Anda di halaman 1dari 34

Berikut adalah daftar satelit komunikasi milik Indonesia yang telah atau akan

diluncurkan.

Mulai
No Operasi Akhir Slot Pengelol Wahana
Nama Pembuat Keterangan
. (diluncurka Operasi Orbit a luncur
n)
Diluncurkan dari
Hughes
Juni 83 Perumte Delta- Kennedy Space Center,
1. Palapa A1 8 Juli 1976 (HS-
1985[1] BT l 2914 Tanjung Canaveral,
333)[2]
Amerika Serikat.
Hughes
10 Maret Januari 77 Perumte Delta- Diluncurkan dari
2. Palapa A2 (HS-
1977 1988[1] BT l 2914 Kennedy Space Center.
333)[2]
Challeng Hughes Diluncurkan
18 Juni 108 Perumte
3. Palapa B1 1990 er F2 (HS- menggunakan pesawat
1983[3] BT l
(STS-7) 376)[2] ulang-alik.
Challeng dilepas dari wahana pada
3 Februari Hughes
Perumte er F4 16:00 EST[4], gagal dan
4. Palapa B2 1984 Gagal (HS-
l (STS-41- dijemput oleh STS-51A
8:00 EST 376)[2]
B) pada November 1984[1]
Perumte
Beralih kepemilikan ke
Palapa 21 Maret Februar 113 l Delta Hughes
5. Satelindo pada 1993,[2]
B2P 1987 i 1996[1] BT Satelind 6925 (HS-376)
dan diganti Palapa C1.[1]
o
Merupakan Palapa B2
Palapa 13 April 108 Perumte Delta Hughes
6. 2000 yang diperbaiki oleh
B2R 1990 BT l 6925 (HS-376)
Sattel Technologies,[1]
14 Mei
1992 118 Delta II- Hughes Diluncurkan dari
7. Palapa B4 2005[2] Telkom
7:40 BT 7925 (HS-376) Kennedy Space Center.
WIB[5]
Diluncurkan dari
Tanjung Canaveral LC-
36B.[6]
Gagal beroperasi
sehingga pada Januari
1999 beralih
kepemilikan ke Hughes
31 Januari 113 Satelind Atlas- Hughes
8. Palapa C1 1999 dan berganti nama
1996 BT o 2AS (HS-601)
menjadi HGS3.
Desember 2000 disewa
Kalitel dari AS di 50 BT
dan menjadi Anatolia 1,
Agustus 2002 disewa
Pakistan di 38BT
[7]
menjadi Paksat1.
Diluncurkan dari
Kourou, Guyana
Satelind Ariane- Perancis.[6]
15 Mei 113 Hughes
9. Palapa C2 2011[6] o 44L Orbit akan dipindahkan
1996 BT (HS-601)
Indosat H10-3 ke 150,5 BT karena
113 BT akan ditempati
Palapa D.[8]
Indika
CTA ->
Group
Orbital
Indostar I 12 107,7 Bimanta Ariane- Diluncurkan dari dari
Sciences
10. (Cakrawar November 2011 ra Citra 44L Kourou, Guyana
Corporati
ta I) 1997 BT[9] MNC H10-3[10] Perancis.
on (OSC)
Sky
(Star-1)
Vision
Lockhee
12 Agustus
108 Ariane d Martin
11. Telkom-1 1999, 2018 Telkom
BT IV (A2100A
21:48 UTC
)[2]
ACeS adalah patungan
Asia Lockhee PSN dan perusahaan
Proton K
12 Februari 123 Cellular d Martin asing.[14]
12. Garuda-1 2015 Blok-
2000[11] BT[12] Satellite A2100A Diluncurkan dari
DM3
(ACeS) XX[13] Baikonur Cosmodrome,
Kazakhstan.
16 Orbital Diluncurkan dari dari
Beroper 108
13. Telkom-2 November Telkom Ariane V (Starbus Kourou, Guyana
asi BT
2005 2)[2] Perancis.
INASAT- Satelit pertama buatan
14. 2006
1 Indonesia.
LAPAN- Satelit mikro pertama
15. 2007
TUBSAT Indonesia.
Diluncurkan dari
Indostar II 16 Mei MNC Proton- Boeing
107,7 Baikonur Cosmodrome
16. (Cakrawar 2009, 7:58 2024 Sky M Briz- (BSS-
BT (LC-200/39),
ta II) WIB Vision M 601HP)
Kazakhstan.[15][16]
Thales Diluncurkan dari
Alenia Xichang Satellite Launch
31 Agustus Long
113 Indosat Space Center (XSLC), Cina.
17. Palapa D 2009 16:28 2024 March
BT Telkom (Spacebu Menggeser orbit Palapa
WIB 3B
s- C2 dari 113 BT ke
4000B3) 150,5 BT.
ISS Proses tender selesai
Reshetne pada Desember 2008
Proton-
v Telkom 3, diakses 9
18. Telkom-3 2011 2026 ? Telkom M Briz-
(Ekspress Oktober 2009. Gagal
M
-1000N) mencapai orbit pada
& Alcatel tanggal 6 Agustus 2012.
(Payload)
Lockhee
Lippostar- 15 Juni 124 Lippo Ariane 5
19. 2028 d Martin
1 2012 BT Satellite ECA
(A2100)
PT.
Bank
Space
19 Juni Rakyat Diluncurkan dari
150.5 Ariane 5 Systems /
20. BRIsat 2016 04:39 2031 Indonesi Kourou, Guyana
BT ECA Loral
WIB a Perancis.
(LS1300)
(Persero
) Tbk.
Diluncurkan dari
Kourou, Guyana
Thales Perancis.
Alenia untuk menggantikan
15 Februari
Telkom- 118 Ariane 5 Space Satelit Telkom-3 yang
21. 2017 04:39 2032 Telkom
3S BT ECA (Spacebu hilang dan gagal
WIB
s- mencapai orbit pada
4000B3) Agustus 2012 karena
keselahan roket Proton
Rusia.

A. SEJARAH SATELIT

Satelit buatan manusia pertama adalah Sputnik 1, diluncurkan oleh Soviet pada tanggal 4
Oktober 1957, dan memulai Program Sputnik Rusia, dengan Sergei Korolev sebagai kepala
disain dan Kerim Kerimov sebagai asistentnya. Peluncuran ini memicu lomba ruang angkasa
(space race) antara Soviet dan Amerika.
Sputnik 1 membantuk mengidentifikasi kepadatan lapisan atas atmosfer dengan jalan
mengukur perubahan orbitnya dan memberikan data dari distribusi signal radio pada lapisan
ionosphere. Karena badan satelit ini diisi dengan nitrogen bertekanan tinggi, Sputnik 1 juga
memberi kesempatan pertama dalam pendeteksian meteorit, karena hilangnya tekanan dalam
disebabkan oleh penetrasi meteroid bisa dilihat melalui data suhu yang dikirimkannya ke
bumi.
Sputnik 2 diluncurkan pada tanggal 3 November 1957 dan membawa awak mahluk hidup
pertama ke dalam orbit, seekor anjing bernama Laika
Pada bulan Mei, 1946, Project Rand mengeluarkan desain
preliminari untuk experimen wahana angkasa untuk mengedari dunia, yang menyatakan
bahwa, "sebuah kendaraan satelit yang berisi instrumentasi yang tepat bisa diharapkan
menjadi alat ilmu yang canggih untuk abad ke duapuluh". Amerika sudah memikirkan untuk
meluncurkan satelit pengorbit sejak 1946 dibawah Kantor Aeronotis angkatan Laut Amerika
(Bureau of Aeronautics of the United States Navy). Project RAND milik Angkatan Udara
Amerika akhirnya mengeluarkan laporan diatas, tetapi tidak mengutarakan bahwa satelit
memiliki potensi sebagai senjata militer; tetapi, mereka menganggapnya sebagai alat ilmu,
politik, dan propaganda. Pada tahun 1954, Sekertari Pertahanan Amerika menyatakan, "Saya
tidak mengetahui adanya satupun program satelit Amerika."
Pada tanggal 29 Juli 1955, Gedung Putih mencanangkan bahwa Amerika Serikat akan mau
meluncurkan satelit pada musim semi 1958. Hal ini kemudian diketahui sebagai Project
Vanguard. Pada tanggal 31 July, Soviets mengumumkan bahwa mereka akan meluncurkan
satelit pada musim gugur 1957.
Mengikuti tekanan dari American Rocket Society (Masyarakat Roket America), the National
Science Foundation (Yayasan Sains national), and the International Geophysical Year,
interest angkatan bersenjata meningkat dan pada awal 1955 Angkatan Udara Amerika dan
Angkatan Laut mengerjai Project Orbiter, yang menggunakan wahana Jupiter C untuk
meluncurkan satelit. Proyek ini berlangsung sukses, dan Explorer 1 menjadi satelit Amerika
pertama pada tanggal 31 januari 1958.
Pada bulan Juni 1961, tiga setengah tahun setelah meluncurnya Sputnik 1, Angkatan Udara
Amerika menggunakan berbagai fasilitas dari Jaringan Mata Angkasa Amerika (the United
States Space Surveillance Network) untuk mengkatalogkan sejumlah 115 satelit yang
mengorbit bumi.
Satelit buatan manusia terbesar pada saat ini yang mengorbit bumi adalah Station Angkasa
Interasional (International Space Station).

Jenis satelit
Satelit astronomi adalah satelit yang digunakan untuk mengamati planet, galaksi, dan
objek angkasa lainnya yang jauh.
Satelit komunikasi adalah satelit buatan yang dipasang di angkasa dengan tujuan
telekomunikasi menggunakan radio pada frekuensi gelombang mikro. Kebanyakan
satelit komunikasi menggunakan orbit geosinkron atau orbit geostasioner, meskipun
beberapa tipe terbaru menggunakan satelit pengorbit Bumi rendah.
Satelit pengamat Bumi adalah satelit yang dirancang khusus untuk mengamati Bumi
dari orbit, seperti satelit reconnaissance tetapi ditujukan untuk penggunaan non-
militer seperti pengamatan lingkungan, meteorologi, pembuatan peta, dll.
Satelit navigasi adalah satelit yang menggunakan sinyal radio yang disalurkan ke
penerima di permukaan tanah untuk menentukan lokasi sebuah titik dipermukaan
bumi. Salah satu satelit navigasi yang sangat populer adalah GPS milik Amerika
Serikat selain itu ada juga Glonass milik Rusia. Bila pandangan antara satelit dan
penerima di tanah tidak ada gangguan, maka dengan sebuah alat penerima sinyal
satelit (penerima GPS), bisa diperoleh data posisi di suatu tempat dengan ketelitian
beberapa meter dalam waktu nyata.
Satelit mata-mata adalah satelit pengamat Bumi atau satelit komunikasi yang
digunakan untuk tujuan militer atau mata-mata.
Satelit tenaga surya adalah satelit yang diusulkan dibuat di orbit Bumi tinggi yang
menggunakan transmisi tenaga gelombang mikro untuk menyorotkan tenaga surya
kepada antena sangat besar di Bumi yang dpaat digunakan untuk menggantikan
sumber tenaga konvensional.
Stasiun angkasa adalah struktur buatan manusia yang dirancang sebagai tempat
tinggal manusia di luar angkasa. Stasiun luar angkasa dibedakan dengan pesawat
angkasa lainnya oleh ketiadaan propulsi pesawat angkasa utama atau fasilitas
pendaratan; Dan kendaraan lain digunakan sebagai transportasi dari dan ke stasiun.
Stasiun angkasa dirancang untuk hidup jangka-menengah di orbit, untuk periode
mingguan, bulanan, atau bahkan tahunan.
Satelit cuaca adalah satelit yang diguanakan untuk mengamati cuaca dan iklim Bumi.
Satelit miniatur adalah satelit yang ringan dan kecil. Klasifikasi baru dibuat untuk
mengkategorikan satelit-satelit ini: satelit mini (500200 kg), satelit mikro (di bawah
200 kg), satelit nano (di bawah 10 kg).

