Assalamualaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT berkat limpahan rahmat
dan karunia-Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang membahas tentang
Autoimmune Disease dari mata kuliah Patologi.
Makalah ini dimaksudkan sebagai penjelasan ringkas dari Autoimmune Disease. Dengan
membaca makalah Autoimmune Disease ini, diharapkan pembaca dapat memahami dan
mengerti tentang sistem pertahanan tubuh dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
sistem kekebalan tubuh.
Dalam penulisan makalah ini, Penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu Penulis sangat mengharapkan masukan dan saran demi
kesempurnaan makalah ini.Demikianlah makalah ini Penulis buat, semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membaca.
Penulis
1.AUTOIMMUNE DISEASE
Penyakit autoimun timbul dari tidak tepat respon kekebalan tubuh terhadap zat dan
jaringan biasanya hadir dalam tubuh. Dengan kata lain, kesalahan sistem kekebalan tubuh
beberapa bagian dari tubuh sebagai patogen dan menyerang sel sendiri. Hal ini dapat
dibatasi tertentu organ (misalnya dalam tiroiditis autoimun ) atau melibatkan jaringan
tertentu di tempat yang berbeda (misalnya penyakit Goodpasture yang dapat
mempengaruhi membran basal baik di paru-paru dan ginjal ). Pengobatan penyakit
autoimun biasanya dengan imunosupresi -obat yang menurunkan respon kekebalan
tubuh.
Kriteria
Untuk penyakit yang dianggap sebagai penyakit autoimun, perlu untuk menjawab itu
Witebsky postulat (pertama kali dirumuskan oleh Ernst Witebsky dan rekan pada tahun
1957 dan dimodifikasi pada tahun 1994):
Klasifikasi
Hal ini dimungkinkan untuk mengklasifikasikan penyakit autoimun menurut jenis yang
sesuai dari hipersensitivitas : tipe II , tipe III , atau tipe IV . (Tidak ada jenis penyakit
autoimun meniru tipe I hipersensitivitas .)
Ada sebuah diskusi on-going tentang kapan penyakit harus dipertimbangkan autoimun,
yang mengarah ke kriteria yang berbeda seperti yang Witebsky postulat .
3. RESPON TUBUH TERHADAP RADANG
Bila sel-sel atau jaringan tubuh mengalami cedera atau mati, selama hospes tetap hidup
ada respon yang menyolok pada jaringan hidup disekitarnya. Respon terhadap cedera ini
dinamakan peradangan. Yang lebih khusus peradangan adalah reaksi vascular yang
hasilnya merupakan pengiriman cairan, zat-zat yang terlarut dan sel-sel dari sirkulasi
darah ke jaringan-jaringan interstitial pada daerah cedera atau nekrosis. Peradangan
sebenarnya adalah gejala yang menguntungkan dan pertahanan, hasilnya adalah
netralisasi dan pembuangan agen penyerang,penghancuran jaringan nekrosis dan
pembentukan keadaan yang dibutuhkan untuk perbaikan dan pemulihan. Reaksi
peradangan itu sebenarnya adalah peristiwa yang dikoordinasi dengan baik yang dinamis
dan kontinue . Untuk menimbulkan reaksi peradangan maka jaringan harus hidup dan
khususnya harus memiliki mikrosirkulasi fungsional. Sehingga dimaksud dengan radang
adalah rangkaian reaksi yang terjadi pada tempat jaringan cedera.
