Anda di halaman 1dari 15

1.

Sebutkan kelainan telinga bagian luar

Kelainan kongenital

a. Atresia liang telinga dan mikrotia

Pada mikrotia, daun telinga bentuknya lebih kecil dan tidak sempurna. Kelainan ini sering
disertai dengn tiak terbentuknya liang telinga dan kelainan tulang pendengaran. Namun
keadaan ini jarang disertai dengan kelainan telinga dalam, karena proses embriologinya
berbeda.
Bila ditemukan mikrotia bilateral maka pikirkan kemungkinan adanya sindroma
kraniofasial (sindroma treacher collins, sindrom nager).
Penyebab kelaianan ini masih belum jelas diduga adlaha faktor genetik, infeksi virus,
intoksikasi bahan kimia dan obat teratogenik pada kehamilan muda.
Diagnosis mikrotia ini dapat ditegakkan dengan cara melihat bentuk daun telinga yang tidak
sempurna dan tidak terbentuknya liang telinga.
Pemeriksaan fungsi pendengaran dan CT-Scan temporal dengan resolusi tinggi
diperlukan untuk menilai keadaan telinga tengah dan telinga dalam. Hal ini digunakan untuk
memprediksi tingkat keberhasilan bila dilakukan rekonstruksi.

Tata laksana yaitu dengan operasi yang bertujuan untuk memperbaiki pendengaran
dan kosmetik.
Pada atresia liang telinga yang bilateral, untuk menghindari terjadinya keterlambatan
berbahasa maka dilatih dengan menggunakan alat bantu dengar hantaran tulang sejak dini.
Jika dari hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan telinga dalam yang bagus maka
direncanakan operasi pada usia 5-7 tahun. Operasi ini dilakukan dengan beberapa tahap yaitu
diawali dengan pemebentukan daun telinga kemudian dilanjutkan pembentukan liang telinga
dan penataan telinga tengah.
Sedangkan pada atresia unilateral, maka operasi dilakukan setelah anak dewasa.
Komplikasi dari operasi ini adalah paresis nervus VII, hilangnya pendengaran, dan yang
paling sering adalah terjadinya restenosis.
b. Fistula pre aurikuler

Fistula preaurikel terjadi ketika pembentukan daun telinga dalam masa embrio. Kelainan
berupa gangguan embrional pada arkus brakial 1 dan 2. Sering ditemukan pada suku bangsa
di asia dan afrika, dan merupakan kelainan herediter yang dominan.
Fistel dapat ditemukan didepan tragus atau skitarnya, dan sering terinfeksi. Pada keadaan
tenang tampak muara fistel berbentuk bulat atau lonjong, berukuran seujung pensil, dari
muara fistel sering keluar sekret yang berasal dari kelenjar sebasea.
Biasanya pasien datang berobat oleh karena terdapat obstruksi dan infeksi fistel.
Sehingga terjadi pioderma atau selulitis fasial. Dengan memasukkan biru metilen ke dalam
fistel dapat diduga panjang fistel. Cara ini digunakan pada waktu operasi. Cara lain adalah
dengan fistulografi, yaitu dengan memasukkan bahan kontras ke dalam muara fistel, lalu
dilakukan pemeriksaan radiologic.
Tata laksana:
Bila tidak ada keluhan, operasi tidak perlu dilakukan. Akan tetapi apabila terdapat
abses berulang dan pembentukan secret kronis, maka perlu dilakukan pengangkatan fistel-
fistel itu seluruhnya, oleh karena bila tidak bersih akan menimbulkan kekambuhan.

c. Lop ear (bats ear)

Daun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol. Fungsi pendengaran tidak terganggu,
namun karena bentuknya yang tidak enak dipandang maka sering dilakukan operasi otoplasti.

