tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.g
o.
id
/
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.g
o.
id
/
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
TAHUN 2014
/
id
Jumlah Halaman : vi + 48
o.
.g
Naskah : ps
.b
ab
KATA PENGANTAR
/
.id
lamanya sekolah, serta dimensi kehidupan yang layak direpresentasikan oleh
go
indikator kemampuan daya beli. Semua indikator yang merepresentasikan ketiga
s.
dimensi pembangunan manusia ini terangkum dalam satu nilai tunggal, yaitu
p
.b
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). ab
Penyajian angka IPM menurut daerah memungkinkan setiap provinsi dan
gk
maupun disparitas antar daerah. Dengan ini, maka diharapkan agar daerah dapat
eb
Ir. Marwansyah
NIP. 19670301 199401 1001
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Hal
/
.id
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................. 4
1.3 Ruang Lingkup ......................................................................................................... 6
go
1.4 Sistematika Penyajian .............................................................................................. 6
s.
BAB 2 METODOLOGI ......................................................................................................... 8
p
2.1 Indikator .................................................................................................................. 8
.b
2.2 Metode Penghitungan ............................................................................................. 9
ab
2.3 Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM) ................................................. 12
2.4 Klasifikasi/Pengelompokan IPM ............................................................................ 20
gk
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
Hal
/
.id
Tabel 3.1. Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Sumber Air Minum
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014 ................................................................. 28
go
Tabel 3.2. Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Dinding Terluas
s.
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014 ................................................................. 29
p
Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Tempat Pembuangan
.b
Akhir Tinja di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014 ............................................... 29
ab
Tabel 3.4. Banyaknya Guru Menurut Tingkat Pendidikan
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013 dan 2014 ................................................. 31
gk
Tabel 3.6. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah Yang Dimiliki
eb
Tabel 4.2. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013-2014 ........................................................ 39
ej
Tabel 4.3. Indeks Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah dan Pendidikan
r
://
Tabel 4.4. Indikator dan Indeks Daya Beli Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 2013-2014 ....................................................................................................... 41
ht
v
DAFTAR GAMBER
DAFTAR GAMBAR
Hal
/
.id
go
p s.
.b
ab
gk
on
eb
gl
an
r ej
://
tp
ht
vi
PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jika keberhasilan pembangunan fisik bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi maupun
/
.id
pendapatan perkapita, maka pembangunan non fisik lebih menekankan pada aspek
go
pembangunan manusia. Dalam menghadapi era globalisasi yang tengah memasuki
p s.
.b
pasar bebas, sangat diperlukan sumber daya manusia yang mampu bersaing ketat di
ab
dalam era pasar bebas ini. Untuk itu, pemerintah perlu lebih memfokuskan pada
gk
on
hasil produksi dengan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Jika dilihat dari
tp
ht
perubahan konsep di dunia, pada awal dekade 70-an banyak pendapat mengemukakan
namun hasil yang dicapai belum memadai. Pada dekade itu juga ditekankan pada
pada awal dekade 80-an muncul paradigma pembangunan yang berorientasi pada
pemenuhan kebutuhan dasar (basic need development), dan akhir-akhir ini sejak tahun
1
PENDAHULUAN
development).
menganggap bahwa pembangunan manusia dapat dilihat sebagai proses upaya agar
penduduk memperoleh perluasan pikiran dan sekaligus sebagai taraf kehidupan yang
dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang sama pembangunan manusia dapat dilihat
/
.id
juga sebagai pembangunan kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan,
go
pengetahuan dan keterampilan, sekaligus sebagai pemanfaatan kemampuan/
p s.
keterampilan tersebut. Konsep pembangunan manusia ini mempunyai pengertian yang
.b
ab
lebih luas dibanding konsep pembangunan ekonomi yang menekankan pada
gk
subyek dari pembangunan artinya manusia sebagai pelaku dari perjalanan roda
ej
r
://
artinya manusia menjadi faktor yang dituju dari beberapa pembangunan yang ada
ht
merupakan upaya untuk meningkatkan kehidupan yang lebih layak bagi penduduk di
yang dipublikasikan oleh UNDP, pembangunan manusia adalah suatu proses untuk
2
PENDAHULUAN
terpenting adalah untuk berumur panjang, sehat, berilmu pengetahuan dan untuk
memperoleh akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan agar hidup secara layak.
