Anda di halaman 1dari 22

E

SUSTAINABLE
SEAFOOD
ID SUSTAINA BLE

SEAFOOD
2015 W WF - I N DO NE S IA N A TI O N A L C A M PA IG N

WWF- Indonesia
Gedung Graha Simatupang,Tower 2 unit C, Lantai 7
Jalan Letjen TB Simatupang Kav. 38
Jakarta Selatan 12540
Phone +62 21 7829461
Better Management Practices

PERIKANAN LOBSTER LAUT


Seri Panduan Perikanan Skala Kecil

Misi WWF
PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
Untuk menghentikan terjadinya degradasi lingkungan dan membangun
masa depan dimana manusia hidup berharmoni dengan alam.
Edisi 1 | Februari 2015
www.wwf.or.id
Kata Pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas selesainya penyusunan
Better Management Practices (BMP), Seri Panduan Perikanan Skala Kecil,
Perikanan Lobster Laut - Panduan Penangkapan dan Penanganan ini.
Penyusunan BMP ini telah melalui beberapa proses yaitu pengumpulan data
lapangan dan desk study, kegiatan percontohan (pilot project), internal review
tim perikanan WWF Indonesia serta Focus Group Discussion dengan beberapa
ahli lobster sebagai external expert reviewer.

BMP ini adalah panduan praktis yang khusus dapat diterapkan pada
penangkapan dan penanganan lobster dalam skala kecil dan perusahaan.
Sebagian besar bahan-bahan penyusunannya diambil dari lokasi penangkapan
lobster di Gunung Kidul, Pangandaran dan Kendari, serta pengalaman tim
perikanan WWF Indonesia pada lokasi pendampingan di Wakatobi . BMP ini
merupakan living document yang akan terus disempurnakan sesuai dengan
perkembangan di lapangan serta masukan pihak-pihak yang bersangkutan.
Better Management Practices
Ucapan terima kasih yang tulus dari kami atas bantuan, kerja sama, masukan dan
Seri Panduan Perikanan Skala Kecil
koreksi pihak-pihak dalam penyusunan BMP ini yaitu kelompok nelayan di
PERIKANAN LOBSTER LAUT
Gunung Kidul dan Kendari, PT.ASI Pudjiastuti, KKJI KKP, SDI KKP, Balai
Panduan Penangkapan dan Penanganan
Budidaya Laut Lombok, DKP Gunungkidul, dan Balai Penelitian Perikanan Laut,
Edisi 1 | Februari 2015
Balitbang KKP. Kami senantiasa terbuka kepada semua pihak atas segala
masukan yang konstruktif demi penyempurnaannya serta permintaan maaf yang
ISBN 978-979-1461-68-9
dalam dari kami jika terdapat kesalahan dan kekurangan pada proses
WWF-Indonesia penyusunan BMP ini.

Februari 2015
Penyusun : Tim Perikanan WWF-Indonesia
Kontributor : Samsul Baharawi, Lutfy Amalia, Rustam Efendi, Duranta D. Kembaren,
Fuad Husen, Warsito, Siswanto, Jimmi dan Prabowo
Penyusun
Ilustrator : Eddy Hamka, M. Rustam Hatala
Penerbit : WWF-Indonesia Tim Perikanan
Credit : WWF-Indonesia WWF-Indonesia

49 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | i
Daftar Isi
Kata Pengantar i
Daftar Isi iii
Daftar istilah iii
I. Pendahuluan 1

I I. Tujuan BMP 3

III. Deskripsi Lobster 3

IV. Kelompok Nelayan 9

V. Legalitas Usaha Perikanan Tangkap 11

VI. Persiapan Penangkapan dan Penanganan 13

A. Administrasi 13

B. Perlengkapan Penangkapan 14
VII. Operasional Penangkapan dan Penanganan 15

A. Lokasi Penangkapan 15

B. Jenis Alat Tangkap 16


VIII. Penanganan dan Pengemasan Lobster 23

A. Penanganan di atas Perahu 23

B. Penanganan Pasca Tangkap 24

C. Pengemasan (Packing) 26
IX. Pencatatan 30

Lampiran 32

Daftar Pustaka 38

DAFTAR ISTILAH

Arthropoda : Hewan beruas-ruas atau berbuku buku

Fiberglass : Serat kaca (gelas)

Fishing base : Tempat asal mula berangkat melaut

Ghost fishing : Alat tangkap yang dibuang di laut tetapi masih bisa menjerat biota perairan

Invertebrata : Hewan yang tidak memiliki tulang belakang

Juvenil : Muda, belum matang gonad

Logbook : Buku untuk melakukan pencatatan hasil tangkapan

Moulting : Proses pergantian kulit

Nocturnal : Aktif pada malam hari

Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | iii

WWF - Indonesia / Windy RIZKI


I. PENDAHULUAN
WILAYAH PENGELOLAAN RATA-RATA
NO PERIKANAN (WPP) CAKUPAN WPP KENAIKAN (%)

1 WPP-RI 572 Sebelah barat Sumatera dan Selat Sunda 12.27 %

Samudera Hindia, sebelah Selatan Jawa


2 WPP-RI 573 hingga Selatan Nusa Tenggara, Laut -2.46%
Sawu dan Laut Timor bagian Barat

3 WPP-RI 711 Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut 353.46 %


Cina Selatan

4 WPP-RI 712 Laut Jawa 27.4 %

Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores,


5 WPP-RI 713 106.71 %
Laut Bali

6 WPP-RI 714 Telok Tolo dan Laut Banda -8.24%

Teluk Tomini, Laut Maluku, Laut


7 WPP-RI 715 Halmahera, Laut Seram dan 0.43 %
Teluk Berau

8 WPP-RI 716 Laut Sulawesi dan Sebelah Utara 5.97 %


Pulau Halmahera

9 WPP-RI 717 Teluk Cendrawasih dan Samudera pasifik 59.03 %

LOBSTER LAUT, ATAU YANG DIKENAL JUGA DENGAN UDANG KARANG, MERUPAKAN SALAH SATU Teluk Aru, Laut Arafura, Laut Timor
SUMBER DAYA PERIKANAN EKONOMIS PENTING DI INDONESIA.HARGANYA YANG CUKUP TINGGI
10 WPP-RI 718 95.21 %
bagian Tmur