Kelainan daun telinga

Hematoma

Definisi
Hematoma adalah koleksi (kumpulan) darah diluar pembuluh darah. Hematoma terjadi
karena dinding pembuluh darah, arteri, vena atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor
kedalam jaringan-jaringan dimana ia tidak pada tempatnya. Hematoma mungkin adalah kecil,
dengan hanya satu titik darah atau ia dapat menjadi besar dan menyebabkan pembengkakan
yang signifikan.
Hematoma aurikuler adalah hematoma daun telinga akibat suatu rudapaksa yang
menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikondrium dan kartilago..
Perdarahan daun telinga yang diikuti oleh pembengkakan dan orang yang beresiko 40% pada
atlet.
Epidemiologi
Hematoma biasanya terjadi pada remaja atau orang dewasa yang mempunyai kegiatan
yang melibatkan kekerasan, namun bisa saja dijumpai pada usia lanjut dan anak-anak. 40%
berpeluang terjadi pada atlet. Menurut penelitian yang dilakukan oleh H. Soekerman DSTHT
yang dilakukan di RSU Banjarmasin Propinsi Kalimantan selatan selama periode 1989 s/d
1994 didapatkan data dari 100% penderita hematoma aurikuler berjenis kelamin laki-laki,
penderita anak dari 0-4 tahun hanya 1 orang (5%). Usia lanjut > 50 tahun hanya satu orang
(5%).
Etiologi
Hematoma aurikurel biasanya disebabkan oleh rudapaksa atau trauma. Dimana taruma
ini biasanya terjadi olahraga yang berhubungan dengan kekerasan seperti tinju. Dengan
adanya taruma ini bisa menyebabkan tertimbunnya darah dalam ruang antara perikhondrium
dan kartilago. Jika terjadi penimbunan darah pada daerah tersebut, maka akan terjadi
perubahan bentuk telinga luar dan tampak massaa berwarna ungu kemerahan. Darah yang
tertimbun ini bias menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga dapat terjadi
perubahan bentuk telinga. Selain karena trauma, hematoma aurikula bisa juga disebabkan
karena gigitan serangga. Dimana gigitan serangga ini dapat menembus pembuluh darah dan
dapat merusak pembuluh darah yang ada di daun telinga sehingga bisa terjadi hematoma
aurikula.
Manifestasi klinis
1. Pembengkakan (karena ada gumpalan darah).
2. Perubahan bentuk telinga (deformitas).
3. Ada/tidak ada rasa nyeri.
4. Perubahan warna (tampak massa berwarna ungu).
5. Ada rasa panas.
6. Kemerahan.
7. Benjolan di aurikula (daun telinga).
8. Fluktuasi/ kenyal
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pada hematoma aurikuler biasanya ditemukan benjolan pada aurikular bagian depan pada
daerah cekungan, pembengkakan karena ada gumpalan darah, adanya perubahan bentuk pada
telinga atau deformitas, perubahan warna dimana biasanya tampak massa berwarna ungu,
kemerahan dan benjolan di aurikula (daun telinga).
Palpasi
Kaji adanya nyeri tekan, benjolan di aurikula (daun telinga) dan adanya fluktuasi atau terasa
kenyal.
Tindakan inti: diaspirasi atau insisi kemudian di balut tekan dengan meggunakan kasa atau
gibspenanganan atau terapi
Mengeluarkan isi hematoma yaitu bisa secara aspirasi atau insisi. Aspirasi dilakukan dengan
jarum aspirasi nomor 18 untuk mencegah reakumulasi dari hematoma. Prinsip selanjutnya
setelah dilakukan aspirasi atau insisi dilakukan penekanan untuk mencegah reakumulasi
antara lain dengan cara : pembalutan seperti pemasangan perban, penekanan paksa
mastoidektomi, penekanan lokal dengan blaster yang dijahit. Menggunakan penekanan gips
yang dipasang di depan dan di belakang. Menggunakan perban gipsona yang melingkari daun
telinga. Disamping kedua tahap ini, juga penting pemberian antibiotik yang adekuat
Selain itu ada beberapa cara atau metode dalam penanganan hematoma aurikuler, yaitu:
1. Bebet tekan melingkar
2. Bantalan kapas atau kasa dijahitkan menembus aurikula
3. Bantalan kasa yang jenuh dengan salep antibiotika dan pipa karet yang masing-masing
didepan dan dibelakang aurikulum dijahit menembus aurikuler
4. bantalan kapas atau kasa yang dicelupkan dalan cairan kolodion dan diletakkan pada
telinga yang sakit(Stuteville)
5. white wool atau webrig yang dicelupkan dalam cairan kolodion dan diletakkan pada telinga
yang sakit
6. gips yang dicampur air secukupnya dan dicetakkan pada telinga yang sakit
7. penekanan dengan memakai bloster yang dijarit
8. bantalan kasa yang padat dibasahi betadine masing-masing didepan dan dibelakang
aurikula dijahit menembus aurikula dan difiksasi dengan pipa plastik dan bekas selang infus
pada bagian belakang aurikula
Pseudokista