/
.id
ketenagakerjaan, perdagangan, kebebasan berpolitik, serta isu gender ataupun nilai-
go
nilai kultural. Menurut HDR, ada empat komponen penting dalam paradigma
p s.
pembangunan manusia, yaitu produktifitas (productivity), pemerataan (equity),
.b
ab
kesinambungan (sustainability) dan pemberdayaan (empowerment). Dalam
gk
tersebut harus bersifat angka tunggal (indikator komposit) yang dapat menggambarkan
an
(IPM) atau Human Development Index (HDI) yang digunakan untuk mengukur
ht
angka agregat yang dapat diartikan sebagai jarak yang harus ditempuh (shortfall) suatu
wilayah untuk mencapai nilai maksimum 100. Pengukuran IPM difokuskan pada tiga
dimensi yang dianggap esensial bagi kehidupan manusia yaitu usia hidup (longevity),
3
PENDAHULUAN
negara secara minimal direfleksikan dengan tingkat pemenuhan tiga unsur, yaitu
indikator berupa angka harapan hidup (life expectancy at age 0) yang mengukur tingkat
/
.id
kesehatan masyarakat, angka melek huruf dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata
go
lama sekolah (mean years of schooling) untuk mengukur tingkat pendidikan dan
p s.
keterampilan, serta purchasing power parity yang merupakan ukuran pendapatan yang
.b
ab
disesuaikan dengan paritas daya beli untuk mengukur tingkat kesejahteraan
gk
masyarakat. IPM itu sendiri merupakan indeks komposit dari ketiga indikator di atas.
on
eb
gl
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu kajian analisis kebijakan yang
ht
karena itu, maksud dan tujuan pengukuran IPM Kabupaten Rejang Lebong adalah
sebagai berikut:
4
PENDAHULUAN
2. Sebagai salah satu alat ukur kinerja suatu daerah, terutama dalam hal evaluasi
4. Sebagai input dan output terhadap kebijakan dan pelaksanaan pembangunan yang
/
.id
5. Sebagai salah satu indikator dalam penyusunan Dana Alokasi Umum (DAU).
go
6. Sebagai bahan acuan bagi para peneliti, cendikiawan, pelaku ekonomi dan
ps.
konsumen data dalam pelaksanaan riset maupun sumber pustaka.
.b
ab
7. Sebagai bahan kajian yang bersifat analisis terhadap kebijakan pemerintah dalam
gk
dari pihak penentu ke pola pembangunan yang lebih memihak orang banyak.
Dengan demikian, kegiatan pembangunan lebih diarahkan pada aspek efisiensi dan
efektivitas anggaran.
5
PENDAHULUAN
Sumber data yang digunakan dalam penyusunan IPM ini sebagian besar
bersumber kepada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang pelaksanaan
pengumpulan datanya memakai metode sampling dengan jumlah sampel yang relatif
tergantung dari seberapa besar sampling maupun non sampling error yang terkandung
/
di dalamnya.
.id
go
1.4 Sistematika Penyajian
ps.
Penyajian buku Indeks Pembangunan Manusia tahun 2014 ini terbagi ke
.b
ab
dalam lima bab sebagai berikut :
gk
2.1. Indikator
6
PENDAHULUAN
3.2. Penduduk
3.3. Kesehatan
3.4. Pendidikan
/
.id
Bab 4, Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten Rejang Lebong
go
4.1. Indeks Harapan Hidup
p s.
4.2. Indeks Pendidikan
.b
ab
4.3. Indeks Daya Beli
gk
Bab 5, Penutup
an
5.1. Kesimpulan
rej
://
7
METODOLOGI
BAB 2
METODOLOGI
2.1 Indikator
keadaan dan merupakan refleksi dari keadaan tersebut. Dalam definisi lain, indikator
/
.id
variabel ini terutama digunakan apabila perubahan yang akan dinilai tidak dapat diukur
go
secara langsung. Indikator yang baik harus memenuhi beberapa persyaratan lain :
p s.
.b
1. Sahih (valid), indikator harus dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya akan
ab
diukur oleh indikator tersebut.
gk
on
2. Obyektif, untuk hal yang sama indikator harus memberikan hasil yang sama pula,
eb
walaupun dipakai oleh orang yang berbeda dan pada waktu yang berbeda.
gl
demikian perlu disadari bahwa tidak ada ukuran baku yang benar-benar dapat
tp
ht
Indikator bisa bersifat tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu
indikator, seperti Angka Kematian Bayi (AKB), dan bersifat jamak (indikator komposit)
yang merupakan gabungan dari beberapa indikator, seperti Indeks Mutu Hidup (IMH)
yang merupakan gabungan dari tiga jenis indikator yaitu Angka Melek Huruf (AMH),
8
METODOLOGI
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup dari anak usia satu tahun
(AHHe1).
