Anda di halaman 1dari 79

Katalog BPS : 9302002.

1702

/
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

Badan Pusat Statistik


Kabupaten Rejang Lebong
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
KABUPATEN REJANG LEBONG
MENURUT PENGELUARAN 2010 - 2014

ISBN : 978-602-6881-28-1
Nomor Publikasi : 1702.1536

/
Katalog BPS : 9302002.1702

.id
go
Ukuran Buku : 21 x 29,7 cm

s.
Jumlah Halaman : x + 67 halaman
bp
b.
Naskah:
ka

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


ng

Gambar Kulit:
bo

Seksi Neraca Wilayah dan Analisis Statistik


le
ng

Diterbitkan Oleh:
ja

Badan Pusat Statistik Kabupaten Rejang Lebong


re
://
tp
ht

Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya


PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO (PDRB)
KABUPATEN REJANG LEBONG
MENURUT PENGELUARAN 2010 - 2014

Anggota Tim Penyusun:

/
.id
Editor : Ir. Marwansyah

go
s.
Penulis : Nailis Tsiqoh, S.ST.
bp
b.

Pengolah data dan grafik : Nailis Tsiqoh, S.ST.


ka
ng

Pembuat gambar cover : Nailis Tsiqoh, S.ST.


bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht
KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR

Publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Rejang Lebong


Menurut Pengeluaran 2010-2014 merupakan terbitan seri pertama BPS Kabupaten
Rejang Lebong. Publikasi ini disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen
akan keragaman data statistik pada level kabupaten dengan menerapkan System of
National Accounts (SNA) 2008 berdasarkan Tahun Dasar 2010 (2010 = 100).

Publikasi ini memuat tabel-tabel Produk Domestik Regional Bruto menurut

/
.id
pengeluaran, baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan 2010.

go
Selain menyajikan tabel yang berisi nilai nominal, publikasi ini juga menyajikan

s.
angka-angka turunan PDRB lainnya seperti distribusi, indeks perkembangan,
bp
pertumbuhan komponen pengeluaran, dan laju indeks implisit. Penyajian PDRB
b.
menurut pengeluaran dapat memberikan gambaran tentang kondisi perekonomian
ka

Kabupaten Rejang Lebong yang dilihat dari sisi pengeluaran akhir masyarakat atau
ng

pengeluaran dari setiap aktivitas ekonomi yang ada di Kabupaten Rejang Lebong.
bo
le

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut
ng

membantu dalam penyelesaian publikasi ini. Saran dan kritik dari para pengguna
ja

kami harapkan demi penyempurnaan publikasi berikutnya. Semoga publikasi ini


re

dapat bermanfaat dan memenuhi harapan para konsumen data.


://
tp
ht

Curup, November 2015

BPS Kabupaten Rejang Lebong


Kepala,

Ir. Marwansyah

iv
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN KATALOG ii
HALAMAN TIM PENYUSUN iii
KATA PENGANTAR iv
DAFTAR ISI v

/
DAFTAR GAMBAR vii

.id
DAFTAR TABEL viii

go
DAFTAR LAMPIRAN x

s.
bp
b.
BAB I PENDAHULUAN 1
ka

1.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2


ng

1.2. Kegunaan Statistik PDRB 3


bo
le

BAB II METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA 5


ng

2.1. Pengeluaran Konsumsi Akhir Rumah Tangga 6


ja
re

2.2. Pengeluaran Konsumsi Akhir LNPRT 9


://

2.3. Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah 12


tp

2.4. Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) 14


ht

2.5. Perubahan Inventori 19


2.6. Ekspor Impor 22

BAB III TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG 25


3.1. Tinjauan Agregat PDRB Kabupaten Rejang Lebong 26
3.2. Perkembangan Konsumsi Akhir Rumah Tangga 33
3.3. Perkembangan Konsumsi Akhir LNPRT 37

3.4. Perkembangan Konsumsi Akhir Pemerintah 38


3.5. Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto 40

v
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR ISI

3.6. Perkembangan Perubahan Inventori 42


3.7. Perkembangan Ekspor dan Impor 43

BAB IV PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN 46


4.1. PDRB Nominal 47
4.2. Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Terhadap 48
Ekspor
4.3. Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga Terhadap 49
PMTB
4.4. Proporsi Konsumsi Akhir Terhadap PDRB 50
4.5. Perbandingan PDRB Terhadap Impor 51

/
.id
4.6. Neraca Perdagangan (Trade Balance) 51

go
4.7. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) 53

s.
BAB V PENUTUP bp 55
b.
ka

LAMPIRAN TABEL 57
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

vi
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 27


Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010-2014 (Milyar
Rupiah)
Gambar 3.2 Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 29
Menurut Pengeluaran, Kabupaten Rejang Lebong Tahun
2010 2014 (Milyar Rupiah)

/
.id
Gambar 3.3 Perbandingan Pertumbuhan PDRB adh Konstan Provinsi 32
Bengkulu dan Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2011 2014

go
(Persen)

s.
bp
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

vii
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, 27


Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014 (Milyar
Rupiah)

Tabel 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut 28


Pengeluaran, Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014
(Milyar Rupiah)

/
.id
Tabel 3.3 Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Kabupaten 30

go
Rejang Lebong Tahun 2010 2014 (Persen)

s.
Tabel 3.4 Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran, 31
bp
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2011 2014 (Persen)
b.
Tabel 3.5 Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten 32
ka

Rejang Lebong, Tahun 2010 2014


ng

Tabel 3.6 Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga 34


bo

Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 2014


le
ng

Tabel 3.7 Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga 35


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 2014 (Persen)
ja
re

Tabel 3.8 Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah 36


://

Tangga Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2011 2014


tp

(Persen)
ht

Tabel 3.9 Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi 37


Akhir Rumah Tangga Kabupaten Rejang Lebong, Tahun
2010 2014 (Persen)

Tabel 3.10 Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Kabupaten 38


Rejang Lebong, Tahun 2010 2014

Tabel 3.11 Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah 39


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 2014

Tabel 3.12 Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten Rejang 41


Leboong, Tahun 2010 2014

viii
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR TABEL

Tabel 3.13 Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori 42


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 2014

Tabel 3.14 Perkembangan Ekspor dan Impor Kabupaten Rejang 44


Lebong, Tahun 2010 2014

Tabel 4.1 Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita 47


Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014

Tabel 4.2 Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir 48


Rum ah Tangga terhadap Ekspor di Kabupaten Rejang
Lebong Tahun 2010 2014

Tabel 4.3 Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap 49


PMTB Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014

/
.id
Tabel 4.4 Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB 50

go
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014

s.
Tabel 4.5 Rasio PDRB terhadap Impor Kabupaten Rejang Lebong 51
Tahun 2010 2014
bp
b.
ka

Tabel 4.6 Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Kabupaten Rejang 52


Lebong Tahun 2010 2014
ng
bo

Tabel 4.7 Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Rejang 54


Lebong Tahun 2010 2014
le
ng
ja
re
://
tp
ht

ix
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong 58


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Tahun
2010-2014 (Juta Rupiah)

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong 59


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran,
Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

/
.id
Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto 60

go
Kabupaten Rejang Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

s.
Tabel 4. bp
Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto 61
b.
Kabupaten Rejang Lebong Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)
ka
ng

Tabel 5. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten 62


Rejang Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut
bo

Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)


le
ng

Tabel 6. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten 63


Rejang Lebong Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut
ja

Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)


re
://

Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto 64


tp

Kabupaten Rejang Lebong Atas Dasar Harga Berlaku Menurut


ht

Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Tabel 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto 65


Kabupaten Rejang Lebong Atas Dasar Harga Konstan 2010
Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Tabel 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto 66


Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran, Tahun
2010-2014

Tabel 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik 67


Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong Menurut
Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)

x
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
BAB I. PENDAHULUAN

BAB I
PENDAHULUAN 1
1.1 PENGERTIAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu


wilayah/regional dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada
dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam
suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

/
.id
oleh seluruh unit ekonomi.

go
PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang

s.
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun. Sedangkan PDRB atas dasar
bp
harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan
b.
harga pada suatu tahun tertentu sebagai dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat
ka

digunakan untuk melihat pergeseran serta struktur ekonomi. Sedangkan PDRB atas dasar
ng

harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi pada suatu periode ke
bo

periode (tahun ke tahun atau triwulan ke triwulan). Dalam publikasi ini, tahun dasar yang
le

digunakan adalah tahun 2010 yang dipilih karena lebih mencerminkan struktur ekonomi
ng

terkini.
ja
re

Terdapat tiga pendekatan yang biasa digunakan dalam menghitung angka-angka


://

PDRB, yaitu:
tp
ht

a. Menurut Pendekatan Produksi

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan jasa yang
dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu
tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam penyajiannya
dikelompokkan menjadi 17 kategori lapangan usaha yaitu: (1) Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Pengadaan
Listrik dan Gas; (5) Pengadaan Air, Pengolahan Sampah, Limbah dan Daur Ulang; (6)
Konstruksi; (7) Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor; (8)
Transportasi dan Pergudangan; (9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum; (10)
Informasi dan Komunikasi; (11) Jasa Keuangan dan Asuransi; (12) Real Estat; (13) Jasa

2
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB I. PENDAHULUAN

Perusahaan; (14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib;


(15) Jasa Pendidikan; (16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial; dan (17) Jasa lainnya.
Setiap kategori lapangan usaha tersebut dirinci lagi menjadi sub-sub kategori lapangan
usaha.

b. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB menurut pendekatan ini merupakan jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-
faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di suatu negara dalam jangka
waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang dimaksud adalah
upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong
pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini, PDRB mencakup juga

/
.id
penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak atas produksi dan impor dikurangi

go
subsidi).

s.
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran
bp
b.
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: (1) pengeluaran
ka

konsumsi akhir rumah tangga; (2) pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang
ng

melayani rumah tangga; (3) pengeluaran konsumsi akhir pemerintah; (4) pembentukan
bo

modal tetap bruto; (5) perubahan inventori; dan (6) ekspor neto (ekspor dikurangi
le

impor).
ng

Secara konsep ketiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka yang sama.
ja

Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan
re
://

dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang
tp

dihasilkan dengan cara ini disebut sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya
ht

sudah dicakup pajak tak langsung neto.

1.2 KEGUNAAN STATISTIK PDRB

Data pendapatan regional adalah salah satu indikator makro yang dapat
menunjukkan kondisi perekonomian nasional maupun regional setiap tahun. Manfaat yang
dapat diperoleh dari data ini antara lain adalah:

1. PDRB harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang
dihasilkan oleh suatu negara. Nilai PDRB yang besar menunjukkan kemampuan sumber
daya ekonomi yang besar, begitu juga sebaliknya.

3
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB I. PENDAHULUAN

2. PDRB harga konstan (riil) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan
ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke tahun.
3. Distribusi PDRB harga berlaku menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian
atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu negara. Sektor-sektor ekonomi yang
mempunyai peran besar menunjukkan basis perekonomian suatu negara.
4. PDRB harga berlaku menurut pengeluaran menunjukkan produk barang dan jasa
digunakan untuk tujuan konsumsi akhir, investasi dan diperdagangkan dengan pihak
luar negeri.
5. Distribusi PDRB menurut pengeluaran menunjukkan peranan kelembagaan dalam
menggunakan barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai sektor ekonomi.
6. PDRB pengeluaran atas dasar harga konstan bermanfaat untuk mengukur laju

/
.id
pertumbuhan konsumsi akhir, investasi dan perdagangan luar negeri.

go
7. PDRB per kapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per kepala atau per

s.
satu orang penduduk.
bp
8. PDRB per kapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui pertumbuhan riil
b.

ekonomi per kapita penduduk suatu wilayah.


ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

4
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

BAB II
METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

2.1 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

2.1.1 Pendahuluan
Sektor rumah tangga mempunyai peran yang cukup besar dalam perekonomian.
Hal ini tercermin dari besarnya sumbangan konsumsi rumah tangga dalam pembentukan
PDRB pengeluaran. Di samping berperan sebagai konsumen akhir barang dan jasa,
rumahtangga juga berperan sebagai produsen dan penyedia faktor produksi untuk aktivitas

/
.id
produksi yang dilakukan oleh sektor institusi lain.

go
2.1.2 Konsep dan definisi

s.
Pengeluaran konsumsi rumah tangga (PKRT) adalah pengeluaran atas barang dan
bp
jasa oleh rumah tangga untuk tujuan konsumsi. Rumah tangga didefinisikan sebagai
b.

individu atau kelompok individu yang tinggal bersama dalam suatu bangunan tempat
ka

tinggal. Mereka mengumpulkan pendapatan, dapat memiliki harta dan kewajiban, serta
ng

mengkonsumsi barang dan jasa secara bersama-sama, utamanya kelompok makanan dan
bo

perumahan.
le
ng

2.1.3 Cakupan
ja

PKRT mencakup seluruh pengeluaran atas barang dan jasa oleh residen suatu
re

wilayah, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar wilayah domestik suatu region. Jenis-
://
tp

jenis barang dan jasa yang dikonsumsi diklasifikasikan menurut COICOP (Classifications of
ht

Individual Consumption by Purpose) seperti yang direkomendasikan oleh UN (United


Nations), sbb:

1. Makanan dan minuman tidak beralkohol;


2. Minuman beralkohol, tembakau dan narkotika;
3. Pakaian dan alat kaki;
4. Perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar lainnya;
5. Furniture, perlengkapan rumahtangga dan pemeliharaan rutin;
6. Kesehatan;
7. Angkutan;
8. Komunikasi;

6
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

9. Rekreasi/hiburan dan kebudayaan;


10. Pendidikan;
11. Penyediaan makan minum dan penginapan/hotel;
12. Barang dan jasa lainnya.

Namun karena keterbatasan data, maka 12 COICOP tersebut dikelompokkan


kembali manjadi hanya 7 COICOP:
1. Makanan, Minuman, dan Rokok;
2. Pakaian dan Alas Kaki;
3. Perumahan, Perkakas, Perelngkapan dan Penyelenggaraan Rumah Tangga;
4. Kesehatan dan Pendidikan;

/
.id
5. Transportasi, Komunikasi, Rekreasi, dan Budaya;

go
6. Hotel dan Restoran;

s.
7. Lainnya.
bp
Konsumsi rumah tangga mencakup juga hal-hal sbb:
b.

Imputasi jasa persewaan rumah milik sendiri (owner occupied dwellings);


ka
ng

Nilai perkiraan sewa rumah milik sendiri harus diperhitungkan karena rumah tangga
bo

pemilik, dianggap menghasilkan jasa persewaan rumah bagi dirinya sendiri. Imputasi
sewa rumah diperkirakan atas dasar harga pasar, meskipun status rumah tersebut
le
ng

milik sendiri. Apabila rumah tangga benar-benar menyewa, maka yang dihitung
ja

adalah biaya sewa yang dibayar, baik dibayar penuh maupun tidak penuh karena
re

mendapat keringanan biaya (subsidi atau transfer).


://

Barang yang diproduksi dan digunakan sendiri;


tp

Pemberian/hadiah dalam bentuk barang yang diterima dari pihak lain;


ht

Barang dan jasa yang dibeli langsung (direct purchase) oleh residen diluar wilayah
atau diluar negeri (diperlakukan sebagai impor).