Jenis orbit
Banyak satelit dikategorikan atas ketinggian orbitnya, meskipun sebuah satelit bisa mengorbit
dengan ketinggian berapa pun.

Orbit Rendah (Low Earth Orbit, LEO): 300 - 1500km di atas permukaan bumi.
Orbit Menengah (Medium Earth Orbit, MEO): 1500 - 36000 km.
Orbit Geosinkron (Geosynchronous Orbit, GSO): sekitar 36000 km di atas permukaan
Bumi.
Orbit Geostasioner (Geostationary Orbit, GEO): 35790 km di atas permukaan Bumi.
Orbit Tinggi (High Earth Orbit, HEO): di atas 36000 km.

Orbit berikut adalah orbit khusus yang juga digunakan untuk mengkategorikan satelit:

Orbit Molniya, orbit satelit dengan perioda orbit 12 jam dan inklinasi sekitar 63.
Orbit Sunsynchronous, orbit satelit dengan inklinasi dan tinggi tertentu yang selalu
melintas ekuator pada jam lokal yang sama.
Orbit Polar, orbit satelit yang melintasi kutub

Cara Kerja Satelit

Satelit yang mengitari bumi pada orbitnya akan dikendalikan oleh Master Control Station di
stasiun bumi. Pengendalian satelit yang berada puluhan ribu kilometer dari bumi
menggunakan sistem otomatis yang didasarkan atas dua sistem pengendalian, yaitu Spin
Stabillized Satellite dan Three Axiz Body Stabillized.

Spin Stabillized Satellite merupakan metode pengendalian satelit dengan cara menggerakan
body satelit secara berputar untuk menuju ke suatu posisi tertentu yang diinginkan. Satelit
secara teori akan diam pada posisinya di orbit, pada kenyatannya akan bergeser dari orbit
yang sebenarnya.

Three Axiz Body Stabillized merupakan pengontrolan posisi satelit berdasarkan sumbu
koordinal X,Y, dan Z. dari ketiga sumbu tersebut akan dipetakan menjadi posisi pitch, roll
and yaw.

Kerja satelit terbagi dua, yaitu cara uplink dan downlink. Upulink adalah transmisi yang
dikirim dari planet bumi menuju satelit, sedangkan downlink yaitu transmisi dari satelit ke
stasiun bumi.

Pada dasarnya, komunikasi satellit dan cara kerjanya berguna sebagai repeater di langit,
satelit juga menggunakan transponders, yaitu alat yang memungkinkan terjadinya komunikasi
dua arah.

Umumnya komunikasi satelit menggunkan begit banyak transponders. Hal lain yang penting
perannya dalam jaringan komunikasi satelit adalah antena satelit, karena benda ini berfungsi
sebagai penerima transisi di setiap wilayah di dunia. Sedangkan sebuah satelit spancing
(penempatan satelit) digunakan adar dalam melakukan transmisi lebih mudah berdasarkan
wilayahnya. Power sistem yang digunkakan oleh satelit diperoleh dari sinar matahari yang
diubah bentuk menjadi listrik yang menggunkan sel surya (solar cells)

Pesawat luar angkasa yang berada lama di uang angkasa membangkitkan tenaga dengan
energi matahari. Pesawat memperoleh energi matahari itu dengan menggunakan struktur
seperti sayap besar yang diberi nama panel surya, setiap panel surya tersusun atas banyak sel
yang lebih kecil sel surya menghasilkan tnaga listrik saat terkena cahaya. Sel-sel tersebut
dibuat dari bahan yang disebut silikon. Panel surya hanya akan bekerja bila saat menghadap
ke arah matahari, dan satelit dilengkapi dengan sensor yang mencari arah cahaya. Motor
menggerakkan panel dihadapkan ke cahaya matahari. Satelit juga dilengkapi dengan sumber
tenaga yang berdurasi 12 tahun yang merupakan bahan bakarnya agar dapat beroprasi.

B. Sejarah di balik peluncuran satelit pertama Indonesia

Ilustrasi Satelit Palapa A1. 2016 Merdeka.com

Merdeka.com - Menengok ke belakang, sekitar 40 tahun yang lalu, tepatnya 8 Juli 1976,
euforia peluncuran satelit telekomunikasi geostasioner milik Indonesia kali pertama
diluncurkan begitu terasa. Satelit yang menjadi bukti lompatan teknologi luar biasa yang
pernah dilakukan Indonesia ini, bernama Palapa.

Satelit yang juga berjuluk Palapa A1 ini merupakan proyek rintisan pemerintah Indonesia
untuk menguatkan peta dunia komunikasi. Pada waktu itu, pemerintah memandang
pentingnya sebaran komunikasi untuk melihat wilayah Indonesia yang sebagian besar berupa
pulau-pulau.
Hal yang mungkin jarang orang ingat, satelit bertipe HS-333 dan berbobot 574 kg itu justru
berhasil mengorbit di atas Samudera Hindia di era Pemerintahan Orde Baru. Pemerintah
waktu itu memesan dua satelit dari Boeing Satellite Systems, yang sebelumnya dikenal
sebagai Hughes Space and Communication Inc.

Tidak tanggung-tanggung, teknologi yang digunakan diklaim yang paling maju kala itu.
Sebab, secara keseluruhan teknologi yang digunakan Satelit Palapa juga diaplikasikan untuk
satelit Anik danWestar. Bahkan, roket peluncur Satelit Palapa berjenis sama dengan yang
meluncurkan kedua satelit milik Kanada dan Amerika Serikat tersebut, yaitu Delta 2914.

Sepintas, bentuk Satelit Palapa generasi A terlihat seperti drum minyak dengan piringan di
atasnya. Namun, daya jangkaunya dibuat Hughes mampu mencakup seluruh kawasan
Indonesia. Bahkan, pancaran sinyalnya mampu menjangkau beberapa negara tetangga, seperti
Malaysia, Filipina, Singapura dan Thailand.
Hal yang perlu diketahui juga pengerjaan Satelit Palapa memegang rekor tercepat yang
tercatat dalam sejarah pengerjaan satelit milik Boeing. Terhitung hanya kurun waktu 17
bulan, perusahaan asal Negeri Paman Sam tersebut mampu menyelesaikan pesanan
Pemerintah Republik Indonesia.

Di sisi lain, bicara tentang nama satelit pertama Indonesia, ada satu sosok yang tidak dapat
dipisahkan. Dialah Presiden Soeharto. Beliau memilih sendiri nama Palapa, karena
terilhami kebesaran nusantara yang bermula dari Sumpah Palapa, ikrar bersejarah Mahapatih
Gajah Mada.

Pemerintah berharap, dengan menggunakan nama Palapa kejayaan Indonesia dapat kembali
terulang, seperti kejayaan Nusantara di era kerajaan Majapahit pada 1334. Dan, benar saja,
pengamat teknologi, Ninok Leksono pun berujar, berkat Satelit Palapa inilah Indonesia
dikenal sebagai negara ke-3 yang memiliki satelit pemancar domestik setelah Kanada dan
Amerika.

Pada tahun 2016, bertepatan setelah 40 tahun berlalu sejak peluncuran satelit domestik
pertama, Indonesia siap untuk kembali berbangga atas rencana peluncuran satelit komunikasi
pertama di dunia yang dimiliki dan dioperasikan oleh bank. Satelit milik BRI yang
selanjutnya dikenalkan dengan nama BRIsat. Satelit yang mengorbit pada slot 150.5 Bujur
Timur ini akan diluncurkan pada 9 Juni 2016 di Pusat Antariksa Perancis, di Kourou, Guyana
Perancis.

Sepanjang sejarah, satelit milik Indonesia yang telah diluncurkan mencapai 13 satelit. Selama
36 tahun sejak pertama kali Satelit Indonesia mengorbit pada 1976, tiga satelit gagal
beroperasi secara penuh, yaitu Satelit Palapa B2 gagal mengorbit saat peluncuran, Satelit
Palapa C1 yang hanya mampu beroperasi selama dua tahun karena masalah pengisian baterai,
serta Satelit Telkom-3 yang hilang sebelum sampai pada orbitnya.

Jejak satelit Indonesia di ruang angkasa dimulai dari peluncuran Satelit Palapa A1 milik
Perumtel (sekarang Telkom) pada 8 Juli 1976 dengan menggunakan
roket Amerika Serikat, Hughes (HS-333). Satelit itu diluncurkan dari Kennedy Space center,
Tanjung Canaveral, di atas pada slot orbit 83 derajat BT. Nama Palapa ini diambil dari
Sumpah Palapa, yang pernah dicetuskan oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada tahun
1334.

Generasi satelit Palapa diluncurkan 1977, yaitu satelit milik Perumtel, Palapa A2, dengan
roket yang sama seperti Palapa A1. Enam tahun kemudian, Perumtel kembali meluncurkan
Satelit Palapa B1 pada 18 Juni 1983. Kali ini Perumtel menggunakan jasa roket Challenger
F2 (STS-7) dan diluncurkan dengan menggunakan pesawat ulang alik.

Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2 yang diluncurkan 3 Febuari 1984 dari wahana
Challenger F4 (STS-41-B) yang gagal beroperasi dan dijemput oleh roket STS-51A pada
NOvember 1984. Satelit ini kemudian dibeli dan didaur-ulang oleh Sattel Technologies yang
kemudian dibeli kembali oleh Perumtel pada tahun 1990 dengan nama Palapa B2R. Satelit
B2R sendiri diluncurkan pada 13 April 1990.Satelit Palapa selanjutnya, Palapa B2P, yang
dimiliki oleh Perumtel dan Satelindo kemudian diluncurkan pada 21 maret 1987
menggunakan roket Delta 6925.

Kemudian Telkom meluncurkan satelit Palapa B4, 14 Mei 1992 dari Kennedy Space Center,
Amerika Serikat. Lalu satelit milik Satelindo, Palapa C1 diluncurkan. Generasi pertama
Palapa C ini diproduksi oleh Hughes, Amerika Serikat dan diluncurkan pada 31 Januari 1996
dari Kennedy Space Center, Amerika Serikat dengan menggunakan roket Atlas 2AS.

Satelit ini dimaksudkan sebagai pengganti Palapa B4 pada Orbit Geostasioner 113 derajat BT
dengan rentang operasi selama 7 tahun. Namun, satelit ini hanya berusia dua tahun saja,
karena mengalami kegagalan pengisian baterai pada 24 November 1998. Satelit Palapa C1
pun dinyatakan tidak layak beroperasi.

Berikutnya, Satelindo dan Indosat meluncurkan satelit Palapa C2 padav15 Mei 1996 dengan
roket Ariane-44LH10-3. Satelit buatan Hughes (HS-601) ini diluncurkan dari Kourou,
Guyana Prancis. Satelit ini beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113 derajat BT di
ketinggian 36.000 km di atas permukaan bumi.
Operasional satelit ini berpindah tangan ke PT. Indosat Tbk, setelah penggabungan Satelindo
dengan Indosat. Untuk memberi tempat bagi Satelit Palapa D, orbit satelit ini dipindah ke
105,5 derajat BT.