yaitu:
1. Indikator input, yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut
/
.id
rasio penduduk-dokter, rasio penduduk-puskesmas dan lain sebagainya.
go
2. Indikator proses, yang menggambarkan bagaimana proses pembangunan berjalan,
p s.
seperti : Angka Partisipasi Kasar (APK), Angka Partisipasi Murni (APM), Rata-rata
.b
ab
Jumlah Jam Kerja, Rata-rata Jumlah Kunjungan ke Puskesmas, Persentase Proses
gk
pendidikan SMU/setara ke atas, Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Harapan Hidup
ej
r
://
Manusia (IPM) secara umum sama seperti yang dilakukan oleh United Nations
tahun 1994 juga telah diterapkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). IPM merupakan
9
METODOLOGI
indeks komposit yang dihitung sebagai rata-rata geometrik dari indeks kesehatan,
IPM, meliputi Indeks Harapan Hidup, Indeks Pengetahuan dan Indeks Pengeluaran.
/
.id
( )
= ( ) 100
( )
go
s.
Keterangan:
p
.b
Xi = Indikator Komponen IPM ke-i (i = 1,2,3)
ab
Xmin = Nilai Minimum dari Xi
gk
on
Besarnya nilai minimum dan maksimum adalah berdasarkan standar dari UNDP.
gl
an
Dari persamaan di atas akan menghasilkan angka 0 < ( ) < 1 dan untuk
ej
10
METODOLOGI
Minimum Maksimum
Indikator Satuan
UNDP BPS UNDP BPS
(1) (2) (3) (4) (5) (6)
Angka Harapan
Hidup saat lahir Tahun 20 20 85 85
(AHH)
Harapan Lama
/
Tahun 0 0 18 18
.id
Sekolah (HLS)
Rata-Rata Lama
go
Tahun 0 0 15 15
Sekolah (RLS)
ps.
.b
Pengeluaran per 100 (PPP 1.007.436*(
ab 107.721 26.572.352*
Kapita Disesuaikan U$) Rp) (PPP U$) *(Rp)
gk
on
eb
Keterangan:
Batas maksimum minimum mengacu pada UNDP kecuali indikator pengeluaran
gl
hingga 2025 (akhir RPJPN) yaitu perkiraan pengeluaran per kapita Jakarta
://
2. Tahap kedua adalah menghitung IPM dengan rata-rata geometrik dari indeks
digunakan adalah:
3
=
11
METODOLOGI
/
.id
1 = IPM suatu wilayah pada tahun (t-1)
go
s.
2.3 Komponen Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
p
.b
Indeks Pembangungan Manusia (IPM) merupakan indikator gabungan dari
ab
beberapa indikator, yaitu indikator kesehatan (Indeks Harapan Hidup), indikator
gk
on
pengetahuan (Indeks Harapan Lama Sekolah dan Rata-rata Lama Sekolah) dan indikator
eb
Pengeluaran (paritas daya beli). Ketiga indikator tersebut dianggap dapat mengukur
gl
an
birth) sebagai salah satu komponen penghitungan IPM. Angka harapan hidup dapat
kesehatan seseorang maka kecenderungan hidup lebih lama akan semakin tinggi
dan semakin buruk kesehatan maka kematian akan semakin dekat. Angka harapan
12
METODOLOGI
dengan dua macam data dasar yaitu rata-rata anak yang dilahirkan hidup dan rata-
rata anak yang masih hidup. Prosedur penghitungan angka harapan hidup sejak
lahir (AHH0 atau e0) dilakukan dengan menggunakan software Mortpack (metode
/
.id
Indeks Harapan Hidup (Indeks AHH0) yaitu dengan membandingkan angka tersebut
go
dengan angka yang sudah distandarkan (dalam hal ini UNDP atau BPS telah
p s.
menetapkan nilai minimum dan nilai maksimum untuk angka harapan hidup yaitu
.b
ab
masing-masing 20 tahun dan 85 tahun). Formula Indeks AHH0 adalah sebagai
gk
berikut:
on
0, 0,
eb
0 = 100
0, 0,
gl
an
Keterangan:
ej
b. Angka Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah dan Indeks Pengetahuan
melihat besarnya Angka Harapan Lama Sekolah (HLS). HLS didefinisikan sebagai
lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak pada
13
METODOLOGI
umur tertentu di masa mendatang. HLS ini dpat digunakan untuk mengetahui
Harapan lama Sekolah (HLS) dihitung pada usia 7 tahun ke atas karena
penduduk yang tidak tercakup dalam Susenas, HLS dikoreksi dengan siswa yang
/
.id
Islam.