Terdapat beberapa catatan yang perlu diketahui berkaitan dengan PKRT ini, yaitu:
Pembelian langsung oleh non-residen, diperlakukan sebagai ekspor dari wilayah
tersebut);
Pembelian barang yang tidak diproduksi kembali (diduplikasi), seperti barang antik,
lukisan, dan hasil karya seni lainnya diperlakukan sebagai investasi atas barang
berharga, bukan konsumsi rumah tangga;

7
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan biaya antara dan pembentukan modal di
dalam aktivitas usaha rumah tangga, tidak termasuk dalam pengeluaran konsumsi
rumah tangga. Contoh, pembelian barang dan jasa untuk keperluan usaha, perbaikan
besar rumah, dan pembelian rumah;
Pengeluaran untuk keperluan transfer baik dalam bentuk uang atau barang, tidak
termasuk sebagai pengeluaran konsumsi rumah tangga;

2.1.4 Penghitungan PKRT Tahunan

i. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PKRT adalah :

/
Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) BPS, dalam bentuk pengeluaran

.id
konsumsi perkapita seminggu untuk kelompok makanan, dan pengeluaran

go
perkapita sebulan untuk kelompok bukan makanan;

s.
Jumlah penduduk pertengahan tahun; bp
b.
Data Sekunder (dari BPS maupun dari luar BPS), dalam bentuk data atau
ka

indikator suplai komoditas dan jenis pengeluaran tertentu;


ng

Indeks Harga Konsumen (IHK).


bo

ii. Metode penghitungan


le
ng

Penghitungan PKRT didasarkan pada hasil Susenas. Akan tetapi, karena hasil
ja

estimasi data pengeluaran rumah tangga yang berasal dari Susenas cenderung
re

underestimate (terutama untuk kelompok bukan makanan dan kelompok


://

makanan jadi), maka perlu dilakukan penyesuaian (adjustment). Dalam melakukan


tp
ht

adjustment, digunakan data sekunder dalam bentuk data atau indikator suplai
dari berbagai sumber data di luar Susenas. Setelah diperoleh hasil adjustment,
maka yang dilakukan adalah mengganti hasil Susenas dengan hasil penghitungan
yang didasarkan pada data sekunder. Penggantian dilakukan pada level
komoditas, kelompok komoditas, atau jenis pengeluaran tertentu. Hal ini
dilakukan karena hasil penghitungan dari data sekunder dianggap lebih
mencerminkan PKRT yang sebenarnya.
Langkah penghitungan di atas menghasilkan besarnya PKRT atas dasar
harga berlaku (ADHB). PKRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010, diperoleh
dengan cara mendeflate PKRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010. Untuk lebih
jelasnya, langkah langkah penghitungan PKRT dapat diringkas sbb:

8
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

1. Estimasi PKRT hasil Susenas:


a. Makanan = pengeluaran konsumsi perkapita seminggu x (30/7) x 12 x
jumlah penduduk pertengahan tahun
b. Bukan makanan = pengeluaran konsumsi perkapita sebulan x 12 x jumlah
penduduk pertengahan tahun
2. Data poin ke 1 dikelompokan menjadi 7 kelompok COICOP, dengan beberapa
komoditas yang mungkin dikontrol secara tersendiri;
3. Terhadap data poin ke 3 dilakukan koreksi dengan menggunakan data
sekunder atau indikator suplai komoditas dari jenis pengeluaran tertentu;
4. Diperoleh nilai PKRT tahun 2010 yang telah di-adjust;
5. Susun Indeks Implisit berdasarkan IHK Kota (Kabupaten/Kota terdekat);

/
.id
6. PKRT adh konstan 2010 diperoleh dengan membagi hasil poin ke 4 dengan

go
hasil poin ke 5.

s.
bp
2.2 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR LNPRT
b.
ka

2.2.1 Pendahuluan
ng

Sektor Lembaga Non-Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) muncul sebagai
bo

sektor tersendiri dalam suatu perekonomian wilayah. Sektor ini berperan dalam
le

menyediakan barang dan jasa bagi anggotanya maupun bagi rumahtangga secara gratis
ng

atau pada tingkat harga yang tidak berarti secara ekonomi. Harga yang tak berarti secara
ja

ekonomi artinya harga tersebut biasanya dibawah harga pasar (tidak mengikuti harga pasar
re

yang berlaku).
://
tp

2.2.2 Konsep dan definisi


ht

LNPRT merupakan bagian dari lembaga non profit (LNP). Sesuai dengan fungsinya,
LNP dibedakan atas LNP yang melayani rumah tangga dan LNP yang melayani bukan
rumahtangga.

Karakteristik unit LNP adalah sbb :

LNP umumnya adalah lembaga formal, tetapi terkadang merupakan lembaga


informal yang keberadaannya diakui oleh masyarakat;
Pengawasan terhadap jalannya organisasi dilakukan oleh anggota terpilih yang punya
hak sama, termasuk hak bicara atas keputusan lembaga;
Setiap anggota mempunyai tanggung jawab tertentu dalam organisasi, dan tidak

9
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

berhak menguasai profit atau surplus, karena profit yang diperoleh dari kegiatan
usaha produktif dikuasai oleh lembaga;
Kebijaksanaan lembaga diputuskan secara kolektif oleh anggota terpilih, dan
kelompok ini berfungsi sebagai pelaksana dari dewan pengurus; dan
Istilah nonprofit tidak berarti bahwa lembaga ini tidak dapat menciptakan surplus
melalui kegiatan produktifnya, namun surplus yang diperoleh biasanya diinvestasikan
kembali pada aktivitas sejenis.

LNPRT merupakan lembaga yang melayani anggotanya atau rumahtangga, serta tidak
dikontrol oleh pemerintah. Anggota dari lembaga yang dimaksud disini adalah yang bukan
berbentuk badan usaha. LNPRT dibedakan atas 7 jenis lembaga, yaitu: Organisasi

/
kemasyarakatan, Organisasi sosial, Organisasi profesi, Perkumpulan sosial/ kebudayaan/

.id
olahraga/hobi, Lembaga swadaya masyarakat, Lembaga keagamaan, dan Organisasi

go
bantuan kemanusiaan/beasiswa.

s.
2.2.3 Cakupan
bp
b.
ka

Nilai PK-LNPRT sama dengan nilai output non-pasar yang dihasilkan LNPRT. Nilai
ng

output non pasar tersebut dihitung berdasarkan nilai seluruh pengeluaran LNPRT dalam
rangka melakukan kegiatan operasionalnya. Pengeluaran yang dimaksud terdiri dari:
bo
le

a. Konsumsi antara, contoh: pembelian alat tulis, barang cetakan, pembayaran listrik,
ng

air, telepon, teleks, faksimili, biaya rapat, seminar, perjamuan, transportasi, bahan
ja

bakar, perjalanan dinas, belanja barang dan jasa lain, sewa gedung, sewa
re

perlengkapan kantor dll;


://
tp

b. Kompensasi tenaga kerja, contoh: upah, gaji, lembur, honor, bonus dan tunjangan
ht

lainnya;
c. Penyusutan;
d. Pajak lainnya atas produksi (dikurangi subsidi), contoh: PBB, STNK, BBN dll.

2.2.4 Penghitungan PK-LNPRT Tahunan

i. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk mengestimasi PK-LNPRT adalah:


Hasil Survei Khusus Lembaga Non-profit (SK-LNP);
Informasi yang diperoleh dari hasil SKLNP adalah rata-rata pengeluaran
menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran;

10
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

Hasil updating direktori LNPRT;


Informasi yang diperoleh dari hasil updating direktori LNPRT adalah jumlah
populasi LNPRT menurut jenis lembaga;
Indeks Harga Konsumen (IHK).

ii. Metode penghitungan

PK-LNPRT diestimasi dengan menggunakan metode langsung, yaitu


menggunakan hasil SKLNP. Tahapan estimasi PK-LNPRT adalah sbb :
Menghitung rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis
pengeluaran (barang dan jasa). Barang dan jasa yang diperoleh secara cuma-
cuma, nilainya diperkirakan sesuai harga pasar yang berlaku. Rata-rata

/
.id
pengeluaran lembaga menurut jenis-nya dihitung dengan rumus sbb :

go
s.
bp
b.
ka

x ij : Rata-rata pengeluaran menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran


ng

xij : PK-LNPRT hasil survei menurut jenis lembaga dan jenis pengeluaran
bo

ni : Jumlah sampel LNPRT menurut jenis lembaga


le

i : Jenis lembaga LNPRT, i = 1, 2, 3, , 7


ng

j : jenis pengeluaran LNPRT, j = 1, 2, 3, , 19


ja

Mengestimasi PK-LNPRT, dengan menggunakan rumusan sbb:


re
://
tp
ht

7 19
X x ij N i
i 1 j 1

X: PK-LNPRT adh Berlaku


N i : Populasi LNPRT menurut jenis lembaga

Hasil penghitungan di atas akan diperoleh besarnya PK-LNPRT atas dasar


harga berlaku (ADHB). PK-LNPRT atas dasar harga konstan (ADHK) 2010,
diperoleh dengan cara mendeflate PK-LNPRT ADHB dengan IHK tahun dasar 2010.

11
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

2.3 PENGELUARAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH

2.3.1 Pendahuluan

Unit pemerintah adalah unit institusi yang dibentuk melalui proses politik, serta
mempunyai kekuasaan di bidang lembaga legislatif, yudikatif maupun eksekutif atas unit
institusi lain yang berada di dalam batas-batas wilayah suatu negara/wilayah. Pemerintah
juga mempunyai berbagai peran dan fungsi lainnya, seperti sebagai penyedia barang dan
jasa bagi kelompok atau individu rumah tangga, sebagai pemungut dan pengelola pajak
atau pendapatan lainnya, berfungsi mendistribusikan pendapatan atau kesejahteraan
melalui aktivitas transfer, serta terlibat di dalam produksi non-pasar.

Dalam suatu perekonomian, unit pemerintah bisa berperan sebagai konsumen

/
.id
maupun produsen, serta sebagai regulator yang menetapkan berbagai kebijakan di bidang

go
fiskal dan moneter. Sebagai konsumen, pemerintah akan melakukan aktivitas konsumsi atas

s.
barang dan jasa akhir. Sedangkan sebagai produsen, pemerintah akan melakukan aktivitas
bp
memproduksi barang dan jasa maupun aktivitas investasi.
b.
ka

2.3.2 Konsep dan Definisi


ng

Besarnya nilai pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) sama dengan nilai
bo

produksi barang dan jasa yang dihasilkan pemerintah untuk dikonsumsi pemerintah itu
le

sendiri. PK-P mencakup pembelian barang dan jasa yang bersifat rutin, pembayaran upah
ng

dan gaji pegawai, transfer sosial dalam bentuk barang, perkiraan penyusutan barang modal,
ja
re

dan nilai output dari Bank Indonesia, dikurangi dengan nilai penjualan barang dan jasa yang
://

dihasilkan unit produksi yang tak dapat dipisahkan dari aktivitas pemerintahan.
tp

Aktivitas unit produksi pemerintah yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas
ht

pemerintahan secara umum, mencakup kegiatan sebagai berikut:

1. Memproduksi barang yang sama atau sejenis dengan barang yang diproduksi oleh
perusahaan. Contoh, aktivitas pencetakan publikasi, kartu pos, reproduksi karya seni,
pembibitan tanaman di kebun percobaan dsb. Aktivitas menjual barang-barang
semacam itu bersifat insidentil dari fungsi pokok unit pemerintah.
2. Memproduksi jasa. Contoh, aktivitas penyelenggaraan rumah sakit, sekolah,
perguruan tinggi, museum, perpustakaan, tempat rekreasi dan penyimpanan hasil
karya seni yang dibiayai oleh pemerintah. Dalam hal ini pemerintah memungut biaya
yang umumnya tidak lebih dari seluruh biaya yang dikeluarkan. Pendapatan yang

12
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

diterima dari aktivitas semacam ini disebut sebagai penerimaan non-komoditi


(pendapatan jasa).

2.3.3 Cakupan

Sektor pemerintahan terdiri dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dalam
melakukan aktivitasnya, unit pemerintah pusat akan mengacu pada dokumen Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sedangkan unit pemerintah daerah (baik Provinsi,
Kabupaten/Kota, maupun Desa) mengacu pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Pemerintah Daerah (APBD).

Pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P) Kabupaten mencakup : (a) PK-


Pemerintah Kabupaten/Kota yang bersangkutan; (b) PK-Pemerintah Provinsi yang

/
.id
merupakan bagian dari pemerintah Kabupaten; (c) PK-Pemerintah Pusat yang merupakan

go
bagian dari pemerintah Kabupaten; (d) PK-Pemerintah Desa/Kelurahan/Nagari yang ada di

s.
wilayah Kabupaten bersangkutan.
bp
b.
2.3.4 Penghitungan PK-P Tahunan
ka

i. Sumber Data
ng

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PK-P Kabupaten Tahunan adalah:
bo

Data realisasi APBN Tahunan (Kemenkeu);


le

Data realisasi APBD Tahunan (Kemenkeu);


ng

Statistik Keuangan Daerah (BPS);


ja
re

Output Bank Indonesia (BI);


://

Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS) dari Kementrian Keuangan serta Indeks Harga
tp

dari BPS.
ht

ii. Metode Penghitungan

a. PK-P Provinsi adh Berlaku


Secara umum, PK-P adh Berlaku dihitung menggunakan rumusan berikut :

PK-P adh Berlaku =


Output non pasar penjualan barang dan jasa + output Bank
Indonesia

13
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

Output non-pasar dihitung dengan pendekatan biaya yg dikeluarkan, yaitu:


belanja pengadaan barang/jasa, bantuan sosial dalam bentuk barang (yg dibeli
dengan harga pasar), belanja pegawai, dan penyusutan.
Untuk level kabupaten, PK-P adh Berlaku, dihitung berdasarkan
penjumlahan dari pengeluaran akhir konsumsi pemerintah Kabupaten itu sendiri +
pengeluaran akhir konsumsi pemerintah provinsi yang menjadi bagian dari
kabupaten yang bersangkutan + pengeluaran pemerintah Pusat yang menjadi
bagian dari Kabupaten yang bersangkutan + pengeluaran akhir seluruh
pemerintah desa/kelurahan/nagari yang ada di wilayah kabupaten tersebut.

b. PK-P Provinsi adh Konstan

/
.id
Pengeluaran konsumsi pemerintah adh Konstan dihitung dengan

go
menggunakan metode deflasi. Deflator yang digunakan adalah Indeks Harga

s.
Perdagangan Besar (IHPB) umum tanpa ekspor, Indeks Upah, Indeks Implisit dari
bp
Produk Domestik Regional Bruto komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto,
b.
Indeks Harga Konsumen (IHK) umum.
ka
ng

2.4 PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO


bo

2.4.1 Pendahuluan
le
ng

Aktivitas investasi merupakan salah satu faktor utama yang akan mempengaruhi
ja

perkembangan ekonomi suatu negara/wilayah. Investasi disini terdiri dari investasi fisik dan
re

investasi finansial. Dalam konteks PDB/PDRB, aktivitas investasi fisik ini tercermin pada
://

komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dan Perubahan Inventori.


tp
ht

PMTB erat kaitannya dengan keberadaan aset tetap (fixed asset) yang dilibatkan
dalam proses produksi. Secara garis besar aset tetap dapat diklasifikasi menurut jenis
barang modal seperti: bangunan dan konstruksi lain, mesin dan perlengkapan, kendaraan,
tumbuhan, ternak, dan barang modal lainnya.

2.4.2 Konsep dan definisi

PMTB didefinisikan sebagai penambahan dan pengurangan aset tetap pada suatu
unit produksi, dalam kurun waktu tertentu. Penambahan barang modal mencakup
pengadaan, pembuatan, pembelian, sewa beli (financial leasing) barang modal baru dari
dalam negeri serta barang modal baru dan bekas dari luar negeri (termasuk perbaikan
besar, transfer atau barter barang modal), dan pertumbuhan aset sumber daya hayati yang

14
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

dibudidaya. Sedangkan pengurangan barang modal mencakup penjualan, transfer atau


barter, dan sewa beli (financial leasing) barang modal bekas pada pihak lain. Pengecualian
kehilangan yang disebabkan oleh bencana alam tidak dicatat sebagai pengurangan.

Barang modal mempunyai usia pakai lebih dari satu tahun, serta akan mengalami
penyusutan sepanjang usia pakainya. Istilah bruto mengindikasikan bahwa di dalamnya
masih mengandung unsur penyusutan. Penyusutan atau konsumsi barang modal
(Consumption of Fixed Capital) menggambarkan penurunan nilai barang modal yang
digunakan dalam proses produksi secara normal selama satu periode.