Pada proses peradangan terjadi pelepasan histamine dan zat-zat humoral lain kedalam
cairan jaringan sekitarnya. (Price, 1994)
Proses terjadinya peradangan yakni pada setiap luka pada jaringan akan timbul reaksi
inflamasi atau reaksi vaskuler.Mula-mula terjadi dilatasi lokal dari arteriole dan kapiler
sehingga plasma akan merembes keluar. Selanjutnya cairan edema akan terkumpul di
daerah sekitar luka, kemudian fibrin akan membentuk semacam jala, struktur ini akan
menutupi saluran limfe sehingga penyebaran mikroorganisme dapat dibatasi. Dalam
proses inflamasi juga terjadi phagositosis, mula-mula phagosit membungkus
mikroorganisme, kemudian dimulailah digesti dalam sel. Hal ini akan mengakibatkan
perubahan pH menjadi asam. Selanjutnya akan keluar protease selluler yang akan
menyebabkan lysis leukosit.Setelah itu makrofag mononuclear besar akan tiba di lokasi
infeksi untuk membungkus sisa-sisa leukosit. Dan akhirnya terjadilah pencairan (resolusi)
hasil proses inflamasi lokal. Cairan kaya protein dan sel darah putih yang tertimbun
dalam ruang ekstravaskular sebagai akibat reaksi radang disebut eksudat. Perbedaan
antara Eksudat dan Transudat yaitu, Eksudat adalah cairan radang ekstravaskular dengan
berat jenis tinggi (diatas 1.020) dan seringkali mengandung protein 2-4 mg % serta sel-sel
darah putih yang melakukan emigrasi. Cairan ini tertimbun sebagai akibat permeabilitas
vascular (yang memungkinkan protein plasma dengan molekul besar dapat terlepas),
bertambahnya tekanan hidrostatik intravascular sebagai akibat aliran lokal yang
meningkat pula dan serentetan peristiwa rumit leukosit yang menyebabkan emigrasinya.
Sedangkan Transudat adalah cairan dalam ruang interstitial yang terjadi hanya sebagai
akibat tekanan hidrostatik atau turunnya protein plasma intravascular yang meningkat
(tidak disebabkan proses peradangan/inflamasi). Berat jenis transudat pada umumnya
kurang dari 1.012 yang mencerminkan kandungan protein yang rendah. Contoh transudat
terdapat pada wanita hamil dimana terjadi penekanan dalam cairan tubuh. (Price, 1994)
Infeksi :Masuknya kuman penyakit kedalam tubuh menimbulkan gejala gejala penyakit
Bersifat difus (tersebar)
PENYEBAB RADANG
Jaringan dapat dirusak oleh:
-Infeksi mikroorganisme
-Trauma fisik
-Racun kimiawi
-Racun fisika
v Mediator kimia
1. Amina vasoaktif : histamin dan serotonin
2. Protease plasma : sistem kinin, sistem komplemen dan sistem koagulasi fibrinolitik
3. Metabolit asam arakidonat (AA) : prostaglandin dan leukotrin
4. Produk leukosit : enzim lisosom dan limfokin
5. Macam lainnya : radikal bebas asal oksigen, faktor yang mengaktifkan trombosit (PAC
acether)
RADANG KRONIS
Respon terhadap stimulus yang tidak terlalu kuat tetapi lebih persisten
Disebabkan oleh rangsang yang menetap
Seringkali selama beberapa minggu atau bulan
Menyebabkan infiltrasi mononuklir dan proliferasi fibroblas
Eksudat leukosit disebut monomorfonuklir
Radang kronik dapat Timbul melalui jalan:
1. Menyusul radang akut
2. Respon sejak awal bersifat kronik
Penyebab jejas seringkali memiliki toksisitas rendah dibandingkan penyebab yang
menimbulkan radang akut :
1. Infeksi persisten, oleh mikroorganisme intrasel tertentu (mis. Basil tuberkel, treponema
palidum dan jamur-jamur tertentu)
2. Kontak lama dengan bahan yang tidak dapat hancur (mis. Silika respon radang kronik
silikosis dalam paru)
3. Reaksi imun terhadap jaringan individu sendiri (penyakit auto imun)
Radang kronik ditandai adanya sel sel mononuklir : makrofag, limfosit dan sel
plasma.