go
= 100
s.
p
.b
Keterangan: ab
HLS = Harapan Lama Sekolah
gk
yang dihabiskan oleh penduduk berusia 25 tahun ke atas untuk menempuh semua
tp
ht
jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. Angka rata-rata lama sekolah dihitung
rata-rata lama sekolah dilakukan secara bertahap. Tahap pertama menghitung lama
14
METODOLOGI
digunakan adalah:
Keterangan:
MYS = Rata-rata lama sekolah
fi = Frekuensi penduduk usia 25 tahun ke atas untuk jenjang pendidikan i
ji = Lama sekolah untuk masing-masing jenjang pendidikan yang ditamatkan
/
.id
atau tingkat pendidikan yang pernah diduduki
go
i = Jenjang pendidikan
p s.
Indeks Rata-Rata Lama Sekolah diperoleh dengan formula sebagai berikut:
.b
ab
= 100
gk
on
Keterangan:
eb
Adapun jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan dan skor yang digunakan
ht
untuk menghitung rata-rata lama sekolah dapat dilihat dalam Tabel 2 berikut:
15
METODOLOGI
Pendidikan Tertinggi
Skor/Tahun Konversi
Yang Ditamatkan
(1) (2)
/
.id
Diploma II 14
go
Diploma III 15
s.
Diploma IV/Sarjana 16
p
.b
Magister (S2) ab 19
Doktor (S3) 21
gk
on
indeks pengetahuan merupakan rata-rata antara indek HLS dan indke RLS.
gl
an
Indeks Harapan lama Sekolah (HLS) didefinisikan sebagai lamanya sekolah (dalam
ejr
tahun) yang diharapkan akan dirasakan oleh anak umur tertentu di masa yang akan
://
tp
berikut:
+
=
2
Dengan:
= , =
16
METODOLOGI
kapita dan paritas daya beli (Purchasing Power Parity/PPP). Rata-rata pengeluaran
per kapita setahun diperoleh dari SUSENAS Modul. Dihitung dari level provinsi
dengan tahun dasar 2012 = 100. Perhitungan paritas daya beli pada metode baru
/
.id
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan kelompok makanan
go
dan sisanya merupakan kelompok non makanan. Metode penghitungannya
p s.
menggunakan Metode Rao.
.b
ab
gk
1
on
= ( )
eb
=1
gl
an
Keterangan:
ej
m = jumlah komoditas
ht
seluruh Indonesia.
17
METODOLOGI
Tabel 2.3. Daftar Paket Komoditi Makanan yang Digunakan dalam Penghitungan
Purchasing Power Parity (PPP)
Komoditi Komoditi
Beras Pepaya
Tepung terigu Minyak Kelapa
Singkong Minyak Goreng Lainnya
Kentang Kelapa
Tuna/Tongkong/Cangkalang Gula Pasir
Kembung Teh
/
.id
Bandeng Kopi
Mujair Garam
go
Mas Kecap
s.
Lele Penyedap Masakan/Vetsin
p
Ikan Segar Lainnya Mie Instan
.b
Daging Sapi ab Roti Manis/Roti Lainnya
Daging Ayam Ras Kue Kering
Daging Ayam Kampung Kue Basah
gk
18
METODOLOGI
Tabel 2.4. Daftar Paket Komoditi Non Makanan yang Digunakan dalam Penghitungan
Purchasing Power Parity (PPP)
Komoditi
/
.id
LPG
Minyak Tanah
go
Lainnya (batu Baterai, aki, korek, obat nyamuk dll)
s.
Perlengkapan Mandi
p
Barang Kacantikan
.b
Perawatan kulit, muka, kuku/ rambut
ab
Sabun cuci
Biaya RS Pemerintah
gk
Biaya RS Swasta
on
Puskesmas/pustu
eb
Praktek Dokter/poliklinik
SPP
gl
Bensin
an
Transportasi/pengangkutan umum
ej
alas kaki
ht
minyak pelumas
meubelair
Peralatan Rumah Tangga
Perlengkapan perabot rumah tangga
Alat-alat dapur/makan
19
METODOLOGI
/
3. IPM antara 70 80, artinya kesejahteraan tinggi,
.id
go
4. IPM di atas 80, artinya kesejahteraan sangat tinggi.
p s.