Menjelang akhir 1997, Indovision meluncurkan satelit Cakrawala I pada 12 November 1997
dengan roket Ariane-44LH10-3. Satelit buatan Orbital Sciences Corporation (OSC) (Star-1)
diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis.

Pada 1999, Telkom meluncurkan satelit keduanya. Telkom-1 yang dibuat Lockheed Martin
(A2100A) dengan menggunakan roket Ariane IV, satelit ini memiliki masa operasi hingga
2016. Pada 2000, Asia Cellular Satelite (ACeS) meluncurkan satelit Garuda-1 yang memiliki
masa operasi sampai 2015. Satelit buatan Lockheed Martin diluncurkan menggunakan roket
Proton K Blok-DM3 dari Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan.Enam tahun setelah Telkom-1,
Satelit Telkom-2 diluncurkan dari Kourou, Guyana Prancis menggunakan roket Ariane V.
Sampai saat ini satelit ini masih beroperasi.

Buatan Indonesia

Pada 2006, satelit pertama buatan Indonesia, INASAT-1 diluncurkan. Satelit ini merupakan
satelit metodologi penginderaan untuk memotret cuaca buatan LAPAN. INASAT-1
menggunakan komponen elektronik berukuran kecil, dengan berat sekitar 10-15 Kg.
Kehadiran satelit ini dirancang untuk mengumpulkan data yang berhubungan erat dengan
data lingkungan maupun rumah tangga yang digunakan untuk mempelajari dinamika gerak
serta penampilan sistem satelit.

Satelit ini dirancang bersama oleh PT.Dirgantara Indonesia dan LAPAN. Dari segi dinamika
gerak akan diketahui melalui pemasangan sensor gyrorate tiga sumbu. Sehingga dalam
perjalanannya akan diketahui bagaimana perilaku geraknya. Penelitian dinamika gerak ini
menjadi hal yang menarik untuk satelit-satelit ukuran Nano yang terbang dengan ketinggian
antara 600-800 km.

LAPAN tidak berhenti di situ saja. Bekerja sama dengan Universitas Teknik Berlin
(Technische Universitt Berlin; TU Berlin), LAPAN membuat satelit LAPAN-TUBSAT. Ini
adalah satelit mikro pertama Indonesia. Wahana yang dirancang berdasarkan satelit lain
bernama DLR-TUBSAT, dan menyertakan sensor bintang yang baru.

Satelit LAPAN-TUBSAT yang berbentuk kotak dengan berat 57 kilogram dan dimensi 45 x
45 x 27 cm ini akan digunakan untuk melakukan pemantauan langsung situasi di Bumi
seperti kebakaran hutan, gunung berapi, banjir, menyimpan dan meneruskan pesan
komunikasi di wilayah Indonesia, serta untuk misi komunikasi bergerak.

LAPAN-TUBSAT membawa sebuah kamera beresolusi tinggi dengan daya pisah 5 meter
dan lebar sapuan 3,5 kilometer di permukaan Bumi pada ketinggian orbit 630 kilometer serta
sebuah kamera resolusi rendah berdaya pisah 200 meter dan lebar sapuan 81 kilometer.

Pada 2009, PT Media Citra Indostar (MCI) yang mengelola dan mengoperasionalisasi satelit
Indovision meluncurkan Indostar II atau Cakrawarta II. Satelit ini diluncurkan dengan
menggunakan roket peluncur Proton-Briz milik Rusia dan lepas landas melalui Baikonur
Cosmodome di Kazahkstan. Peluncuran satelit Indostar II ini terjadi pada tanggal 16 Mei
2009. Kehadiran Satelit Indostar II ini adalah untuk menggantikan Satelit Indostar I
(Cakrawarta 1) yang telah sebelas tahun melayani Indovision dan habis masa orbitnya pada
tahun 2008.

Melenceng

Pada 2009, Indosat meluncurkan satelit Palapa D dari Xichang Satellite Launch Center
(XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit ini dibuat oleh Thales
Alenia Space, Perancis, dan dimaksudkan sebagai pengganti satelit Palapa C2 pada Orbit
Geostasioner slot 113 BT yang akan selesai masa operasionalnya pada tahun 2011.

Walaupun diluncurkan dari Cina, pusat kendali satelit tetap berada di Stasiun Bumi Jatiluhur,
di Purwakarta, Jawa Barat yang dimiliki Indosat.Roket peluncur satelit ini sempat mengalami
kegagalan dalam menempatkan Palapa D pada orbitnya. Namun pihak Thales Alenia
mengendalikan satelit tersebut dan mengembalikannya ke jalur orbit aslinya. Meski sukses,
operasi satelit Palapa D berkurang menjadi 10 tahun dari usia 15 tahun yang direncanakan.
Manfaat Teknologi Satelit Bagi Indonesia

Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia. Memiliki kurang lebih 17.850
pulau dengan penduduk sebanyak 237 juta jiwa [1] sehingga dikenal juga sebagai salah satu
negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Oleh karena itu, Indonesia sangat
membutuhkan teknologi satelit karena setidaknya ada tiga hal mendasar yang memberikan
keuntungan bagi Indonesia. Yang pertama, sebagai infrastruktur komunikasi yang
menyatukan komunikasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang kedua, sebagai katalis
perkembangan ekonomi Indonesia, dan yang ketiga memberikan trigger semangat masyarakat
indonesia untuk dapat secara mandiri menguasai teknologi khususnya teknologi satelit.

Gambar Peta Indonesia

Jika kita melihat sejarah perkembangan teknologi satelit di Indonesia, pada Februari 1975
Indonesia mendeklarasikan program satelit PALAPA. Program tersebut mengukuhkan
Indonesia menjadi salah satu negara berkembang pertama di dunia yang menggunakan
teknologi satelit untuk keperluan komunikasi nasional. Sehingga tujuan umumnya ialah
menyatukan komunikasi Indonesia dari Sabang hingga Marauke. Seperti yang kita ketahui
Indonesia merupakan negara kepulauan dan rawan bencana alam sehingga membutuhkan alat
komunikasi handal yang dapat menghubungkan komunikasi dari satu pulau ke pulau lainnya.

Potensi Aplikasi Teknologi Satelit Bagi Indonesia


Selain komunikasi, teknologi satelit juga dapat membantu petani memberikan informasi
mengenai ketahanan pangan, cuaca, iklim, fasa panen padi, dan dapat memberikan perkiraan
atau estimasi lahan padi dari data pencitraan satelit. Sehingga berpotensi meningkatkan
produksi pertanian di Indonesia. Selain itu aplikasi pencitraan satelit juga dapat digunakan
untuk memonitor wilayah kelautan untuk kebutuhan nelayan dalam mencari ikan. Sehingga
waktu yang dibutuhkan nelayan untuk mencari ikan dapat dioptimalkan. Khusus mengenai
pertahanan, pemetaan satelit juga dapat digunakan untuk memantau wilayah-wilayah
Indonesia yang strategis.

Aplikasi Satelit Komunikasi [2]


Dalam hal perekonomian dengan adanya kemampuan penguasaan teknologi satelit yang
dikenal "highly added value technology" dapat menjadi lokomotif untuk terciptanya industri
turunan lainnya seperti semikonduktor, pembangkit listrik tenaga surya, material, elektronika,
dll. Sehingga diharapkan industrialisasi Indonesia secara keseluruhan dapat meningkat.

Aplikasi Pengindraan Jauh Satelit bagi Pertanian [3]

Yang terakhir teknologi satelit dapat memacu masyarakat Indonesia secara umum untuk
menguasai secara mandiri teknologi khususnya mengenai satelit. Sehingga memberi harapan
dan kebanggaan Indonesia untuk menjadi salah satu negara terdepan.

C. Sejarah Satelit Palapa Pertama di Indonesia

Satelit telekomunikasi, Palapa merupakan satelit geostasioner yang diambil dari nama
"Sumpah Palapa" oleh Patih Gajah Mada dari Majapahit pada 1334. Catatan sejarah
menunjukkan, satelit pertama Indonesia diluncurkan lebih dari empat dekade lalu oleh roket
Amerika Serikat. Diambil dari berbagai sumber, satelit milik Indonesia perdana dikenal
sebutan Palapa A1 dan Palapa A2. Satelit ini diluncurkan dari landasan Tanjung Canaveral
tepatnya pada 1976 dan 1977.

Satelit Palapa A1 digunakan untuk keperluan dalam negeri seperti transmisi televisi dan
telekomunikasi. Sementara Palapa A2, melayani telekomunikasi ASEAN dan keperluan
pertahanan dan keamanan. Satelit memiliki usia yang terbatas, sehingga generasi baru dari
satelit tersebut diluncurkan. Tercatat, satelit penerus dari satelit perdana milik Indonesia ialah
Palapa B1 dan Palapa B2.

Satelit Palapa B1 dan Palapa B2 menggantikan dua satelit sebelumnya yang habis masa
operasinya pada 1983 dan 1984. Ada perbedaan satelit Palapa B1 dan Palapa B2. Satelit
Palapa B2 memanfaatkan teknologi tinggi, sehingga harus diangkut dengan pesawat ulang
alik "Challenger" ke luar angkasa. Sedangkan Palapa B1 diluncurkan dengan cara
konvensional. Akan tetapi, satelit B2 mengalami kegagalan dan dijemput oleh STS-51A pada
November 1984. Kemudian, Palapa B2P diluncurkan mengitari orbit, bergerak dari barat ke
timur dengan kecepatan yang sama dengan rotasi Bumi.

Satelit B2P berada di ketinggian 36 ribu kilometer di atas khatulistiwa pada lokasi 113 BT.
Lalu, pada 1996 Indonesia meluncurkan satelit Palapa C1. Satelit Palapa C1 ialah satelit
komunikasi pertama yang dioperasikan oleh PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo). Satelit-
satelit sebelumnya sebagian besar dikelola oleh Perumtel. Palapa C1 dibuat oleh Hughes,
Amerika Serikat, AS dan diluncurkan pada 31 Januari 1996 di Kennedy Space Center,
Tanjung Canaveral (LC-36B) AS. Diluncurkan memanfaatkan roket Atlas 2AS.

Satelit tersebut dimaksudkan untuk mengganti satelit Palapa B4 pada Orbit Geo Stasioner slot
113 BT dengan rentang operasi selama 7 tahun, tetapi terjadi kegagalan pengisian baterai
pada 24 November 1998. Akhirnya, Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi dan
digantikan oleh Palapa C2. Satelit C2 beroperasi pada Orbit Geo Stasioner slot 113 BT di
ketinggian 36.000 km. Operasional satelit ini lalu dipegang PT. Indosat Tbk karena
penggabungan Satelindo dengan Indosat.

Kemudian, satelit Palapa D diluncurkan sebagai satelit komunikasi yang dimiliki PT. Indosat
Tbk. Satelit tersebut mengangkasa pada 31 Agustus 2009 di Xichang Satellite Launch Center
(XSLC) menggunakan roket Long March (Chang Zheng) 3B. Satelit Palapa D diproduksi
Thales Alenia Space, Perancis. Palapa D menggantikan satelit Palapa C2 pada Orbit Geo
Stasioner slot 113 BT yang selesai masa operasionalnya pada 2011. Pengguna layanan Palapa
D antara lain, televisi nasional serta televisi lokal di Tanah Air. Tidak hanya itu, satelit juga
mendukung sejumlah radio di Indonesia.

