PENDAHULUAN
Latar belakang
Bila tidak dibersihkan dan menumpuk maka akan menimbulkan sumbatan pada kanalis
akustikus eksternus. Keadaan ini disebut serumen obsturans (serumen yang menutupi kanalis
akustikus eksternus).
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. DEFINISI
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe
dasar,basah dan kering.
Serumen adalah suatu campuran dari material sebasea dan sekresi apokrin dari
kelenjar seruminosa yang bersatu dengan epitel deskuamasi dan rambut.
Kata serumen umumnya disinonimkan dengan earwax (lilin telinga), namun ada
pendapat yang mengatakan bahwa secara teknis kedua kata ini berbeda. Serumen ditujukan
hanya pada hasil sekresi dari kelenjar seruminosa pada kanalis akustikus eksternus, dan ini
merupakan salah satu unsur yang membentuk earwax. Komponen lainnya berupa lapisan
besar hasil deskuamasi keratin skuamosa (sel-sel mati, penumpukan sel pada lapisan luar
kulit), keringat, sebum dan bermacam-macam substansi asing. Subtansi asing ini dapat
berupa zat-zat eksogen yang dapat masuk ke kanalis akustikus eksternus, contohnya spray
rambut (hair spray) sampo, krim untuk mencukur janggut, bath oil, kosmetik, kotoran dan
sejenisnya. Komponen utama earwax adalah keratin. Namun, karena perbedaan serumen dan
keratin tidak merupakan suatu hal yang mendasar maka keduanya akan disebut sebagai
serumen.
2
Kulit yang melapisi kartilaginosa lebih tebal daripada kulit bagian tulang, selain itu
juga mengandung folikel rambut yang bervariasi antar individu. Kulit bagian telinga luar
membentuk serumen atau kotoran telinga. Sebagian besar struktur kelenjar sebasea dan
apokrin yang menghasilkan serumen terletak pada bagian kartilaginosa. Eksfoliasi sel-sel
stratum korneum ikut pula berperan dalam pembentukan materi yang membentuk suatu
lapisan pelindung penolak air pada dinding kanalis ini.
Serumen diketahui memiliki fungsi proteksi yaitu sebagai sarana pengangkut debris
epitel dan kontaminan untuk dikeluarkan dari membrana timpani. Serumen juga berfungsi
sebagai pelumas dan dapat mencegah kekeringan dan pembentukan fisura pada epidermis.
Efek bakterisidal serumen berasal dari komponen asam lemak, lisozim dan immunoglobulin.
Serumen dibagi menjadi tipe basah dan tipe kering. Serumen tipe kering dapat dibagi lagi
menjadi tipe lunak dan tipe keras. Tubuh mempunyai mekanisme pembersihan serumen
secara alami, dengan adanya migrasi epitel dari membran timpani menuju ke meatus
akustikus eksterna dan dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
3. FISIOLOGI SERUMEN
Serumen memiliki banyak manfaat untuk telinga. Serumen menjaga kanalis akustikus
eksternus dengan barier proteksi yang akan melapisi dan mambasahi kanalis. Sifat
lengketnya yang alami dapat menangkap benda asing, menjaga secara langsung kontak
dengan bermacam-macam organisme, polutan, dan serangga. Serumen juga mepunyai pH
asam (sekitar 4-5). pH ini tidak dapat ditumbuhi oleh organisme sehingga dapat membantu
menurunkan resiko infeksi pada kanalis akustikus eksternus.
Proses fisiologis meliputi kulit kanalis akustikus eksternus yang berbeda dari kulit
pada tempat lain. Pada tempat lain, sel epitel yang sudah mati dan keratin dilepaskan dengan
gesekan. Karena hal ini tidak mugkin terjadi dalam kanalis akustikus eksternus migrasi
epitel squamosa merupakan cara utama untuk kulit mati dan debris dilepaskan dari dalam.