Jika dalam penghitungan IPM dengan metode lama menggunakan reduksi
.b
ab
shortfall sebagai alat untuk mengukur keberhasilan dan kemajuan dipandang dari jarak
gk
antara yang dicapai terhadap kondisi ideal (IPM=100), maka pada penghitungan
on
eb
ini melihat progres/perkembangan yang ada, tidak hanya melihat ranking. Hal ini akan
an
ej
mengakibatkan level IPM secara umum lebih rendah dibandingkan dengan IPM metode
r
://
perubahan peringkat namun peringkat ini tidak bisa diperbandingkan, hal ini
20
METODOLOGI
berasal dari hasil survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu
Indepth Interview, Pendataan Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Sensus Penduduk dan
menggunakan dua jenis kuesioner yaitu kuesioner kor (pertanyaan pokok) dan
/
kuesioner modul. Kuesioner modul terdiri dari tiga jenis modul yaitu modul konsumsi
.id
go
dan pendapatan, modul sosial budaya, perjalanan, persepsi kesejahteraan dan
s.
kriminalitas, serta modul kesehatan, pendidikan dan perumahan. Ketiga modul
p
.b
ab
tersebut dilaksanakan bergilir setiap tahunnya. Selain itu juga digunakan Indeks Harga
gk
Konsumen (IHK) untuk mendeflasikan harga implisit dari 96 komoditi pada SUSENAS
on
Panel.
eb
gl
an
ej
r
://
tp
ht
21
BAB 3
GAMBARAN UMUM
KABUPATEN REJANG LEBONG
/
.id
wilayah Kabupaten Lebong, Kabupaten Kepahiang dan Kabupaten Rejang Lebong.
go
Namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2003 tentang pembentukan
p s.
Kabupaten lebong dan Kabupaten Kepahiang di Provinsi Bengkulu maka wilayah
.b
ab
kabupaten Rejang Lebong telah terbagi menjadi tiga Kabupaten. Kabupaten Rejang
gk
Lebong terletak diantara dua buah bukit yakni di sebelah barat diapit oleh pegunungan
on
eb
Bukit Barisan dan di sebelah timur diapit oleh Bukit Kaba. Kabupaten Rejang Lebong
gl
berbatasan dengan Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan di sebelah timur,
an
ej
Luas wilayah Kabupaten Rejang Lebong adalah 151.576 Ha, yang terdiri dari
Beliti Ilir, Kecamatan Bermani Ulu, Kecamatan Bermani Ulu Raya, Kecamatan Padang
Ulak Tanding, Kecamatan Bindu Riang, Kecamatan Sindang Beliti Ulu, dan Kecamatan
22
Selupu Rejang. Kabupaten Rejang Lebong beribukota di Curup dari tahun 1956. Curup
yang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Rejang Lebong ini juga merupakan
pusat perekonomian dari Kabupaten Rejang Lebong. Wilayah Kabupaten Rejang Lebong
terbagi menjadi 122 desa dan 34 kelurahan. Topografi wilayah Kabupaten Rejang
Lebong bervariasi. Dari ketinggian 0 100 meter diatas permukaan laut sampai > 1.000
/
.id
Gambar 3.1. Peta Wilayah Kabupaten Rejang Lebong
go
p s.
.b
ab
gk
on
eb
gl
an
rej
://
tp
ht
23
3.2 Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2014 adalah 254.583
orang. Jumlah penduduk laki-laki adalah sebanyak 129.013 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 125.570 jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 102,73 jiwa.
Pada tahun 2015, jumlah pencari kerja baru yang terdaftar di dinas sosial,
/
Kabupaten Rejang Lebong adalah sebanyak 1.765 orang. Aangka ini mengalami
.id
go
peningkatan dibandingkan tahun 2013 yang mencapai 1.428 orang. Keseluruhan
s.
pencari kerja tersebut berpendidikan SD 12 orang, SMP 43 orang, SMA/sederajat 479
p
.b
ab
orang, diploma sebanyak 453 orang dan sarjana sebanyak 778 orang. Adapun jumlah
gk
usia kerja yang bekerja di tahun 2014 sebanyak 115 orang dari total keseluruhan
on
penduduk usia kerja. Jumlah usia kerja yang bekerja ini mempunyai rincian 25 orang
eb
gl
sekitar 4,35 persen penduduk usia kerja yang bekerja dengan tingkat pendidikan
ej
r
://
sarjana muda/sarjana.
tp
ht
3.3 Kesehatan
dan gizi tercermin dari Undang-Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 yang
24
kesadaran, kemauan dan kemampuan masyarakat dalam rangka tercapainya hidup
sehat. Selanjutnya, tujuan utama di bidang kesehatan antara lain adalah penurunan
angka kesakitan dan peningkatan status gizi penduduk. Peningkatan taraf kesehatan
penduduk akan berdampak pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).