2.4.3 Cakupan

Dalam penyusunan PDRB, komponen PMTB mencakup:

/
.id
1. Penambahan dikurangi pengurangan aset (harta) baik barang baru maupun

go
barang bekas, seperti bangunan tempat tinggal, bangunan bukan tempat tinggal,

s.
bp
bangunan lainnya, mesin dan perlengkapan, alat transportasi, aset tumbuhan
dan hewan yang dibudidaya (cultivated asset), produk kekayaan intelektual
b.
ka

(intellectual property products), dan sebagai-nya;


ng

2. Biaya alih kepemilikan aset non-finansial yang tidak diproduksi, seperti lahan dan
bo

aset yang dipatenkan;


le

3. Perbaikan besar aset, yang bertujuan meningkatkan kapasitas produksi dan usia
ng

pakainya (seperti overhaul mesin produksi, reklamasi pantai, pembukaan,


ja

pengeringan dan pengairan hutan, serta pencegahan banjir dan erosi).


re
://

2.4.4 Penghitungan PMTB Tahunan


tp

i. Sumber data
ht

Data dasar yang digunakan untuk menghitung PMTB Kabupaten Tahunan adalah:
Output industri konstruksi hasil penghitungan PDRB menurut industri
konstruksi dari BPS Prov/Kab/Kota;
Laporan keuangan perusahaan;
Publikasi Statistik Industri Besar dan Sedang.
IHPB dari Statistik Harga Perdagangan Besar;
Publikasi Statistik Pertambangan dan Penggalian (migas dan non-migas);
Publikasi Statistik Listrik, Gas & Air Minum;
Publikasi Statistik Konstruksi;

15
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

Data Eksplorasi Mineral dari Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM);
Statistik Peternakan, Dinas Peternakan dan Perikanan.

ii. Metode penghitungan

Penghitungan PMTB dapat dilakukan melalui metode langsung maupun


tidak langsung, tergantung pada ketersediaan data yang mungkin diperoleh di
wilayah masing-masing. Pendekatan langsung adalah dengan cara menghitung
pembentukan modal (harta tetap) yang dilakukan oleh berbagai sektor ekonomi
(produsen) secara langsung. Sedangkan pendekatan tidak langsung adalah
dengan menghitung berdasarkan alokasi dari total penyediaan produk (barang

/
.id
dan jasa) yang menjadi barang modal di berbagai industri, atau disebut sebagai

go
pendekatan arus komoditas. Dalam hal ini penyediaan atau supply dari barang

s.
modal dapat berasal dari produksi dalam negeri (domestik) maupun dari produk
luar negeri (impor). bp
b.
a. Pendekatan Langsung
ka
ng

Penghitungan PMTB secara langsung dilakukan dengan cara menjumlahkan


bo

seluruh nilai PMTB yang terjadi di setiap industri (lapangan usaha). Barang modal
tersebut dinilai atas dasar harga (adh) pembelian, di dalamnya sudah termasuk
le
ng

biaya-biaya yang dikeluarkan, seperti biaya transportasi, biaya instalasi, pajak-


ja

pajak, serta biaya lain yang terkait dengan pengadaan barang modal tersebut.
re

Bagi barang modal yang berasal dari impor di dalamnya termasuk bea masuk dan
://

pajak-pajak yang terkait dengan pengadaan atau alih kepemilikan barang modal
tp

tersebut.
ht

Pada dasarnya data untuk penghitungan PMTB secara langsung dapat


diperoleh dari laporan keuangan perusahaan. Data yang tersedia meliputi
informasi/data tentang perubahan atas aset tetap (PMTB) yang dinilai adh berlaku
atau harga pembelian (perolehan). Untuk memperoleh nilai PMTB adh Konstan,
maka PMTB adh Berlaku tersebut di deflate (dibagi) dengan indeks harga
perdagangan besar (IHPB) yang sesuai dengan kelompok barang modal.

16
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

b. Pendekatan Tidak Langsung

Penghitungan PMTB dengan cara tidak langsung, disebut sebagai


pendekatan arus komoditas (commodity flow approach). Pendekatan ini dilakukan
dengan cara menghitung nilai penyediaan produk barang yang dihasilkan oleh
berbagai industri (supply), yang kemudian sebagian di antaranya dialokasi menjadi
barang modal. Penghitungan PMTB dalam bentuk bangunan, dilakukan dengan
menggunakan rasio tertentu dari nilai output industri konstruksi, baik adh Berlaku
maupun adh Konstan.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
lainnya dibedakan atas barang modal yang berasal dari produksi domestik, dan

/
.id
yang berasal dari impor. Untuk barang modal domestik, dapat diperoleh dengan

go
dua cara. Pertama, dengan mengalokasi output mesin, alat angkutan dan barang

s.
modal lain yang menjadi pembentukan modal. Nilai tersebut masih harus
bp
ditambah dengan biaya angkut dan margin perdagangan, sehingga diperoleh
b.
PMTB adh Berlaku. Untuk memperoleh nilai adh Konstan adalah dengan men-
ka

deflate PMTB (adh Berlaku) dengan IHPB yang sesuai dengan jenis barang modal.
ng

Pendekatan ke dua, yang harus dilakukan bila data output tidak tersedia
bo

adalah dengan cara ekstrapolasi atau mengalikan PMTB adh Konstan dengan
le

indeks produksi jenis barang modal yang sesuai. Untuk itu penghitungan PMTB
ng

diawali dengan menghitung PMTB adh Konstan terlebih dahulu. Selanjutnya untuk
ja
re

memperoleh PMTB adh Berlaku, nilai PMTB adh Konstan tersebut di


://

reflate(dikalikan) dengan indeks harga masing-masing jenis barang modal yang


tp

sesuai (sebagai inflator). Hal ini mensyaratkan bahwa PMTB adh Konstan di tahun-
ht

tahun sebelumnya sudah tersedia secara lengkap.

Penghitungan PMTB dalam bentuk mesin, alat angkutan dan barang modal
lain yang berasal dari impor, dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara:

(1) Pertama, PMTB adh Berlaku diperoleh dari total nilai barang impor.
Selanjutnya, barang modal tersebut dirinci menurut kelompok utama seperti
mesin-mesin, alat angkutan dan barang modal lain. Apabila rician tersebut
tidak tersedia dapat digunakan rasio tertentu sebagai alokator (barang modal
impor kode HS 2 digit).

17
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

(2) Kedua, untuk memperoleh PMTB adh Konstan adalah dengan cara
mendeflate PMTB adh Berlaku dengan menggunakan indeks harga yang
sesuai.

PMTB adh Berlaku untuk barang modal tak-berwujud seperti eksplorasi


mineral, dihitung dengan cara mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan
terbuka di bidang industri pertambangan. Dengan menggunakan data panel,
pertumbuhan adh Berlaku dari aktivitas pertambangan itu menjadi pengali nilai
eksplorasi mineral pada periode sebelumnya. Sedangkan PMTB adh Konstan-nya
diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit dari PDRB
industri pertambangan. Selain itu, data dari ESDM dan BP Migas diharapkan

/
menjadi dasar atau data kontrol untuk data tahunan-nya.

.id
go
Untuk perangkat lunak, PMTB adh Berlaku diperoleh dengan cara

s.
mengumpulkan data laporan keuangan perusahaan terbuka di bidang software.
bp
Untuk adh Konstan diperoleh dengan men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks
b.
implisit industri jasa perusahaan.
ka

Penghitungan PMTB hasil karya hiburan, sastra, dan seni original


ng

(entertainment, literary, or artistic original products), data dikumpulkan adalah


bo

nilai sinetron dan program acara televisi yang dapat dibuat. Sedangkan data
le

impor film diperoleh dari nilai impor film. PMTB adh Konstan-nya diperoleh
ng

dengan cara men-deflate nilai adh Berlaku dengan indeks implisit industri jasa
ja
re

hiburan dan IHPB barang impor.


://

Terdapat beberapa permasalahan yang terjadi dalam penghitungan PMTB


tp

melalui pendekatan tak-langsung (arus komoditas), yaitu:


ht

Rasio penggunaan output industri yang menjadi barang modal cenderung


statis. Untuk memperbaiki diperlukan survei dalam skala yang besar.
Nilai margin perdagangan dan angkutan (Trade and Transport Margin) sulit
diperoleh.
Selang (Lag) waktu antara data tahun pengukuran (referensi) dengan data
publikasi yang diperoleh dari sumber data tertentu, terlalu lama.

18
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

2.5 PERUBAHAN INVENTORI

2.5.1 Pendahuluan

Dalam aktivitas ekonomi, inventori berfungsi sebagai salah satu komponen yang
dibutuhkan untuk keberlangsungan proses produksi, di samping tenaga kerja dan barang
modal.

Dalam PDB/PDRB, komponen Perubahan Inventori merupakan bagian dari


Pembentukan Modal Bruto, atau yang lebih dikenal sebagai investasi fisik yang terjadi pada
kurun waktu tertentu di dalam suatu wilayah. Perubahan inventori menggambarkan bagian
dari investasi yang direalisasikan dalam bentuk barang jadi, barang setengah jadi, serta
bahan baku dan bahan penolong pada satu periode tertentu. Ketersediaan data perubahan

/
.id
inventori menjadi penting untuk memenuhi kebutuhan analisis tentang aktivitas investasi.

go
s.
2.5.2 Konsep dan definisi
bp
Pengertian sederhana dari inventori (persediaan) adalah barang yang dikuasai oleh
b.
produsen untuk tujuan diolah lebih lanjut (intermediate consumption) menjadi barang
ka

dalam bentuk lain, yang punya nilai ekonomi maupun nilai manfaat yang lebih tinggi.
ng

Termasuk dalam pengertian ini adalah barang yang masih dalam proses pengerjaan (work
bo

in progress), serta barang jadi yang belum dipasarkan dan masih dikuasai oleh pihak
le

produsen.
ng
ja

Perubahan inventori adalah selisih antara nilai inventori pada akhir periode akuntansi
re

dengan nilai inventori pada awal periode akuntansi. Perubahan inventori menjelaskan
://

tentang perubahan posisi barang inventori, yang dapat bermakna pertambahan (tanda
tp

positif) atau pengurangan (bertanda negatif).


ht

Bagi produsen, keberadaan inventori diperlukan untuk menjaga kelangsungan proses


produksi, sehingga perlu pencadangan baik dalam bentuk bahan baku atau bahan
penolong. Ketidakpastian yang disebabkan pengaruh eksternal juga menjadi faktor
pertimbangan bagi pengusaha untuk melakukan pencadangan (khususnya bahan baku).
Bagi pedagang, pengadaan inventori lebih dipengaruhi oleh unsur spekulatif dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar. Sedangkan bagi pemerintah,
kebijakan pencadangan khususnya komoditas strategis utamanya ditujukan untuk menjaga
stabilitas ekonomi, politik dan sosial. Karena menyangkut kepentingan masyarakat luas
(publik), maka perlu ada pencadangan untuk beberapa komoditas bahan pokok seperti

19
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

beras, terigu, minyak goreng dan gula pasir. Bagi rumah tangga pengadaan inventori lebih
ditujukan untuk kemudahan dalam mengatur perilaku konsumsinya saja.

2.5.3 Cakupan

Inventori dapat diklasifikasikan menurut jenis barang adalah sbb :

a. Inventori menurut industri, seperti produk atau hasil perkebunan, kehutanan,


perikanan, pertambangan, industri pengolahan, gas kota, air bersih, serta
konstruksi;
b. Berbagai jenis bahan baku dan penolong (material and supplies), yaitu semua
bahan, komponen atau persediaan untuk diproses lebih lanjut menjadi barang
jadi;

/
.id
c. Barang jadi, yaitu barang yang telah diproses tetapi belum terjual atau belum

go
digunakan, termasuk barang yang dijual dalam bentuk yang sama seperti pada

s.
waktu dibeli;
bp
d. Barang setengah jadi, yaitu barang-barang yang sebagian telah diolah atau belum
b.

selesai (tidak termasuk konstruksi yang belum selesai).


ka

e. Barang dagangan yang masih dikuasai oleh pedagang besar maupun pedagang
ng

eceran untuk tujuan dijual;


bo

f. Ternak untuk tujuan dipotong;


le

g. Pengadaan barang oleh pedagang untuk tujuan dijual atau dipakai sebagai bahan
ng

bakar atau persediaan; dan


ja
re

h. Persediaan pada pemerintah, yang mencakup barang strategis seperti beras,


://

kedelai, gula pasir, dan gandum.


tp
ht

2.5.4 Penghitungan Perubahan Inventori Tahunan

i. Sumber data

Sumber data yang digunakan untuk penghitungan komponen perubahan inventori


adalah :
Laporan keuangan perusahaan-perusahaan terkait dari survei atau dari
mengunduh website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id);
Laporan Keuangan Perusahaan BUMN/BUMD;
Data komoditas pertambangan dari publikasi statistik pertambangan dan
penggalian;
Data Inventori Publikasi Tahunan Industri Besar Sedang;

20
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

Data komoditas perkebunan;


Indeks harga implisit PDRB industri terpilih;
Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) terpilih;
Data eksternal lain, seperti data persediaan beras dari Bulog, data semen dari
Asosiasi Semen Indonesia (ASI), gula dari Dewan Gula Indonesia (DGI), dan
ternak dari Dinas Peternakan dan Perikanan.

ii. Metode Penghitungan

Terdapat 2 metode yang digunakan dalam penghitungan komponen


perubahan inventori, yaitu pendekatan langsung dan pendekatan tidak langsung.
Pendekatan langsung adalah pendekatan dari sisi korporasi, sedangkan

/
.id
pendekatan tidak langsung adalah pendekatan dari sisi komoditas.

go
Di lihat dari sisi manfaatnya, pendekatan secara langsung menghasilkan

s.
data yang relatif lebih baik dibanding dengan pendekatan tidak langsung.
bp
Pendekatan komoditas hanya dapat dilakukan jika data posisi inventori tersedia
b.

secara rinci dan berkesinambungan.


ka
ng

a. Pendekatan Langsung
bo

Dengan menggunakan pendekatan langsung, akan diperoleh nilai posisi


le

inventori di suatu waktu tertentu (umumnya di akhir tahun). Sumber data utama
ng

adalah laporan neraca akhir tahun (balance sheet) perusahaan. Untuk


ja

memperoleh nilai perubahan inventori adh berlaku, diperlukan data inventori di


re

tahun yang berurutan. Langkah penghitungan inventori dari laporan keuangan,


://
tp

adalah sbb:
ht

Menghitung posisi inventori adh Konstan, dengan cara men-deflate stok awal
dan akhir dengan IHPB akhir tahun;
Menghitung perubahan inventori adh Konstan dengan mengurangkan posisi di
tahun berjalan dengan di tahun sebelumnya; dan
Menghitung perubahan inventori adh Berlaku dengan meng-inflate perubahan
inventori adh Konstan dengan IHPB rata-rata tahunan.

b. Pendekatan Tidak Langsung

Pendekatan tidak langsung disebut juga dengan pendekatan arus komoditas


(commodity flow). Data utama yang digunakan adalah data volume dan harga

21
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

masing-masing barang inventori. Nilai perubahan barang inventori adh Berlaku


diperoleh dengan cara menghitung perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan rata-rata harga pembelian, atau harga penjualan bila data harga
pembelian tidak tersedia. Perubahan barang inventori adh Konstan dihitung
dengan: (a) men-deflate nilai perubahan inventori adh Berlaku dengan indeks
harga yang sesuai, (b) mengalikan perubahan volume stok akhir dan stok awal
dikalikan dengan harga barang di tahun dasar.

Keterbatasan dan masalah yang dihadapi di dalam menghitung


komponen Perubahan Inventori adalah bahwa :

Data inventori yang dibutuhkan adalah dalam bentuk posisi atau pada satu

/
.id
saat untuk periode waktu yang berurutan;

go
Tidak seluruh komoditas inventori tersedia data volume dan harganya;

s.
Data perubahan inventori yang tersedia dalam bentuk volume umumnya tidak
bp
disertai data harganya. Jika data harga inventori tidak tersedia, maka dapat
b.
diasumsikan indeks harga komoditas inventori mengikuti indeks implisit PDRB
ka

yang sesuai;
ng

Diperlukan adjustment dengan cara mark-up, guna melengkapi estimasi untuk


bo

industri yang datanya tidak tersedia;


le
ng

2.6 EKSPOR IMPOR


ja
re

2.6.1 Pendahuluan
://
tp

Aktivitas ekspor-impor dalam suatu wilayah diyakini telah terjadi sejak lama, bahkan
ht

sebelum wilayah itu ditetapkan sebagai wilayah pemerintah. Ragam barang dan jasa yang
diproduksi serta disparitas harga, menjadi faktor utama munculnya aktivitas ekspor impor.
Daerah yang tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri berusaha mendatangkan dari
daerah atau bahkan negara lain. Di sisi lain, daerah yang memproduksi barang dan jasa
melebihi dari kebutuhan domestik, terdorong untuk memperluas pasar ke luar daerah atau
bahkan ke luar negeri.