Sel stratum korneum dalam membran timpani bergerak secara radial dari arah area anular
membran timpani secara lateral sepanjang permukaan dalam kanalis akustikus eksternus. Sel
berpindah terus ke lateral sampai mereka berhubungan dengan bagian kartilaginosa dan
akhirnya dilepaskan,ketiadaan rete pegs dan kelenjar sub epitelial serta keberadaan membran
basal halus memfasilitasi pergerakan epidermis dari meatus ke lubang lateral pergerakan
3
pengeluaran epitel dari dalam kanal memberikan mekanisme pembersihan alami dalam
kanalis akustikus eksternus, dan bila terjadi disfungsi akan menyebabkan infeksi.
Sejumlah kecil serumen ditemukan pada kanalis akustikus eksternus, bila tidak
ditemukan maka menjadi tanda patologis terjadinya otitis eksterna kronis. Serumen dapat
dikeluarkan dengan suction, kuret, dan dengan membersihkan seluruh canal profunda dan
seluruh membran timpani.
Beberapa pasien mungkin mengeluh tidak nyaman pada telinganya ketika ada
sejumlah serumen dan mungkin dibutuhkan pembersihan. Pembersihan dengan
penyemprotan sebaiknya dihindari pada pasien perforasi membrane timpani, pasien dengan
riwayat perforasi yang sudah lama sembuh, karena akan menyebabkan daerah perforasi
menjadi lebih lemah dan mudah rusak.
Serumen dapat membantu menurunkan resiko otitis eksterna akut difusa. Pada keadaan
ini pasien mengalami kerusakan epidermis pada kanalis akustikus eksternus, sering
disebabkan oleh cara pembersihan telinga yang tidak tepat seperti menggunakan tusuk gigi,
pensil, dan sebagainya. Bila tidak ada serumen yang menjaga dan melapisi robeknya
epidermis organisme dapat menginfeksi daerah tersebut. Organisme yang sering
menginfeksi antara lain Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococci. Bila suhu dan kondisi
tubuh kondusif untuk pertumbuhan, kerusakan epidermis ini akan berkembang menjadi otitis
eksterna akut, yang juga disebutswimmwers ear. (ms) bakteri lain yang dapat
menginfeksi antara Candida albicans, Tturicella otitidis, dan Alloiococcus otitis namun
jumlahnya tidak banyak.
4
5. FUNGSI SERUMEN
Membersihkan
Pembersihan kanalis akustikus eksternus terjadi sebagai hasil dari proses yang disebut
conveyor belt process, hasil dari migrasi epitel ditambah dengan gerakan rahang seperti
mengunyah (jaw movement). Sel-sel terbentuk ditengah membran timpani yang
bermigrasi kearah luar dari umbo kedinding kanalis akustikus eksternus dan bergerak
keluar. Serumen pada kanalis akustikus eksternus juga membawa kotoran, debu, dan
partikel-pertikel yang dapat ikut keluar. Jaw movement membantu proses ini dengan
memanfaaatkan kotoran yang menempel pada dinding kanalis akustikus eksternus dan
meningkatkan pengeluaran kotoran.
Lubrikasi
Lubrikasi mencegah terjadinya desikasi, gatal, dan terbakarnya kulit kanalis
akustikus eksternus yang disebut asteatosis. Zat lubrikasi diperoleh dari kandungan lipid
yang tinggi dari produksi sebum oleh kelenjar sebasea. Pada serumen tipe basah, lipid
ini juga mengandung kolesterol, skualan, dan asam lemak rantai panjang dalam jumlah
yang banyak, dan alkohol.
Fungsi sebagai Antibakteri dan Antifungal
Fungsi antibakterial telah dipelajari sejak tahun 1960-an, dan banyak studi yang
menemukan bahwa serumen bersifat bakterisidal terhadap beberapa strain bakteri.