Peningkatan kualitas SDM inilah yang akan meningkatkan produktivitas penduduk yang
bekerja.
/
.id
a. Status Kesehatan
go
Berdasarkan hasil SUSENAS 2014, persentase penduduk Kabupaten Rejang
p s.
Lebong yang mempunyai keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya
.b
ab
kegiatan sehari-hari adalah sebesar 48,57 persen. Pilek merupakan jenis keluhan
gk
12,10 persen.
eb
gl
harapan hidup Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014 sebesar 67,42 tahun
ht
meningkat dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 67,39 tahun. Salah satu
masyarakat itu sendiri maupun peran pemerintah dalam menyediakan sarana dan
25
Pada tahun 2014, di Kabupaten Rejang Lebong terdapat 2 unit rumah sakit
/
.id
60
53
go
40
s.
20 14
p
2
.b
7
0
ab
RSU
gk
Puskesmas
Puskesmas
dengan RRI Puskesmas
on
Pembantu
eb
gl
an
kesehatan yang pernah berobat jalan ataupun mengobati sendiri. Berdasarkan hasil
mengobati sendiri dalam satu bulan terakhir di Kabupaten Rejang Lebong adalah
26
keluhan kesehatan dan pernah berobat jalan dalam satu bulan terakhir adalah
43,20 persen.
ekonomi untuk membiayai jasa kesehatan yang memang tidak murah. Hal lain yang
/
.id
penyakit yang diderita dianggap tidak tergolong berat sehingga cukup dengan
go
membeli obat yang tersedia di warung atau toko obat.
p s.
c. Fasilitas Perumahan dan Air Minum
.b
ab
Selain sarana dan prasarana yang disediakan pemerintah, kondisi tempat
gk
Kabupaten Rejang Lebong yang menggunakan fasilitas listrik PLN adalah sebesar
an
95,42 persen, listrik non PLN sebesar 1,04 persen; 3,33 persen menggunakan
r ej
://
menggunakan fasilitas air minum secara bersama, fasilitas air minum umum 4,58
persen dan 1,03 persen tidak memiliki fasilitas air minum. Sedangkan Berdasarkan
sumber air minum, 40,14 persen berasal dari sumur tak terlindung, 14,35 persen
27
rumah tangga menggunakan sumber air minum dari ledeng, 11,90 persen berasal
dari mata air terlindung, dan sisanya berasal dari sumber air minum lainnya.
/
.id
Sumur Terlindung 5,03
go
Sumur Tak Terlindung 40,14
Mata Air Terlindung 11,90
s.
Mata Air Tak Terlindung 10,97
p
.b
Air Sungai ab 0,89
Air Kemasan 3,16
Lainnya 0,07
gk
on
Rejang Lebong memiliki lantai bukan tanah/bambu yaitu sebesar 96,61 persen dan
rej
sisanya sebesar 3,39 persen berlantai tanah. Adapun untuk persentase rumah
://
tp
tangga berdasarkan jenis dinding terluas dan tempat pembuangan akhir tinja dapat
ht
28
Tabel 3.2. Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Jenis Dinding Terluas
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014
/
.id
go
Tabel 3.3. Persentase Rumah Tangga Berdasarkan Tempat Pembuangan
s.
Akhir Tinja di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014
p
.b
Tempat Pembuangan Akhir
ab
Persentase
Tinja
gk
(1) (2)
Tangki 12,70
on
Kolam/Sawah 0,11
eb
Sungai/Danau/Laut 19,95
gl
Lainnya 0,99
r
3.4 Pendidikan
suatu bangsa dan tidak semata-mata tergantung pada keunggulan sumber daya alam
yang ada di negara tersebut. SDM yang bermutu dalam pengertian teknis, kemampuan,
keahlian, keterampilan serta nilai-nilai modern lainnya tetap diperlukan dan akan
menjadi prasyarat mutlak untuk dapat mencapai keunggulan bagi suatu bangsa.
29
Pergeseran struktur masyarakat juga memiliki dampak mendasar dan
berkurangnya jenis pekerjaan pada sektor pertanian dan bertambahnya jenis pekerjaan
pada sektor industri. Dalam beberapa tahun yang akan datang, jenis pekerjaan
/
.id
pekerjaan yang berlandaskan pada otomatisasi dan pengolahan informasi. Oleh karena
go
itu, upaya memperbaiki profil pendidikan sudah merupakan suatu gejala universal.
p s.
