baik adalah 50C (Handoyo
Berdasarkan Tabel 1, amplifikasi Gen dan Rudiretna, 2001), sehingga suhu awal
FNBP1L yang berada pada posisi 287 bps yang digunakan dalam optimasi PCR
berhasil dilakukan pada suhu optimasi adalah 52C.
55C, sedangkan pada uji di suhu Pemilihan sampel dipilih secara
optimasi 52C dan 53C amplifikasi Gen acak untuk diujikan dari variasi suhu
FNBP1L yang berada pada 287 bps tidak sampai didapatkan suhu optimum yang
berhasil dilakukan. memberikan hasil positif seperti yang
terlihat pada Gambar 1 dan 2.
4. PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa suhu
Pada penelitian ini, peneliti yang memberikan hasil positif adalah
menggunakan sampel darah vena pada suhu 55C. Pada suhu 55C, pita DNA
remaja yang berusia 16 tahun. terbaca dengan jelas pada kisaran
Penggunaan sampel darah vena karena dibawah 300 bps pada DNA marker, hasil
pengambilan dengan cara ini cukup ini sesuai dengan panjang primer yang
mudah dilakukan dibandingkan dengan dipesan yaitu 287 bps, sedangkan variasi
darah arteri. Responden yang dipilih suhu lainnya memberikan hasil negatif.
adalah siswa SMA kelas XI alasan Hal yang sangat mempengaruhi hasil
pemilihan ini adalah karena diharapakan penelitian ini adalah suhu pada siklus
terdapat indikator untuk mengukur PCR. Oleh karena suhu denaturasi dan
kecerdasannya yaitu berupa homogenitas ekstensi yang digunakan sama, maka
dari segi usia dan tempat pelaksanaan tes permasalahan ada pada suhu
IQ yang termasuk di dalam kriteria inklusi. annealing/menempelnya primer. Suhu
annealing yang terlalu tinggi dapat
menyebabkan amplifikasi tidak terjadi atau 5. Davies, G., et al. 2011. Genome-wide
sebaliknya suhu yang terlalu rendah association studies establish that
menyebabkan primer menempel pada sisi human intelligence is highly heritable
lain genom yang bukan sisi genom and polygenic. Mol. Psychiatry, 16(10),
tersebut/multiband (Suryanto, 2003). Pada 9961005.
penelitian ini sudah didapatkan suhu 6. Haryanto. 2010. Pengertian
penempelan yang tepat. Kecerdasan Interpersonal Menurut
5. KESIMPULAN Para Ahli. Diakses dari
Gen FNBP1L dapat diamplifikasi http://belajarpsikologi.com/pengertian-
sebagai tahap pendahuluan identifikasi kecerdasan-interpersonal-menurut-
mutasi gen. Sedangkan, suhu annealing para-ahli/ pada tanggal 24 September
optimal untuk melakukan amplifikasi PCR 2014.7. Hendriani. S. 2008. Pengaruh
Konvensional sebagai tahap pendahuluan strategi belajar, IQ, dan motivasi
identifikasi mutasi gen adalah 55C. berprestasi terhadap hasil belajar
Diharapkan penelitian selanjutnya agar Bahasa Inggris Mahasiswa STAIN
dapat melanjutkan penelitian ini sampai Batusangkar. tadib. 11(1): 80-9.
pada tahap polimorfisme Gen FNBP1L 8. Laidra, K., Pullmann, H., and Allik, J.
untuk mengetahui hubungannya terhadap 2007. Personality and intelligence as
kecerdasan dengan menggunakan predictors of academic achievement: A
metode yang berbeda untuk menambah cross-sectional study from elementary
referensi dalam amplifikasi Gen FNBP1L. to second-ary school. Personality and
Individual Differences, 42, 44151.
9. Eysenck, M. W. and Keane, M. T.
DAFTAR PUSTAKA 2001. Cognitive Psychology. 4th ed.
1. Benyamin, B., et al. 2014. Childhood Philadelphia: Taylor & Francis Inc.
intelligence is heritable, highly 10.Sholichin, Mochlis. 2013. Psikologi
polygenic and associated with Belajar. Subrabaya: Pena Salsabila.
FNBP1L. Mol. Psychiatry, 19(2), 253 11. Sudarmawan, Danim dan Khairil. 2010.
8. Psikologi Pendidikan. Bandung:
2. Charter, P. 2010. Tes IQ Tingkat Lanjut. Alfabeta.
Jakarta: Indeks. 12.Wiamiharja. 2003. Keeratan Hubungan
3. Dahlan, Sopiyudin M. 2008. Langkah- antara Kecerdasan, Kemauan dan
Langkah Membuat Proposal Penelitian Kinerja. Jurnal Psikologi UGM.
Bidang Kedokteran dan Kesehatan. 13.Azwar, Saifuddin, 2006. Penyusunan
Edisi 5. Jakarta: Sagung Seto. Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka
4. Deary, I.J., Strand S., Smith P., and Belajar
Fernandes C. 2007. Intelligence and 14.Murray, Robert K., et al. 2009. Biokimia
Educational Achievement. Intelligence, Harper. Edisi 25. Jakarta: Penerbit
35, 13-21. Buku Kedokteran.