Serumen ditemukan efektif menurunkan kemampuan hidup bakteri antara lain
haemophilus influenzae, staphylococcus aureus dan escherichia colli. Pertumbuhan
jamur yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh
serumen manusia. Kemampuan anti mikroba ini. dikarenakan adanya asam lemak
tersaturasi lisosim dan khususnya pH yang relatif rendah pada serumen (biasanya 6 pada
manusia normal). Dikatakan pula bahwa serumen juga melindungi telinga tengah dari
infeksi bakteri dan fungi. Beberapa penulis mengatakan bahwa serumen yang tertahan
dapat menjadi barier untuk membantu pertahanan tubuh melawan infeksi telinga namun
secara klinik dan biologi fungsi ini tampak cukup lemah.
5
6. KLASIFIKASI
Serumen dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu menjadi tipe basah dan tipe kering.
Serumen tipe kering dapat dibagi lagi menjadi tipe lunak dan tipe keras.
a. Serumen tipe basah dan tipe kering
Ras Oriental memiliki lebih banyak tipe serumen dibandingkan dengan orang rasnon-
Oriental. Serumen pada ras Oriental, dan hanya pada ras Oriental, memilki karakteristik
kering, berkeping-keping, berwarna kuning emas dan berkeratin skuamosa yang disebut
rice-brawn wax. Serumen pada ras non-Oriental berwarna coklat dan basah, dan juga
dapat menjadi lunak ataupun keras. Perkembangan serumen dipengaruhi oleh
mekanisme herediter, alel serumen kering bersifat resesif terhadap alel serumen basah.
Yang cukup menjadi perhatian adalah bahwa rice-bran wax berhubungan dengan
rendahnya insidensi kanker payudara. Namun, ini bukanlah suatu hal yang mengejutkan
karena kelenjar seruminosa dan kelenjar pada payudara sama-sama merupakan kelenjar
eksokrin.
b. Serumen tipe lunak dan tipe keras.
Selain dari bentuknya, beberapa faktor dapat membedakan serumen tipe lunak
dan serumen tipe kering:
Tipe lunak lebih sering terdapat pada anak-anak, dan tipe keras lebih sering pada
orang dewasa.
Tipe lunak basah dan lengket, sedangkan tipe keras lebih kering dan bersisik.
Korneosit banyak terdapat dalam serumen namun tidak pada serumen tipe keras.
Tipe keras lebih sering menyebabkan sumbatan, dan tipe ini paling sering kita
temukan ditempat praktek.
Warna serumen bervariasi dari kuning emas, putih, sampai hitam, dan konsistensinya
dapat tipis dan berminyak sampai hitam dan keras. Serumen yang berwarna hitam biasanya
tidak ditemukan pada anak-anak, namun bila dijumpai maka dapat menjadi tanda awal
terjadinya aklaptonuria.
6
Warna sebenarnya dari serumen tidak dapat diketahui hanya melalui mata telanjang
namun harus dilakukan apusan setipis-tipisnya dari sampel. Pigmen yang menjadi zat
pemberi warna pada semen masih belum dapat teridentifikasi.
Kanalis akstikus eksternus memiliki banyak struktur yang berperan dalam produksi
serumen. Yang terpenting adalah kelenjar seruminosa yang berjumlah 1000-2000 buah,
kelenjar keringat apokrin tubular yang mirip dengan kelenjar keringat apokrin yang terdapat
pada ketiak. Kelenjar inimemproduksi peptide, padahal kelenjar sebasea terbuka ke folikel
rambut pada kanalis akustikus eksternus yang mensekresi asam lemak rantai panjang
tersaturasi dan tidak tersaturasi, alkohol, skualan, dan kolesterol.
Sel epidermal terdapat sepanjang telinga luar yang identik pada permukaan kulit.