DIBANDINGkAN KOMODITAS PERIKANAN LAINNYA MENYEBABKAN LOBSTER BANYAK DICARI DAN


DITANGKAP. PASAR ASIA DAN EROPA MENJADI TUJUAN UTAMA EKSPOR KOMODITAS INI. Belum sadarnya sebagian masyarakat, 2012 dimana kenaikan tersebut hingga
pengusaha dan nelayan akan pentingnya mencapai 19.23% dari total hasil tangkapan
penangkapan ramah lingkungan yang bisa di seluruh WPP di Indonesia. WPP yang
Data statistik perikanan Indonesia tahun 2012 menunjukkan bahwa menjamin keberlanjutan stok lobster laut, mengalami kenaikan tersebut dapat dilihat
lobster menempati urutan ke empat komoditas ekspor tertinggi dari misalnya dengan cara destruktif terhadap pada tabel di atas.
bangsa krustasea setelah marga udang Penaeus, Metapenaeus dan lingkungan menggunakan bahan peledak dan
potasium, tentunya akan merusak ekosistem Peningkatan hasil tangkapan pada tabel
Macrobrachium. Peningkatan pasar lobster di dunia ditunjukkan
dan habitat dari lobster sehingga tersebut di atas, tentunya akan berpotensi
juga oleh data statistik perikanan FAO dan GLOBEFISH, di mana
menyebabkan semakin berkurangnya stok mengancam kelestarian sumber daya lobster
sejak tahun 1980-an permintaan lobster dari Jepang setiap
komoditas bergengsi ini. laut di Indonesia jika tidak dikelola dengan
tahunnya mengalami peningkatan.
baik. Adanya pengelolaan yang bertanggung
Tingginya nilai ekonomi lobster merupakan salah satu faktor yang Berdasarkan laporan Balitbang KKP tahun jawab dan berkelanjutan diharapkan sumber
menyebabkan penangkapan lobster dilakukan secara terus menerus 2013, menunjukkan peningkatan daya lobster laut di alam dapat tetap terjaga
dan tidak memperhatikan kondisi sumber daya dan lingkungan. pemanfaatan dari tahun 2005 sampai tahun dan bisa terus dimanfaatkan.

1 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 2
II. TUJUAN

Menjaga kelestarian dan keanekaragaman sumber


daya perikanan dan ekosistem laut melalui cara
penangkapan yang ramah lingkungan.

Meningkatkan pengetahuan serta wawasan para


pihak terkait dalam melakukan penangkapan
lobster yang ramah lingkungan.

Menjamin keberlangsungan mata pencaharian


nelayan melalui cara penangkapan berkelanjutan
dan penanganan yang baik.

III. DESKRIPSI LOBSTER

Lobster laut merupakan jenis hewan


invertebrata yang memiliki kulit yang keras
dan tergolong dalam kelompok arthropoda.
Memiliki 5 fase hidup mulai dari proses
produksi sperma atau telur, kemudian fase
larva, post larva, juvenil dan dewasa. Secara
umum lobster dewasa dapat ditemukan pada
hamparan pasir yang terdapat spot-spot
karang dengan kedalaman antara 5100
meter. Lobster bersifat nokturnal (aktif pada
malam hari) dan melakukan proses moulting
(pergantian kulit).

Klasifikasi Lobster :

Filum : Arthrophoda
Subfiilum : Crustacea
Kelas : Malacostraca
Bangsa : Decaphoda
Suku : Palinuridae
Genus : Panulirus
Species : P. versicolor, P.longipes,
P. ornatus, P.homarus

3 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 4
Siklus Hidup Lobster : JENIS DESKRIPSI

Kerangka kepala dan bagian perut berwarna


hijau dan karapas berbentuk kehijauan

Antena memiliki dua pasang sungut yang satu


di belakang yang lain tanpa duri tajam

Pasangan kaki jalan tidak punya chela atau capit,


kecuali pasangan kaki kelima pada betina
WWF-Indonesia/Windy RIZKI

Nama Indonesia : Ukuran panjang tubuh maksimum 30 cm dan


Lobster Batik rata-rata 20-25 cm

Nama Latin :
Panulirus longipes

Nama Perdagangan / Internasional :


Spiny Lobsters

Ukuran Layak Tangkap :


Panjang Karapas : > 8 cm
Berat : >200 gram

Cara Ukur Panjang Karapas :


Hampir seluruh tubuh dipenuhi kerangka kulit yang
keras dan berzat kapur

Bagian kerangka kepala sangat tebal dan ditutupi


oleh duri-duri besar dan kecil

Ujung kepala di atas mata terdapat 2 tonjolan yang


keras dan diantara tonjolan keras tersebut
www.sealifebase.org / Harsati, David
merupakan lengkungan yang berduri
Nama Indonesia :
Lobster Mutiara Terdapat dua pasang sungut dan sungut kedua
keras, kaku serta panjang
Nama Latin :
Panulirus ornatus
Kaki ada 6 pasang
Nama Perdagangan / Internasional :
Green, Fine Pale Spotted, Zebra legs Terdapat garis melintang putih di badan lobster

Ukuran Tangkap Yang Dibolehkan :


Ukuran panjang total rata-rata 50 cm
Panjang Karapas : > 8 cm
Berat : >500 gram

5 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 6
JENIS DESKRIPSI

Kerangka kepala dan bagian perut berwarna hijau


dan karapas berbentuk hitam

Antena memiliki dua pasang sungut yang satu


di belakang yang lain tanpa duri tajam

Ukuran panjang total maksimum 40 cm dan rata-rata


tidak lebih dari 30 cm
crustiesfroverseas.free.fr / J.POUPIN

Nama Indonesia :
Lobster Bambu

Nama Latin :
Panulirus versicolor (Latreille 1804)

Nama Perdagangan / Internasional :


Spiny Lobsters

Ukuran Layak Tangkap :


Panjang Karapas : > 8 cm
Berat : >500 gram

Spesies ini memiliki badan maksimum 31 cm dengan


rata-rata panjang badan 20-25 cm

Panjang karapaks sekitar 12 cm

Spesies ini mempunyai warna dasar kehijauan atau


kecoklatan dengan dihiasi oleh bintik terang tersebar
FAO
di seluruh permukaan segmen abdomen

Nama Indonesia : Pada bagian kaki terdapat bercak putih


Lobster Pasir

Nama Latin :
Panulirus homarus

Nama Perdagangan / Internasional :


Green scalloped rock lobster

Ukuran Layak Tangkap :