Makrofag jaringan:
1. Hepar sel kupffer
2. Limfa dan kelenjar getah bening histiosit sinus
3. Paru paru makrofag alveoler
PEMULIHAN
Nasib reaksi peradangan :
1. Resolusi
2. Perbaikan Regenerasi dan pembentukan parut
3. Organisasi
REGENERASI PARANKIM
Sel tubuh di bagi dalam 3 golongan berdasarkan kemampuan untuk regenerasi
1.sel labil
2.sel stabil
3.sel permanen
SEL LABIL
v Dapat berproliferasi secara terus menerus dan mengganti sel yang lepas atau mati,
melalui proses faali
v Sel epitel permukaan tubuh, seperti epidermis
v Epitel pelapisan rongga mulut, saluran pecernaan dan pernapasan serta saluran
genetalia pria wanita
v Epitel pelapis duktus
v Sel-sel sumsum tulang dan jaingan limfoid,limfa
v Selalu terjadi pergantian sel dalam jaringan tersebut umur masing-masing sel bervariasi
(dari beberapa hari sampai beberapa tahun)
v Sel permukaan akan lepas dan diganti oleh sel cadangan secara berlanjut
SEL STABIL
v Mampu bergenerasi,tetapi dalam keadan normal tidak bertahan banyak secara aktif
v Masa hidupnya dapat bertahun-tahun
v Sel parenkim semua kelenjar tubuh, termaksud hati pankreas kelenjar liur dan
endoktrin,sel tubuli ginjal dan kelenjar kulit.
v Sel parenkim tubuh dan jaringan yang berasal dan mesenkim
v Sel Endotel dan otot Polos.
SEL PERMANEN
v Kerusakan sel berarti kerusakan tetap
v Sel Neuron dan Otot bercorak,serta jantung
v Bila Badan Sel Neuron tidak rusak,sel saraf mampu membentuk serabut Akson(tumbuh
3-4 mm setiap hari)
v NEUROMA AMPUTASI/NEUROMA TRAUMATIK adalah serabut akson yang
tumbuh tidak teratur dan kacau yang membentuk massa serabut yang tidak teratur dan
tidak berfungsi dengan baik.
PEMULIHAN
Terdiri dari penggantian sel mati oleh sel yang hidup
Sel-sel ini dapat berasal dari Parenkim atau stroma jaringan ikat yang terjejas
Pemulihan sel yang mati melibatkan proliferasi jaringan ikat disertai pembentukan
jaringan parut
Pemulihan tulang:
Ketika terjadi Fraktur / patah tulang otomatis akan terjadi perdarahan. Pada akhir proses
koagulasi, bekuan darah akan mengisi daerah diantara kedua ujung tulang yang patah
sehingga terjadi pembentukan jaringan granulasi. Pada hari kedua ketiga akan terbentuk
kondroblas dan osteoblas, dan pada akhir minggu pertama dapat ditemukan adanya
prokalus / kalus sementara atau disebut juga kalus jaringan lunak, yan akan menyebabkan
matriks protein tulang (osteoid) melakukan kalsifikasi progresif pada trabekula osteoid
sehingga pada minggu keempat sampai dengan minggu keenam sudah akan terbentuk
kalus tulang
BENTUK PENYEMBUHAN :
1.Penyembuhan primer
Penyembuhan tujuan pertama
Penyembuhan yang terjadi Bila tepi luka bedah disambung dan dijahit secara rapih
Hari I, Pasca bedah : Luka insisi disambung & dijahit kemudian garis insisi akan segera
terisi bekuan darah dan proses koagulasi (pembekuan darah) menyebabkan permukaan
bekuan mengering dan membentuk kerak
Hari II : Re-epitelialisasi permukaan & pembentukan jembatan, yang disebut jaringan
fibrosa. Reepitelialisasi ini tergantung pada anyaman fibrin yang terbentuk selama proses
koagulasi
Hari III : respon peradangan akut akan berkurang. Neutrofil sebagian besar digantikan
oleh makrofag, yang akan melakukan fagositosis untuk membersihkan tepi luka dari sel
sel yang rusak
Hari V : celah insisi terdiri dari jaringan granulasi yang kaya akan pembuluh darah dan
bersifat longgar. Serabut serabut kolagen dapat ditemukan pada tahap ini
Akhir minggu I : luka akan tertutup oleh eidermis dan celah sub epitel mulai membentuk
serabut kolagen
Selama minggu II : akan tampak adanya proliferasi fibroblas dan pembuluh darah secara
terus menerus, dan menyebabkan terjadinya timbunan serabut kolagen yang progresif.