Pendidikan adalah suatu bentuk investasi yang produktif dan dipandang sebagai sarana
.b
ab
untuk memasuki lingkungan kerja yang bersifat modern.
gk
Rejang Lebong sudah mencapai sasaran, dapat ditunjukkan melalui beberapa indikator,
eb
gl
SLTA/SMK 35
SLTP/MTS 59
SD/MI 194
TK 42
30
Berdasarkan Gambar 3.3 di atas terlihat bahwa jumlah sekolah menurut
SD/MI 194 sekolah, 59 SLTP/MTS dan 35 sekolah SLTA/SMK baik swasta maupun
/
.id
diperhatikan karena kualitas siswa berhubungan positif dengan kualitas dan kuantitas
go
guru. Penyebaran tenaga guru yang merata baik di daerah pedesaan maupun
p s.
perkotaan juga akan mampu mengurangi kesenjangan pendidikan antara perkotaan
.b
ab
dan pedesaan. Tabel 3.4 berikut menunjukkan bahwa pada tahun 2014 jumlah guru di
gk
Tahun
r
Tingkat Pendidikan
://
2013 2014
tp
TK 330 297
SD/MI 2062 2203
SLTP/MTS 1041 1148
SLTA/SMK 1017 1020
Sumber : Rejang Lebong Dalam Angka 2015
31
Kemampuan membaca dan menulis merupakan keterampilan minimal yang
dibutuhkan penduduk untuk dapat menuju hidup yang lebih baik. Kemampuan
membaca dan menulis tercermin dari persentase penduduk 10 tahun ke atas yang bisa
Kemampuan Membaca
/
Persentase
.id
dan Menulis
(1) (2)
go
Huruf Latin 74,24
s.
Huruf Arab 19,03
p
.b
Huruf Lainnya ab 4,63
Tidak dapat 2,11
gk
Dari Tabel 3.5 di atas terlihat bahwa persentase penduduk 10 tahun ke atas di
gl
an
Kabupaten Rejang Lebong yang bisa membaca dan menulis huruf latin adalah sebesar
ej
74,24 persen, huruf arab sebesar 19,03 persen dan huruf lainnya 4,63 persen serta 2,11
r
://
tp
persen tidak dapat membaca dan menulis huruf arab dan huruf latin.
ht
32
Tabel 3.6. Persentase Penduduk 10 Tahun Keatas Menurut Ijazah Yang Dimiliki
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2014
/
Universitas/S2/S3 4,34
.id
Sumber : SUSENAS 2014
go
s.
Tingkat pendidikan yang ditamatkan merupakan salah satu indikator dampak
p
.b
yang menggambarkan tingkat pendidikan yang dicapai (ditamatkan) penduduk 10
ab
tahun ke atas yang pernah sekolah. Berdasarkan Tabel 3.6 di atas dapat dilihat bahwa
gk
on
pendidikan yang ditamatkan penduduk Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2014
eb
sebagian besar masih tamat SD, sementara jenjang pendidikan yang semakin tinggi
gl
an
SMU S3 sebanyak 25,16 persen dan penduduk yang tidak berijazah sebanyak 26,89
r
://
tp
persen.
ht
peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari besaran Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Rejang Lebong atas dasar harga berlaku tahun 2014 sebesar 5.935.120 juta
33
rupiah yang mengalami peningkatan dibandingkan PDRB tahun sebelumnya yang
PDRB Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014 atas dasar harga berlaku masih
lapangan usaha ini masih dominan, namun jika dilihat dari trennya tampak gejala
/
.id
perikanan ini memberikan konstribusi sebanyak 34,36 persen dalam pembentukan
go
PDRB Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014.
s.
p
.b
Selanjutnya kontribusi lapangan usaha terbesar kedua di Kabupaten Rejang
ab
gk
Lebong adalah perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor
on
dengan share sebesar 14,98 persen pada tahun 2014. Perdagangan besar dan eceran
eb
selama periode 2010-2014. Pada tahun 2010, kontribusi lapangan usaha ini sebesar
ej
r
15,23 persen, turun menjadi 14,88 persen pada tahun 2013, kemudian meningkat
://
tp
ekonomi Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014 mencapai 5,23 persen, sedangkan
tahun 2013 sebesar 5,96 persen. Angka pertumbuhan ini berada di bawah angka
34
pertumbuhan Provinsi Bengkulu yang mencapai 5,94 persen pada tahun 2014 dan 6,08
dicapai oleh lapangan usaha Jasa Pendidikan sebesar 9,87 persen, disusul oleh
pengadaan listrik dan gas yang tumbuh 9,64 persen, penyediaan akomodasi makan dan
minum tumbuh sebesar 9, 34 persen, jasa perusahaan tumbuh 9,29 persen, dan yang
/
.id
terendah adalah lapangan usaha yang mempunyai peranan yang paling besar yaitu
go
Pertanian, Kehutanan dan Perikanan dengan pertumbuhan sebesar 1,03 persen.
p s.