Sehingga kita dapat memprediksi proses generasi dari kulit tersebut,dari migrasi hingga
pengeluarannya. Bila hal ini terjadi di kulit luar sel-seldapat dengan mudah jatuh. Namun
pada telinga kecil kemungkinan nyauntuk tidak menumpuk. Sel-sel yang mengalami
deskuamasi ini terkumpul pada kanalis akustikus eksternus dalam bentuk lapisan, dan
menjadi 60% dari berat total serumen. Serumen juga terdiri atas lisosim, suatu enzim anti
bakteri yang dapat merusak sel dinding bakteri. Genetik mempengaruhi tipeserumen secara
signifikan. Ras kaukasia dan afrika-amerika memiliki serumen dengan warna terang sampai
coklat gelap lengket dan basah. Rasasia dan ras amerika latin memiliki serumen abu-abu atau
coklat muda,mudah patah dan kering yang berhubungan dengan jumlah lemak yang sedikit
dan granula pigmen.
7. PATOFISIOLOGI
7
dengan air. Dengan bertambahnya umur, kulit meatus yang semakin kering dan
perubahan dari sekret dapat menyebabkan serumen menjadi keras dan sulit dikeluarkan.
8. GEJALA
9. DIAGNOSIS
Pada pemeriksaan dengan otoskopi dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh
material berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen dapat
bervariasi. Evaluasi adanya perforasi membran timpani dan riwayat fraktur tulang temporal
atau pembedahan telinga.
10. PENANGANAN
Adanya serumen pada liang telinga adalah suatu keadaan normal. Serumen dapat
dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas
yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengair atau kuret.
Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus dilunakkan
lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari. Serumen yang sudah terlalu jauh
terdorong kedalam liang telinga sehingga dikuatirkan menimbulkan trauma pada membran
timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan suction atau mengalirkan (irigasi) air
hangat yang suhunya disesuaikan dengan suhu tubuh.
8
Mengeluakan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat.
Irigasi merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus tetapi
hanya boleh dilakukan bila membran timpani intak. Perforasi membran timpani
memungkinkan masuknya larutan yang terkontaminasi ke telinga tengah sehingga
menyebabkan otitis media. Perforasi dapat terjadi akibat semprotan air yang terlalu keras
kearah membran timpani. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatas dan
belakang dengan pandangan langsung arusair diarahkan sepanjang dinding superior kanalis
akustikus eksternus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air yang
keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan asisten.
Tatalaksana pada serumen yang keras yaitu dengan memberikan zat serumenolisis
terlebih dahulu sebelum melakukan tindakan lebih lanjut. Zat serumenolisis yang digunakan
antara lain minyak mineral, hydrogen peroksida, debrox dan cerumenex. Tidak boleh
menggunakan zat ini untuk jangka waktu lama karena dapat menyebabkan iritasi kulit
bahkan dermatitis kontak.
PENANGANAN SERUMEN
Mengeluarkan serumen dapat dilakukan dengan irigasi atau dengan alat-alat.
Irigasi yang merupakan cara yang halus untuk membersihkan kanalis akustikus eksternus
tetapi hanya boleh dilakukan bila membran timpani pernah diperiksa sebelumnya.
Perforasi membran timpani memungkinan masuknya larutan yang terkontaminasi ke
telinga tengah dan dapat menyebabkan otitis media. Semprotan air yang terlalu keras
kearah membran timpani yang atrofi dapat menyebakan perforasi. Liang telinga dapat
diirigasi dengan alat suntik atau yang lebih mudah dengan botol irigasiyang diberi
tekanan. Liang telinga diluruskan dengan menarik daun telinga keatasdan belakang
dengan pandangan langsung arus air diarahkan sepanjang dinding superior kanalis
akustikus ekstenus sehingga arus yang kembali mendorong serumen dari belakang. Air
yang keluar ditampung dalam wadah yang dipegang erat dibawah telinga dengan bantuan
seorang asisten sangat membantu dalam mengerjakan prosedur ini.