Panjang Karapas : > 8 cm
Berat : >200 gram

7 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
IV. KELOMPOK

KELOMPOK YANG DIANJURKAN DALAM BMP


INI ADALAH KELOMPOK FORMAL.
2. Terdiri dari beberapa atau banyak orang 6. Memiliki kepemimpinan yang baik.
anggota. Idealnya, satu kelompok
7. Mengupayakan kemitraan dengan pihak
beranggotakan 10-25 orang dan apabila
pengorganisasian kelompok sudah kuat, terkait.
jumlah anggota bisa lebih dari 25 orang. Hal-hal yang dapat dilakukan dengan
Pembentukan kelompok hendaknya berasal dari tempat tinggal berdekatan
berkelompok:
agar lebih mudah berkoordinasi, dan atau lokasi penangkapan lobster yang sama 3. Kelompok penangkap lobster didampingi
sehingga memudahkan pengelolaan. oleh pendamping lapangan, contohnya 1. Mendiskusikan kegiatan-kegiatan
Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) dan penangkapan. Apabila mengalami
atau Petugas Teknis Perikanan dari kendala-kendala dalam penangkapan,
pemerintah setempat. maka dalam pertemuan bisa berbagi
Dalam upaya meningkatkan posisi tawar dan masalah dan memecahkannya bersama.
membina kebersamaan untuk menjaga 4. Memiliki kegiatan produktif yang sama,
keberlanjutan usaha penangkapan lobster yang yaitu penangkap lobster. 2. Mendapatkan informasi terkini misalnya
dilakukan, sebaiknya nelayan dapat bergabung saja harga atau teknologi terkini.
5. Mengadakan pertemuan rutin secara
dalam kelompok secara formal, dengan kriteria
berkala, minimal satu kali per bulan. 3. Bisa meningkatkan daya tawar (harga)
sebagai berikut:
lobster terhadap pasar karena penjualan
6. Memiliki kepengurusan yang dipilih secara
1. Mendapatkan pengesahan sesuai dengan secara bersama-sama.

KETUA KELOMPOK
demokratis, keanggotaan kelompok jelas,
aturan yang berlaku berdasarkan tingkatan dan memiliki sistem administrasi 4. Melakukan mediasi konflik yang
kelompok dan dibina oleh Dinas Kelautan dan kelompok. mungkin terjadi dengan pemanfaat
SEBAIKNYA BERASAL NELAYAN ITU SENDIRI Perikanan setempat atau instansi terkait.
perairan yang lain.

9 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 10
V. LEGALITAS USAHA PERIKANAN TANGKAP SEMUA USAHA PERIKANAN TANGKAP DENGAN KAPAL
BERUKURAN LEBIH DARI 5 GT HARUS MEMILIKI SIUP
NO ADMINISTRASI KAPAL > 5GT (SKALA BESAR) KAPAL < 5GT (SKALA KECIL) (SURAT IZIN USAHA PENANGKAPAN).
1 PERIZINAN Mendaftarkan Armada & alat
Perizinan SIUP (Surat Izin Wajib didaftarkan di DKP Tangkap di Dinas Kelautan
3. Jenis Izin dan Persyaratannya 4. Zona Larang Tangkap dan
2 Usaha Perikanan) Provinsi atau Kabupaten dan Perikanan setempat
Perlindungan Jenis Ikan
setempat
a. Kapal ukuran 5 GT ke bawah
Wajib didaftarkan di DKP (nelayan kecil) Hindari melakukan penangkapan di kawasan
SIKPI (Surat Izin Kapal
Pengangkutan Ikan) Provinsi atau Kabupaten konservasi, khususnya zona inti dan zona
Memiliki Bukti Pencatatan Kapal yang
setempat perlindungan lainnya. Tentukan lokasi
permohonannya diajukan kepada Kepala
penangkapan sebelum melaut agar tidak
SIPI (Surat Izin Wajib didaftarkan di DKP Dinas tingkap Kabupaten/Kota, tidak
Penangkapan Ikan) Provinsi atau Kabupaten masuk dalam zona larang tangkap.
dipungut biaya, dan berlaku selama 1
setempat Penangkapan dengan menggunakan Jaring
tahun.
dan Perangkap sering kali ikan target
Melapor ke Syahbandar
3 Rencana & Jadwal Operasi Aparat desa, atau Persyaratan: KTP asli pemilik kapal, bercampur dengan biota yang dilindungi,
Pelabuhan atau otoritas
Penangkapan Kelompok Nelayan
spesifikasi teknis alat tangkap, surat sudah langka, atau terancam punah. Jangan
perizinan setempat
pernyataan mengenai ukuran kapal dan menangkap biota tersebut, dan jika
DKP Setempat, tertangkap secara tidak sengaja (bycatch),
4 Pencatatan Hasil Tangkapan Diserahkan pada pihak sanggup melaporkan hasil tangkapan.
Kelompok Nelayan, atau
(Logbook) berwenang lakukan penanganan sesuai prosedur yang
Disimpan pribadi
Jika menangkap di luar wilayah domisili ada. Biota-biota tersebut antara lain:
administrasi, maka digunakan Bukti
Pencatatan Kapal Andon sebagai izin Semua jenis penyu laut.
tertulis yang berlaku selama 6 bulan. Mamalia laut seperti lumba-lumba,
Semua usaha perikanan tangkap di seluruh 2. Alat Tangkap Perangkap dan Pengurusan legalitas nelayan kecil paus, dan dugong.
wilayah perairan Indonesia harus memiliki Trammel Net serta Lokasi sebaiknya dilakukan oleh kelompok.
legalitas usaha sesuai peraturan yang berlaku. Ikan pari manta dan hiu
Penangkapan
Peraturan terkait penangkapan Lobster di Burung laut
b. Kapal ukuran lebih dari 5 GT ke atas
Indonesia adalah: Alat tangkap Bubu, Jaring Trammel Net, dan Ikan Napoleon
perangkap lainnya dapat melakukan Semua usaha perikanan tangkap dengan
1. Kewenangan Perizinan penangkapan ikan pada jalur penangkapan 0- kapal berukuran lebih dari 5 GT harus Agar tidak melanggar zona penangkapan dan
4 mil di seluruh Wilayah Pengelolaan memiliki SIUP (Surat Izin Usaha biota dilindungi, perhatikan peraturan yang
Penerbitan izin usaha perikanan tangkap Perikanan (WPP) dalam wilayah negara Penangkapan). SIUP berlaku selama ada melalui pertemuan-pertemuan kelompok,
untuk kapal perikanan berukuran di atas 30 Republik Indonesia (Kepmen No. 6/2010 masih melakukan usaha penangkapan ikan petugas penyuluh, dan sosialisasi instansi
GT dan/atau di bawah 30 GT dengan tenaga Tentang Alat Penangkapan Ikan Di Wilayah yang digunakan untuk Perseorangan, terkait.
kerja atau modal asing adalah kewenangan Pengelolaan Perikanan Negara Republik Perusahaan, dan Penanaman Modal
pemerintah, kapal di atas 5 GT sampai 30 GT Indonesia; Permen No. 42/2014 Tentang (Permen Kelautan Perikanan No. 57/2014
adalah kewenangan Pemerintah Propinsi, dan Perubahan Atas Permen No. 2/2011 Tentang Tentang Perubahan Kedua Atas Permen
kapal 5 GT ke bawah adalah kewenangan
Pemerintah Kabupaten/Kota (UU No.
Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Kelautan Perikanan No. 30/2012 Tentang HINDARI MELAKUKAN AKTIVITAS
PENANGKAPAN YANG DAPAT MERUSAK
Alat Penangkapan Ikan Dan Alat Bantu Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah
23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah). Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan
TERUMBU KARANG
Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Perikanan Negara Republik Indonesia). Indonesia).