Seiring perkembangan zaman, aktivitas produksi dan permintaan masyarakat atas


barang dan jasa semakin meningkat dan beragam. Kemajuan di bidang transportasi dan
komunikasi juga turut memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Kondisi tersebut
semakin mendorong aktivitas ekspor-impor di suatu wilayah menjadi semakin berkembang.

22
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

2.6.2 Konsep dan definisi

Ekspor-impor di suatu wilayah didefiniskan sebagai alih kepemilikan ekonomi (baik


penjualan/pembelian, barter, hadiah ataupun hibah) atas barang dan jasa antara residen
wilayah tersebut dengan non-residen yang berada di luar wilayah tersebut.

2.6.3 Cakupan

Ekspor-Impor pada suatu wilayah terdiri dari:

a. Ekspor/impor barang dari/ke Luar Negeri ke/dari kabupaten tersebut;


b. Ekspor/impor jasa dari/ke Luar Negeri ke/dari kabupaten tersebut;
Cakupan jasa meliputi jasa pengangkutan, asuransi, komunikasi, pariwisata, dan

/
jasa lainnya.

.id
c. Net Ekspor antar daerah (ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah).

go
s.
2.6.4 Penghitungan Ekspor-Impor Tahunan

i. Sumber data
bp
b.
ka

Sumber data yang digunakan untuk penghingan komponen ekspor impor adalah:
Data Statistik Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dari BPS (dalam US$);
ng

Data Statistik Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dari BPS (dalam US$);
bo

Neraca Pembayaran Indonesia dari BI;


le
ng

Laporan Simopel, yaitu laporan (bulanan) bongkar muat barang di pelabuhan;


ja

Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk kabupaten/kota di jembatan


re

timbang;
://

Informasi lalu-lintas barang yang keluar-masuk kabupaten/kota dari hasil


tp

survei;
ht

Kurs transaksi rata-rata tertimbang dari Bank Indonesia.

ii. Metode Penghitungan

Ekspor-Impor barang luar negeri dinilai menurut harga free on board (fob)
dalam US$. Penghitungan ekspor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan
nilai barang (sesuai PEB) dengan kurs transaksi beli rata-rata tertimbang.
Sedangkan Impor barang luar negeri dilakukan dengan mengalikan nilai barang
(sesuai PIB) dengan kurs transaksi jual rata-rata tertimbang. Nilai ekspor-impor
jasa berasal dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia. Disamping itu nilai ekspor-impor tersebut masih ditambah/dikurangi
dengan nilai pembelian langsung (direct purchase) dan transaksi yang tidak

23
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB II. METODE ESTIMASI DAN SUMBER DATA

terdokumentasi (undocumented transaction) baik oleh residen maupun non


residen. Sedangkan net ekspor antar wilayah merupakan nilai sisa (residu) antara
PDRB lapangan usaha dengan PDRB pengeluaran.

/
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

24
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

BAB III
TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Perubahan struktur ekonomi Kabupaten Rejang Lebong akibat proses


pembangunan ekonomi yang terjadi pada periode 2010 sampai dengan 2014, tidak terlepas
dari dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal lebih dipengaruhi oleh
perkembangan maupun perubahan perilaku masing-masing komponen pengeluaran akhir.
Sedangkan faktor eksternal banyak dipengaruhi oleh perubahan teknologi dan struktur
perdagangan global sebagai akibat peningkatan perdagangan internasional.

/
.id
Data yang ada menunjukan bahwa setiap komponen pengeluaran mempunyai

go
perilaku yang berbeda sesuai dengan tujuannya. Sebagian besar produk atau barang dan

s.
jasa yang tersedia di wilayah domestik Kabupaten Rejang Lebong digunakan untuk
bp
memenuhi permintaan konsumsi akhir (Rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah). Sebagian
b.
lagi digunakan untuk investasi fisik (dalam bentuk PMTB dan perubahan inventori). Untuk
ka

lebih jelasnya, perilaku masing-masing komponen pengeluaran itu akan diuraikan pada
ng

bagian berikut.
bo
le

3.1 TINJAUAN AGREGAT PDRB KABUPATEN REJANG LEBONG


ng

Kondisi perekonomian Kabupaten Rejang Lebong menunjukkan tanda peningkatan


ja
re

yang terlihat dari nilai agregat PDRB yang terus meningkat dan pertumbuhan ekonomi yang
://

terus menunjukkan arah positif. Peningkatan ekonomi tersebut digambarkan melalui nilai
tp

PDRB ADHB dan ADHK, serta pertumbuhan pada total PDRB.


ht

Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dari peningkatan nilai agregat PDRB


merupakan salah satu ukuran dalam pencapaian program pembangunan yang dilaksanakan
khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan tersebut merupakan agregat dari
pertumbuhan pada setiap sektor ekonomi. Bagi pemerintah daerah, indikator ini sangat
dibutuhkan untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan yang telah dicapai serta
bermanfaat untuk menentukan arah pembangunan pada masa yang akan datang.

26
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.1. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2010-2014 (Milyar Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 2 409,61 2 746,73 3 094,77 3 490,96 3 952,07

2. Konsumsi LNPRT 87,56 96,10 104,41 115,38 136,53

3. Konsumsi Pemerintah 525,00 574,22 625,03 689,18 771,39

4. PMTB 1 358,06 1 489,08 1 704,70 1 938,22 2 150,71

5. Perubahan Inventori 62,47 79,97 100,31 119,45 142,14

/
.id
6. Ekspor 1 451,56 1 702,57 1 999,81 2 206,36 2 411,92

go
7. Impor 2 155,28 2 426,05 2 840,50 3 214,72 3 629,65

s.
P D R B (1+2+3+4+5+6-7) 3 738,97 4 262,62
bp 4 788,52 5 344,83 5 935,12
b.
* Angka sementara
ka

** Angka sangat sementara


ng

Nilai PDRB Kabupaten Rejang Lebong (adh Berlaku) selama periode tahun 2010
bo

sampai dengan 2014 menunjukkan peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Peningkatan
le

nilai tersebut dipengaruhi oleh adanya perubahan harga dan juga perubahan volume
ng

barang dan jasa yang dikonsumsi. Pada tahun 2014, PDRB Kabupaten Rejang Lebong (adh
ja

Berlaku) tercatat sebesar 5.935,12 milyar rupiah sedangkan pada tahun 2010 hanya sebesar
re

3.738,97 milyar rupiah atau telah meningkat 58,74 persen dibanding PDRB Kabupaten
://
tp

Rejang Lebong tahun 2010.


ht

Gambar 3.1 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2010-2014 (Milyar Rupiah)

27
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.2. PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2010-2014 (Milyar Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 2 409,61 2 555,74 2 712,09 2 872,22 3 043,78

2. Konsumsi LNPRT 87,56 91,74 96,99 101,33 115,77

3. Konsumsi Pemerintah 525,00 547,74 569,40 594,98 637,36

4. PMTB 1 358,06 1 445,74 1 561,55 1 683,26 1 816,15

5. Perubahan Inventori 62,47 71,92 76,03 77,16 88,96

/
.id
6. Ekspor 1 451,56 1 587,88 1 695,13 1 820,73 1 942,75

go
7. Impor 2 155,28 2 302,38 2 449,95 2 634,58 2 893,37

s.
P D R B (1+2+3+4+5+6-7) 3 738,97 3 998,38bp 4 261,23 4 515,10 4 751,39
b.
* Angka sementara
ka

** Angka sangat sementara


ng

Selain dinilai atas dasar harga (adh) Berlaku, PDRB menurut pengeluaran juga dinilai
bo

adh Konstan 2010 atau produk dinilai dengan harga pada tahun 2010. Melalui pendekatan
le

penghitungan adh konstan, PDRB pada masing-masing tahun dapat memberikan gambaran
ng

tentang perubahan PDRB secara volume atau secara kuantitas saja (tanpa ada pengaruh
ja
re

perubahan harga). PDRB komponen pengeluaran adh Konstan menggambarkan perubahan


://

atau pertumbuhan ekonomi secara riil, utamanya berkaitan dengan peningkatan volume
tp

konsumsi akhir. Selama kurun waktu 20102014, gambaran tentang perkembangan


ht

ekonomi Kabupaten Rejang Lebong berdasarkan PDRB adh Konstan dapat dilihat pada
Tabel 3.2 di atas. Sama halnya dengan PDRB adh Berlaku, seluruh komponen pengeluaran
akhir PDRB adh Konstan juga menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun
2014, PDRB Kabupaten Rejang Lebong (adh Konstan) mencapai 4.751,39 milyar rupiah atau
telah mengalami kenaikan 27,08 persen dibanding PDRB tahun 2010.

Dari Gambar 3.2, terlihat bahwa pada umumnya nilai PDRB adh Berlaku selalu lebih
besar dari nilai PDRB adh Konstan. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya
pengaruh perubahan harga dalam perhitungan PDRB adh Berlaku. Sebaliknya, pada PDRB
adh Konstan pengaruh faktor harga justru telah ditiadakan. Perbedaan ini dimaksudkan
untuk keperluan variasi analisis PDRB. PDRB adh Berlaku digunakan untuk menganalisis

28
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

struktur komponen penyusun PDRB dan dapat diperbandingkan perubahan/pergeseran


strukturnya setiap tahun. Sedangkan PDRB adh Konstan lebih digunakan untuk
menganalisis pertumbuhan PDRB beserta komponen-komponen penyusunnya karena
untuk melihat pertumbuhan PDRB, pengaruh harga harus dihilangkan, hanya melihat
perubahan kuantitasnya.

Gambar 3.2. Perbandingan PDRB adh Berlaku dan adh Konstan 2010 Menurut
Pengeluaran, Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 2014 (Milyar Rupiah)

/
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
bo
le
ng

* Angka sementara
** Angka sangat sementara
ja
re

Terbentuknya keseluruhan PDRB atau total PDRB merupakan kontribusi dari semua
://
tp

komponen pengeluarannya, yang terdiri dari pengeluaran konsumsi akhir rumah tangga
ht

(PK-RT), pengeluaran konsumsi akhir lembaga non profit yang melayani rumah tangga (PK-
LNPRT), pengeluaran konsumsi akhir pemerintah (PK-P), pembentukan modal tetap bruto
(PMTB), dan ekspor netto (E) atau ekspor dikurangi impor.

Pada tahun 2010, PDRB Kabupaten Rejang Lebong mencapai 3.738,97 milyar rupiah
baik PDRB adh Berlaku maupun adh Konstan. Kemudian tahun 2011 PDRB Kabupaten
Rejang Lebong adh Berlaku mencapai 4.262,62 milyar rupiah sedangkan PDRB adh Konstan
sebesar 3.998,38 milyar rupiah, hal ini menunjukan terjadi perubahan sebesar 6,61 persen
antara PDRB adh Berlaku dan PDRB adh Konstan. Pada tahun-tahun berikutnya
perbandingan antara PDRB adh Berlaku dan adh Konstan terus mengalami kenaikan
sebagaimana terlihat dalam Gambar 3.2 dan tabel indeks implisit (Tabel 3.5).

29
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.3. Distribusi PDRB ADHB Menurut Pengeluaran, Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 20102014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Konsumsi Rumah Tangga 64,45 64,44 64,63 65,31 66,59

2. Konsumsi LNPRT 2,34 2,25 2,18 2,16 2,30

3. Konsumsi Pemerintah 14,04 13,47 13,05 12,89 13,00

4. PMTB 36,32 34,93 35,60 36,26 36,24

5. Perubahan Inventori 1,67 1,88 2,09 2,23 2,39

/
.id
6. Ekspor 38,82 39,94 41,76 41,28 40,64

go
7. Impor 57,64 56,91 59,32 60,15 61,16

s.
P D R B (1+2+3+4+5+6-7) 100,00 100,00 bp 100,00 100,00 100,00
b.
* Angka sementara
ka

** Angka sangat sementara


ng

Berdasarkan Tabel 3.3 di atas terlihat bahwa selama periode 2010 2014, produk
bo

yang dikonsumsi di wilayah domestik Kabupaten Rejang Lebong sebagian besar masih
le
ng

digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir rumah tangga (di atas 60 persen).
ja

Impor juga mempunyai peran relatif besar, yakni sekitar 57 sampai dengan 61 persen
re

permintaan domestik masih dipenuhi oleh produk dari impor. Demikian halnya ekspor juga
://

mempunyai peran yang cukup besar, karena sekitar 38 sampai dengan 40 persen produk
tp

Kabupaten Rejang Lebong telah dipasarkan di luar wilayah domestik Kabupaten Rejang
ht

Lebong. Di sisi lain, pengeluaran untuk kapital (PMTB) mempunyai peran sebesar 34 sampai
dengan 35 persen. Adapun kontribusi konsumsi akhir pemerintah berada pada rentang 12
sampai dengan 14 persen.

Jika dilihat dari neraca perdagangan regional Kabupaten Rejang Lebong yang
direpresentasikan oleh transaksi ekspor dan impor pada tahun 2010-2014, terlihat bahwa
nilai impor cenderung lebih tinggi daripada nilai ekspor. Kecenderungan perdagangan
regional tersebut menunjukkan posisi defisit.

30
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.4. Pertumbuhan PDRB ADHK 2010 Menurut Pengeluaran,


Kabupaten Rejang Lebong Tahun 20112014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5)

1. Konsumsi Rumah Tangga 6,06 6,12 5,90 5,97

2. Konsumsi LNPRT 4,77 5,72 4,47 14,25

3. Konsumsi Pemerintah 4,33 3,95 4,49 7,12

4. PMTB 6,46 8,01 7,79 7,89

5. Perubahan Inventori 15,13 5,71 1,49 15,30

/
.id
6. Ekspor 9,39 6,75 7,41 6,70

go
7. Impor 6,83 6,41 7,54 9,82

s.
PDRB 6,94 bp 6.57 5.96 5.23
b.
* Angka sementara
ka

** Angka sangat sementara


ng

Agregat makro lain yang dapat diturunkan dari data PDRB adalah pertumbuhan riil
bo

PDRB atau lebih dikenal dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth), yang
le

menggambarkan kinerja pembangunan di bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi


ng

Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2011 sampai dengan 2014 secara rata-rata mencapai
ja
re

6,18 persen, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 6,94 persen pada tahun 2011;
://

6,57 persen pada tahun 2012; 5,96 persen pada tahun 2013; dan 5,23 persen pada tahun
tp

2014. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2011 yakni sebesar 6,94 persen, sedangkan
ht

pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2014 (5,23 persen). Pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Rejang Lebong dari tahun 2011 sampai dengan 2014 terus tumbuh positif,
namun mempunyai trend yang melambat setiap tahun.
Pola perlambatan pertumbuhan ekonomi juga terjadi pada Provinsi Bengkulu
dimana pada tahun 2011, PDRB Provinsi Bengkulu mampu tumbuh mencapai 6,85 persen.
Namun, pada tahun 2014 hanya tumbuh sebesar 5,49 persen. Begitu pula dengan pola
pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2011, PDB secara nasional tumbuh 6,17
persen, melambat pada tahun 2012 hanya tumbuh 6,03 persen, kemudian pada tahun 2013
tumbuh 5,58 persen, dan tahun 2014 hanya tumbuh 5,02 persen.