Membersihkan serumen dari lubang telinga tergantung pada konsistensi serumen
itu. Bila serumen cair, maka dibersihkan dengan mempergunakan kapas yangdililitkan
pada peilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait ataukuret, sedangkan
9
apabila dengan cara in sukar dikeluarkan, dapat diberikan karbongliserin 10% dulu selam
3 hari untuk melunakkannya. Atau dengan melakukan irigasi teinga dengan air yang
suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Perlu diperhatikan sebelum melakukan irigasi telinga,
riwayat tentang adanya perforasi membran timpani, oleh karena pada keadaan demikian
irigasi telinga tidak diperbolehkan. Sumbatan lubang telinga oleh pelepasan kulit
sebaiknya dibersihkansecara manual dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas
daripada dengan irigasi.
a. Zat serumenolisis
Adakalanya pasien dipulangkan dan diinstruksikan memakai tetes telinga
waktu singkat. Tetes telinga yang dapat digunakan antara lain minyak mineral,
hydrogen peroksida, debrox, dan cerumenex. Pemakaian preparat komersial untuk
jangkan panjang atau tidak tepat dapat menimbulkan iritasi kulit atau bahkan
dermatitis kontak. Pada serumen tipe basah biasanya diperlukan untk melembutkan
serumen sebelum dikeluarkan. Proses ini digantikan oleh zat serumenolisis dan
keadaan ini tercapai dengan mengunakan lautan yang bersifat serumenolytik agen
yang digunakan pada kanalis telinga biasanya dipakai untuk pengobatan di rumah.
Terdapat 2 tipe seruminolitik yaitu aqueos dan organic. Solutio aqueos
tersusun atas air yang dapat dengan baik memperbaiki masalah sumbatan serumen
dengan melunakkannya, diantaranya :
10% Sodium bicarbonate B.P.C (sodium bicarbonate dan glycerine)
3% hidrogen peroksida
2% asam asetat
Kombinasi 0,5% aluminium asetat dan 0,03% benzetonium chloride.
10
Seruminolitik dalam hal ini khususnya solutio organic dapat menimbulkan
reaksi sensitivitas seperti dermatitis kontak. Dan pembersihan serumen yang tidak
tuntas dapat menyababkan superinfeksi jamur. Komplikasi lain yang mungkin
adalah ototoksisitas yang dapat terjadi bila terdapat perforasi.
Zat serumenolitik ini biasanya digunakan 2-3 kali selama 3-5 hari sebelum
pengangkatan serumen
b. Penyemprotan telinga
Beberapa serumen bisa dilunakkan, ini bisa dikeluarkan dari kanalis telinga
dengan cara irigasi. Larutan irigasi dialirkan di canalis telinga yangsejajar dengan
lantai, mengambil serumen dan debris dengan larutan irigasi mengunakan air hangat
(37oC), larutan sodium bicarbonate atau larutan dan cuka untuk mencegah sekunder
infeksi.
11. KELAINAN MENGENAI SERUMEN
a. HIPERSERUMINOSIS
Hiperseruminosis merupakan akumulasi abnormal dari serumen. Penyebabnya
dapat karena kerusakan saat memproduksi atau kerusakan pada saat pembersihan. Hasil
produksi serumen mungkin berhubungan dengan infeksi, walaupun kebanyakan
etiolologinya tidak jelas. Sumbatan yang terjadi pada pasien dengan efek serumen
menunjukkan adanya lapisan keratin berlebihan yang menyerupai stratum korneum kulit
kanalis profunda. Pemisahan keratosit abnormal mungkin karena aktivitas steroidsulfat
rendah pada statum korneum kanalis profunda, yang dicurigai sebagai penyebab
terjadinya akumulasi serumen. Steroid sulfatase yang memicu terjadinya pemisahan
keratisid dengan cara deaktivasi kolesterolsulfat yang mengikat bersama sel-sel dalam
stratum korneum. Levelsteroid sulfatase di bagian osseus kanalis akustikus eksternus
menunjukkan lebih tinggi daripada level dibagian kartilagnosa. Kekurangan steroid
sulfat mungkin mencegah pemisahan keratinosit normal pada stratum korneum bagian
osseus dan menyebabkan akumulasi lapisan keratinosit.
Akumulasi serumen dapat disebabkan obstruksi kanalis akustikus eksternus.