11 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 12
VI. PERSIAPAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
NO ADMINISTRASI KAPAL > 5GT (SKALA BESAR) KAPAL < 5GT (SKALA KECIL)

1 PERIZINAN Mendaftarkan Armada & alat


Perizinan SIUP (Surat Izin Wajib didaftarkan di DKP Tangkap di Dinas Kelautan
2 Usaha Perikanan) Provinsi atau Kabupaten dan Perikanan setempat
setempat

SIKPI (Surat Izin Kapal Wajib didaftarkan di DKP


Pengangkutan Ikan) Provinsi atau Kabupaten
setempat

SIPI (Surat Izin Wajib didaftarkan di DKP


Penangkapan Ikan) Provinsi atau Kabupaten
setempat

Melapor ke Syahbandar
3 Rencana & Jadwal Operasi Aparat desa, atau
Pelabuhan atau otoritas
Penangkapan Kelompok Nelayan
perizinan setempat

DKP Setempat,
4 Pencatatan Hasil Tangkapan Diserahkan pada pihak
Kelompok Nelayan, atau
(Logbook) berwenang
Disimpan pribadi

B. Perlengkapan Penangkapan
A. Administrasi
Memastikan kebutuhan teknis
Kapal harus dilengkapi dengan dokumen penangkapan tersedia (misal BBM, alat
perizinan yang masih berlaku atau tangkap, keranjang, serbuk kayu/pasir,
terdaftar pada dinas kelautan dan tali pengikat, dan umpan)
perikanan setempat
BEBERAPA MANFAAT MENDAFTARKAN PERAHU Menyiapakan ruang khusus untuk hasil
Dokumen perizinan yang tidak berlaku lagi DAN ALAT TANGKAP PADA INSTANSI TERKAIT : tangkapan yang jauh dari kontaminasi
harus segara diperbaharui kembali bahan lain di atas kapal (BBM, Oli, dll)
1. Membantu pemerintah dalam
Melapor kepada syahbandar pelabuhan melakukan pendataan perahu nelayan Menyiapakan tempat sampah diatas
atau otoritas perizinan setempat tentang dan alat tangkap kapal
rencana jadwal operasi penangkapan
2. Memudahkan bagi pemerintah dalam Memastikan kebutuhan operasi
Menyiapkan logbook untuk mencatat hasil penangkapan tersedia (perbekalan,
menyalurkan bantuan kepada nelayan
tangkapan untuk setiap trip penangkapan kondisi kapal, alat keselamatan, air
3. Membantu pemerintah dalam tawar)
Setelah tiba kembali di pelabuhan, harus
menyerahkan logbook penangkapan menyusun rencana pengelolaan
kepada instansi yang mengurusi data hasil pemanfaatan perikanan
tangkapan.

13 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 14
VII. OPERASIONAL PENANGKAPAN DAN PENANGANAN
B. Jenis Alat Tangkap

Prinsip metode tangkap yang disarankan juga alat tangkap yang bersifat pasif seperti:
dalam BMP adalah tidak merusak habitat atau Krendet, Bubu, dan Tramel net (Jaring tiga
ekosistem serta menjaga kelestarian sumber lapis).
daya lobster. Umumnya ada beberapa alat
tangkap yang biasa dipakai untuk menangkap Masing-masing alat tangkap mempunyai
lobster, ada alat tangkap yang bersifat aktif kelebihan dan kekurangannya sendiri yang
seperti jerat yang di operasikan dengan dapat dilihat pada tabel dibawah :
menyelam (hook with kompresor) dan ada

NAMA ALAT TANGKAP KELEBIHAN KEKURANGAN


Dapat menangkap lobster Membutuhkan tempat yang lebih
dengan jumlah lebih dari besar saat berada di perahu,
krendet karena mempunyai Biaya pembuatannya lebih
ruang perangkap yg lebih mahal dari krendet.
Bubu
besar dari kerendet Apabila bubu tersangkut atau tali
pelampungnya putus dapat
mengakibatkan Ghost Fishing
dan sampah

Dapat mengancam kesehatan


Lebih selektif dari segi
penangkap saat menyelam bila
hasil tangkapan,
dilakukan dengan standar
Jerat Dengan
penyelaman yang baik. Contohnya
Menyelam
menyelam dengan kompresor
tanpa saringan udara.

Biaya pembuatannya Lobster yang ditangkap lebih


lebih murah sedikit daripada bubu karena
Tidak terlalu susah untuk bentuknya yang lebih kecil
dibawa Dapat merusak habitat bila
Krendet tertinggal atau tersangkut dan
tidak diangkat dari perairan,
karena berakibat ghost fishing
dan sampah.

WILAYAH YANG BELUM MEMILIKI A. Lokasi Penangkapan Dapat menangkap lobster Kurang selektif dalam menangkap

PENETAPAN KAWASAN SEBAGAI


dengan jumlah yang karena bukan hanya lobster yang
Memastikan lokasi penangkapan harus lumayan besar karena jaring tertangkap tetapi biota lainnya juga,
LOKASI PENANGKAPAN IKAN SEBAIKNYA sesuai dengan peruntukan pemanfaatan
Trammel Net yang digunakan panjang seperti ikan karang dll.

MENGUPAYAKAN TERBENTUKNYA yang telah ditetapkan oleh pemerintah /


aparat desa / adat.
membentang Juga berakibat buruk bagi habitat

PENETAPAN LOKASI PENANGKAPAN IKAN


apabila tertinggal di perairan karena
bisa menyebabkan ghost fishing.