Benjolan di daun telinga disebabkan kumpulan cairan kekuningan di antara lapisan


perikondrium dan tulang rawan telinga. Benjolan ini tidak nyeri dan tidak diketahui
penyebabnya. Kumpulan cairan ini harus dikeluarkan secara steril untuk mencegah timbul
perikondritis. Kemudian dilakukan balut tekan dengan bantuan semen gips selama seminggu
supaya perikondrium melekat pada tulang rawan kembali. Apabila perlekatan tidak sempurna
dapat timbul kekekambuhan.

Perikondritis aurikula

Efusi serum atau pus di antara lapisan perikondrium dan kartilago telinga luar.

Etiologi
Stafilokokus, streptokokus, pseudomonas
Perikondritis bisa terjadi akibat:
- cedera
- gigitan serangga
- pemecahan bisul dengan sengaja.
Nanah akan terkumpul diantara kartilago dan lapisan jaringan ikat di sekitarnya
(perikondrium). Kadang nanah menyebabkan terputusnya aliran darah ke kartilago,
menyebabkan kerusakan pada kartilago dan pada akhirnya menyebabkan kelainan bentuk
telinga. Meskipun bersifat merusak dan menahun, tetapi perikondritis cenderung hanya
menyebabkan gejala-gejala yang ringan.
Patofisiologi
Trauma : laserasi atau akibat kerusakan yang tidak disengaja pada pembedahan telinga,
memar
Radang : Furunkel dengan pengobatan yang tidak adekuat.

infiltrasi perikondrium supurasi nekrosis tulang rawan


dapat terjadi deformitas daun telinga
Diagnosis
Anamnesis
- aurikula bengkak, nyeri, merah
- kadang dapat disertai demam
Pemeriksaan
- kriteria dx : edema luas aurikula, hiperemia, panas, nyeri palpasi
- suhu tubuh
- supuratif fluktuasi (+)
- nekrosis deformitas (+)
- pembesaran KGB regional
- lekosit
Penatalaksanaan
- Untuk membuang nanahnya, dibuat sayatan sehingga darah bisa kembali mengalir ke
kartilago.
- Antibiotik : bila ringan, Kloksasilin oral 3 x 500 mg/hari. Bila berat, gentamisin IV 2
x 80 mg / hari atau aminoglikosida lain.
- Antiinflamasi/analgesik : as. mefenamat, piroksikam atau diklofenak
- Insisi bila terjadi supurasi
- Eksisi bila terjadi nekrosis tulang rawan
Komplikasi
Bila telah terjadi nekrosis dapat terjadi deformitas permanen aurikel (Cauliflower ear)