Saluran yang berbelit-belit dan isthmus yang sempit dapat memblok migrasi alami
stratum korneum dan bagian medial kanalis akustikus eksternus. Pada lansia migrasi
11
cenderung menurun dan aurikula, kadang dapat menyebabkan oklusi parsial pada
meatus eksternus dan mencegah eliminasi normal serumen. Stenosis kanalis akustikus
eksternus setelah trauma, infeksi kronis, atau pembedahan mungkin akan menghalangi
eliminasi serumen. Penyebab potensial obstruksi adalah benda asing dan tumor.
Sebelum serumen dikeluarkan pasien perlu ditanya mengenai riwayat perforasi
membran timpani, riwayat operasi, atau riwayat otitis media akutatau kronis.
Tergantung konsistensi serumen, jerat kawat, kuret cincinyang tumpul, atau suction
mungkin digunakan untuk membersihkan kanalis. Irigasi harus digunakan dengan hati-
hati khususnya ketika kondisi membran timpani tidak diketahui. Struktur ini mungkin
rusak ketika ditipiskan, bagian tengah telinga dalam yang datar mungkin rusak ketika
gendang telinga tidak ada. Penerangan cahaya yang sesuai dan magnifikasi binocular
memfasilitasi pengeluaran serumen dan meminimalisir trauma pada lapisan dasar epitel.
Setelah semua debris dikeluarkan, hal penting memeriksa kanal untuk beberapa kondisi
patologis yang mungkin menjadi predisposisi hiper serumenosa dan memeriksa
keutuhan membran timpani.
b. SERUMINAL GLAND ADDENOMA (Ceruminoma, Hidradenoma)
Adenoma glandula seruminal adalah pertumbuhan lunak unit apilosebaseaalam
kanalis akustikus eksternus. Seruminoma dapat menyerupai lesiagresif alinnya (
seruminal gland carcinoma), oleh karena itu lebih baik disebut adenoma glandula
seruminal. Tumor ini terjadi pada usia 40-60tahun dan pria disbanding wanita sama
dengan 3:1. lesi biasanya asimptomatis kecuali bila obstruksi kanalis akustikus ekstenus
dan infeksisekunder. Adenoma glandula seruminal tampak non ulserasi, epithelial
ditutupi nodul pada lateral dinding. Secara histologis menunjukkan nodul tumor yang
merah keabu-abuan, kistik, dan kapsul dengan batasan tidak jelas. Komponen glandula
mungkin bervariasi, rata dalam tumor yang sama tapi biasanya terdiri dari selapis epitel
kuboid atau sel berbentuk spidel yang mungkin mewakili kelenjar mioepitel kelenjar
normal. Sel memiliki fenotip yang lunak tanpa adanya invasi. Pengobatan meliputi
pemotongan lokal pada lesi dengan cangkok kulit selama waktu yang dibutuhkan.
Rekuren bisa terjadi apabila pemotongan tidak sempurna.
12
c. CERUMINAL GLAND ADENOCARCINOMA
Adenocarcinoma ini menyerang usia pertengahan dan orang yang lebih tua, lebih
dominan pada pria. Karsinoma ini merupakan keganasan dari adenoma glandula
seruminal lunak (benign). Gejalanya antara lain otalgia, kotoran telinga yang sering
berdarah, dan tuli. Pemeriksaan menunjukkan eritem dan ulserasi pada kanalis.
Pemeriksaan secara histologist menunjukkan arsitektur umum sebagai lesi lunak tetapi
dengan aktivitasmitosis dan invasi. Perawatan mirip dengan karsinoma
adenoidcystic,terapi radiasi post operatif biasanya berperan penting. Kekambuhan
persentasenya 10-50%, ini bukanlah angka yang luar namun bila terjadimetastase maka
merupakan hal yang luar biasa.
d. CERUMINOMA
Lapisan dermal bagian kartilaginosa memiliki folikel rambut, kelenjar sebasea,
dan kelenjar seruminosa (modifikasi kelenjar keringat). Kelenjar seruminosa secara
histologi mirip dengan kelenjar apokrin pada aksila dangenital karena mempunyai dua
lapisan struktur epitel terdiri dari selapisoxyphyilic kolumnar dalam dan selapis
mioepitel luar. Johnstone et al.(1957) menjelaskan bahwa neoplasma kelenjar yang sulit
dibedakan secara histologis dari tumor kelenjar keringat dan terjadi pada tubuh dan
berhubungan dengan hydradenoma.
13
BAB III
PERMASALAHAN
14
BAB IV
PEMECAHAN MASALAH
Berdasarkan masalah yang dijumpai pada saat penyuluhan maka penting bagi petugas
kesehatan memberikan penyuluhan secara berkala kepada masyarakat.
Pemberian materi penyuluhan meliputi :
1. Memberikan penjelasan mengenai serumen
2. Memberikan informasi terkait pentingnya membersihkan telinga secara rutin
3. Menyarankan masyarakat agar memeriksakan telinga ke petugas kesehatan.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. Ada dua tipe dasar,
basah dan kering. Serumen normal ditemukan pada kanalis akustikus eksternus yang berfungsi
untuk membersihkan, lubrikasi dan antibakteri serta antifungi. Diagnosis dapat ditegakkan
berdasarkan keluhan pasien berupa adanya tekanan sampai nyeri telinga, penurunan fungsi
pendengaran dan gambaran serumen saat dilakukan otoskopi. Penanganan serumen dilakukan
dengan cara kuretase, suction/ penyedotan, irigasi, hingga pemberian obat yang bersifat
serumenolisis.
5.2 Saran
Dianjurkan kepada para pembaca atau masyarakat agar tidak terlalu sering membersihkan
telinga serta tidak mengorek telinga terlalu dalam karena akan membuat serumen tertekan
kedalam dan mempengaruhi pendengaran.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam G.L., Boies L.R., Highler P.A., BOIES Buku Ajar Penyakit THT (BOIES
Fundamentals of Otolaryngology). Edisi 6. 1997. Balai Penerbit Buku Kedokteran EGC.
2. Bailey B.J., Johnson J. T., Newlands S. D., Head & Neck Surgery Otolaryngology. 4th
Edition. 2006. Lippincot Williams & Wilkins.
3. Ballenger J. John, Penyakitt Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher. 13th
edition. Binarupa Aksara
4. Blueestune D. Charles, Pediatric Otolaryngology. 3th Edition. 1996.W>B Saunders
Company.
5. Brian J. G.B., Michael H., Peter K., Atlas of Clinical Otolaryngology. 2001. Mosby Yaer
Book.
6. Canalis F. Rinaldo, The Ear Comprehensive Otology. 1987. Lippincott Williams
&Wilkins.
7. Schuknecht F. Harold. Pathology of The Ear. 1974. Harvad University.
8. Strom M.D Marshall. Manual of Otolaryngology. Brown and Company Boston Toronto.
9. Nurbaiti I. Prof, Dr., Sp.THT., Efiaty A.S. Dr., Sp.THT., Buku Ajar Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. 2004. Balai Penerbit FKU1, Jakarta.Guest
10. J. F., Greener M. J., Robinson A. C., Impacted Cerumen: compotition, production,
epidemiology and management. Available at Retrieved from
http://qjmed.oxfordjournals.org/cgi/content/full/97/8/477
11. Earwax : Review and Clinical Update March 26, 2008 Available at Retrieved from
http://en.wikipedia.org/wiki/Earwax
12. Pray W. Steven, Earwax : Shoult It be Removed?. Posted June 6th, 2005. Available at
Retrived from http://www.medscape.com/viewarticle/504788
13. Hawkw, Michael, Update on Cerumen and Ceruminolytics. Posted January 8th, 2002.
Available at Retrived from http://www.encyclopedia.com/doc/1G1-90869479.html
14. Hasil Penelusuran Gambar Google untuk http://www.globalrph.com/vocerum.htm
available at http://www.ispub.com/vocerum/index
17