Pada minggu ini kerangga fibrin sudah lenyap dan jaringan parut akan tampak berwarna
merah cerah, yang menandakan reaksi radang hampir hilang seluruhnya.
Akhir minggu II : struktur jaringan dasar parut telah mantap dan warna jaringan parut
lebih muda, yang disebabkan adanya tekanan pada pembuluh darah, timbunan kolagen
dan peningkatan daya rentang luka
2.Penyembuhan sekunder
Penyembuhan dengan Granulasiatau disebut juga Penyembuhan kedua
Terjadi bila hilangnya jaringan mencegah penyambungan primer
Proses penyembuhan berlangsung lebih lama
Ketika terjadi luka /trauma, dasar dan tepi luka dilapisi oleh jaringan granulasi sehingga
dapat terjadi proliferasi fibroblas dan pembentukan tunas kapiler. Kemudian leukosit
akan membersihkan eksudat dan debris pada area luka dan proses pembentukan jaringan
granulasi terjadi dari tepi ke bagian tengah. Kondisi ini menyebabkan migrasi dan
proliferasi tepi yang berepitel
2. B. LUKA
Kontraksi luka :
Membantu pemulihan cedera yang luas
Semua luka mengecil sehingga ukurannya menjadi separoh dari semula dengan
kecepatan yang sama
Kontraksi disebabkan oleh karena kontraksi sel sel fibroblas dalam jaringan granulasi
sehingga akan lebih banyak eksudat dan sel nekrotik yang harus dibersihkan
Proses kontraksi luka hampir selalu berakibat pembentukan jaringan parus dan
kehilangan fungsi khas (hilangnya apendiks kulit secara menetap : rambut, kelenjar
keringat dan lemak)
2. Pengaruh lokal :
Aliran darah lokal yang adekuat merupakan pengaruh tunggal yang terpenting untuk
menentukan kualitas dan keadekuatan radang - pemulihan
Infeksi pada luka bersih, apapun sebabnya merupakan hambatan yang gawat untuk
pemulihan, sehingga penyembuhan primer terpaksa berubah menjadi penyembuhan
sekunder yang ebrlangsung lebih lambat
Benda asing merupakan agen yang merangsang terjadinya radang dan menghalangi
kesembuhan.
Imobilisasi luka adalah suatu hal yang primer pada patah tulang. Ini juga berguna pada
cedera jaringan lunak yang luas; dengan demikian tidak terjadi perdarahan sekunder
maupun dislokasi jaringan karena gerakan
Lokasi terjadinya jejas dapat mengubah secara bermakna hasil akhir penyembuhan.
Rekonstruksi jaringan hanya mungkin terjadi bila lokasi terkena jejas/trauma terdiri dari
sel sel labil dan stabil. Semua kerusakan sel permanen berakhir dnegan hilangnya sel
sel khusus yang tidak dapat diganti.
Pengembangan terapi
Dalam kedua penyakit autoimun dan inflamasi kondisi muncul melalui reaksi
menyimpang dari sistem kekebalan tubuh manusia adaptif atau bawaan. Dalam autoimun,
sistem kekebalan pasien diaktifkan terhadap protein tubuh sendiri. Pada penyakit
inflamasi, itu adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh, dan sinyal berikutnya
hilir (TNF, IFN, dll), yang menyebabkan masalah. Mitigasi inflamasi dengan aktivasi gen
anti-inflamasi dan penindasan gen inflamasi dalam sel kekebalan tubuh adalah cara yang
menjanjikan terapi baru.
Sebuah minoritas yang cukup besar dari populasi menderita dari penyakit ini, yang sering
kronis, melemahkan, dan mengancam jiwa. Ada lebih dari delapan puluh penyakit yang
disebabkan oleh autoimunitas. Diperkirakan bahwa penyakit autoimun di antara sepuluh
penyebab utama kematian di kalangan perempuan di semua kelompok umur hingga 65
tahun.
DAFTAR PUSTAKA
Robbins, Stanley L.; Kumar, Vinay., 1995, BUKU AJAR PATOLOGI I, edisi 4, EGC,
Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta