PENEPUNGAN TALAS
Disusun oleh:
Andry Setiya P. (151710101005)
Zela Octaviana (151710101032)
Herinda Putri S. (151710101059)
Baruna Eka Putra (151710101095)
Rhama Darmawan (151710101113)
2.1 Talas
Talas kimpul (Xanthosoma sagittifolium) merupakan salah satu umbi-
umbian yang banyak mengandung karbohidrat, vitamin C, thiamin, riboflavin, zat
besi, fosfor, zinc, niacin, potassium, tembaga, mangan dan serat yang sangat
bermanfaat bagi kesehatan. Kandungan karbohidrat yang tinggi (34,2 g/100 g)
sangat memungkinkan talas kimpul dimanfaatkan sebagai bahan baku membuat
tepung. Talas memiliki berbagai nama umum di seluruh dunia, yaitu Taro, Old
cocoyam, Abalong, Taioba, Arvi, Keladi, Satoimo, Tayoba, dan Yu-tao. Tanaman
ini diklasifikasikan sebagai tumbuhan berbiji (Spermatophyta) dengan biji tertutup
(Angiospermae) dan berkeping satu (Monocotyledonae). Taksonomi tumbuhan
talas secara lengkap adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Xanthosoma
Species : Xanthosoma sagittifolium (Koswara, 2014).
Talas berasal dari daerah sekitar India dan Indonesia, yang kemudian
menyebar hingga ke China, Jepang, dan beberapa pulau di Samudra Pasifik.
Pertumbuhan paling baik dari tanaman ini dapat dicapai dengan menanamnya di
daerah yang memiliki ketinggian 0 m hingga 2740 m di atas permukaan laut, suhu
antara 21 270 C, dan curah hujan sebesar 1750 mm per tahun. Bagian yang dapat
dipanen dari talas adalah umbinya, dengan umur panen berkisar antara 6 - 18
bulan dan ditandai dengan daun yang tampak mulai menguning atau mengering.
Talas umumnya tumbuh subur di daerah negara- negara tropis. Bahan
pangan ini memiliki kontribusi dalam menjaga ketahanan pangan di dalam negeri
dan juga berpotensi sebagai barang ekspor yang dapat menghasilkan keuntungan.
Pemasarannya selain dapat dilakukan dalam bentuk segar, juga dapat dilakukan
dalam bentuk umbi beku ataupun umbi kaleng yang memenuhi syarat ukuran
tertentu.
Umbi talas memiliki berbagai macam bentuk yang sangat tergantung dengan
lingkungan tempat tumbuhnya serta varietasnya. Minantyorini dan Hanarida
(2002) melakukan identifikasi dan melakukan klasifikasi terhadap plasma nutfah
berbagai jenis talas.
Molekul sulfit lebih mudah menembus dinding sel mikroba bereaksi dengan
asetaldehid membentuk senyawa yang tidak dapat difermentasi oleh enzim
mikroba, mereduksi ikatan disulfide enzim dan bereaksi dengan keton membentuk
hidrosi sulfonat yang dapat menghambat mekanisme pernapasan (Cahyadi, 2006).
Natrium bisulfit berbentuk serbuk, berwarna putih, larut dalam air, sedikit
larut dalam alkohol, dan berbau khas seperti gas sulfur dioksida, mempunyai rasa
asam dan asin. Pada konsentrasi 200 ppm bahan pengawet ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri, kapang dan khamir (Chichester dan Tanner, 1975)
600C yaitu, pada saat kadar air mencapai 12%. Pengeringan dilakukan selama 6
jam dan biasanya umbi yang dikeringkan tersebut dibolak-balik agar kering
secara merata. Hasil dari pengeringan adalah berupa keripik talas yang kemudian
digiling untuk menghasilkan tepung talas yang seragam dilakukan proses
pengayakan (Novita, 2010)
3.1.2 Bahan
1. Talas
2. Natrium Bisulfit
3. Aquades
3.2 Skema Kerja
Talas
Pengupasan dan
Pencucian
Pemotongan
Penimbangan @
150gr
Blansing selama
5; 10; dan 15 Perendaman Natrium
Bisulfit 150 ppm
selama 5; 10; 15
Penjemuran
hingga kering
Penggilingan
Pengayakan 80
mesh
Pengamatan
parameter
BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN HASIL PERHITUNGAN
4.1.2 Warna
Sample dL da db
B5 1 -6,0 2,2 2,6
2 -6,3 3,3 2,6
3 -6,0 2,6 2,8
B 10 1 -3,9 1,9 3,1
2 -4,2 1,8 3,1
3 -4,0 1,8 2,9
B 15 1 -6,8 1,9 2,6
2 -6,8 2,0 2,5
3 -7,8 2,2 3,0
P5 1 -7,7 2,4 3,8
2 -6,8 1,7 4,0
3 -7,7 2,3 3,6
P 10 1 -8,4 2,4 3,6
2 -8,4 2,4 3,5
3 -8,1 2,3 3,6
P 15 1 -7,7 2,9 3,8
2 -7,9 2,2 3,7
3 -7,8 2,3 3,7
Standar : L = 63,9 a = 3,9 b = 20,4