31
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Gambar 3.3. Perbandingan Pertumbuhan PDRB adh Konstan Provinsi Bengkulu dan
Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2011 2014 (Persen)

/
.id
go
Sementara itu, indeks implisit1 PDRB yang menggambarkan tingkat perubahan

s.
harga yang terjadi pada sisi konsumen, baik konsumen akhir (rumah tangga, LNPRT, dan
bp
pemerintah) maupun konsumen lainnya (perusahaan dan pelaku ekonomi luar domestik)
b.
ka

juga menunjukkan peningkatan.


ng

Tabel 3.5. Indeks Implisit PDRB Menurut Pengeluaran Kabupaten Rejang Lebong,
bo

Tahun 2010 2014


le

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**


ng
ja

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


re

1. Konsumsi Rumah Tangga 100.00 107.47 114.11 121.54 129.84


://

2. Konsumsi LNPRT 100.00 104.75 107.65 113.86 117.93


tp
ht

3. Konsumsi Pemerintah 100.00 104.83 109.77 115.83 121.03

4. PMTB 100.00 103.00 109.17 115.15 118.42

5. Perubahan Inventori 100.00 111.20 131.94 154.81 159.78

6. Ekspor 100.00 107.22 117.97 121.18 124.15

7. Impor 100.00 105.37 115.94 122.02 125.45

PDRB 100,00 106,61 112,37 118,38 124,91

1 Indeks perkembangan (perbandingan antara PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga
konstan)

32
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

3.2 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA

Konsumsi akhir rumah tangga menempati porsi terbesar dalam PDRB menurut
pengeluaran. Data berikut menunjukan hal tersebut, dimana sebagian besar produk
domestik dan produk impor digunakan untuk memenuhi konsumsi akhir rumah tangga.

Berdasarkan Tabel 3.6 terlihat bahwa dalam kurun waktu 2010 2014 konsumsi
akhir rumah tangga mengalami peningkatan signifikan baik dalam nominal (adh Berlaku)
maupun riil (adh Konstan), sejalan dengan kenaikan jumlah penduduk maupun jumlah
rumah tangga. Kenaikan jumlah penduduk mendorong terjadinya kenaikan nilai konsumsi
rumah tangga, yang pada gilirannya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi secara
keseluruhan. Porsi pengeluaran konsumsi rumah tangga terhadap PDRB pada tahun 2010

/
.id
sampai dengan tahun 2014 berkisar antara 64 hingga 66 persen. Titik tertinggi terjadi pada

go
tahun 2014 yaitu 66,59 persen dan titik terendah terjadi pada tahun 2011 yaitu 64,44

s.
persen.
bp
Peningkatan pendapatan dan daya beli telah mendorong rumah tangga untuk
b.
ka

meningkatkan konsumsinya, baik konsumsi barang maupun jasa. Melimpahnya penawaran


ng

dan persediaan berbagai jenis barang dan jasa di pasar domestik (termasuk yang berasal
dari impor) turut menjadi pemicu meningkatnya belanja untuk konsumsi, termasuk
bo

konsumsi rumah tangga.


le
ng

Secara umum, rata-rata konsumsi per rumah tangga terus meningkat dari tahun ke
ja

tahun, baik menurut adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Berdasarkan adh Berlaku,
re

pada tahun 2010, secara umum setiap rumah tangga di Indonesia menghabiskan dana
://
tp

sekitar 38,07 juta rupiah setahun untuk membiayai konsumsi baik dalam bentuk makanan
ht

maupun non-makanan (sandang, perumahan, pendidikan, dsb). Pengeluaran ini terus


meningkat menjadi 48,02 juta rupiah pada tahun 2012; 53,79 juta rupiah pada tahun 2013;
dan menjadi 60,52 juta rupiah pada tahun 2014. Jika dilihat berdasarkan adh Konstan, rata-
rata konsumsi per rumah tangga tumbuh pada kisaran 5 persen, dimana pada tahun 2011
tumbuh 4,94 persen, tahun 2012 tumbuh 5,36 persen, tahun 2013 tumbuh 5,14 persen dan
pada tahun 2014 tumbuh lebih cepat yaitu 5,32 persen.

33
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.6. Perkembangan Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Rumah Tangga :


a. ADHB (Milyar Rp) 2 409,61 2 746,73 3 094,77 3 490,96 3 952,07
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 2 409,61 2 555,74 2 712,09 2 872,22 3 043,78
Proporsi terhadap PDRB
64,45 64,44 64,63 65,31 66,59
(% ADHB)
Rata-rata Konsumsi per
Rumah Tangga/tahun :
a. ADHB (Ribu Rp) 38 069,46 42 934,38 48 029,36 53 789,02 60 519,91

/
.id
b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 38 069,46 39 949,05 42 090,34 44 255,48 46 610,80

go
Rata-rata Konsumsi per
Kapita/tahun :

s.
a. ADHB (Ribu Rp) 9 735,98 11 012,85 12 319,90 13 797,18 15 523,70
b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 9 735,98 10 247,10
bp 10 796,50 11 351,77 11 955,94
b.

Pertumbuhan (%):
ka

a. Total konsumsi Rumah Tangga - 6,06 6,12 5,90 5,97


ng

b. Per-Rumah Tangga - 4,94 5,36 5,14 5,32


bo

c. Perkapita - 5,25 5,36 5,14 5,32


le

Jumlah Rumah Tangga (unit) 63 295 63 975 64 435 64 901 65 302


ng

Jumlah Penduduk (jiwa) 247 495 249 411 251 201 253 020 254 583
ja

* Angka sementara
re

** Angka sangat sementara


://
tp

. Di sisi lain, rata-rata konsumsi per-kapita juga menunjukkan kecenderungan yang


ht

searah dengan kenaikan jumlah penduduk, dan selalu diikuti pula oleh kenaikan nilai
konsumsinya. Peningkatan rata-rata konsumsi per-kapita secara riil berkisar antara 5,14
sampai dengan 5,36 persen. Pertumbuhan terendah terjadi pada tahun 2013 yang hanya
tumbuh 5,14 persen, sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 yang
tumbuh sebesar 5,36 persen. Peningkatan ini secara otomatis berpengaruh terhadap
perubahan struktur konsumsi rumah tangga.
Secara total, pertumbuhan konsumsi rumah tangga adh Konstan sebesar 6,06
persen pada tahun 2011. Kemudian pada dua tahun terakhir mengalami perlambatan
pertumbuhan yaitu berturut-turut sebesar 5,90 persen (tahun 2013) dan 5,97 persen
(tahun 2014).

34
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.7. Struktur Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 20102014 (Persen)

Kelompok Konsumsi 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1.a. Makanan, minuman, dan rokok 52,63 52,09 51,76 50,60 50,65
1.b. Pakaian dan alas kaki 5,56 5,70 5,81 6,20 6,29
1.c. Perumahan, perkakas, perlengk.
10,26 10,32 10,45 10,85 11,04
dan penyelenggaraan RT
1.d. Kesehatan dan pendidikan 7,37 7,49 7,53 7,52 7,51
1.e. Transportasi, komunikasi,
17,48 17,76 17,85 18,24 17,93
rekreasi, dan budaya

/
1.f. Hotel dan restoran 4,53 4,48 4,52 4,53 4,49

.id
1.g. Lainnya 2,17 2,17 2,07 2,07 2,09

go
s.
Total Konsumsi Rumah Tangga 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
bp
* Angka sementara
b.

** Angka sangat sementara


ka
ng

Secara rata-rata dari tahun 2010 s.d 2014, terlihat pada struktur konsumsi akhir
bo

rumah tangga di Kabupaten Rejang Lebong bahwa konsumsi makanan sedikit lebih tinggi
le

dibandingkan konsumsi non-makanan yaitu sebesar 52,63 persen. Namun demikian


ng

proporsi pengeluaran makanan cenderung mengalami penurunan setiap tahunnya, terlihat


ja

pada tahun 2013-2014 bahwa proporsi pengeluaran makanan cenderung turun mendekati
re

50 persen. Proporsi untuk makanan pada masing-masing tahun adalah 52,63 persen (2010);
://
tp

52,09 persen (2011) ; 51,76 persen (2012) ; 50,60 persen (2013) ; dan 50,65 persen (2014).
ht

Pola proporsi konsumsi di atas menunjukkan tarik-menarik antara kebutuhan


rumah tangga makanan dan non-makanan masih cukup kuat. Pengeluaran untuk
kebutuhan non-makanan menjadi semakin besar seiring dengan semakin pentingnya
peranan konsumsi non-makanan sebagai akibat dari perubahan dan pengaruh tatanan
ekonomi sosial dalam masyarakat. Akibatnya, proporsi pengeluaran untuk non-makanan
menjadi semakin besar dan proporsi pengeluaran makanan semakin kecil. Pengeluaran
non-makanan tersebut di antaranya meliputi biaya untuk pendidikan, pembelian alat dan
perlengkapan elektronik, pembelian alat transportasi, jasa komunikasi, jasa transportasi,
jasa kesehatan, perjalanan wisata, restoran, sewa bangunan tempat tinggal, jasa hiburan
dan sebagainya.

35
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.8. Pertumbuhan Riil Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah Tangga


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2011 2014 (Persen)

Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5)

1.a. Makanan, minuman, dan rokok 5,65 5,82 4,70 5,13


1.b. Pakaian dan alas kaki 6,49 7,43 7,41 7,69
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan
5,80 5,63 6,43 6,33
dan penyelenggaraan RT
1.d. Kesehatan dan pendidikan 6,14 6,67 7,02 7,13
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi,
7,26 7,00 7,72 7,19
dan budaya

/
1.f. Hotel dan restoran 5,09 5,18 6,79 6,14

.id
1.g. Lainnya 8,50 5,17 7,86 5,42

go
s.
Konsumsi Rumah Tangga 6,06 6,12 5,90 5,97
bp
* Angka sementara
b.

** Angka sangat sementara


ka
ng

Tabel 3.8 memperlihatkan fluktuasi pertumbuhan riil dari setiap kelompok


bo

konsumsi akhir rumah tangga di Kabupaten Rejang Lebong. Pertumbuhan riil ini
le

menunjukkan adanya perubahan konsumsi rumah tangga dalam bentuk kuantum (volume)
ng

dari waktu ke waktu. Informasi ini juga menunjukkan terjadinya pertumbuhan yang lebih
ja

tinggi pada kelompok konsumsi non-makanan, sehingga bisa mengindikasikan peningkatan


re

kemakmuran meskipun mungkin hanya dapat dinikmati oleh kelompok masyarakat


://

tertentu.
tp
ht

Dari tabel di atas terlihat bahwa pertumbuhan konsumsi kelompok makanan (1.a)
lebih lambat daripada pertumbuhan konsumsi kelompok non-makanan (1.b s.d 1.g).
Konsumsi untuk kelompok makanan hanya tumbuh antara 4,70 persen sampai dengan 5,82
persen selama tahun 2011-2014. Sedangkan konsumsi kelompok non-makanan bisa lebih
tinggi. Pengeluaran rumah tangga untuk keperluan transportasi, komunikasi, rekreasi, dan
budaya tumbuh cukup tinggi, selalu berada di atas 7 persen. Begitu pula untuk pengeluaran
pakaian dan alas kaki, tumbuh berkisar 6,49 persen hingga 7,69 persen, dan pengeluaran
untuk kesehatan dan pendidikan juga cukup tinggi berkisar antar 6,14 persen hingga 7,13
persen.

36
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.9. Pertumbuhan Implisit (Indeks Harga) Penggunaan Konsumsi Akhir Rumah
Tangga Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 - 2014 (Persen)

Kelompok Konsumsi 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5)

1.a. Makanan, minuman, dan rokok 6,79 5,81 5,32 7,79


1.b. Pakaian dan alas kaki 9,85 6,87 11,97 6,72
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan
8,31 8,09 10,00 8,28
dan penyelenggaraan RT
1.d. Kesehatan dan pendidikan 9,17 6,15 5,22 5,61
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi,
7,93 5,84 7,01 3,83
dan budaya

/
1.f. Hotel dan restoran 7,18 8,27 5,72 5,74

.id
1.g. Lainnya 5,09 2,40 4,53 8,63

go
s.
Konsumsi Rumah Tangga 7,47 6,18 6,51 6,83
bp
* Angka sementara
b.

** Angka sangat sementara


ka
ng

Sementara itu, tingkat perubahan harga yang secara implisit disajikan dalam Tabel
bo

3.9 menunjukkan peningkatan setiap tahunnya untuk setiap kelompok konsumsi makanan
le

dan non-makanan. Peningkatan harga ini berfluktuasi untuk masing-masing kelompok


ng

konsumsi. Perumahan, perkakas, perlengkapan dan penyelenggaraan rumah tangga selalu


ja

mengalami kenaikan harga yang cukup tinggi, di atas 7 persen.


re
://

3.3 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR LNPRT


tp
ht

Konsumsi akhir Lembaga Non-Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT)


peranannya secara ekonomi dalam PDRB menurut pengeluaran relatif kecil dibandingkan
dengan komponen pengeluaran lainnya. Akan tetapi manfaat sosialnya cukup besar, karena
LNPRT ikut membantu pemerintah dalam mengatasi berbagai masalah ketahanan rumah
tangga dan lainnya. Oleh karenanya perkembangan LNPRT sering menjadi sorotan tingkat
kemajuan kepedulian sosial atau modernisasi suatu komunitas masyarakat. Data berikut
menunjukan peran LNPRT terhadap PDRB menurut pengeluaran antar periode waktu 2010
2014.

2 Tingkat perubahan harga produk konsumsi

37
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.10. Perkembangan Penggunaan Konsumsi LNPRT Kabupaten Rejang Lebong,


Tahun 20102014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Pengeluaran konsumsi LNPRT


a. ADHB (Milyar Rp) 87,56 96,10 104,41 115,38 136,53
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 87,56 91,74 96,99 101,33 115,77
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) 2,34 2,25 2,18 2,16 2,30
Pertumbuhan (%) - 4,77 5,72 4,47 14,25

* Angka sementara

/
.id
** Angka sangat sementara

go
Kontribusi konsumsi akhir LNPRT terhadap PDRB menurut pengeluaran selama

s.
bp
periode 2010-2014 relatif kecil yaitu berkisar antara 2,16 persen sampai dengan 2,34
b.
persen. Besarnya konsumsi akhir LNPRT tahun 2014 sebesar 136,53 milyar rupiah atau 2,30
ka

persen dari total PDRB menunjukkan mulai adanya peningkatan peran LNPRT dalam PDRB
ng

Kabupaten Rejang Lebong. Konsumsi akhir LNPRT pada tahun 2014 tumbuh sangat tinggi
bo

yaitu 14,25 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kondisi ini salah satunya dipengaruhi
le

oleh pelaksanaan pemilu legistatif dan pemilu presiden yang mendorong institusi lembaga
ng

non profit seperti partai politik meningkatkan peran perkembangan demokrasi dan hak
ja

politik dalam masyarakat.


re
://

3.4 PERKEMBANGAN KONSUMSI AKHIR PEMERINTAH


tp
ht

Konsumsi akhir pemerintah bersama dengan pengeluaran akhir rumah tangga dan
LNPRT merupakan jumlah dari konsumsi akhir dalam suatu perekonomian suatu wilayah.
Peranan konsumsi pemerintah dalam perekonomian Kabupaten Rejang Lebong
digambarkan dalam tabel berikut ini.

38
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

Tabel 3.11. Perkembangan Pengeluaran Konsumsi Akhir Pemerintah


Kabupaten Rejang Lebong, Tahun 2010 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Pemerintah:


a. ADHB (Milyar Rp) 525,00 574,22 625,03 689,18 771,39
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 525,00 547,74 569,40 594,98 637,36
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) 14,04 13,47 13,05 12,89 13,00
Konsumsi Pemerintah per-Kapita:
a. ADHB (Ribu Rp) 2 121,27 2 302,29 2 488,18 2 723,80 3 030,03

/
.id
b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 2 121,27 2 196,15 2 266,70 2 351,51 2 503,55

go
Pertumbuhan:

s.
a. Total konsumsi pemerintah (%) - 4,33 3,95 4,49 7,12
b. Konsumsi per-kapita (%) - bp3,53 3,21 3,74 6,47
b.
Jumlah penduduk (jiwa) 247 495 249 411 251 201 253 020 254 583
ka

* Angka sementara
ng

** Angka sangat sementara


bo
le

Secara total, pengeluaran konsumsi akhir pemerintah menunjukan peningkatan,


ng

baik untuk adh Berlaku maupun adh Konstan 2010. Pada tahun 2010 total pengeluaran
ja

konsumsi akhir pemerintah adh Berlaku sebesar 525 milyar rupiah, kemudian meningkat
re

hingga pada tahun 2014 nilainya mencapai 771,39 milyar rupiah. Selanjutnya jika ditinjau
://

dari konsumsi pemerintah adh Konstan 2010, ternyata juga mengalami peningkatan pada
tp

masing-masing tahun. Hal ini mengindikasikan, bahwa secara riil telah terjadi kenaikan
ht

pengeluaran pemerintah dari sisi kuantitas.