15 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 16
d. Pelampung : terbuat dari bahan yang
mudah mengapung dan berfungsi
sebagai penandaan lokasi krendet dan
membantu mempertahankan posisi
krendet

Pengoperasian
1. Dioperasikan pada perairan dengan
substrat dasar karang berpasir

2. Waktu pemasangan terbaik pada saat


malam hari (sesuai sifat lobster yang
aktif berberak dan mencari makan pada
malam hari)

3. Metode Pengoperasian :
Perangkap Memasang umpan
Menurunkan alat tangkap
a. Bubu Lipat (Badong) Dioperasikan di wilayah sekitar terumbu B. Krendet Mengangkat alat tangkap
Prinsip penangkapan dengan cara karang Melepaskan lobster dari alat
Prinsip penangkapan memikat lobster
memancing masuk ke dalam bubu yang tangkap
Pemasangan bubu lipat dilakukan saat sore masuk ke dalam krendet menggunakan
diberi umpan dan lobster terjebak di Meletakkan lobster pada wadah
hari mengingat sifat lobster yang aktif umpan lalu membelit tubuh lobster
dalamnya yang sudah disiapkan
pada malam hari (nokturnal) dan sehingga tidak bisa bergerak bebas.
Bentuk bubu lipat yang bisa digunakan penarikan bubu dilakukan saat pagi hari
atau sekitar 14 15 jam Bagian-bagian Krendet :
berbentuk persegi panjang atau oval
Hal hal yang perlu diperhatikan:
a. Badan (body): berbentuk jaring dan
Bubu lipat merupakan jenis bubu yang Metode Pengoperasian
terbuat dari monofilamen dengan Tidak menangkap lobster yang
mudah ditemukan dipasaran, sehingga
1. Pemasangan umpan dipasang pada alat ukuran mata jaring 5,5 inci, berfungsi beukuran kecil atau sedang bertelur.
desain bubu lipat sudah cenderung Jika menemukan lobster dengan
tangkap bubu untuk menjerat lobster dan tempat
seragam, namun bisa juga dibuat sendiri kondisi tersebut maka wajib
pemasangan umpan.
yang disesuaikan dengan kebutuhan dan 2. Meletakkan bubu di lokasi melepaskan kembali keperairan bila
ketersedian bahan. penangkapan, kemudian b. Rangka (Frame): Terbuat dari besi ada yang tertangkap.
berbentuk lingkaran dengan diameter 1
Menggunakan umpan berupa ikan 3. Keesokan harinya mengangkat bubu Melepaskan secara hati-hati lobster
meter, berfungsi untuk membentuk alat
demersal ukuran kecil atau ikan jenis satu demi satu
yang tertangkap agar tidak
tangkap
lainnya yang telah dipotong-potong kecil. menyebabkan cacat pada lobster,
4. Mengeluarkan lobster dari dalam bubu karena akan menyebabkan
c. Tali Pelampung: Terbuat dari tali
Dalam satu armada terdapat 20 25 bubu penurunan harga.
polyethilen diameter 6mmdengan
lipat. 5. Seluruh hasil tangkapan diletakkan
panjang sekitar 15 meter atau Wadah penampungan sementara
pada wadah khusus yang diberi serbuk
Setiap bubu dilengkapi dengan pelampung disesuaikan dengan kedalaman tidak terkena sinar matahari
gergaji atau pasir di atas kapal yang
tanda agar memudahkan proses pencarian. perairan langsung.
tidak terkena sinar matahari.

17 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 18
Trammel Net

Umumnya alat tangkap yang digunakan 3. Penurunan jaring dapat dilakukan oleh
nelayan penangkap lobster di daerah 2 orang nelayan, nelayan biasanya
Pangandaran adalah alat tangkap gillnet akan kembali ke fishing base setelah
monofilamen, gillnet atau jaring sirang ini setting dan akan kembali keesokan
dapat digunakan untuk menangkap ikan harinya untuk mengangkat jaring
maupun lobster. Ukuran ukuran mata (hauling)
jaringnya yang digunakan untuk
4. Pengangkatan jaring dilakukan dengan
menangkap lobster adalah 2-5 inch.
cara menarik jaring melalui tali ris atas
Pengoperasian dan tali ris bawah. Hasil tangkapan
dilepaskan dari jaring bersamaan
1. Penurunan jaring (setting) dilakukan dengan penarikan jaring ke atas
segera setelah sampai di lokasi perahu. Setelah hauling selesai,
penangkapan yang dipilih. nelayan akan kembali menurunkan
jaring untuk diangkat esok harinya.
2. Urutan setting dimulai dengan
penurunan pelampung tanda, tali
selambar, batu pemberat, badan
jaring, batu pemberat 2, selambar, Bubu dan Jaring biasanya untuk menangkap
batu pemberat 2, selambar belakang jenis Lobster Pasir karena habitat pada
dan terakhir pelampung tanda
batu karang, Sedangkan Jerat biasanya
digunakan untuk menangkap Lobster
Mutiara dan Bambu

Handpicking (Caduk dan Jerat)

Nelayan menangkap lobster dengan cara kompresor ban sebaiknya ditambahkan


memancing lobster keluar dari karang, alat penyaring udara yang dapat memfilter
yaitu dengan cara menyinari lobster udara yang dihirup oleh nelayan dari
dengan cahaya senter lalu ditangkap dalam kompresor, sesuai standar
menggunakan tangan dengan bantuan penyelaman yang sehat.
caduk atau jerat.
Untuk mengurangi dampak terhadap
Penangkapan dapat dilakukan sepanjang kesehatan nelayan, sebaiknya alat bantu
hari, namun penangkapan terbaik pada pernafasan yang digunakan dibersihkan
saat malam hari, karena lobster bersifat secara rutin, minimal sebulan sekali serta
nocturnal. melakukan pemeriksaan kesehatan setiap
bulannya.
Menggunakan alat bantu pernafasan,
(tidak disarankan untuk menggunakan
Gambar Alat Tangkap Trammel Net kompresor ban), jika masih menggunakan

19 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 18
PENYELAMAN YANG
DILAKUKAN TANPA TABUNG
UNTUK MENGURANGI DAMPAK TERHADAP KESEHATAN UDARA, SEBAIKNYA
NELAYAN, SEBAIKNYA ALAT BANTU PERNAFASAN YANG MENGGUNAKAN KOMPRESOR
DIGUNAKAN DIBERSIHKAN SECARA RUTIN UDARA YANG DIRANCANG
KHUSUS UNTUK PENYELAMAN. Kompresor ban

Konstruksi Jerat : Metode Pengoperasian : TIDAK DIREKOMENDASIKAN Kompresor

PENYELAMAN DENGAN
listrik
Terdiri dari 2 bagian : Tahap 1 : Berangkat menuju lokasi
1. Tongkat Besi stainless steel (D : 5 penangkapan MENGGUNAKAN KOMPRESOR
BAN, DIKARENAKAN DAPAT
milimeter, panjang sekitar 70 cm) yang Tahap 2 : Persiapan perlengkapan
pada salah satu bagian ujungnya penangkapan
berfungsi sebagai tempat memasang Tahap 3 : Melakukan penyelaman BERAKIBAT FATAL BAGI
kawat besi dan membantu menjangkau Tahap 4 : Lobster yang tertangkap KESEHATAN PENYELAM.
lokasi lobster yang berada di dalam (menggunakan jerat) dilepaskan
terumbu karang
secara perlahan agar tidak
2. Kawat stainless steel terbentuk merusak bagian tubuh
lingkaran (panjang 40 cm) yang Tahap 5 : Memasukkan lobster ke dalam
LAKUKAN PERENCANAAN SERTA PENYELAMAN YANG AMAN DAN SEHAT!
berfungsi untuk menangkap (menjerat) jaring (wadah sementara)
lobster pada bagian kepala atau ekor Tahap 6 : Naik keatas kapal untuk Merencanakan waktu dan kedalaman Penyelaman pertama dilakukan dengan
(Catatan : Bisa juga tidak menggunakan tongkat besi) menyimpan hasil tangkapan penyelaman secara bijaksana tidak melebihi 50 menit
pada wadah di atas kapal
Tergolong alat tangkap aktif yang biasa Penyelaman dilakukan oleh 2 orang atau Penyelaman kedua dilakukan maksimal 30
dioperasikan hanya dalam satu hari Alat bantu penangkapan : Untuk lebih menit dengan kedalaman kurang dari 10
memudahkan saat proses penyelaman, meter
Aktivitas penangkapan dalam sehari bisa Penyelaman dilakukan pada maksimal
maka lobster yang tertangkap dimasukkan
dilakukan 1 2 kali dengan tetap kedalaman 10-15 meter Beristirahat minimal 30-60 menit antara
ke dalam kantong berbentuk jaring dari
memperhatikan kaidah keselamatan penyelaman pertama dan kedua
bahan polyethylene (sebagai tempat Melakukan safety stop pada kedalaman 5
menyelam penampungan sementara hasil tangkapan) meter selama 5-10 menit sebelum naik ke Tidak merusak karang atau mengambil
Daerah penangkapan lobster pada daerah permukaan dengan perlahan-lahan hewan laut lainnya yang bukan menjadi
Dalam satu kantong jaring maksimal berisi
terumbu karang, khususnya pada bagian target tangkapan
3 4 ekor lobster
dasar perairan

Sebisa mungkin untuk tidak merusak


terumbu karang saat melakukan PENGGUNAAN KOMPRESOR BAN TIDAK
DISARANKAN DIKARENAKAN SANGAT
penangkapan

BERBAHAYA BAGI KESEHATAN PENGGUNA

21 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 22
VIII. PENANGANAN DAN PENGEMASAN LOBSTER

B. Penanganan Pasca Tangkap

Bak Penampungan 4. Sebaiknya penampungan diberi sekat

Bak penampungan berfungsi sebagai berdasarkan jenisnya dan ukuran


tempat penyimpanan sementara di darat lobster.

A. Penanganan di atas Perahu sebelum pengiriman


Tinggi air laut dalam bak penampungan
Penanganan lobster yang telah ditangkap Syarat Bak Penampungan yang baik : sekitar 25 30cm, bisa juga menambahkan
dilakukan secara hati-hati agar tubuh lobster ornamen lainya seperti pipa paralon yang
1. Dibuat secara permanen atau
tidak mengalami cacat karena akan disusun berbentuk piramida sebagai
menggunakan fiberglass yang didesain
mempengaruhi harga penjualan tempat berlindung lobster (sifat lobster
khusus.
soliter).

PRINSIP PENANGANAN DAN


Wadah di atas kapal harus diberi penutup
2. Dilengkapi sistem resirkulasi air agar
agar lobster tidak mengalami stress karena Pemberian makanan (ikan rucah, kerang-

PENGEMASAN ADALAH
lobster tetap sehat. kerangan) dilakukan secara teratur setiap
penangkapan dan kekurangan oksigen akibat
harinya. Pemberian ini hanya dapat
AGAR LOBSTER TIDAK
peningkatan suhu di dalam wadah 3. Diletakan dalam ruangan (tidak
penyimpanan. dilakukan apabila penampungan di
terpapar langsung sinar matahari).
MENGALAMI KECACATAN Untuk yang tidak menggunakan perahu dapat
keramba apung.

FISIK DAN STRES YANG mengikuti tahapan di atas.

TINGGI YANG DAPAT PEMBERIAN MAKANAN DI DALAM BAK PENAMPUNGAN


MENYEBABKAN KEMATIAN TIDAK DIPERLUKAN KARENA AKAN MEMBUAT AIR KOTOR
DAN DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN PADA LOBSTER.

23 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 24
PENANGANAN LOBSTER YANG APABILA WILAYAHNYA AMAN DARI GELOMBANG
DAPAT MENGGUNAKAN KERAMBA APUNG SEBAGAI PENGGANTI BAK PENAMPUNGAN.
CONTOH : DI SIMEULUE DAN SINJAY

C. Pengemasan (Packing)

Proses pengemasan harus dilakukan Agar memudahkan ketelusuran produk,


Gambar Bak Penampungan Lobster sesegera dan sehigienis mungkin. maka setiap satu kemasan diberi label yang
memuat, asal produk (asal daerah), berat
Pengemasan yang baik akan menjaga mutu kotor setiap kemasan, berat bersih lobster.
dan harga jual lobster.
Agar proses pengiriman berjalan lancar,
Lobster disortir berdasarkan jenis, berat, sebaiknya pengurusan dokumen balai
dan kelengkapan organ tubuh lobster. karantina ikan dilakukan paling lambat 1-
3 hari sebelum waktu pengiriman
Melakukan pencatatan pengemasan yang
dilakukan.
memuat tanggal pengiriman, jenis,berat
dan jumlah lobster per kemasan. Jumlah berat total wadah pengemasan (es
dan lobster) sangat tergantung pada
Untuk pengiriman melaui udara harus
ukuran wadah (styrofoam) yang digunakan
menggunakan wadah pengemasan
serta aturan pengiriman yang telah berlaku
(styrofoam) yang berstandar.
(lewat udara), standar perbandingan berat
Sedangkan pengiriman melalui darat bisa es dan lobster.
dilakukan dengan packing kering ataupun
menggunakan air yang diberi oksigen.
Gambar Alur Sirkulasi Air Bak Penampungan Lobster