Peranan Satelit Palapa


Perkembangan ilmu Pengetahuan dan teknologi dewasa ini berlangsung sanga pesat.
Perkembangan ini juga terasa dalam bidang komunikasi. Pemerintah Indonesia pun telah
memanfaatkan kemajuan ini dengan membangun Satelit Palapa. dengan adanya Satelit Palapa
ini, bangsa Indonesia dapat berhubungan dengan cepat, walaupun tanah air kita terdiri dari
beribu-ribu pulau.
Satelit Palapa A-1 dan Palapa A-2 diluncurkan pada tahun 1976 dan tahun 1977 dari
Tanjung Canaveral Amerika Serikat dan berhasil dengan baik. Satelit Palapa A-1 digunakan
untuk keperluaan domestik, antara lain transmisi televisi dan komunikasi, Satelit Palapa A-2
melayani telekomunikasi ASEAN dan keperluan HANKAM. umur ataumasa operasi Satelit
Palapa hanya 7 tahun. Satelit Palapa A-1 beroperasi sampai tahun 1983 dan Palapa A-2
sampai tahun 1984, sesudah selesai masa tugasnya, masing-masing satelit harus diganti
dengan generasi kedua. Satelit Palapa A-1 digantikan oleh Palapa B-1, dan Satelit Palapa A-2
digantikan oleh Palapa B-2.
Satelit Palapa B-1 masih diluncurkan secara konvensional. Akan tetapi, Satelit Palapa
B-2 mulai diprogram untuk memanfaatkan teknologi tinggi, yaitu dibawa dengan pesawat
ulang alik "Challenger" ke angkasa. Satelit Palapa berfungsi sebagai sistem komunikasi
satelit domestik (disingkat SKSD). Dengan sistem ini pemerintah tidak perlu lagi
membangun jaringan kabel-kabel gelombang pendek. Sistem komunikasi ini dapat
memperpendek atau menghemat waktu dan memperkecil atau mengurangi jarak.
Kita harus mengakui kehebatan Satelit Palapa ini. Satelit Palapa dapat meliputi
seluruh wilayah Republik Indonesia dan sebagian negara tetangga kita. Untuk
menghubungkan Sabang sampai Merauke dan menghubungkan Talaud samapi Timor,
pemerintah Indonesia cukup membangun dua station bumi saja. Hebat, bukan? Perana Satelit
Palapa sangat penting bagi kemajuan bangsa kita. Perana ini terasa sekali dalam bidang
telekomunikasi atau hubungan jarak jauh. Satelit Palapa membuat persatuan dan kesatuan
bangsa kita lebih mantap. Saudara-saudara kita yang bermukim di daerah terpencil pun sudah
dapat melihat dan menyaksikan siaran televisi dari pusat yang dipancarkan melalui SKSD
Palapa. Semua ini merupakan jasa dan jerih payah para ilmuwan kita dibidang
telekomunikasi. Mereka ini adalah pahlawan dalam bidang telekomunikas.
Sistem komunikasi satelit domestik (SKSD) ini tidak dapat berdiri sendiri.
Pemerintah, khususnya pihak Perumtel harus pula membangun sistem terestial. Sistem
terestial berfungsi sebagai cadangan apabila SKSD Palapa terganggu atau mengalami
kerusakan.
Kita telah melihat kegunaan satelit untuk komunikasi. Kegunaan lainnya pun masih
ada, antara lain: untuk mendeteksi cuaca, merekam kandungan mineral, dan kekayaan alam
lainnya: mendukung tujuam-tujuan militer dan pertahanan (untuk mengawasi kekuatan
musuh).

Daftar Satelit Indonesia yang Beroperasi dan Mengorbit Hingga Kini

Satelit di luar angkasa. (Foto: Thinkstock)


Perusahaan telekomunikasi Telkom Indonesia akhirnya resmi meluncurkan satelit terbarunya,
Telkom 3S, dengan sukses pada 15 Februari pagi hari. Peluncuran dilakukan di Guiana Space
Center, kota Kourou, Guyana Prancis.
Satelit Telkom 3S diluncurkan dan dioperasikan untuk meningkatkan kualitas jaringan
komunikasi di Indonesia dalam hal siaran televisi berkualitas tinggi (High-Definition
Television), layanan komunikasi seluler, komunikasi bisnis, jaringan ATM, serta broadband
internet.
Telkom 3S masih harus melakukan sejumlah tahapan di angkasa agar ia dapat terparkir penuh
di slot orbit 118 bujur timur, tepat di atas pulau Kalimanta, pada ketinggian sekitar 35.000
dari Bumi. Menurut rencana Telkom 3S bakal mengorbit pada 23 Februari 2017.
Keberhasilan peluncuran Satelit Telkom 3S membuat Indonesia kini memiliki total 7 satelit
yang hingga sekarang masih mengorbit di atas Bumi. Untuk 6 satelit lain dari Indonesia,
berikut informasi tentangnya:

LAPAN A2
LAPAN A2 merupakan satelit terbaru yang dirakit oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (LAPAN) dan diluncurkan dari Sriharikota, India, pada September 2015. Satelit ini
merupakan penerus dari satelit LAPAN A1 atau LAPAN-TUBSat yang dibuat di Jerman.
Satelit didesain untuk tiga misi, yaitu pengamatan Bumi, pemantauan kapal dan komunikasi
radio amatir. Dengan berat sekitar 78 kg, LAPAN A2 membawa muatan Automatic
Identification System (AIS).

Bentuk satelit LAPAN A2. (Foto: LAPAN)

Teknologi tersebut memungkinkan satelit untuk dapat melakukan identifikasi terhadap kapal
yang akan melintasi wilayah jangkauan LAPAN A2. Untuk misi pengamatan Bumi, satelit
menggunakan kamera digital observasi Bumi dengan kamera 4 band multispectral scanning.
Kamera itu beresolusi 18 m dengan cakupan 120 kilometer dan kamera resolusi 6 m dengan
cakupan 12 x 12 kilometer.
Satelit juga dilengkapi dengan Automatic Packet Reporting System (APRS) yang mendukung
komunikasi untuk penanganan bencana, memungkinkan satelit sebagai penghubung sekitar
700 ribu pengguna radio amatir atau Orari (Organisasi Amatir Radio Indonesia).

LAPAN A3
Beberapa bulan setelah peluncuran satelit LAPAN A2, Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional kembali meluncurkan satelit generasi selanjutnya, LAPAN A3. Satelit digarap
bersama dengan Institut Pertanian Bogor.

Bentuk satelit LAPAN A3. (Foto: LAPAN)

Seperti halnya A2, LAPAN A3 juga diluncurkan di Srihari kota, India, dengan menumpang
roket PSLV C-34 milik India pada 22 Juni 2016. Satelit memiliki misi untuk bantu
mengidentifikasi kapal pencuri ikan.
Untuk melakukan misi tersebut, LAPAN A3 yang berbobot 115 kilogram dan berdimensi 50
x 57,4 x 42,4 centimeter ini mengusung resolusi multispektral (4-band) dan sebuah kamera
digital.
Kendati masih menggunakan komponen impor, satelit dibuat murni di dalam negeri dan
memakai komponen dalam negeri berupa star censor dan reaction wheel.

Indostar II/Cakrawarta II
Setelah habis masa orbit satelit Indostar I, MNC Sky Vision meluncurkan satelit penerusnya
bernama Indostar II atau Cakrawarta II. Satelit ini diluncurkan pada Mei 2009 lalu di
Baikonur Cosmodrome, Kazakhstan.
Satelit ini dirakit oleh Boeing Satellite System asal Amerika Serikat dalam waktu 20 bulan.
Indostar II kemudian diterbangkan melalui roket Proton Breeze M produksi Khrunichev State
Research and Production Space Center asal Rusia.
Satelit tipe BS 601 HP memiliki dimensi 4 x 3,6 x 2,7 meter dan bobot sekitar 3.905
kilogram, serta mengorbit di 107 bujur timur. Masa aktif Indostar II mampu mencapai 15
tahun lebih.
Indostar II membawa 22 transponder Ku-Band dan 10 transponder S-Band untuk
memberikan jaringan penyiaran DTH (direct-to-home) yang kuat dan jasa telekomunikasi
lain seperti Internet broadband yang mencakup wilayah Asia Pasik.
Sekarang, satelit ini dioperasikan oleh SES World Skies asal Belanda, setelah ProtoStar
melepas peran operator lewat jalur lelang. Hal ini berimbas pada pergantian nama dari
Indostar II menjadi SES-7.

Palapa D
Palapa D atau bisa disebut dengan Palada D1 merupakan satelit komunikasi geostationer
yang dioperasikan oleh Indosat. Ini merupakan satelit pengganti dari Palapa C2 yang
sebelumnya mengorbit lebih dulu.
Indosat menunjuk Thales Alenia Space sebagai perakit satelit Palapa D, dengan dasar
menggunakan platform tipe Spacebus-4000B3. Satelit memiliki bobot 4.100 kilogram dan
daya elektrik mencakup 6 kilo watt.
Satelit dibawa ke luar angkasa dengan roket Long March CZ-3B di area peluncuran milik
Xichang Satellite Launch Center yang berlokasi di China pada 31 Agustus 2009.
Palapa D membawa kapasitas total 40 transponder yang di antaranya terdiri dari 24 standar
C-Band, 11 extended C-Band serta 5 Ku-Band. Transponder tersebut sanggup mencapai
wilayah Indonesia, Asean, Asia Pasifik, Timur Tengah dan Australia.
Beberapa jam setelah peluncuran, roket yang membawa satelit Palapa D mengalami
gangguan sehingga satelit sempat keluar dari posisi orbit yang seharusnya yaitu 113 bujur
timur. Kondisi tersebut membuat umur satelit berkurang menjadi 10 tahun, dari yang
sebelumnya ditargetkan 15 tahun.

Telkom 2
Ini dia satelit penerus Telkom 1 yang kemudian akan digantikan oleh satelit Telkom 3S yang
baru saja diluncurkan Telkom Indonesia di Guyana Prancis. Telkom 2 diluncurkan pada 16
November 2005.
Telkom 2 dirakit oleh Orbital ATK Inc. dengan model GEOStar-2. Satelit ini membawa 24
C-Band transponder untuk menyediakan layanan TV, telepon dan Internet wilayah Indonesia,
Asia Tenggara, dan Asia Selatan sekitar India.
Satelit kemudian diterbangkan menggunakan roket Ariane 5 ECA dengan Guiana Space
Center sebagai lokasi peluncurannya. Telkom 2 mengorbit pada ketinggian 35.888 kilometer
di atas Bumi, tepatnya di 118 bujur timur.
Telkom 2 yang memiliki bobot 1.930 kilogram diproyeksi dapat terus beroperasi selama 15
tahun sejak peluncuran. Itu berarti satelit masih memiliki kurang lebih 3 tahun lagi umur
masa orbitnya.
Peluncuran penerus Telkom 1 ini sempat mengalami penundaan sebanyak dua kali.