Proporsi pengeluaran akhir pemerintah terhadap PDRB selama tahun 2010 2014
berkisar antara 12,89 persen sampai dengan 14,04 persen, tidak mengalami perubahan
yang signifikan pada tiap tahunnya. Sepanjang periode tersebut, proporsi terendah terjadi
pada tahun 2013, sedangkan proporsi tertinggi pada tahun 2010 yang mencapai 14,04
persen.

Dalam prakteknya, pengeluaran pemerintah seringkali dikaitkan dengan luasnya


cakupan layanan yang diberikan pada masyarakat (publik). Kondisi tersebut dapat diartikan
bahwa setiap rupiah pengeluaran pemerintah harus ditujukan untuk melayani penduduk,

39
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

baik langsung maupun tidak langsung. Pengeluaran konsumsi pemerintah secara total
menunjukkan peningkatan, hal ini diikuti oleh adanya peningkatan pada rata-rata konsumsi
pemerintah per-kapita. Pada tahun 2010 konsumsi pemerintah per-kapita adh Berlaku
sebesar 2,12 juta rupiah, dan terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya (Tabel 3.11).

Rata-rata konsumsi pemerintah per-kapita adh Konstan (2010) juga menunjukkan


adanya peningkatan setiap tahun. Peningkatan tersebut menunjukkan adanya peningkatan
pengeluaran konsumsi pemerintah secara kuantitas. Hal tersebut juga dapat dilihat dari laju
pertumbuhannya yang sebesar 3,53 persen pada tahun 2010, dan meningkat terus menjadi
6,47 persen pada tahun 2014.

Gambaran tentang konsumsi akhir pemerintah secara riil menunjukkan peningkatan

/
.id
baik secara keseluruhan maupun rata-rata per-kapita. Parameter ini adalah pendekatan

go
untuk mengukur pemerataan kesempatan masyarakat atas penggunaan sumber daya

s.
finansial oleh pemerintah. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2014, dengan rincian
bp
untuk total konsumsi pemerintah sebesar 7,12 persen dan untuk konsumsi per-kapita
b.
sebesar 6,47 persen.
ka
ng

3.5 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO


bo

Komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada sajian PDRB menurut
le

pengeluaran, lebih menjelaskan tentang bagian dari pendapatan (income) yang


ng

direalisasikan menjadi investasi (fisik). Atau pada sisi yang berbeda dapat pula diartikan
ja
re

sebagai gambaran dari berbagai produk barang dan jasa yang sebagian digunakan sebagai
://

investasi fisik (kapital)3. Fungsi kapital adalah sebagai input tidak langsung (indirect input)
tp

di dalam proses produksi pada berbagai lapangan usaha. Kapital ini dapat berasal dari
ht

produksi domestik maupun dari impor.

Selain peningkatan yang terjadi pada komponen konsumsi akhir (rumah tangga
maupun pemerintah), PMTB juga menunjukkan peningkatan baik secara nominal maupun
riil. Tabel 3.12 memperlihatkan bahwa secara keseluruhan, PMTB selalu mengalami
pertumbuhan positif, namun kecepatan pertumbuhannya berfluktuatif setiap tahunnya.
Pada tahun 2011, pertumbuhan PMTB sebesar 6,46 persen, pada tahun 2012
pertumbuhannya semakin cepat menjadi 8,01 persen. Namun, pada tahun 2013, kecepatan
pertumbuhannya melambat menjadi 7,79 persen dan pada tahun 2014 tumbuh 7,89

3 Selain bagian lain yang menjadi konsumsi antara, konsumsi akhir, ataupun diekspor

40
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

persen. Pertumbuhan PMTB pada masing-masing komponen sangat bervariasi antar


tahunnya. Sub komponen non bangunan merupakan komponen dengan proporsi terbesar
dalam pembentukan modal tetap bruto. Pertumbuhan pada sub komponen non-bangunan
relatif stabil bila dibandingkan dengan pertumbuhan sub komponen bangunan. Dalam
periode tahun 2011 s.d 2014 pertumbuhan non-bangunan berkisar antara 6,19 persen
sampai dengan 7,77 persen. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2013 sebesar 7,77
persen sedangkan pada tahun 2011 hanya tumbuh sebesar 6,19 persen.

Tabel 3.12. Perkembangan dan Struktur PMTB Kabupaten Rejang Leboong,


Tahun 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**

/
.id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

go
Total PMTB:

s.
a. ADHB (Milyar Rp) 1 358,06 bp
1 489,08 1 704,70 1 938,22 2 150,71
b.
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 1 358,06 1 445,74 1 561,55 1 683,26 1 816,15
ka

Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) 36,32 34,93 35,60 36,26 36,24


ng

Struktur PMTB:
bo

a. Bangunan (Milyar Rp) 327,70 373,81 449,21 517,01 580,40


le

(Persen) 8,76 8,77 9,38 9,67 9,78


ng

b. Non-Bangunan (Milyar Rp) 1 030,36 1 115,27 1 255,48 1 421,22 1 570,31


ja

(Persen) 27,56 26,16 26,22 26,59 26,46


re

Pertumbuhan:
://

a. Bangunan (%) - 7,31 10,22 7,86 8,35


tp

b. Non-Bangunan (%) - 6,19 7,30 7,77 7,74


ht

c. Total PMTB (%) - 6,46 8,01 7,79 7,89

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Proporsi bangunan terhadap total PMTB relatif stabil selama periode 2010 s.d 2014
(Tabel 13.12). Sementara itu jika dilihat dari pertumbuhannya, sub komponen bangunan
menunjukkan pola yang cukup variatif antar tahunnya. Dalam periode tahun 2010 s.d 2014,
pertumbuhan sub komponen bangunan berkisar antara 7,31 s.d 10,22 persen.
Pertumbuhan tertinggi terjadi pada tahun 2012 sebesar 10,22 persen, tetapi pada tahun

41
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

berikutnya melambat hanya tumbuh 7,86 persen dan tahun 2014 sedikit meningkat yaitu
tumbuh sebesar 8,35 persen.
Secara umum, peranan PTB dalam pembentukan PDRB selama tahun 2010 sampai
dengan 2014 cukup stabil berkisar antara 34,93 persen sampai dengan 36,32 persen.

3.6 PERKEMBANGAN PERUBAHAN INVENTORI


Secara konsep, yang dimaksud dengan perubahan inventori adalah perubahan
dalam bentuk persediaan berbagai barang yang belum digunakan lebih lanjut dalam
proses produksi, konsumsi ataupun investasi (kapital). Perubahan yang dimaksud di sini bisa
berarti penambahan (bertanda positif) dan atau pengurangan (bertanda negatif).

/
.id
Dari sisi penghitungan, komponen Perubahan Inventori merupakan salah satu

go
komponen yang hasilnya bisa memiliki 2 (dua) tanda angka, positif atau negatif (disamping

s.
komponen net ekspor antar daerah). Apabila perubahan inventori bertanda positif berarti
bp
terjadi penambahan persediaan barang, sedangkan apabila bertanda negatif berarti terjadi
b.
pengurangan persediaan. Terjadinya penumpukan barang inventori mengindikasikan
ka

bahwa distribusi atau pemasaran tidak berjalan dengan sempurna. Secara umum,
ng

komponen perubahan inventori dihitung berdasarkan pengukuran terhadap nilai


bo

persediaan barang pada awal dan akhir tahun dari dua posisi nilai persediaan (konsep stok).
le

Tabel 3.13. Perkembangan dan Struktur Perubahan Inventori Kabupaten Rejang Lebong,
ng

Tahun 2010 - 2014


ja
re

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


://
tp

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


ht

Total Nilai Inventori:


a. ADHB (Milyar Rp) 62,47 79,97 100,31 119,45 142,14
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 62,47 71,92 76,03 77,16 88,96
Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) 1,67 1,88 2,09 2,23 2,39

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Berbeda dengan komponen pengeluaran lain yang dapat dianalisis agak rinci,
perubahan inventori baru dapat dianalisis dari sisi proporsinya saja. Perbedaan dalam
pendekatan dan tata cara estimasi menyebabkan komponen inventori tidak banyak dikaji

42
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

lebih dalam. Hal utama yang dapat dilihat dari komponen ini adalah, bahwa proporsi dalam
PDRB pada umumnya mempunyai besaran atau nilai yang berfluktuasi baik dalam level
maupun tandanya (positif atau negatif).
Selama periode tahun 2010 s.d 2014, perubahan inventori Kabupaten Rejang
Lebong bernilai positif dengan rata-rata proporsi selama periode tersebut sebesar 2,05
persen. Angka perubahan inventori dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan
dimana tahun 2014 berada pada posisi 142,14 milyar rupiah.

3.7 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR


Dalam struktur permintaan akhir, transaksi ekspor menggambarkan berbagai

/
.id
produk barang dan jasa yang tidak dikonsumsi di wilayah ekonomi domestik, tetapi

go
dikonsumsi oleh pihak luar domestik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam

s.
konsepnya, PDRB menggambarkan produk yang benar-benar dihasilkan oleh ekonomi
bp
domestik. Aktivitas pengeluaran (konsumsi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah) maupun
b.
PMTB (termasuk inventori) dan ekspor, didalamnya terkandung produk yang berasal dari
ka

impor. Sehingga untuk mengukur potensi dan besaran produk domestik, maka komponen
ng

impor tersebut harus dikeluarkan dari penghitungan yaitu dengan cara mengurangkan nilai
bo

PDRB pengeluaran dengan nilai impornya. Hasil pengurangan inilah yang secara konsep
le

harus sama dengan nilai PDRB menurut lapangan usaha (sektor). Jadi, transaksi impor dapat
ng

menjelaskan bahwa ada tambahan penyediaan (supply) produk di wilayah ekonomi


ja

domestik yang berasal dari non residen, baik berupa barang maupun jasa.
re
://

Secara total, nilai ekspor Kabupaten Rejang Lebong tahun 2010 s.d 2014 terus
tp

meningkat (tabel 3.14). Pada tahun 2010, nilai ekspor Kabupaten Rejang Lebong mencapai
ht

1,45 triliun rupiah dan meningkat rata-rata 7,56 setiap tahunnya hingga mencapai 2,41
triliun rupiah pada tahun 2014. Selama kurun waktu 2010 - 2012, proporsi nilai ekspor
dalam PDRB cenderung meningkat, yaitu dari 38,82 persen pada tahun 2010 menjadi 41,76
persen pada tahun 2012. Namun, pada tahun 2013 proporsi ekspor ini semakin menurun
menjadi 41, 28 persen pada tahun 2013 dan 40,64 persen pada tahun 2014.

Berbanding terbalik dengan proporsi ekspor yang semakin menurun pada 2 tahun
terakhir, ternyata proporsi impor justru meningkat selama 3 tahun terakhir. Pada tahun
2010, impor Kabupaten Rejang Lebong seniali 2,15 triliun rupiah atau sebesar 57,64 persen
dari nilai PDRB. Nilai impor ini makin meningkat hingga akhir tahun 2014 mencapai 3,63
triliun rupiah atau sebesar 61,16 persen dari nilai PDRB. Impor Kabupaten Rejang Lebong

43
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

tumbuh rata-rata 7,65 persen tiap tahun di mana pada tahun 2014 tumbuh lebih cepat
dibandingkan nilai ekspor, yaitu mencapai 9,82 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Tabel 3.14. Perkembangan Ekspor dan Impor Kabupaten Rejang Lebong,


Tahun 2010 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Nilai Ekspor :


a. ADHB (Milyar Rp) 1 451,56 1 702,57 1 999,81 2 206,36 2 411,92
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 1 451,56 1 587,88 1 695,13 1 820,73 1 942,75

/
.id
Total Nilai Impor :
a. ADHB (Milyar Rp) 2 155,28 2 426,05 2 840,50 3 214,72 3 629,65

go
b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 2 155,28 2 302,38 2 449,95 2 634,58 2 893,37

s.
Net Ekspor : bp
b.
a. ADHB (Milyar Rp) (703,72) (723,48) (840,69) (1 008,36) (1 217,73)
ka

b. ADHK 2010 (Milyar Rp) (703,72) (714,51) (754,82) (813,85) (950,62)


ng

Proporsi terhadap PDRB (% ADHB) :


bo

a. Ekspor (Persen) 38,82 39,94 41,76 41,28 40,64


le

b. Impor (Persen) 57,64 56,91 59,32 60,15 61,16


ng

Pertumbuhan :
ja

a. Ekspor (Persen) - 9,39 6,75 7,41 6,70


re

b. Impor (Persen) - 6,83 6,41 7,54 9,82


://
tp

* Angka sementara
ht

** Angka sangat sementara

Perkembangan yang terjadi pada transaksi impor menunjukkan semakin kuatnya


ketergantungan domestik terhadap produk luar domestik. Komponen impor disini
termasuk juga pembelian berbagai produk barang dan jasa secara langsung (direct
purchase) oleh penduduk (resident) Kabupaten Rejang Lebong di luar wilayah Rejang
Lebong, baik yang berupa makanan maupun non-makanan (termasuk jasa).

Dilihat dari neraca perdagangan, Kabupaten Rejang Lebong mengalami defisit. Nilai
impor lebih besar daripada nilai ekspor sehingga net ekspor bernilai minus. Net ekspor
antar daerah didefinisikan sebagai ekspor antar daerah dikurangi impor antar daerah. Sama
halnya dengan perubahan inventori, net ekspor antar daerah hasilnya juga dapat memiliki 2

44
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB III. TINJAUAN EKONOMI KABUPATEN REJANG LEBONG

(dua) angka, positif atau negatif. Jika komponen ini bertanda positif berarti nilai ekspor
antar daerah lebih besar dari pada impor antar daerah, demikian pula sebaliknya.

Pada saat ini untuk penghitungan ekspor, impor, dan net ekspor dilakukan dengan
metode tidak langsung, yaitu dengan metode cross hauling. Metode ini bekerja dengan
memanfaatkan sifat keseimbangan permintaan (demand) dan penyediaan (supply) setiap
komoditas di suatu perekonomian. Penghitung ekspor impor dengan metode cross-hauling
diawali dengan metode commodity balance. Metode commodity balance adalah metode
penghitungan ekspor-impor dengan memanfaatkan Tabel Input-Output bayangan. Dalam
metode ini, transaksi ekspor-impor dipandang sebagai item penyeimbang (balancing item)
dalam keseimbangan demand dan supply suatu perekonomian.

/
.id
Tabel 3.14 menunjukkan net ekspor bertanda negatif yang berarti bahwa ekspor

go
antar daerah jauh lebih rendah dibandingkan impor antar daerah. Rendahnya ekspor antar

s.
daerah seiring dengan masih terbatasnya produksi yang dihasilkan oleh masing-masing
bp
lapangan usaha (industri), sedangkan kebutuhan domestik semakin banyak dan beragam.
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

45
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

BAB IV
PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

Berbagai indikator ekonomi makro yang lazim digunakan dalam analisis sosial
ekonomi dapat diturunkan dari seperangkat data PRDB. Berikut ini akan disajikan beberapa
rasio (perbandingan relatif) guna melengkapi analisis di tengah keterbatasan informasi yang
tersedia.

4.1 PDRB NOMINAL


Agregat ini menjelaskan nilai produk barang dan jasa yang dihasilkan di dalam suatu

/
.id
wilayah ekonomi domestik, di mana di dalamnya masih terkandung nilai penyusutan. PDRB

go
dapat digunakan sebagai ukuran produktivitas, karena menjelaskan kemampuan wilayah

s.
dalam menghasilkan produk domestik, yang dihitung melalui 3 (tiga) pendekatan, yaitu
pendekatan nilai tambah, pengeluaran, dan pendapatan.
bp
b.
ka

Tabel 4.1. Produk Domestik Regional Bruto dan PDRB Perkapita Kabupaten Rejang
ng

Lebong Tahun 2010 - 2014


bo

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


le
ng

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


ja

Nilai PDRB :
re

a. ADHB (Milyar Rp) 3 738,97 4 262,62 4 788,52 5 344,83 5 935,12


://

b. ADHK 2010 (Milyar Rp) 3 738,97 3 998,38 4 261,23 4 515,10 4 751,39


tp

PDRB Perkapita :
ht

a. ADHB (Ribu Rp) 15 107,27 17 090,73 19 062,50 21 124,13 23 313,11

b. ADHK 2010 (Ribu Rp) 15 107,27 16 031,29 16 963,45 17 844,84 18 663,44


Pertumbuhan PDRB
- 6,12 5,81 5,20 4,59
Perkapita ADHK (%)
Jumlah Penduduk (jiwa) 247 495 249 411 251 201 253 020 254 583

Pertumbuhan Penduduk (%) - 0,77 0,72 0,72 0,62

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

47
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

Dari series data PDRB pengeluaran dapat diturunkan beberapa ukuran yang
berkaitan dengan PDRB maupun variabel pendukung lain (seperti rumah tangga dan tenaga
kerja). Sebagai contoh, untuk melihat perkembangan tingkat pemerataan, maka disajikan
data PDRB perkapita. PDRB perkapita Kabupaten Rejang Lebong menunjukkan peningkatan
dari tahun ke tahun (Tabel 4.1), seiring dengan kenaikan jumlah penduduk. Indikator ini
menunjukkan bahwa secara ekonomi setiap penduduk Kabupaten Rejang Lebong rata-rata
mampu menciptakan PDRB atau (nilai tambah) sebesar nilai perkapita di masing-masing
tahun tersebut.

Sementara itu pertumbuhan PDRB perkapita secara riil juga selalu meningkat di
kisaran 5,43 persen. Pertumbuhan PDRB perkapita tersebut diikuti pula oleh penambahan

/
jumlah penduduk, yang meningkat rata-rata pada kisaran 0,71 persen setiap tahunnya.

.id
Dengan demikian maka pertumbuhan perkapita tersebut tidak saja terjadi secara riil tetapi

go
juga terjadi secara kualitas.

s.
bp
b.
4.2 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP
ka

EKSPOR
ng

Indikator ini menunjukkan perbandingan antara produk yang dikonsumsi rumah


bo

tangga di wilayah domestik dengan produk yang diekspor. Selama ini konsumsi rumah
le

tangga mempunyai kontribusi yang sangat dominan dalam penggunaan PDRB Kabupaten
ng

Rejang Lebong (sekitar 65 persen), yang artinya bahwa seluruh produk yang dihasilkan di
ja

wilayah Kabupaten Rejang Lebong sebagian besar digunakan untuk konsumsi akhir rumah
re

tangga. Namun di dalamnya termasuk pula sebagian produk yang berasal dari impor.
://
tp

Tabel 4.2. Perbandingan PDRB Pengeluaran untuk Konsumsi Akhir Rumah Tangga
ht

terhadap Ekspor di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

Total Konsumsi Rumah


2 409,61 2 746,73 3 094,77 3 490,96 3 952,07
Tangga ADHB (Milyar Rp)

Total Ekspor ADHB


1 451,56 1 702,57 1 999,81 2 206,36 2 411,92
(Milyar Rp)

Perbandingan Konsumsi RT
1,66 1,61 1,55 1,58 1,64
terhadap Ekspor

48
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Data di atas menunjukkan bahwa pada tahun 2010, produk yang digunakan untuk
konsumsi rumah tangga di Kabupaten Rejang Lebong lebih dari 1,66 kali dari produk yang
dieskpor ke luar Rejang Lebong. Hal ini berarti bahwa sebagian besar penyediaan (supply)
domestik diserap untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir rumah tangga. Rasio
komsumsi rumah tangga terhadap ekspor ini relatif stabil selama tahun 2010-2014, berada
pada kisaran 1,55 sampai dengan 1,66.

4.3 PERBANDINGAN KONSUMSI AKHIR RUMAH TANGGA TERHADAP

/
.id
PMTB

go
Rasio ini merupakan perbandingan antara produk yang digunakan untuk konsumsi

s.
akhir rumah tangga dengan yang digunakan untuk investasi fisik (pembentukan modal
bp
tetap). Sekilas terlihat bahwa sebagian besar penggunaan produk yang tersedia di wilayah
b.
domestik digunakan untuk konsumsi akhir rumah tangga.
ka
ng

Tabel 4.3. Perbandingan Konsumsi Akhir Rumah Tangga terhadap PMTB Kabupaten
Rejang Lebong Tahun 2010 - 2014
bo
le

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


ng

(1) (2) (3) (4) (5) (6)


ja
re

Total Konsumsi Rumah


2 409,61 2 746,73 3 094,77 3 490,96 3 952,07
://

Tangga ADHB (Milyar Rp)


tp

Total PMTB ADHB


ht

1 358,06 1 489,08 1 704,70 1 938,22 2 150,71


(Milyar Rp)

Perbandingan Konsumsi RT
1,77 1,84 1,82 1,80 1,84
terhadap PMTB

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Pola rasio konsumsi rumah tangga terhadap PMTB relatif mirip dibandingkan
dengan rasio konsumsi rumah tangga terhadap ekspor. Rasio konsumsi rumah tangga
terhadap PMTB selama periode 2010 sampai dengan 2014 cenderung stabil yaitu berkisar
antar 1,77 persen samapai dengan 1,84 persen. Hal ini menunjukan bahwa masih

49
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

rendahnya dorongan pelaku ekonomi dalam meningkatkan nilai investasi pada tiap
tahunnya dibandingkan dengan peningkatan konsumsi akhir rumah tangga.

4.4 PROPORSI KONSUMSI AKHIR TERHADAP PDRB


Yang dimaksud dengan konsumsi akhir adalah penggunaan berbagai produk barang
dan jasa akhir (baik berasal dari produk domestik maupun impor), untuk menunjang
aktivitas ekonomi. Pelaku konsumsi akhir meliputi rumah tangga, LNPRT, dan pemerintah.
Walaupun ketiga institusi tersebut mempunyai fungsi yang berbeda dalam sistem ekonomi,
tetapi sama-sama membelanjakan sebagian pendapatannya untuk tujuan konsumsi akhir.

Tabel 4.4. Proporsi Total Penggunaan Konsumsi Akhir terhadap PDRB Kabupaten Rejang

/
.id
Lebong Tahun 2010 - 2014

go
Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**

s.
(1) (2) (3) bp (4) (5) (6)
b.
Total Konsumsi Akhir ADHB
ka

3 022,17 3 417,05 3 824,21 4 295,51 4 859,99


(Milyar Rp)
ng

a. Rumah Tangga 2 409,61 2 746,73 3 094,77 3 490,96 3 952,07


bo

b. LNPRT 87,56 96,10 104,41 115,38 136,53


le

c. Pemerintah 525,00 574,22 625,03 689,18 771,39


ng
ja

PDRB ADHB (Milyar Rp) 3 738,97 4 262,62 4 788,52 5 344,83 5 935,12


re
://

Proporsi Total Konsumsi


80,83 80,16 79,86 80,37 81,89
tp

Akhir terhadap PDRB (%)


ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

Sebagian besar barang dan jasa yang berada di wilayah domestik Kabupaten Rejang
Lebong digunakan untuk memenuhi permintaan konsumsi akhir (lebih dari 80 persen). Hal
ini menunjukkan bahwa produk yang tidak digunakan sebagai konsumsi akhir atau dengan
kata lain yang digunakan sebagai PMTB maupun inventori, memiliki peran yang relatif kecil.

50
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

4.5 PERBANDINGAN PDRB TERHADAP IMPOR


Rasio ini memberikan gambaran tentang perbandingan antara produk yang
dihasilkan di wilayah ekonomi domestik (PDRB) dengan produk yang berasal dari impor.
Selain itu data tersebut menjelaskan tentang ketergantungan PDRB terhadap produk yang
dihasilkan oleh daerah lain. Jika rasionya kecil berarti ketergantungan akan impor semakin
tinggi, dan sebaliknya.

Tabel 4.5. Rasio PDRB terhadap Impor Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

/
.id
PDRB ADHB (Milyar Rp) 3 738,97 4 262,62 4 788,52 5 344,83 5 935,12

go
s.
Impor ADHB (Milyar Rp) 2 155,28 2 426,05 2 840,50 3 214,72 3 629,65
bp
b.
Rasio PDRB terhadap Impor 1,73 1,76 1,69 1,66 1,64
ka
ng

* Angka sementara
bo

** Angka sangat sementara


le
ng

Rasio PDRB terhadap impor tahun 2010 - 2014 relatif stabil yaitu berkisar antara
ja

1,64 sampai dengan 1,76. Kondisi ini menunjukkan bahwa Kabupaten Rejang Lebong
re

memiliki ketergantungan terhadap komoditas impor yang relatif tinggi. Rasio terendah
://

terjadi pada tahun 2014 yaitu sebesar 1,64 sedangkan rasio tertinggi pada tahun 2011
tp

sebesar 1,76.
ht

4.6 NERACA PERDAGANGAN (TRADE BALANCE)


Neraca perdagangan dapat menggambarkan transaksi ekspor dan impor antar
wilayah. Secara konsep, selisih antara nilai ekspor dan nilai impor disebut sebagai Ekspor
Neto. Apabila nilai ekspor lebih besar daripada nilai impor, maka terjadi surplus, dan
sebaliknya yang terjadi adalah defisit. Dilihat dari arus uang yang masuk atau keluar, apabila
tingkat keseimbangan dalam posisi surplus, maka terjadi aliran uang masuk, sebaliknya
kalau posisinya defisit maka terjadi aliran uang keluar. Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa
kekuatan ekonomi suatu wilayah di antaranya ditentukan oleh proses tersebut.

51
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

Selain gambaran posisi neraca perdagangan, dapat juga dilihat perbandingan (rasio)
antara nilai ekspor terhadap impor, meskipun hanya berlaku secara total. Rasio tersebut
tidak dapat merefleksikan perbandingan menurut jenis komoditas, harga maupun kuantum.
Apabila rasio lebih besar dari 1 (satu) maka nilai ekspor lebih tinggi daripada nilai impor,
sebaliknya apabila rasio kurang dari 1 (satu) berarti nilai impor lebih tinggi daripada nilai
ekspor. Besar kecilnya ekspor atau impor suatu wilayah sangat tergantung kepada kondisi
ekonomi serta kebutuhan masyarakatnya.

Tabel 4.6. Neraca Perdagangan Barang dan Jasa Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 2010 - 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**

/
.id
(1) (2) (3) (4) (5) (6)

go
Ekspor ADHB (Milyar Rp) 1 451,56 1 702,57 1 999,81 2 206,36 2 411,92

s.
bp
Impor ADHB (Milyar Rp)
b.
2 155,28 2 426,05 2 840,50 3 214,72 3 629,65
ka

Net Ekspor ADHB


ng

(Milyar Rp) (703,72) (723,48) (840,69) (1008,36) (1217,73)


bo

Rasio Ekspor terhadap Impor 0,67 0,70 0,70 0,69 0,66


le
ng

* Angka sementara
ja

** Angka sangat sementara


re
://

Selama periode 2010 - 2014, posisi perdagangan barang dan jasa provinsi
tp

Kabupaten Rejang Lebong dengan antar kabupaten, antar provinsi, maupun dengan luar
ht

negeri selalu menunjukkan nilai negatif (Tabel 4.6). Hal ini menunjukkan neraca
perdagangan barang dan jasa Kabupaten Rejang Lebong selalu dalam posisi defisit. Nilai
ekspor yang lebih rendah dari impor menyebabkan adanya aliran uang keluar. Defisit
perdagangan Kabupaten Rejang Lebong yang terjadi antara tahun 2010 sampai dengan
2014 tercatat masing-masing sebesar minus 703,72 milyar rupiah (2010), minus 723,48
milyar rupiah (2011), minus 840,69 milyar rupiah (2012), minus 1.008,36 milyar rupiah
(2013) dan minus 1.217,73 milyar rupiah (2014).

Sementara rasio ekspor terhadap impor cenderung stabil dari tahun 2010-2014
yaitu berkisar antara 0,66 sampai dengan 0,70. Pada tahun 2010 rasionya sebesar 0,67

52
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

menjadi sekitar 0,70 pada tahun 2011 dan 2012, kemudian 0,69 pada tahun 2013 dan 0,66
pada tahun 2014. Hal ini menunjukkan bahwa nilai ekspor Kabupaten Rejang Lebong selalu
lebih rendah daripada nilai impor.

4.7 INCREMENTAL CAPITAL OUTPUT RASIO (ICOR)


ICOR merupakan parameter ekonomi makro yang menggambarkan rasio
investasi kapital/modal terhadap hasil yang diperoleh (output) dengan menggunakan
investasi tersebut. ICOR juga bisa diartikan sebagai dampak penambahan kapital terhadap
penambahan sejumlah output (keluaran).

Kapital diartikan sebagai barang modal fisik yang dibuat oleh manusia dari sumber

/
.id
daya alam, untuk digunakan secara terus-menerus dan berulang dalam proses produksi.

go
Sedangkan output adalah besarnya nilai keluaran dari suatu proses ekonomi (produksi)

s.
yang dalam hal ini digambarkan melalui parameter Nilai Tambah.
bp
Dengan menggunakan rasio ini, maka ICOR mampu menjelaskan perbandingan
b.

antara penambahan kapital terhadap output atau yang diartikan juga bahwa setiap
ka

pertambahan satu unit nilai output (keluaran) akan membutuhkan penambahan kapital
ng

sebanyak K unit. Formulanya adalah sebagai berikut :


bo
le

K
ng

I It
ICOR
Y Y Yt Yt 1
ja
re
://
tp

Di mana: I t = PMTB tahun ke t


ht

Yt = Output tahun ke t

Yt 1 = Output tahun ke t-1

Data pada Tabel 4.7 menunjukkan besaran ICOR meningkat dari 14,41 pada tahun
2010 menjadi 19,11 pada tahun 2014. ICOR sebesar 19,11 pada tahun 2014 berarti bahwa
di Kabupaten Rejang Lebong untuk mendapatkan tambahan 1 unit output diperlukan 19,11
unit capital.

53
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
BAB IV. PERKEMBANGAN AGREGAT PDRB PENGELUARAN

Tabel 4.7. Incremental Capital Output Ratio (ICOR) Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 2010 2014

Uraian 2010 2011 2012 2013* 2014**


(1) (2) (3) (4) (5) (6)

PDRB ADHK 2010 (Milyar Rp) 3 738,97 3 998,38 4 261,23 4 515,10 4 751,39

Perubahan (Milyar Rp) - 259,40 262,86 253,87 236,29

PMTB ADHK 2010 (Milyar Rp) 1 358,06 3 738,97 3 998,38 4 261,23 4 515,10

/
.id
ICOR - 14,41 15,21 16,79 19,11

go
s.
* Angka sementara
** Angka sangat sementara bp
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

54
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
BAB V. PENUTUP

B AB V
PENUTUP

1. PDRB menurut pengeluaran tahun 2010 s.d 2014 dapat menggambarkan perubahan
struktur dan perkembangan kondisi ekonomi Kabupaten Rejang Lebong pada periode
bersangkutan. Analisis ekonomi dari sisi PDRB pengeluaran akan berbeda dengan
analisis dari sisi lapangan usaha (industri) yang lebih fokus pada perilaku produksi.
Analisis PDRB pengeluaran terfokus pada perilaku penggunaan barang dan jasa akhir,
baik untuk tujuan konsumsi akhir, investasi (fisik), maupun perdagangan antar daerah.