25 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 26
PENGEMASAN YANG SEMAKIN KERING AKAN
MEMBUAT LOBSTER DAPAT BERTAHAN LEBIH LAMA

Berikut ini tahapan pengemasan lobster agar


tetap hidup sampai ditujuan ;
CONTOH :
Tahap pertama ialah perendaman dengan Jika berat lobster dalam
air es untuk membuat lobster pingsan, hal satu wadah 15 kg, maka
jumlah es yang digunakan
ini dilakukan dengan dua tahap, yaitu
3 botol air mineral 600ml
Bahan dan alat packing : tahap pertama lobster direndam kedalam
1. Plastik (pengiriman udara) 5. Serbuk gergaji atau pasir halus yang telah wadah yang berisi air laut dengan suhu 22-
2. Kertas koran dan atau karton bekas dibersihkan dan telah dijemur hingga kering 24C selama 3-5 menit. Tahap kedua, Selanjutnya lobster dibungkus dengan
3. Kain Kering 6. Styrofoam box lobster direndam kembali ke dalam wadah koran bekas dimasukkan ke dalam wadah
4. Botol plastik yang berisi es beku 7. Lakban yang berisi air laut yang bersuhu 13-15C styrofoam yang telah berisi es beku.
selama 3-5 menit (tergantung ukuran
Lobster yang telah dibungkus kemudian
ES YANG DIGUNAKAN DALAM BOTOL BERASAL DARI
dan jenis lobster)
dimasukkan dalam wadah dengan posisi
AIR LAUT YANG DIBEKUKAN AGAR JIKA BOTOL PECAH Setelah lobster pingsan maka lobster
dikeringkan dengan cara di lap kering. Hal
telungkup

AIRNYA TIDAK MEMATIKAN LOBSTER. DAN IKUTI yang perlu diperhatikan saat pengeringan Pada bagian atas sebaiknya diberi
STANDAR DALAM SNI 01-4872.3-2006 ialah bagian dada dan celah kaki jalan tumpukan koran dengan tujuan agar posisi
harus betul-betul kering lobster tidak bergeser selama pengiriman
Pemberian es pendingin jangan terlalu banyak berlangsung
Lobster yang sudah kering kemudian
karena dapat menyebabkan kematian lobster Menutup rapat wadah menggunakan
ditaburi serbuk gergaji atau pasir terutama
akibat suhu yang terlalu dingin! pada bagian dada dan celah kaki jalan lakban

27 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 28
IX. PENCATATAN

Pencatatan bersifat wajib untuk dilakukan oleh setiap nelayan atau


kelompok lobster dan dilakukan setelah melaut

Tujuan Pencatatan antara lain :

Contoh pengemasan lobster dari pemingsanan, pengeringan hingga lobster dibungkus koran. 1. Membantu nelayan dalam mengatur penangkapan yang baik,
agar ketersedian sumberdaya lobster tetap terjaga

2. Membantu nelayan dalam analisa usaha penangkapan

3. Membantu pemerintah dan pihak dalam menysusun pengelolaan


PROSES DARI LOBSTER DIKEMAS HINGGA penangkapan lobster pada masing masing wilayah

TIBA DI TEMPAT TUJUAN AKHIR DIHARAPKAN


TIDAK LEBIH DARI 24 JAM!
Pencatatan dibagi menjadi 2, yaitu pencatatan secara biologi dan produksi
hasil tangkapan
IKUTI STANDAR DALAM SNI 4488.3:2011 Data pencatatan minimal terdiri dari jenis, kondisi lobster yang tertangkap,
waktu dan lokasi penangkapan, biaya penangkapan dan hasil penjualan
lobster, kondisi cuaca dan musim, karakter habitat penangkapan

29 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 30
LAMPIRAN

Format Logbook Secara Biologi :

FORMAT PENGUKURAN PANJANG-BERAT DAN TINGKAT KEMATANGAN GONAD ( TKG )


Tgl Trip / Tempat
Tgl Pencatatan
Penangkapan Pendaratan
% Jumlah Lokasi
Nama Pengepul
Sampling Penangkapan
Nama Lokal
Nama Pencatat Nama Indonesia
Lobster

DATA PENGUKURAN

Nama Spesies :

No. Karapaks Berat Sex No. Karapaks Berat Sex


TKG TKG (J / B)
Lobster (cm) (g) (J / B) Lobster (cm) (g)

Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 32
Format Logbook Secara Produksi :

HAL_____DARI_____
NAMA NELAYAN
NAMA JENIS ALAT
KARAKTERISTIK ALAT TANGKAP OPERASIONAL ALAT TANGKAP PANJANG KAPAL ABK WAKTU PENANGKAPAN
PANJANG (cm) LEBAR (cm) MESH SIZE (cm) JUMLAH HAULING Jumlah Mata Pancing
TANGKAP

Perangkap / Bubu, DAERAH KEBERANGKATAN DAERAH PENDARATAN

Jaring / Krendet

DAERAH PENANGKAPAN LAMANYA OPERASI ALAT TANGKAP JENIS TANGKAPAN JUMLAH (ekor) BERAT (kg) HARGA SATUAN (Rp) HARGA TOTAL (Rp)

*NAMA LOKASI
*KOLOM INI BISA DITAMBAHKAN JIKA
LOKASI LEBIH DARI 2

*NAMA LOKASI
*KOLOM INI BISA
DITAMBAHKAN JIKA LOKASI
LEBIH DARI 2

TANDA TANGAN PETUGAS (ENUMERATOR) kode


NAMA DAN TANDA TANGAN NELAYAN

33 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 34
Bukti Pencatatan Kapal Andon

35 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 36
DAFTAR PUSTAKA PENYUSUN DAN EDITOR BMP TIM PERIKANAN WWF-INDONESIA
Food and Agriculture Organization of the United Station (FAO). 1998. The Living Marine Resources of The Windy Rizki, Capture Fisheries Officer
Western Pacific Volume.2 : Cephalopods, Crustaceans, Holothurians, and Sharks. Virginia, USA. (wputri@wwf.or.id)