BRISat
Perusahaan yang bergerak di sektor perbankan, Bank Rakyat Indonesia atau BRI, mencetak
sejarah baru pada pertengahan 2016 lalu. Kala itu mereka jadi perusahaan bank pertama di
dunia yang meluncurkan dan mengoperasikan satelit, yang kelak diberi nama BRISat.
Satelit BRISat. (Foto: BRISat via Twitter)

Satelit BRISat yang berbobot 3.500 kilogram ini diproduksi oleh Space Systems/Loral (SSL),
dengan peluncurannya difasilitasi oleh Arianespace melalui roket Ariane 5 ECA yang
diluncurkan di Guiana Space Center, Guyana Prancis.
Satelit model LS-1300 ini membawa 9 transponder Ku-Band dan 36 C-Band transponder.
Semuanya itu digunakan untuk memberikan peningkatan keamanan komunikasi perbankan
untuk lebih dari 10.600 cabang operasional, serta 237.000 saluran outlet elektronik dan 53
juta pelanggan di seluruh Tanah Air.
BRISat yang mengorbit di slot orbit 150 bujur timur ini diklaim memiliki masa hidup selama
15 tahun lebih untuk melayani kebutuhan BRI dalam melakukan operasional perbankan.

Sejarah Kegagalan Satelit Indonesia

Satelit Telkom-3 milik PT Telkom Indonesia yang dibawa oleh roket Proton-M, Rusia, gagal
mencapai orbit. Hingga kini, keberadaan satelit itu belum diketahui keberadaannya.

Roket Proton-M diluncurkan dari Kosmodrom Baikonur, Kazakhstan, pada Minggu 5


Agustus 2012, malam. Selain Telkom-3, Proton-M juga membawa satelit milik Rusia,
Express MD2.
Badan Ruang Angkasa Rusia, Roscosmos, menjelaskan kegagalan itu disebabkan oleh
kerusakan fungsi pendorong Briz-M pada roket. Sebenarnya, pembakaran mesin pendorong
Briz-M bekerja sesuai jadwal. Namun, hanya menyala selama 7 menit. Padahal, untuk
mendorong satelit hingga ke orbit, mesin itu harus menyala 18 menit.

Pejabat Roscosmos, sebagaimana dilansir Red Orbit, mengatakan pada tahap awal,
pendorong berfungsi dengan baik. Namun, pada tahap selanjutnya, untuk dorongan terakhir
satelit ke ruang angkasa, Briz-M mati sebelum waktunya. Kegagalan ini bukan yang pertama
bagi satelit milik Indonesia. Sebelumnya, dua satelit Indonesia juga gagal beroperasi. Berikut
catatan dari berbagai sumber:
1. Satelit Palapa B2
Satelit ini memiliki panjang 22 kaki 10 inci. Beratnya mencapai 1.525 pound. Dua panel sel
surya pada satelit ini menghasilkan 1.100 watt daya listrik pada awal mengorbit. Satelit ini
generasi ke dua buatan Boeing Satellite Development Center. Satelit ini diluncurkan Februari
1984. Namun, gagal mencapai orbit geosynchronous karena adanya kerusakan roket.

Sattel Technologies (California) membeli satelit yang mengelilingi bumi pada orbit yang tak
semestinya ini dari pihak asuransi. Kemudian membuat kontrak dengan NASA untuk
mengambilnya. Pencarian satelit B2 dimulai pada November 1984 dalam misi ruang angkasa
STS-51A. Sattel juga membuat kontrak dengan Hughes Aircraft (produsen asli) dan
McDonnell Douglas (penyedia layanan peluncuran) untuk membarui. Kemudian, satelit ini
diluncurkan kembali pada April 1990. Peluncuran sukses dan dibeli kembali oleh pemerintah
Indonesia. Diberi nama Palapa B2-R.
2. Satelit Palapa C1
Satelit ini dibuat oleh perusahaan Boeing Satellite System di El Segundo, California.
Diluncurkan pada 31 Januari 1996, dengan roket pendorong Atlas, dari Kennedy Space
Center, Tanjung Canaveral. Satelit Palapa C1 direncanakan memiliki masa operasi selama 7
tahun. Menggantikan Satelit Palapa B4 pada Orbit Geo Stasioner slot 113 derajat Bujur
Timur. Namun, pada 24 November 1998, terjadi kegagalan pengisian baterai. Sehingga
Satelit Palapa C1 dinyatakan tidak layak beroperasi
2. Satelit Telkom-3
Satelit Telkom-3 milik Telkom dikabarkan hilang akibat gagal mengorbit, setelah
diluncurkan dari Cosmodrome Baikonur di Kazakhstan. Satelit ini hilang setelah terjadi
kerusakan pada pendorong roket (booster) milik Proton-M di tahap pengoperasian Briz-M.
Proses pasca lepasnya Telkom-3 dan Ekspress-MD2 dari roket Proton-M pun terekam sebuah
video. Adalah pengamat satelit amatir di Kanada, Kevin Fetter, yang merekam video
lepasnya Telkom-3 dan Ekspress-MD2 dari Proton-M, sekitar pukul 04.08.
Dalam video terlihat empat benda bergerak di langit. Masing-masing terlihat sedang
menarik benda lain, sehingga seperti ada dua kereta yang melintas. Kevin Fetter pun
kemudian mengunggah video itu di situs video-sharing YouTube. Empat benda itu
diperkirakan merupakan dua satelit, Briz-M, dan Auvilliary Propellant Tank milik Briz-M.
Keempatnya diduga melayang bebas setelah terjadi kegagalan pelepasan satelit.

D. Mengenai satelit telkom

Satelit Telkom-2

meluncur hari ini, Kamis (17/11/2005), di Kourou Guyana, Prancis. Setelah tertunda
beberapa kali, Telkom-2 akhirnya meluncur juga pukul 06:46 WIB.Satelit Telkom-2
ditujukan untuk menggantikan satelit Palapa B4 yang masa operasinya berakhir Juli 2003.
Setelah mengalami beberapa kali penundaan, satelit kedelapan milik PT Telkom Tbk. ini
akhirnya meluncur pukul 20.46 waktu Guyana, Perancis, atau 06.46 WIB. Dari Indonesia,
acara peluncuran dapat disaksikan dari Stasiun Pengendali Utama (SPU) Satelit Telkom di
Cibinong, Jawa Barat, melalui teknologi video streaming.Hadir di Cibinong, sejumlah pejabat
tinggi negara seperti Menteri Negara BUMN Sugiharto dan Dirjen Postel Basuki Yusuf
Iskandar. Sedangkan Direktur Utama Telkom sendiri, Arwin Rasyid, tidak hadir karena
sedang ada di New York, untuk clossing bell 10 tahun IPO Telkom. Pejabat Telkom yang
mewakili adalah Komisaris Utamanya, Tantri Abeng.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang direncanakan datang pun absen, karena sedang
dalam perjalanan ke Korea untuk kunjungan kenegaraan. Demikian halnya dengan
Menkominfo Sofyan Djalil yang tak bisa hadir karena sedang ke Tunisia, untuk mengepalai
delegasi Indonesia di konferensi masyarakat informasi dunia, World Summit on Information
Society (WSIS).Dari Perancis, Wakil Dirut Telkom, Garuda Soegardo melakukan
videoconference melaporkan prosesi peluncuran Telkom 2. Menurutnya, selama tujuh hari
perencanaan peluncuran -- peluncuran rencananya berlangsung Minggu (13/11/2005) --
satelit Telkom-2 sudah empat kali mengalami penundaan. Penundaan terakhir disebabkan
karena ada perbaikan teknis pada roket di landasan luncur yang memakan waktu selama tiga
hari. Dikatakan Garuda, sebelum peluncuran, perusahaan peluncuran satelit, Arianespace,
melakukan double check terhadap satelit Telkom-2. Proses ini berlangsung selama 10 jam.
Sementara untuk pengisian bahan bakar memakan waktu selama enam jam, dan proses
cooling down dilakukan selama tiga jam sebelum peluncuran.

Setelah diluncurkan pada pukul 06.46 WIB, Telkom-2 direncanakan melakukan separasi dari
roket peluncur, pada menit ke 33 lebih 22 detik. Tapi rencana itu meleset dan terjadi delay
hingga menit ke 34 lebih 16 detik.Menurut Abdul Haris, Direktur Solusi Jaringan Telkom,
apabila peluncuran ini tertunda lagi, Telkom bisa mengeluarkan biaya lagi untuk menyewa 10
transponder dari China Star dan Upstar Hong Kong, karena masa sewanya berakhir pada
tanggal 20 November 2005. Biaya sewa 10 transponder satelit itu adalah sebesar Rp 3,6
miliar. Satelit Telkom 2 diperkirakan akan ada di orbit dalam waktu 10 hari semenjak dilepas
dari roket pengendali. "Orbit Telkom-2 ada di 118 derajat bujur timur atau sejajar dengan
garis khatulistiwa," kata Tonda Priyanto, Kepala Satelit Pengendali Utama Cibinong. Satelit
Telkom-2 akan memiliki 24 transponder.

Telkom 3s

Telkom 3S adalah satelit komunikasi geostasioner milik Telkom Indonesia. Satelit ini
ditempatkan pada posisi di atas equator dan bergerak mengelilingi bumi dengan lintasan
berbentuk lingkaran yang memiliki sumbu rotasi sama dengan bumi.

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan geografis yang unik, terdiri dari ribuan pulau
dan pegunungan yang sulit dijangkau oleh sistem komunikasi terrestrial maupun serat optik.
Karenanya, sistem komunikasi satelit merupakan solusi tepat yang mampu menjangkau area
terluar, terdepan, dan terpencil. Dengan kata lain, sistem komunikasi satelit merupakan satu-
satunya pemersatu wilayah nusantara.

Satelit Telkom 3S menjangkau seluruh wilayah Indonesia, Asia Tenggara dan sebagian Asia
Timur. Satelit Telkom 3S didesain untuk dapat melayani siaran televisi berkualitas tinggi
(High-Definition Television), layanan komunikasi seluler, serta broadband internet.

Telkom 3S diperkirakan akan diluncurkan pada 15 Februari 2017 pukul 04.39 WIB
menggunakan roket Ariane 5 ECA VA235 milik perusahaan peluncur satelit Arianespace
Europe. Peluncuran dilaksanakan di Guiana Space Center, Kourou, Guyana Perancis.
Telkom 1

SEPEKAN sebelum Hari Raya Idul Adha, 25 Agustus lalu, hampir 10.000 anjungan tunai
mandiri (ATM) dan kantor perbankan di Indonesia lumpuh akibat gagal beroperasinya satelit
Telkom 1 milik PT Telkom. Hampir semua bank nasional menggunakan layanan satelit
Telkom 1 yang diluncurkan dari Kourou, Guyana Perancis, Amerika Selatan, 13 Agustus
1999 itu, menempati orbit geostasioner di 108 derajat bujur timur (BT) pada ketinggian
36.000 kilometer di atas Riau.

Hingga tulisan ini dibuat Selasa 5 September, sebagian besar ATM BCA di Jakarta belum
berfungsi dan ini membuat kacau nasabah BCA yang tidak bisa melakukan transaksi. Namun
beberapa ATM yang terletak di dalam kantor BCA umumnya bisa digunakan dan perlahan
jumah ATM yang bisa digunakan makin bertambah.