Serumen

Serumen ialah hasil produksi kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas
dan partikel debu. Dalam keadaan normal serumen terdapat di sepertiga luar liang telinga
karena kelenjar tersebut hanya ditemukan di daerah ini. Konsistensinya biasanya lunak, tetapi
kadang kering. Dipengaruhi usia, suhu, iklim, dan keadaan lingkungan
Serumen dapat keluar sendiri dari liang telinga akibat migrasi epitel kulit yang bergerak dari
arah membran timpani menuju keluar serta dibantu oleh gerakan rahang sewaktu mengunyah.
meski tidak memilki efek anti bakteri ataupun anti jamur, serumen mempunyai efek proteksi.
Serumen mengikat kotoran, menyebarkan aroma yang tidak disenangi serangga, sehingga
serangga enggan masuk liang telinga. Serumen harus dibedakan dengan pelepasan kulit yang
biasanya terdapat pada orang tua, maupun dengan kolesteatosis atau keratosis obturans.
Sumbatan serumen adalah gangguan pendengaran yang timbul akibat penumpukan serumen
di liang telinga dan menyebabkan rasa tertekan yang mengganggu.
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul, mengeras dan menyumbat di liang telinga
adalah :
1. Dermatitis kronik liang telinga luar.
2. Liang telinga yang sempit.
3. Produksi serumen yang banyak dan kental.
4. Adanya eksostosis liang telinga.
5. Serumen terdorong ke dalam karena kebiasaan mengorek telinga.

Gumpalan serumen yang menumpuk di liang telinga akan menimbulkan gangguan


pendengaran berupa tuli konduktif. Terutama bila telinga masuk air (sewaktu mandi,
berenang), serumen mengembang sehingga menimbulkan rasa tekan dan gangguan
pendengaran semakin dirasakan sangat menganggu.

Diagnosis
1. Telinga tersumbat sehinga pendengaran berkurang.
2. Timbul rasa nyeri bila serumen keras menekan dinding liang telinga.
3. Telinga berdengung (tinitus) dan pusing (vertigo), bila serumen menekan membran
timpani.
4. Batuk bila n.vagus terangsang melalui cabang aurikular.

Terapi
Serumen dapat dibersihkan sesuai dengan konsistensinya. Serumen yang lembek, dibersihkan
dengan kapas yang dililitkan pada pelilit kapas. Serumen yang keras dikeluarkan dengan
pengait atau kuret. Apabila dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen
harus dilunakkan lebih dahulu dengan tetesan karbol gliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu terdorong ke dalam liang telinga sehingga dikuatirkan
menimbulkan trauma pada membran timpani sewaktu mengeluarkannya, dikeluarkan dengan
mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh. Sebelum melakukan
irigasi telinga, harus dipastikan tidak ada (riwayat) perforasi pada membran timpani
Benda asing diluar telinga

Benda asing (corpus alienum) yang berada dalam telinga bisa berupa benda mati, benda
hidup, binatang, komponen tumbuhan dan mineral. Kacang hijau dan karet penghapus banyak
ditemukan pada pasien anak-anak. Pasien dewasa seringkali berupa potongan korek api dan
binatang seperti kecoa, semut dan nyamuk.

Etiologi
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan benda asing diliang telinga yaitu : faktor
kesengajaan (biasa terjadi pada anak-anak balita), faktor kecerobohan sering terjadi pada
orang dewasa sewaktu menggunakan alat alat pembersih telinga misalnya kapas, tangkai
korek api atau lidi yang tertinggal di dalam telinga, yang terakhir adalah faktor kebetulan
terjadi tanpa sengaja dimana benda asing masuk kedalam telinga contoh masuknya serangga,
kecoa, lalat dan nyamuk.
Diagnosis
Pada anamnesis pasien mengeluh rasa tidak enak di telinga, sumbatan liang telinga dan
gangguan pendengaran, rasa nyeri di liang telinga akan timbul bila benda asing berupa
binatang yang masuk tersebut bergerak dan melukai dinding liang telinga. Pemeriksaan fisik
dengan atau tanpa corong telinga atau menggunakan otoskop akan tampak benda asing.
Terapi
Usaha dalam mengeluarkan benda asing sering kali malah lebih ke dalam telinga.
Mengeluarkan benda asing harus hati-hati. Bila kurang hati-hati atau bila pasien tidak
kooperatif, berisiko trauma yang merusak membran timpani atau struktur telinga tengah.
Anak harus dipegang sedemikian rupa sehingga tubuh dan kepala tidak beregerak bebas.
Bila masih hidup, binatang di liang telinga harus dimatikan lebih dahulu dengan memasukkan
tampon basah ke liang telinga lalu meneteskan cairan (misalnya larutan rivanol atau obat
anastesi lokal) lebih kurang 10 menit. Setelah binatang mati, dikeluarkan dengan pinset atau
diirigasi dengan air bersih yang hangat. Atau bial darurat binatang juga bisa dimatikan dengan
menggunakan minyak kelapa.
Benda asing berupa baterai, sebaiknya jangan dibasahi mengingat efek korosif yang
ditimbulkan
Benda asing yang besar dapat ditarik dengan pengait serumen, sedangkan yang kecil bisa
diambil dengan cunam atau pengait.
Otitis eksterna

Definisi
Radang telinga akut maupun kronis yang disebabkan oleh bakteri, jamur, virus dan alergi.
Infeksi dapat terjadi sebagai akibat dari factor-faktor predisposisi tertentu sebagai berikut:
1. perubahan pH kulit kanalis yang biasanya asam menjadi basa menjadikan proteksi terhadap
infeksi menurun.
2. perubahan lingkungan terutama gabungan peningkatan suhu dan kelembaban
3. suatu trauma ringan seringkali karena berenang atau membersihkan telinga secara
berlebihan.
Klasifikasi
Otitis eksterna dibagi menjadi:
1. otitis eksterna akut
a. otitis eksterna sirkumskripta
b. otitis eksterna difus
c. herpes zooster optikus
d. otomikosis
e. otitis eksterna maligna
2. otitis eksterna kronis

1.a. Otitis eksterna sirkumskripta


Merupakan radang pada 1/3 liang telinga yang terinfeksi pada polisebaseus sehingga
membentuk furunkel
Disebabkan oleh bakteri staphylococcus aureus dan staphylococcus albus
Gejala: rasa nyeri yang hebat, nyeri saat membuka mulut dan tidak sesuai dengan besar
bisul/furunkel karena kulit liang telinga tidak mengandung jaringan longgar di bawahnya
sehingga rasa nyeri timbul pada penekanan perikondrium. Terjadi penurunan pendengaran
karena furunkel yang besar menyumbat telinga
diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnyaTerapi: bila sudah abses
dalam bentuk salep seperti polymixin b atauLokal diberikan antibiotik bacitracin atau
antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol 2%)
diinsisi kemudian dipasang drain untuk mengalirkan nanahKalau dinding furunkel tebal
analgesik dan penenangDiberikan obat simtomatik
b. Otitis eksterna difus
Merupakan radang pada 2/3 liang telinga dan tidak terdapat furunkel hanya tampak kulit liang
telinga yang hiperemi dan edema, disebut juga dengan swimmers ear
Sering terjadi pada cuaca panas dan lembab, disebabkan oleh pseudomonas, stafilokokus
albus, e.coli dsb.Dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis
Gejala: nyeri hebat, nyeri tekan tragus, kulit liang telinga tampak hiperemis, edem dengan
tidak jelas batasnya, tidak terdapat furunkel, terdapat sekret yang berbau dan tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari kavum timpani pada otitis media
Terapi: memasukkan tampon yang mengandung antibiotik ke liang telinga supaya terdapat
kontak yang baik antara obat dengan kulit yang meradang. Kadang-kadang diperlukan
antibiotik sistemik.
c. Otomikosis
Infeksi jamur di liang telinga yang disebabkan oleh yang tersering adalah jamur aspergilus,
dan sangat dipengaruhi oleh kelembaban
Gejala: rasa gatal dan rasa penuh di telinga tengah tetapi sering pula tanpa keluhan
Terapi: membersihkan telinga dengan larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol diteteskan ke
liang telinga.
d. Otitis eksterna maligna
suatu tipe khusus dari infeksi akut yang difus di liang telinga luar.
Sering terjadi pada lansia dan penderita DM
Peradangan dapat meluas secara progresif ke lapisan subkutis dan organ dapat menimbulkan
kelainan berupa khondritis, osteitis dansekitarnya osteomielitis yang mengakibatkan
kehancuran temporal
Gejala: gatal kemudian disertai dengan cepat oleh nyeri hebat dengan sekret yang banyak dan
pembengkakan liang telinga
parese atau paralisis fasial. KelainanSaraf fasial dapat terkena patologik terpenting adalah
adanya osteomelitis yang disebabkan akibat pseudomonas aeroginosa
Pengobatan : dosis tinggi antibiotik terhadap pseudomonas aeroginosa yang dikombinasikan
dengan aminoglikosida melalui parenteral selama 4-6 minggu. Kombinasi tersering adalah
karbecilin, ticarcilin atau pipercilin dengan gentamicin, tobramicin, cholismethate atau
amikacin dan dilakukan debridement yang steril.
2. otitis eksterna kronis
terjadi karena infeksi atau radang yang terjadi secara akut tidak diobati, pengobatan yang
kurang memadai, trauma berulang, adanya benda asing, atau otitis media yang terus-menerus
mengeluarkan sekret.
Radang yang terjadi secara terus menerus akan mengakibatkan stenosis liang telinga akibat
penebalan fibrotik
Gejala yang paling menonjol adalah rasa gatal yang terus menerus di telinga jadi bukan rasa
nyeri.
DDx: atopic dermatitis, seborrheic dermatitis, psoriasis, dan dermatomycosis
Terapinya adalah mengidentifikasi dan mengobati/mengeluarkan proses penyumbatan yang
terjadi. Tetapi resolusi sempurna sulit untuk didapatkan.

Keratosis obliterans dan kolesteatoma eksterna

Dua kondisi yaitu keratosis obliterans dan Kolesteatoma eksterna liang telinga dapat
bermanifestasi sebagai sumbat keratin pada liang telinga. Keratosis obliterans biasanya
bersifat bilateral dan dapat disertai bronkiektasis dan sinusitis kronis. Pasien datang dengan
keluhan nyeri dan gangguan pada pendengaran. Penyakit ini ditandai dengan penumpukan
deskuamasi epidermis di liang telinga, sehingga mmbentuk gumpalan dan menimbulkan rasa
penuh serta kurang dengar. Bila tidak ditanggulangi dengan baik akan terjadi erosi kulit dan
dan bagian tulang liang telinga. Keadaan terakhir ini disebut sebagai Kolesteatoma eksterna
yang biasaya disertai dengan rasa nyeri hebat akibat peradangan setempat. Erosi bagian tulang
bagian tulang liang telinga dapat sangat progresif memasuki rongga mastoid dan kavum
timpani. Etiologinya belum diketahui, sering terjadi pada pasien dengan kelainan paru kronik,
seperti bronkiektasis, juga pada pasien sinusitis. Klesteatoma pada liang telinga bersifat
unilateral. Pasien mengeluhkan nyeri tumpul dan otore intermiten akibat erosi tulang dan
infeksi sekunder.

Penyakit ini biasanya dapat dikontrol; dengan melakukan pembersihan liang telinga secara
periodik, misalnya setiap 3 bulan. Pemberian obat tetes telinga dari campuran alkohol atau
gliserin dalam peroksid 3 %, 3 kali seminggu seringkali dapat menolong. Pada pasien yang
pernah mengalami erosi tulang liang telinga, seringkali ditemukan tindakan bedah dengan
melakukan tandur jaringan ke bawah kulit untuk menghilangkan gaung di dinding liang
telinga. Yang penting adalah membuat agar liang telinga berbentuk seperti corong sehingga
pembersihan liang telinga secara spontan lebih terjamin.

Neoplas ma ( Exostosis dan squamous cell CA) tumor telinga luar

DEFINISI
Tumor pada telinga bisa bersifat bukan kanker (benign) atau bersifat kanker (malignant).
Banyak tumor telinga ditemukan pada saat seseorang memperhatikan tumor tersebut, atau
ketika seorang dokter memeriksa ke dalam telinga karena seseorang merasa sepertinya
pendengarannya berkurang.

Tumor yang tidak bersifat kanker kemungkinan terjadi di saluran telinga, menutup saluran
telinga dan menyebabkan hilangnya pendengaran dan membentuk kotoran telinga. Beberapa
tumor mengandung kantung kecil yang berisi kulit yang menonjol (kista sebaceous), osteomas
(tumor tulang), dan berkembangnya jaringan parut sehabis luka (keloid). Kebanyakan
pengobatan yang berhasil adalah operasi pengangkatan tumor. Setelah pengobatan,
pendengaran biasanya kembali menjadi normal.

Pengobatan
Sel basal dan kanker sell squamous adalah kanker kulit umum yang sering terjadi di bagian
luar telinga setelah terus-menerus dan dalam jangka waktu lama terkena sinar matahari.
Ketika kanker ini terlihat pertama kali, kanker tersebut bisa berhasil disembuhkan dengan
mengangkat tumor tersebut lewat operasi atau dengan melakukan terapi radiasi. Kanker yang
lebih tinggi tingkatannya bisa memerlukan operasi pengangkatan dengan daerah lebih besar
bagian luar telinga.

Ceruminoma (kanker pada sel yang memproduksi kotoran telinga) dibentuk di lapisan luar
ketiga dari saluran telinga dan dapat menyebar. Ceruminomas tidak berpengaruh apapun
dengan kotoran telinga. Pengobatan terdiri dari pengangkatan kanker dan pembedahan
jaringan di sekelilinginya.

Exostosis
Definisi:
Penonjolan tulang pada canalis auditori eksterna yang berasa dari tulang lamelar (tulang
rawan).
Etiologi:
Diduga ada kaitan dengan sering berenang pada air dingin

Gambaran klinis:
- Asimptomatik
- Jika besar, dapat menyebabkan impaksi dari serumen atau otitis eksterna dengan manifes
seperti penurunan pendengaran, nyeri jika mendesak tulang dan membran timpani, vertigo,
dsb.
Treatment
- Asimtomatik: tidak ada terapi
- Simptomatik dan pasien begitu terganggu : lamerotomi.

Squamosa cell CA

- Asal
Banyak Ca sel squamosa berasal dari liang telinga dan kemudian menginvasi telinga tengah
dan mastoid secara sekunder
Terutama mencurigai setiap lesi pada liang telinga yang tidak menyembuh secara spontan
atau dengan pengobatan yang sesuai biopsi

Gejala klinik
- lesi yang tidak kunjung sembuh
- nyeri
- rasa penuh dalam telinga
- gangguan vertigo (bila labirin vestibulat terlibat)
pengeluaran sekret terutama sekret berdarah- bila terjadi infeksi

Prognosis
Bila ditemukan dini: prognosis baik
Bila terlambat: dilakukan reseksi temporal dengan kemungkinan kelangsungan hidup yang
sempit.1
2. Sebutkan jenis- jenis perforasi membran timpani

Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu :

1)Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani.
Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani.

2)Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau
sulkus timpanikum.

3)Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida membran timpani. Sekret yang keluar dari
telinga tengah ke telinga luar dapat berlangsung terus-menerus atau hilang timbul.
Konsistensinya bisa encer atau kental. Warnanya bisa kuning atau berupa nanah.1.

3. Anatomi dan refleks cahaya membran timpani

Membran timpani (gendang telinga)


=> merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit
pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal.
=>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang
bunyi secara mekanis.
Bagian-bagiannya :

Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan :
o luar : lanjutan epitel telinga
o dalam : epitel kubus bersilia

Terdapat bagian yang disebut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad antrum berupa
lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.

Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan :


o tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin

Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan umbo.
Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada
membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada membran timpani
terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya
kerucut. Bila refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius.

4. cara membedakan massa cair, lunak, padat atau serosa

1. Soepardi, Efiaty Arsyad Prof. dr. Sp. THT dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Jakarta : Balai Penerbitan FKUI

Anda mungkin juga menyukai