/
.id
Empat kelompok sektor atau pelaku ekonomi yang menggunakan barang dan jasa

go
akhir dalam suatu perekonomian adalah rumah tangga, lembaga non-profit yang

s.
melayani rumah tangga/LNPRT, pemerintah, dan perusahaan.
bp
2. Publikasi ini menyajikan analisis sederhana tentang perilaku konsumsi, investasi, dan
b.

perdagangan antar daerah yang dimaksud. Analisis didasarkan pada indikator yang
ka

diturunkan dari PDRB pengeluaran. Analisis tersebut juga dilengkapi dengan indikator
ng

sosial demografi (seperti penduduk dan rumah tangga), sehingga hasil analisis yang
bo

disajikan menjadi lebih informatif.


le
ng

3. Data dapat disajikan dalam bentuk series data dari tahun 2010 s.d 2014, sehingga lebih
ja

mudah dalam menggambarkan perubahan atau kecenderungan yang terjadi antar


re

waktu. Masing-masing parameter disajikan dalam satuan yang berbeda (rupiah,


://

indeks, persentase, rasio, unit, dsb) sesuai dengan tujuan analisis dan karakteristik
tp
ht

masing-masing data.

4. Sebagian data tentang interaksi dengan luar domestik (external account) secara
agregat disajikan dalam publikasi ini, seperti ekspor, impor, dan transfer berjalan neto.
Transaksi eksternal ini menggambarkan seberapa jauh ketergantungan ekonomi
Kabupaten Rejang Lebong terhadap ekonomi daerah lain.

56
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.
go
.id
/
LAMPIRAN

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong Atas Dasar Harga Berlaku
Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi 2 409 606,68 2 746 727,09 3 094 771,81 3 490 961,28 3 952 071,05
Rumah Tangga
(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, 1 268 084,80 1 430 661,42 1 601 826,61 1 766 372,08 2 001 636,65
dan rokok
1.b. Pakaian dan alas kaki 133 939,76 156 682,09 179 895,18 216 362,35 248 666,04
1.c. Perumahan, perkakas, 247 296,90 283 372,80 323 545,82 378 785,27 436 118,59
perlengk. dan penyel.
rumah tangga

/
.id
1.d. Kesehatan dan 177 671,84 205 863,05 233 098,79 262 470,81 296 964,16
pendidikan

go
1.e. Transportasi, 421 272,23 487 696,46 552 306,87 636 652,99 708 557,00
komunikasi, rekreasi,

s.
dan budaya
1.f. Hotel dan restoran 109 157,52 122 949,19 bp
140 015,59 158 071,34 177 398,17
b.
1.g. Lainnya 52 183,63 59 502,08 64 082,94 72 246,43 82 730,44
ka

2. Pengeluaran Konsumsi 87 563,53 96 103,90 104 405,57 115 376,07 136 526,42
ng

LNPRT

3. Pengeluaran Konsumsi 525 004,78 574 215,86 625 033,02 689 176,77 771 393,92
bo

Pemerintah (3.a. + 3.b.)


le

4. Pembentukan Modal 1 358 058,88 1 489 076,29 1 704 695,09 1 938 224,36 2 150 711,15
ng

Tetap Bruto (4.a. + 4.b.)


ja

4.a. Bangunan 327 696,00 373 808,92 449 214,48 517 008,44 580 402,97
re

4.b. Non-Bangunan 1 030 362,88 1 115 267,38 1 255 480,60 1 421 215,92 1 570 308,18
://

5. Perubahan Inventori 62 465,74 79 972,54 100 307,99 119 450,94 142 144,21
tp

6. Ekspor 1 451 556,68 1 702 574,34 1 999 805,80 2 206 360,51 2 411 923,28
ht

7. Impor 2 155 281,51 2 426 053,75 2 840 499,62 3 214 723,67 3 629 649,69

PDRB 3 738 974,78 4 262 616,28 4 788 519,67 5 344 826,27 5 935 120,34
(1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7)

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

58
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Juta Rupiah)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi 2 409 606,68 2 555 740,45 2 712 091,16 2 872 224,66 3 043 778,52
Rumah Tangga
(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, 1 268 084,80 1 339 710,73 1 417 675,70 1 484 368,67 1 560 452,36
dan rokok
1.b. Pakaian dan alas kaki 133 939,76 142 636,55 153 237,62 164 594,59 177 251,93
1.c. Perumahan, perkakas, 247 296,90 261 635,58 276 367,56 294 130,75 312 763,37
perlengk. dan penyel.
rumah tangga

/
.id
1.d. Kesehatan dan 177 671,84 188 576,56 201 145,82 215 262,45 230 605,23
pendidikan

go
1.e. Transportasi, 421 272,23 451 847,19 483 458,25 520 792,75 558 239,45

s.
komunikasi, rekreasi,
dan budaya
1.f. Hotel dan restoran 109 157,52 114 713,34 bp
120 656,24 128 846,14 136 756,53
b.
1.g. Lainnya 52 183,63 56 620,50 59 549,96 64 229,31 67 709,66
ka

2. Pengeluaran Konsumsi 87 563,53 91 743,96 96 989,59 101 327,37 115 767,31


ng

LNPRT
bo

3. Pengeluaran Konsumsi 525 004,78 547 744,19 569 398,36 594 979,95 637 360,11
Pemerintah (3.a. + 3.b.)
le

4. Pembentukan Modal 1 358 058,88 1 445 741,55 1 561 546,59 1 683 258,69 1 816 147,56
ng

Tetap Bruto (4.a. + 4.b.)


ja

4.a. Bangunan 327 696,00 351 647,78 387 575,16 418 050,90 452 965,65
re

4.b. Non-Bangunan 1 030 362,88 1 094 093,77 1 173 971,43 1 265 207,79 1 363 181,91
://

5. Perubahan Inventori 62 465,74 71 916,80 76 025,76 77 161,35 88 964,44


tp
ht

6. Ekspor 1 451 556,68 1 587 876,58 1 695 129,58 1 820 733,80 1 942 745,58

7. Impor 2 155 281,51 2 302 384,09 2 449 946,40 2 634 584,86 2 893 370,04

PDRB 3 738 974,78 3 998 379,45 4 261 234,65 4 515 100,97 4 751 393,49
(1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7)

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

59
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 3. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 64,45 64,44 64,63 65,31 66,59


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 33,92 33,56 33,45 33,05 33,73
1.b. Pakaian dan alas kaki 3,58 3,68 3,76 4,05 4,19
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 6,61 6,65 6,76 7,09 7,35
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 4,75 4,83 4,87 4,91 5,00
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 11,27 11,44 11,53 11,91 11,94

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 2,92 2,88 2,92 2,96 2,99

go
1.g. Lainnya 1,40 1,40 1,34 1,35 1,39

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,34 2,25 2,18 2,16 2,30

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,04


bp 13,47 13,05 12,89 13,00
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 36,32 34,93 35,60 36,26 36,24


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 8,76 8,77 9,38 9,67 9,78
bo

4.b. Non-Bangunan 27,56 26,16 26,22 26,59 26,46


le

5. Perubahan Inventori 1,67 1,88 2,09 2,23 2,39


ng
ja

6. Ekspor 38,82 39,94 41,76 41,28 40,64


re

7. Impor 57,64 56,91 59,32 60,15 61,16


://
tp

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


(1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7)
ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

60
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 4. Distribusi Persentase Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 64,45 63,92 63,65 63,61 64,06


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 33,92 33,51 33,27 32,88 32,84
1.b. Pakaian dan alas kaki 3,58 3,57 3,60 3,65 3,73
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 6,61 6,54 6,49 6,51 6,58
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 4,75 4,72 4,72 4,77 4,85
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 11,27 11,30 11,35 11,53 11,75

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 2,92 2,87 2,83 2,85 2,88

go
1.g. Lainnya 1,40 1,42 1,40 1,42 1,43

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 2,34 2,29 2,28 2,24 2,44

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 14,04


bp 13,70 13,36 13,18 13,41
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 36,32 36,16 36,65 37,28 38,22


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 8,76 8,79 9,10 9,26 9,53
bo

4.b. Non-Bangunan 27,56 27,36 27,55 28,02 28,69


le

5. Perubahan Inventori 1,67 1,80 1,78 1,71 1,87


ng
ja

6. Ekspor 38,82 39,71 39,78 40,33 40,89


re

7. Impor 57,64 57,58 57,49 58,35 60,90


://
tp

PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00


(1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 - 7)
ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

61
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 5. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong


Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 13,99 12,67 12,80 13,21


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 12,82 11,96 10,27 13,32
1.b. Pakaian dan alas kaki 16,98 14,82 20,27 14,93
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 14,59 14,18 17,07 15,14
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 15,87 13,23 12,60 13,14
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 15,77 13,25 15,27 11,29

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 12,63 13,88 12,90 12,23

go
1.g. Lainnya 14,02 7,70 12,74 14,51

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT
9,75 8,64 10,51 18,33
bp
b.
3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 9,37 8,85 10,26 11,93
ka

(3.a. + 3.b.)
ng

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 9,65 14,48 13,70 10,96


(4.a. + 4.b.)
bo

4.a. Bangunan 14,07 20,17 15,09 12,26


8,24 12,57 13,20 10,49
le

4.b. Non-Bangunan
ng

5. Perubahan Inventori 28,03 25,43 19,08 19,00


ja

6. Ekspor 17,29 17,46 10,33 9,32


re
://

7. Impor 12,56 17,08 13,17 12,91


tp
ht

PDRB 14,00 12,34 11,62 11,04

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

62
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 6. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong


Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 6,06 6,12 5,90 5,97


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 5,65 5,82 4,70 5,13
1.b. Pakaian dan alas kaki 6,49 7,43 7,41 7,69
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 5,80 5,63 6,43 6,33
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 6,14 6,67 7,02 7,13
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 7,26 7,00 7,72 7,19

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 5,09 5,18 6,79 6,14

go
1.g. Lainnya 8,50 5,17 7,86 5,42

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,77 5,72 4,47 14,25

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,33


bp 3,95 4,49 7,12
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 6,46 8,01 7,79 7,89


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 7,31 10,22 7,86 8,35
bo

4.b. Non-Bangunan 6,19 7,30 7,77 7,74


le

5. Perubahan Inventori 15,13 5,71 1,49 15,30


ng

9,39 6,75 7,41 6,70


ja

6. Ekspor
re
://

7. Impor
6,83 6,41 7,54 9,82
tp
ht

PDRB 6,94 6,57 5,96 5,23

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

63
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 7. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 100,00 113,99 128,43 144,88 164,01


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 100,00 112,82 126,32 139,29 157,85
1.b. Pakaian dan alas kaki 100,00 116,98 134,31 161,54 185,66
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 100,00 114,59 130,83 153,17 176,35
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 100,00 115,87 131,20 147,73 167,14
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 100,00 115,77 131,10 151,13 168,19

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 100,00 112,63 128,27 144,81 162,52

go
1.g. Lainnya 100,00 114,02 122,80 138,45 158,54

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 109,75 119,23 131,76 155,92

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00


bp 109,37 119,05 131,27 146,93
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 109,65 125,52 142,72 158,37


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 100,00 114,07 137,08 157,77 177,12
bo

4.b. Non-Bangunan 100,00 108,24 121,85 137,93 152,40


le

5. Perubahan Inventori 100,00 128,03 160,58 191,23 227,56


ng
ja

6. Ekspor 100,00 117,29 137,77 152,00 166,16


re

7. Impor 100,00 112,56 131,79 149,16 168,41


://
tp

PDRB 100,00 114,00 128,07 142,95 158,74


ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

64
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 8. Indeks Perkembangan Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 100,00 106,06 112,55 119,20 126,32


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 100,00 105,65 111,80 117,06 123,06
1.b. Pakaian dan alas kaki 100,00 106,49 114,41 122,89 132,34
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 100,00 105,80 111,76 118,94 126,47
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 100,00 106,14 113,21 121,16 129,79
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 100,00 107,26 114,76 123,62 132,51

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 100,00 105,09 110,53 118,04 125,28

go
1.g. Lainnya 100,00 108,50 114,12 123,08 129,75

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 104,77 110,76 115,72 132,21

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00


bp 104,33 108,46 113,33 121,40
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 106,46 114,98 123,95 133,73


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 100,00 107,31 118,27 127,57 138,23
bo

4.b. Non-Bangunan 100,00 106,19 113,94 122,79 132,30


le

5. Perubahan Inventori 100,00 115,13 121,71 123,53 142,42


ng
ja

6. Ekspor 100,00 109,39 116,78 125,43 133,84


re

7. Impor 100,00 106,83 113,67 122,24 134,25


://
tp

PDRB 100,00 106,94 113,97 120,76 127,08


ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

65
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 9. Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
Menurut Pengeluaran, Tahun 2010-2014

Komponen Pengeluaran 2010 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 100,00 107,47 114,11 121,54 129,84


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 100,00 106,79 112,99 119,00 128,27
1.b. Pakaian dan alas kaki 100,00 109,85 117,40 131,45 140,29
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 100,00 108,31 117,07 128,78 139,44
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 100,00 109,17 115,89 121,93 128,78
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 100,00 107,93 114,24 122,25 126,93

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 100,00 107,18 116,05 122,68 129,72

go
1.g. Lainnya 100,00 105,09 107,61 112,48 122,18

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 100,00 104,75 107,65 113,86 117,93

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 100,00


bp 104,83 109,77 115,83 121,03
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 100,00 103,00 109,17 115,15 118,42


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 100,00 106,30 115,90 123,67 128,13
bo

4.b. Non-Bangunan 100,00 101,94 106,94 112,33 115,19


le

5. Perubahan Inventori 100,00 111,20 131,94 154,81 159,78


ng
ja

6. Ekspor 100,00 107,22 117,97 121,18 124,15


re

7. Impor 100,00 105,37 115,94 122,02 125,45


://
tp

PDRB 100,00 106,61 112,37 118,38 124,91


ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

66
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
LAMPIRAN

Tabel 10. Laju Pertumbuhan Indeks Harga Implisit Produk Domestik Regional Bruto
Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran, Tahun 2011-2014 (Persen)

Komponen Pengeluaran 2011 2012 2013* 2014**

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 7,47 6,18 6,51 6,83


(1.a. s/d 1.g.)
1.a. Makanan, minuman, dan rokok 6,79 5,81 5,32 7,79
1.b. Pakaian dan alas kaki 9,85 6,87 11,97 6,72
1.c. Perumahan, perkakas, perlengkapan 8,31 8,09 10,00 8,28
dan penyelenggaraan.rumah tangga
1.d. Kesehatan dan pendidikan 9,17 6,15 5,22 5,61
1.e. Transportasi, komunikasi, rekreasi, 7,93 5,84 7,01 3,83

/
dan budaya

.id
1.f. Hotel dan restoran 7,18 8,27 5,72 5,74

go
1.g. Lainnya 5,09 2,40 4,53 8,63

s.
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 4,75 2,76 5,78 3,57

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4,83


bp 4,71 5,52 4,49
b.
(3.a. + 3.b.)
ka

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3,00 5,99 5,48 2,84


ng

(4.a. + 4.b.)
4.a. Bangunan 6,30 9,03 6,70 3,61
bo

4.b. Non-Bangunan 1,94 4,91 5,04 2,55


le

5. Perubahan Inventori 11,20 18,65 17,33 3,21


ng
ja

6. Ekspor 7,22 10,03 2,72 2,45


re

7. Impor 5,37 10,03 5,24 2,81


://
tp

PDRB 6,61 5,41 5,34 5,52


ht

* Angka sementara
** Angka sangat sementara

67
PDRB Kabupaten Rejang Lebong Menurut Pengeluaran Tahun 2010-2014
/
.id
go
s.
bp
b.
ka
ng
bo
le
ng
ja
re
://
tp
ht

BADAN PUSAT STATISTIK


KABUPATEN REJANG LEBONG
Jln. S. Sukowati No.36 Curup Bengkulu 39114
Telp. (0732) 21153; Faks. (0732) 24588
Homepage: rejanglebongkab.bps.go.id Email: bps1702@bps.go.id

Anda mungkin juga menyukai