Satelit buatan Lockheed Martin dan diluncurkan oleh roket Ariane 42P ini punya masa hidup
15 tahun, sehingga mestinya sudah purna tugas pada 2014. Telkom 1 berhasil melewati
usianya sampai lebih 3 tahun dan beberapa hari hingga hilang dari orbit geostasionernya.
Perpanjangan usia satelit merupakan hal yang wajar. Bahkan misalnya PT Pasifik Satelit
Nusantara (PSN), konon membeli satelit tua yang hampir mati dan dengan penghematan
bahan bakar, usia operasinya masih dapat diperpanjang beberapa tahun.

Hilangnya satelit di angkasa bukan hanya sekali. Di sejarah Indonesia pernah satu satelit
Palapa milik PT Satelindo (kemudian diakuisisi PT Indosat) diluncurkan dari Cape Kennedy
Amerika Serikat, tetapi tidak pernah sampai orbitnya. Beruntung ada perusahaan pemungut
satelit, karena satelit yang kurang tenaga itu masih di ketinggian ratusan kilometer saja, lalu
didaratkan dan dijual lagi. Hal sama terjadi juga pada satelit Telkom 3 yang tidak pernah
sampai orbitnya beberapa tahun lalu, tetapi keberadaannya tidak terlacak sampai sekarang.

Satelit ACeS milik PSN yang membawa transponder L-band malah harus dibuang dari orbit
geostasionernya di 123 derajat BT karena kegagalan pembuatan. Bonus usia bukan mustahil
dalam teknologi pengoperasian satelit, dan bukan mustahil pula bila usianya kurang dari yang
diperkirakan. Semua tergantung pada seberapa sering satelit itu bergeser dari orbitnya
sehingga roket harus dinyalakan untuk mengembalikan ke posisi semula. Bergesernya satelit
bisa akibat pengaruh badai matahari, gaya tarik bumi atau planet-planet lain, yang risikonya
mengurangi persediaan bahan bakarnya.

Bisa turun dan terbakar

Menurut Arstechnica.com, PT Telkom memperkirakan usia Telkom 1 sampai tahun 2018


atau 2019, karenanya pengganti Telkom 1 baru akan diluncurkan tahun 2018. Ahli-ahli di
stasiun bumi Telkom bisa memperkirakan panjang usia tersisa dengan menghitung ketat
berapa banyak helium dibutuhkan pada setiap penyalaan roket untuk menggeser satelit.

Konon karena lengan antena Telkom 1 masih berputar dengan tenaga listrik dari sel matahari
(solar cell), stasiun bumi sesekali masih bisa melihat satelit itu di posisi 107 BT yang
pelahan mengarah ke posisi 106 BT. Tetapi stasiun bumi tidak bisa memberi perintah kepada
satelit Telkom 1 untuk berputar atau bergeser, dan itu menjadi indikasi bahwa bahan bakar
roket di satelit sudah habis. Di geostasioner saat ini ada sekitar 1.500 satelit aktif dan
keberadaan satelit yang tidak bisa dikendalikan sangat membahayakan karena bisa saja
menabrak satelit tetangga yang buntutnya akan ada tuntutan ganti rugi kepada PT Telkom.
Sementara membuangnya ke sampah satelit di ketinggian 200 kilometer di atas geostasioner
tampaknya mustahil karena masalah bahan bakar tadi. Di darat, pemindahan layanan ke
satelit lain makan waktu karena di satelit-satelit PT Telkom tidak banyak tersedia transponder
kosong, sehingga harus minta jasa pemilik satelit lain.

Ada satelit kosong, BRI-sat milik Bank Rakyat Indonesia, tetapi BRI tidak bisa
menyewakan transponder nganggurnya sebab bank pemerintah itu hanya memiliki lisensi
jaringan tertutup. Proses pemindahan pelanggan satelit Telkom 1 pun tidak hanya dilakukan
di stasiun bumi tetapi juga pengesetan ulang satu per satu arah parabola VSAT (very small
aperture terminal) di setiap ATM atau kantor bank. Proses ini tidak bisa tuntas hanya dalam
beberapa hari dan ini hal yang paling disesali banyak pelanggan berbagai bank.

Akibat gaya tarik bumi atau badai matahari, satelit yang luntang lantung bisa saja lalu turun
dari ketinggian orbit geostasionernya dan terbakar ketika masuk atmosfer. Atau bertabrakan
dengan benda langit lain sebelum masuk atmosfer seperti disampaikan Arstechnica.com
mengenai Telkom 1. Mereka mengumumkan temuan salah satu dari 165 teleskop optik yang
melihat dari timur Australia. Menurut mereka, ada kepingan-kepingan (debris) di langit yang
tampaknya merupakan pecahan satelit Telkom 1. Apa pun penyebabnya, anomali ini menjadi
pengalaman berharga, karena BUMN itu harus menanggung biaya reposisi antena parabola
VSAT untuk memindahkan layanan ke satelit lain. Masih lebih bagus kalau tidak ada
tuntutan ganti rugi dari perbankan dan pengguna kartu ATM bank-bank nasional yang
dikecewakan.

E. Konsep Komunikasi Vsat

Very Small Aperture Terminal (VSAT) merupakan terminal-terminal stasiun bumi


dengan diameter yang sangat kecil dan diletakkan pada site pelanggan. Untuk dapat
berkomunikasi dengan end user lainnya VSAT menggunakan satelit sebagai media utamanya
dan memerlukan perangkat yang menghubungkan komputernya dengan antena luar yang
mempunyai transceiver. Transceiver tersebut mengirim atau menerima sinyal ke transponder
satelit diangkasa dan kemudian satelit menerima sinyal dari bumi, menguatkan dan
mengirimkan kembali sinyal ke bumi. VSAT banyak digunakan dalam berbagai aplikasi
karena mampu menyediakan pelayanan yang benar-benar terintegrasi untuk jaringan
pemakai.
Sistem komunikasi VSAT IP digunakan untuk layanan komunikasi data yang
menggunakan media akses satelit dengan teknologi TDM/TDMA berbasis pada standar
Internet Protokol (IP). Sistem pengiriman data pada VSAT IP menggunakan metode
broadcast yang berarti alamat IP di broadcast untuk mengirim pesan ke semua host yang
berada didalam jaringan lokal.
Jaringan pada VSAT IP dibagi menjadi dua garis besar yaitu hub station dan remote host.
Hub station berfungsi untuk mengatur semua konfigurasi jaringan dan memonitor semua
remote station, juga merupakan interface antara enterprise host dan remote host. Hub
berkomunikasi dengan antena remote menggunakan kanal TDM dan antena remote
mengirimkan data ke Hub menggunakan kanal TDMA. Sinyal yang berasal dari hub station
menuju satelit dan dan diteruskan kearah remote station diisebut dengan outroute dengan
menggunakan TDM carrier dan sinyal yang berasal dari remote station menuju satelit dan
diteruskan kearah hub station disebut dengan inroute dengan menggunakan TDMA (share
access).
Untuk setiap enterprise user network yang akan menggunakan VSAT IP sebagai media
transimisi ke remote LAN, akan dihubungkan ke hub station melalui sebuah router dan IP
gateway yang berfungsi untuk meneruskan informasi ke level berikutnya sesuai dengan IP
network address tujuan. Untuk setiap enterprise user network akan ditempatkan pada
pasangan router dan ip yang berbeda-beda sesuai dengan aplikasi yang dipergunakan oleh
masing-masing user. Dengan pertimbangan jenis aplikasi dan ukuran network yang cukup
besar dengan jumlah remote yang cukup banyak, maka user akan ditempatkan pada satu
pasang router dan ip gateway tersendiri dan tidak bisa dipergunakan oleh user lain. Aplikasi
dan layanan tertentu bisa menggunakan pasangan router (sharing router) pasangan router dan
ip gateway secara bersama-sama untuk beberapa enterprise user network.
Pada sisi remote station, user network langsung terhubung dengan modem, dan jika jumlah
host yang akan terpasang di sisi remote user lebih dari satu terminal, terlebih dahulu
dilewatkan sebuah hub/switch sehingga beberapa terminal (komputer) bisa terhubungkan
menjadi sebuah LAN. Tidak bisa dilakukan penambahan terminal komputer pada remote
LAN apabila melebihi kapasitas maksimalnya hal ini dikarenakan dilakukan pengaturan
subneting dan subnet mask alokasi IP address saat mengkonfigurasi awal jaringan.
Jaringan komunikasi satelit VSAT untuk pengiriman data dan suara menjamin keandalan
(availability) keberhasilan hubungan sebesar 99%. Disamping itu kelebihan yang tak kalah
pentingnya adalah kemudahan dan kecepatan pemasangan terminal VSAT.
Kerugian yang tidak dapat dihindari dari sistem ini adalah adanya waktu tunda (time delay)
yang cukup besar, derau dan adanya gema (echo) hal ini dikarena jarak satelit dengan VSAT
yang sangat jauh. Dilain pihak terdapat beberapa keunggulan, diantaranya adalah satelit
komunikasi sangat efektif untuk menjangkau area-area yang tidak terjangkau alat komunikasi
lainnya. Satelit komunikasi dapat menggantikan dengan baik fungsi dari kabel bawah laut.
Sebelum ada sistem komunikasi satelit, komunikasi antar benua dilakukan dengan
menggunakan kabel bawah laut. Sistem komunikasi satelit juga menguntungkan dalam
pengoperasian telepon domestik jarak jauh, dan jaringan televisi, selain itu juga memiliki
kemampuan menangani fasilitas data dari terminal-terminal interkoneksi komputer
dimanapun dan sistem komunikasi satelit memiliki kemampuan akses yang banyak.[1]

Topologi Jaringan Vsat

Topologi jaringan VSAT dapat dibagi menjadi dua kategori besar,yaitu topologi fisik
dan topologi kerja jaringan yang sesungguhnya. Topologi fisik berpusat pada letak dan posisi
jaringan, sehingga tiap terminal dibedakan menurut letaknya saja. Sedangkan pada topologi
kerja jaringan, tiap terminal dibedakan menurut kemampuan akses setiap terminalnya. Jenis
topologi kerja jaringan yang sering digunakan pada jaringan VSAT yaitu topologi jala-jala
(mesh), topologi bintang (star) dan topologi point to point.
1. Topologi Jala-jala (Mesh)

Pada topologi mesh, di dalam sebuah group, setiap terminal VSAT dapat saling
berkomunikasi langsung tanpa melalui stasiun hub bumi. Stasiun hub bumi hanya berfungsi
sebagai kontrol dan pemantauan terhadap jaringan. Topologi ini biasa digunakan untuk
jaringan yang membutuhkan keseragaman model pengiriman paket informasi, dimana antara
terminal yang satu dengan terminal lainnya tidak terdapat pembedaan, baik untuk akses
forward (pengiriman) ataupun return (penerimaan). Keunggulan dari jaringan ini yaitu
memiliki banyak jalur akses, sehingga bila terjadi gangguan pada salah satu jalur, paket
informasi masih dapat dikirimkan melalui jalur lainnya.

2. Topologi Bintang (Star)

Pada topologi bintang setiap terminal VSAT yang berkomunikasi akan melalui stasiun hub
bumi. Setiap VSAT tidak dapat berhubungan secara langsung dengan VSAT yang dituju
tanpa melalui hub. Sehingga terjadi hop ganda yaitu dari VSAT ke hub yang disebut dengan
inbound dan dari hub ke VSAT yang disebut dengan outbound. Hub berfungsi sebagai
penghubung antar VSAT dan juga sebagai repeater, pengendali dan pengatur jaringan.
Dengan demikian dapat dipastikan adanya pembedaan akses dari setiap terminal.
3. Topologi Point to Point

Pada topologi point to point atau yang lebih dikenal dengan VSAT link ini, berlangsung
komunikasi (point to point) antara dua buah stasiun bumi tanpa ada stasiun pusat sebagai
pengontrol. VSAT link sering dikenal dengan nama Single Channel Per Carrier (SCPC).
SCPC merupakan jasa komunikasi yang menyediakan sebuah kanal khusus untuk satu sinyal
pembawa sehingga dalam pelaksanaan komunikasi tidak terganggu oleh sinyal pembawa
yang lain. Dengan menggunakan SCPC tidak diperlukan adanya waktu tunggu untuk
berkomunikasi sehingga kemudahan dalam komunikasi kapanpun diinginkan dapat
dilakukan.
Tetapi karena SCPC ini selalu dalam keadaan siap atau on, otomatis biaya yang dikeluarkan
cukup besar. Dalam konsep ini penguatan pada transponder satelit lebih besar daripada di
terminal bumi.

Aplikasi Vsat Sistem Tdm/Tdma

Khusus untuk komunikasi data, VSAT memberikan aplikasi yang cukup beragam antara lain:
a. One-Way Transmission (Broadcast)

Disini biasanya terjadi pemancaran dari hub ke remote station berupa data sinyal video. Hal
ini digunakan untuk distribusi data/berita, misalnya oleh kantor-kantor berita, pasar modal,
pendidikan dan lain-lain.

b. Komunikasi Data Inter-Active

Yang ditawarkan sekarang adalah hubungan interactive hanya antara remote dengan pusat
kelompok, untuk komunikasi terminal ke host, host ke host dan lain-lain. Sistem ini
digunakan misalnya untuk : point of sales, reservasi hotel, kartu kredit dan lain-lain.

Perangkat vsat
Pada komunikasi VSAT terdapat tiga bagian yaitu indoor unit (IDU), outdoor unit (ODU)
dan satelit.
1. Outdoor Unit (ODU)
ODU merupakan perangkat yang letak atau posisi efisiensi relatif penggunaanya diluar
ruangan stasiun bumi sehingga secara langsung dapat menerima sinyal dari satelit. Antena
dan Radio Frequency Transmitter (RFT). Radio Frequency Transmitter (RFT) terdiri dari
Low Noise Amplifier (LNA), Solid Stated Power Amplifier (SSPA) dan Up/Down Converter
merupakan perangkat dari ODU.
Antena
Antena pada komunikasi VSAT berfungsi untuk memancarkan gelombang radio RF dari
stasiun bumi ke satelit dengan besar frekuensinya dari 5,925 GHz sampai 6,425 GHz dan
menerima gelombang radio RF dari satelit ke statsiun bumi dengan frekuensi dari 3,7 GHz
sampai 4,2 GHz. Antena yang digunakan sebuah solid dish antena berbentuk parabola dengan
jenis antena offset.
Bagian antena terdiri atas reflector, feedhorn dan penyangga. Dengan ukuran diameter
piringan antena atau dish VSAT berkisar antara 1,8 meter sampai 3,8 meter. Ukuran dish
sebanding dengan kemampuan antena untuk menguatkan sinyal. Feedhorn dipasang pada
frame antena pada titik fokusnya dengan bantuan lengan penyangga. Feedhorn mengarahkan
tenaga yang ditransmisikan kearah piringan antena atau mengumpulkan tenaga dari piringan
tersebut. Feedhorn terdiri atas sebuah larik komponen pasif microwave.
Solid State Power Amplifier (SSPA)
SSPA merupakan penguat akhir dalam rangkaian sisi pancar yang merupakan penguat daya
frekuensi sangat tinggi dalam Giga Hertz (GHz). SSPA befungsi untuk memperkuat daya
sehingga sinyal dapat dipancarkan pada jarak yang jauh.
Tujuan penggunaan SSPA adalah untuk memperkuat sinyal RF pancar pada band frekuensi
5,925 GHz sampai dengan 6,425 GHz dari Ground Communication Equipment (GCE) pada
level tertentu yang jika digabungkan dengan gain antena akan menghasilkan daya pancar
(EIRP) yang dikehendaki satelit.
Up/Down Converter
Up Converter berfungsi untuk mengkonversi sinyal Intermediate Frequency (IF) atau sunyal
frekuensi menengah dengan center-nya sebesar 70 MHz menjadi sinyal RF Uplink (5,925
6,425 GHz).
Down Converter berfungsi untuk mengkonversikkan sinyal RF Downlik (3,7 MHz 4,2
MHz) menjadi sinyal Intermediate Frequency (IF) dengan frekuensi center sebesar 70 MHz.

Piringan Antena Satelit / Parabola. Berfungsi sebagai pemantul sinyal (reflector) yang
mentransmisikan sinyal dengan daya jangkau yang tinggi.

Bagian-bagian Antena VSAT part 1

Feed Support. Gunanya cukup simple, yaitu menyangga transceiver ( gabungan perangkat
pengirim & penerima sinyal) seperti LNB, BUC, Feedhorn & OMT agar dapat berdiri tepat di
depan piringan satelit.Pedestal (Penyangga Antena). Persis seperti namanya, pedestal ini
berfungsi sebagai alas untuk menyangga seluruh bagian antena VSAT ke tanah. Pedestal
merupakan bagian yang penting, karena harus menyangga antena yang mahal. Pedestal yang
baik harus seimbang, kuat, awet dan tahan cuaca. Umumnya agar lebih kuat, pedestal ini
dijepit lagi oleh pemberat (umumnya sih batu) agar tidak mudah tertiup angin.

LNB (Low Noise Block Up) adalah perangkat antena yang menerima informasi dari satelit.
Terpasang di depan antena parabola dan berfungsi sebagai receiver (Rx). Kenapa namanya
Low noise block? Karena perangkat ini saat menerima sinyal juga mengurangi dan menekan
tingginya noise yang disebabkan oleh jarak antara satelit geostasioner dengan bumi.

Bagian-bagian VSAT part 2

BUC (Block up Converter) adalah perangkat antenna VSAT yang mengirim informasi ke
satelit. Terpasang di depan antenna parabola dan berfungsi sebagai transmitter (Tx).
Perangkat ini dapat menambah power sinyal agar dapat mencapai satelit dengan noise yang
lebih rendah.

OMT (Orthomode Transducer) adalah sebuah komponen pemandu gelombang


(waveguide) yang memisahkan antara gelombang pemancar dan penerima.

Feed Horn Berfungsi untuk mengumpulkan sinyal dari reflector saat menerima, dan
menyebarkan sinyal saat memancarkan.

IFL (Interfacility link cable) berfungsi untuk menghubungkan Outdoor dan Indoor units.
Kabel ini berfungsi untuk menghubungkan outdoor units dengan modem satelit.
Kabel IFL

Selanjutnya pengguna jasa VSAT dapat berkomunikasi / internetan dengan menghubungkan


outdoor unit dengan indoor unit. Indoor unit adalah perangkat yang berada di dalam
bangunan. Komponen indoor unit hanya terdiri dari Modem satelit yang tersambung dengan
outdoor unit. Di sisi lain, modem ini juga terhubung dengan komputer pengguna via kabel
LAN sehingga bisa internetan. Bisa juga ditambah dengan router Wi-fi, sehingga bisa
internetan wireless dengan VSAT.

2. Indoor Unit (IDU)

Perangkat IDU VSAT adalah modem yang berfungsi sebagai modulator dan demodulator.
Modulasi adalah proses penumpangan sinyal informasi kedalam sinyal IF pembawa yang
dihasilkan oleh synthesizer. Besarnya frekuensi IF mulai dari 52 MHz sampai 88 MHz
dengan frekuensi center 70 MHz. Demodulasi adalah proses memisahkan sinyal informasi
digital dari sinyal IF dan meneruskannya ke perangkat terrestrial yang ada.

Parameter Kinerja Transmisi Data Vsat Ip

1. Bandwidth
Bandwidth adalah suatu ukuran dari banyaknya informasi yang dapat mengalir dari suatu
tempat ke tempat lain dalam suatu waktu tertentu. Bandwidth dapat dipakaikan untuk
mengukur baik aliran data analog mau pun aliran data digital. Sekarang telah menjadi umum
jika kata bandwidth lebih banyak dipakaikan untuk mengukur aliran data digital. Satuan yang
dipakai untuk bandwidth adalah bits per second atau sering disingkat sebagai bps. Seperti
yang diketahui tahu bahwa bit atau binary digit adalah basis angka yang terdiri dari angka 0
dan 1. Satuan ini menggambarkan seberapa banyak bit (angka 0 dan 1) yang dapat mengalir
dari satu tempat ke tempat yang lain dalam setiap detiknya melalui suatu media. Bandwidth
merupakan nilai dari lebar pita frekuensi atau besar data yang biasa ditransmisikan dalam
waktu tertentu atau satuan kapasitas media yang digunakan untuk transfer data.
2. Bit Error Rate (BER)
BER adalah perbandingan antara jumlah bit informasi yang diterima secara tidak benar
dengan jumlah bit informasi yang ditransmisikan pada selang waktu tertentu. Parameter BER
dipergunakan untuk menilai unjuk kerja transmisi digital. Semakin rendah parameter BER
yang dihasilkan pada suatu transmisi digital maka unjuk kerja transmisi digital tersebut
semakin baik.

3. Delay
Delay adalah waktu tunda yang disebabkan oleh proses transmisi dari satu titik ke titik lain
yang menjadi tujuannya. Delay merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam
komunikasi data, delay yang terlalu lama akan sangat mengganggu aliran data atau proses
pengiriman data. Proses transmisi data VSAT IP dilakukan melalui dua kali route, dengan
menggunakan TCP untuk aplikasi-aplikasi utamanya. Performansi TCP pada jaringan yang
akan menghasilkan delay tinggi mempunyai pengaruh langsung pada performansi transmisi
data yang menggunakan satelit GEO. Delay dirasakan sangat lambat jika akan mentransfer
data dalam jumlah besar. Delay satu arah di GEO 250-270 milidetik, sementara protokol
TCP mensyaratkanbahwa penerima harus mengirimkan acknowledgement ke pengirim untuk
memberitahukan bahwa segmen yang dikirimkan telah diterima dan menunggusegmen
berikutnya. Jadi untuk pengiriman satu segmen diperlukan 500-540 milidetik.

4. Throughput
Throughput adalah laju rata-rata dari paket data yang berhasil dikirim melalui kanal
komunikasi atau dengan kata lain throughput merupakan paket data yang dikirim setiap detik.
Biasanya dinyatakan dengan satuan bit per second. Besarnya throughput untuk melewatkan
sinyal TCP/IP akan terbatasi karena delay propagasi satelit GEO.

Uplink & Downlink

Skema Telekomunikasi Interenet Satelit

a. Uplink adalah pengiriman sinyal dari stasiun bumi (VSAT atau HUB) kepada satelit.
Mudah saja, karena mengirim dari bumi ke satelit, makanya namanya up yang berarti
keatas.

b. Downlink adalah pengiriman sinyal dari satelit ke stasiun bumi. Juga mudah, namanya
juga down pasti mengirim kebawah. Berarti mengirim sinyal dari satelit ke bumi.
Mudahkan? Nah sekarang mari kita bahas transmisi sinyal pada internet satelit VSAT.
Kasusnya disini adalah ketika anda ingin membuka google pada PC, laptop atau handphone
anda dengan menggunakan jaringan VSAT.