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010. Keputusan Menteri No. 6/2010 Tentang Alat Penangkapan Windy Rizki bergabung di WWF-Indonesia sejak bulan Desember 2013, sebelumnya ia
Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta. mengawali karir sebagai Temporary Staff. Windy adalah capture officer yang fokus terhadap
komoditas kepiting bakau dan lobster serta bertanggung jawab untuk pengembangan dan
implementasi Better Management Practices (BMP) kepiting bakau dan lobster di wilayah
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2012. Statistik Perikanan Tangkap Tahun 2011-2012. Jakarta.
dampingan serta percontohan WWF-Indonesia. Windy berhasil menyelesaikan kuliah S1 pada
jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Semarang.
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014. Peraturan Menteri No. 42/2014 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri No. 2/2011 Tentang Jalur Penangkapan Ikan Dan Penempatan Alat Penangkapan Ikan
Dan Alat Bantu Penangkapan Ikan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta. Eddy Hamka, Fisheries Science Asisstant
(edy_maktim@yahoo.com)
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014. Peraturan menteri No. 48/2014 Tentang Log Book
Penangkapan Ikan. Jakarta. Eddy Hamka bergabung di WWF-Indonesia sejak bulan September 2013. Eddy Hamka
bertugas dalam pengumpulan baseline data dan informasi dalam penyusunan Better
Management Practices (BMP) dan pelaksanaan pelatihan di lokasi seluruh site program
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014. Peraturan Menteri No. 36/2014 Tentang Andon Penangkapan perikanan WWF-Indonesia. Telah aktif dalam LSM Yayasan Mattirotasi di Makassar semenjak
Ikan. Jakarta. masa kuliah di Universitas Hasanuddin, Jurusan Perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2014. Peraturan Menteri No. 57/2014 Tentang Perubahan Kedua
Atas Permen Kelautan Perikanan No. 30/2012 Tentang Usaha Perikanan Tangkap Di Wilayah Pengelolaan Davidson Rato Nono, Capture Fisheries Officer
Perikanan Negara Republik Indonesia. Jakarta. (dratonono@wwf.or.id)

Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2013. Laporan Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Davidson Rato Nono menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas
Kelautan dan Perikanan. Jakarta Sam Ratulangi, Sulawesi Utara dalam bidang Biologi Kelautan. Mengawali karir sebagai
Temporary Staff di WWF-Indonesia pada Maret 2013. David bertugas dalam melakukan
penilaian awal terhadap praktik-praktik perikanan tangkap di beberapa lokasi dampingan dan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2015. Peraturan Menteri Nomor 1/2015 Tentang Penangkapan
percontohan di Indonesia dan juga bekerja pada komoditas perikanan seperti siput laut dan
Lobster (Panulirus spp.), Kepiting (Scylla spp.), dan Rajungan (Portunus pelagicus spp.) kerang di Indonesia.

Soekendarsi Eddy, 2013. Jenis-jenis Lobster di Perairan Pangandaran Kabupaten Ciamis. Jawa Barat
Achmad Mustofa, Capture Fisheries Coordinator
(amustofa@wwf.or.id)

Achmad Mustofa bergabung dengan WWF-Indonesia sejak tahun 2010. Sarjana Ilmu Kelautan
Undip Semarang ini aktif di dunia konservasi perikanan dan kelautan semenjak bergabung dengan
Dapatkan Juga Serial Panduan Panduan Praktik Perikanan Tangkap Lainnya, Yaitu : Marine Diving Club Undip (2006-2009) dan Yayasan TAKA Semarang (2009-2010). Menarik sekali
melihat nelayan menangkap tuna sebesar 87 kg hanya dengan pancing ulur, dan menjadi tantangan
1. BMP Perikanan Kerapu - Kakap, Panduan 6. BMP Perikanan Lobster, Panduan tersendiri bagi saya untuk menjaga kelestariannya
Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan.

2. BMP Perikanan Tuna, Panduan Penangkapan 7. BMP Perikanan Kepiting Bakau, Panduan
Abdullah Habibi, Aquaculture and Fisheries Improvement Manager
dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan. (ahabibi@wwf.or.id)
Abdullah Habibi bergabung di WWF-Indonesia sejak tahun 2009, Habib dipercaya sebagai
3. BMP Perikanan Cakalang (Pole And Line), 8. BMP Ikan Baronang - Kakatua, Panduan Fisheries and Aquaculture Improvement Program Manager. Habib bertanggungjawab diantaranya
Panduan Penangkapan dan Penanganan. Penangkapan dan Penanganan. untuk mensupervisi inisiatif untuk mentransformasi praktek perikanan tangkap dan budidaya
sesuai dengan standar Better Management Practices serta sertifikasi ekolabel Marine
4. BMP Penangkapan Udang Ramah 9. BMP Right Based Fisheries Management Stewardship Council dan Aquaculture Stewardship Council. Habib memiliki gelar sarjana dari
Lingkungan ( RBFM ) Jurusan Ilmu Kelautan dari Universitas Diponegoro serta master dari Enviromental Science and
Management dari Southern Cross University di Australia.
5. BMP Perikanan Abalone 10. Mengenali Produk Perikanan Hasil
Destructive Fishing (Bom dan Bius). Muhammad Yusuf, National Coordinator for Fisheries Research and Development
(myusuf@wwf.or.id)

Muhammad Yusuf, menyelesaikan pendidikan S-1 dan S-2 di Universitas Hasanuddin,


Makassar. Gelar Sarjana Perikanan (S.Pi) diperoleh dari program studi Budidaya Perairan, dan
Selain panduan praktik perikanan budidaya, WWF-Indonesia juga menerbitkan panduan lainnya Master Sains (M.Si) dari konsentrasi Manajemen Lingkungan Hidup. Yusuf bergabung di WWF-
Indonesia pada Februari 2009, tugasnya dalam program perikanan WWF-Indonesia adalah
tentang Perikanan Budidaya, Perikanan Tangkapan Sampingan (Bycatch), Wisata Bahari, dan Kawasan pendataan perikanan, capacity building, penyusunan best practices atau panduan terbaik dan
Konservasi Perairan. Untuk keterangan lebih lanjut dan mendapatkan versi elektronik dari seluruh publikasi ilmiah. Sampai saat ini paling tidak sudah 27 panduan terbaik bidang perikanan
tangkap, budidaya dan bycatch telah disusun di bawah koordinasinya.
panduan tersebut, silahkan kunjungi www.wwf.or.id

37 | Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN Better Management Practices | PERIKANAN LOBSTER LAUT - PANDUAN PENANGKAPAN DAN PENANGANAN | 38

Anda mungkin juga menyukai