Transmisi Sinyal Pada Internet Satelit VSAT

1. Request data. Ketika anda baru selesai menginstalasi perangkat internet satelit di kantor
atau dirumah, mungkin anda akan mencoba tes buka Google. Anda akan mengetik
google.com pada search box dan menekan Enter/Return berharap halaman google terbuka. Ini
berarti anda sedang me-request server google untuk memberikan data-datanya. Google search
akan memberikan hasil yang anda minta, kalo belum tahu cara kerja google & search engine
jangan lupa baca artikelnya.

Requesting Google

2. Kirim sinyal ke satelit. Ketika anda request, request tersebut di ubah menjadi sinyal
frekuensi radio oleh modem dan dikirimkan dari antena VSAT anda ke satelit yang berjarak
36000 kilometer dari bumi. Inilah yang dinamakan uplink, seperti yang telah saya jelaskan
sebelumnya.

Kirim Sinyal Ke Satelit

3. Satelit memantulkan sinyal. Satelit yang menerima sinyal tersebut lalu meneruskan
sinyal tersebut kembali ke bumi, kepada antena HUB milik ISP anda. Inilah yang dinamakan
downlink. Fungsi satelit disini hanya sebagai penerus sinyal, dari antena VSAT pelanggan ke
antena HUB pusat milik operator internet, dan sebaliknya. Anggap saja satelit ini digunakan
sebagai pengganti kabel untuk jalur lewatnya data bolak balik.
Kirim Sinyal ke HUB

4. Diterima oleh HUB. Setelah satelit memantulkan sinyal, sinyal ini lalu diterima oleh
antena HUB operator internet satelit. Hingga pada tahap ini, prosesnya disebut Reverse Link.
Yaitu proses pengiriman sinyal dari antena pelanggan ke antena milik operator. Setelah HUB
menerima request, HUB akan meneruskan request kepada webserver tujuan.

5. Kirim balik ke VSAT pelanggan. Setalah operator menerima data-data yang diiinginkan
pelanggan dari web server tujuan, maka data-data ini dikirimkan kembali dalam bentuk sinyal
kepada pelanggan dengan jalur yang sama. Pengiriman sinyal dari antena HUB operator
kembali ke antena VSAT pelanggan disebut juga sebagai Forward Link. Setalah data-data ini
diterima oleh antena VSAT anda, barulah anda bisa melihat Google.

Forward Link Menuju VSAT pelanggan

Kelima proses tesebut bisa memakan waktu sekitar 240-800 milidetik (ms), atau 0.24-0.8
detik tergantung dari keadaan cuaca dan layanan ISP mana yang anda gunakan. Namun
karena jaraknya yang sangat jauh, jadi hal ini cukup wajar. Jarak transmisi sinyal ini totalnya
bolak balik bisa mencapai 80.000 - 90.000 kilometer.

Kelebihan dan Kelemahan VSAT

Kelebihan VSAT:

1. Jangkauan sangat luas. Walaupun user berada di tengah hutan atau diatas
gunung, asalkan antena VSAT tidak terhalangi oleh pohon atau benda-benda lain,
maka transmisi sinyal akan lancar. Biarpun anda lagi digurun pasir sekalipun, anda
bisa menggunakan internet satelit atau telpon-telponan. Ini karena sebuah satelit
yang berada di orbit satelit geostasioner dapat mengcover kira-kira 33%
permukaan bumi, dan satelit ini bisa memberikan konektivitas dimanapun didaerah
cakupan tersebut. Keluasan jangkauan ini juga membuka peluang bagi bisnis bisnis
kecil didaerah.

Jangkauan Internet Satelit QILAT di Indonesia

2. Instalasi VSAT itu cukup mudah dan bisa dilakukan oleh orang awam dengan
minim training hanya dalam hitungan jam (Qilat juga ngasih panduan instalasi
dalam bentuk PDF, kalo kesusahan pasti dibantuin sama teknisi Qilat). Maksimum
lama instalasi paling seharilah, itu juga udah lama banget. Instalasi bisa dilakukan
di daerah mana saja termasuk pulau atau hutan, asalkan antena tersebut dapat
memandang bebas ke langit tanpa halangan (ada line of sight).

3. Dapat digunakan sambil bergerak, maksudnya ada jenis VSAT yang tidak
harus diam disatu tempat dan bisa mobile. Ini juga merupakan keuntungan VSAT
yang sangat dimanfaatkan oleh stasiun-stasiun TV. Karena VSAT jangkauannya
benar-benar luas, stasiun TV masang VSAT diatas mobil biar bisa siaran langsung
dimana-mana. Selain itu, mereka juga bisa internetan pas lagi ada ditempat-tempat
yang tidak tercover operator GSM atau kabel. Mobilitas VSAT ini juga dapat
dimanfaatkan untuk kapal, atau pesawat lho pak bos. Antena VSAT yang mobile
seperti ini biasanya bisa bergerak-gerak mengikuti posisi satelit.

4. Hemat dan Efisien. Bagi perusahaan yang memiliki cabang, proyek, atau
berada di pedalaman tanpa akses internet atau telepon, VSAT merupakan
infrastruktur komunikasi yang sangat hemat dan efisien. Langganan VSAT itu
sekitar 2.5jtan sampe 10jtan perbulan, paling awalnya ditambah harga equipment
sekitar 15jtan dan delivery. Proses pemasangan juga cepat, maksimal 1 hari dan
paling cepat 1 jam lebih. Hanya dengan modal 20jtan, kantor di pedalaman atau
ditengah laut bahkan, bisa berkomunikasi dua arah menggunakan internet atau
telpon telponan highspeed.

Sedangkan, untuk menanam fiber optik bisa diatas 80 juta hingga miliaran hanya
untuk kabel sepanjang 1,5 kilo Dari segi waktu juga dapat memakan waktu
berbulan bulan. Bila dibandingkan keduanya, maka dari segi efisiensi biaya dan
waktu langganan VSAT itu jauh lebih hemat daripada menunggu atau menggarap
internet kabel dari awal.

5. Praktis. Merupakan solusi infrastruktur telekomunikasi yang paling praktis


ketika terjadi bencana alam atau kerusakan jaringan darat. Sehingga komunikasi
tidak terputus dalam jangka waktu yang lebih lama. Juga berhubungan dengan poin
nomor 2, instalasinya mudah sehingga apabila diperlukan jaringan telekomunikasi
instan, maka VSAT-lah solusinya.

Kelemahan VSAT:

1. Mahal untuk digunakan perorangan. Biaya yang diperlukan oleh seorang user
untuk berlangganan internet VSAT relatif lebih mahal dibandingkan internet
menggunakan kabel. Kenapa Internet Satelit Mahal? Ini karena biaya awal
dalam pembangunan infrastruktur VSAT mahalnya minta ampun, terutama biaya
peluncuran satelit ke orbit Geostasioner atau orbit-orbit satelit lainnya, biayanya
bisa trilliunan rupiah! Sehingga diperlukan omset yang besar juga untuk mengganti
modal peluncuran tersebut.

Parahnya lagi, satelit yang diluncurkan bukan berarti bisa operasional selamanya.
Biasanya umur sebuah satelit hanya kurang lebih 20 tahun. Jadi, dalam 20 tahun itu
investasi harus terbayarkan. Selain biaya peluncuran, yaitu terbatasnya tempat
parkir satelit di orbit satelit geostasioner. Cuma tersedia sekitar 1800 tempat untuk
semua satelit di dunia pada orbit tersebut. Akhirnya semua faktor ini membuat
biaya berlangganan internet satelit menjadi mahal, terutama dibandingkan dengan
internet via fiber optik.

Biaya yang diperlukan oleh seorang user untuk berlangganan internet VSAT relatif
lebih mahal dibandingkan internet menggunakan kabel. Ini karena biaya awal
dalam pembangunan infrastruktur VSAT mahalnya minta ampun, terutama biaya
peluncuran satelit ke orbit Geostasioner atau orbit-orbit satelit lainnya. Sehingga
diperlukan pemasukan yang besar juga untuk mengganti modal peluncuran
tersebut.

Note : Untuk sebuah perusahaan besar yang punya cabang di pedalaman, VSAT itu
opsi yang murah. Karena untuk pengadaan kabel harganya jauh lebih tidak masuk
akal. Sedangkan kalo kabelnya itu udah ada seperti di kota-kota, VSAT of course
jadinya terasa lebih mahal. Terutama bagi pengguna-pengguna individual yang
udah terbiasa dengan internet via fiber optik, pasti lelet dan mahal.

2. Ada delay yang terjadi pada telekomunikasi VSAT. Delay ini disebabkan
oleh pancaran bolak balik / double hop yang terjadi saat VSAT berkomunikasi
dengan HUB, melewati satelit yang berjarak 36000 kilometer jauhnya dari
bumi. Semua data yang dikirim dan diterima menggunakan sistem telekomunikasi
VSAT harus terbang dulu sejauh 36000 km keluar angkasa, baru kembali lagi ke
bumi. Jadi wajar kan ada delay? orang jauh sekali. Delay ini akan mempengaruhi
ping saat internetan. Delay yang terjadi bisa 1.2 1.5 detik, oleh karena itu VSAT
kurang baik digunakan untuk kegiatan yang memerlukan presisi sangat tinggi
seperti online gaming.
3. Performa VSAT dapat terpengaruh cuaca. Apabila hujan lebat dengan
ketebalan awan yang pekat, maka performa VSAT dapat menurun drastis. Ini
disebabkan oleh inteferensi sinyal oleh curah hujan. Terutama karena sinyal
tersebut harus dikirim ke satelit yang jaraknya 36000 km dari bumi. Namun seiring
perkembangan teknologi, adanya curah hujan dapat diakali dengan menguatkan
transmisi sinyal secara otomatis sehingga koneksi tetap stabil.

Bahkan apabila bagian Feedhorn dari antena tersebut sangat lembab, maka koneksi
bisa terganggu. Oleh karena itu Feedhorn harus rajin-rajin dibersihkan agar
transmisi sinyal tetap lancar.

4. Adanya rintangan yang mengganggu didepan antena VSAT (e.g. pohon,


tiang, gedung, Etc.) dapat mengakibatkan melemahnya sinyal VSAT. Sehingga
koneksi menjadi lebih lambat, atau bahkan putus. Pada prinsipnya, VSAT
sebaiknya diinstalasi di tempat yang bebas gangguan dimana antena VSAT selalu
dapat melihat langit tanpa halangan.
DAFTAR PUSTAKA

http://raodaselvi.blogspot.co.id/2012/03/peranan-satelit-palapa.html

https://www.qilat.id/blog/vsat-part-2-komponen-kelebihan-dan-kekurangan-vsat

https://kumparan.com/jofie-yordan/daftar-satelit-indonesia-yang-beroperasi-dan-mengorbit-
hingga-kini

http://khoirun.blog.st3telkom.ac.id/2015/11/10/sistem-vsat-pada-komunikasi-
satelit/http://khoirun.blog.st3telkom.ac.id/2015/11/10/sistem-vsat-pada-komunikasi-satelit/

http://www.softilmu.com/2015/10/Pengertian-Fungsi-Macam-Macam-Cara-Kerja-Satelit-
Adalah.html

Anda mungkin juga menyukai