.b
ab
gk
on
eb
gl
an
ej
r
://
tp
ht
35
Gambar 3.4. PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan
25000 23313.11
21124.13
19062.5 18663.44
20000 17090.73 17844.84
16963.45
16031.29
15107.27
15107.27
15000
10000
/
.id
5000
go
0
s.
2010 2011 2012 *2013 **2014
p
.b
Berlakuab Konstan
gk
* Angka sementara
on
Bila dilihat dari nilai PDRB perkapita atas dasar harga berlaku di Kabupaten
an
Rejang Lebong, secara umum tingkat pendapatan penduduk Kabupaten Rejang Lebong
r ej
tahun 2014 mengalami peningkatan dibanding tahun 2013. Pada tahun 2013 PDRB
://
tp
perkapita penduduk Kabupaten Lebong sebesar 21.124,13 ribu rupiah, sedangkan pada
ht
tahun 2014 terjadi peningkatan 10,36 persen menjadi 23.313,11 ribu rupiah.
Bila ditinjau dari harga konstan tahun 2010, maka PDRB perkapita penduduk
Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014 mengalami kenaikan sebesar 4,59 persen
dibanding tahun 2013, yaitu dari 17.844,84 ribu rupiah di tahun 2013 menjadi
36
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
BAB 4
INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)
KABUPATEN REJANG LEBONG
Pembangunan nasional Indonesia menempatkan manusia sebagai titik
sentral sehingga mempunyai ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Dalam
/
.id
dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Untuk itu, pemerintah melakukan
go
upaya meningkatkan kualitas penduduk sebagai suatu sumber daya.
p s.
United Nations Development Programme (UNDP) melakukan pengukuran
.b
ab
kinerja pembangunan manusia melalui suatu ukuran komposit yang diberi nama
gk
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Indeks tersebut memuat tiga aspek, yaitu
on
memungkinkan untuk hidup layak. Oleh karena itu, dalam perspektif pembangunan
an
dan penanaman budi luhur bangsa ke dalam sistem nilai yang merupakan salah
://
tp
satu aspek penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan adanya alasan
ht
teknis yaitu sulit mengukur aspek tersebut dan formula penghitungan menjadi
36
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
indikator pengeluaran tercermin dalam Indeks Daya Beli. Ketiga indikator dasar
/
.id
(IPM) merupakan tinjauan parsial, artinya tingkat pembangunan baru diukur dari
go
s.
satu komponen. Pada tahun 2014 angka harapan hidup sejak lahir di Kabupaten
p
.b
Rejang Lebong adalah sebesar 67,42 tahun dengan Indeks Harapan Hidup (AHH0)
ab
sebesar 72,95. Hal ini berarti rata-rata umur penduduk di Kabupaten Rejang
gk
on
Lebong sampai dengan meninggal adalah 67,42 tahun. Angka ini lebih rendah
eb
daripada rata-rata usia hidup penduduk Provinsi Bengkulu yang berada dikisaran
gl
68,37 tahun. Namun demikian, angka harapan hidup penduduk Kabupaten Rejang
an
ej
yaitu 67,39 tahun. Sedangkan di tahun 2012 angka harapan hidup sebesar 67,34
tp
ht
Rejang Lebong telah memberi dampak positif pada perbaikan umur hipotesis yang
semakin panjang.
37
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
sehat. Pergeseran nilai budaya tradisional menuju hidup sehat yang lebih modern
Tabel 4.1. Angka dan Indeks Harapan Hidup Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 2013-2014
Angka Harapan Indeks Harapan
Provinsi/Kabupaten Hidup (e0) Hidup
2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Rejang Lebong 67,39 67,42 72,91 72,95
/
.id
Prov. Bengkulu 68,33 68,37 74,35 74,41
go
Jika dilihat dari klasifikasi Indeks Harapan Hidup yang dicapai pada tahun
p s.
.b
2014, maka Kabupaten Rejang Lebong dan Provinsi Bengkulu berada pada kategori
ab
tinggi.
gk
on
Pada Tabel 4.2 di bawah terlihat bahwa selama kurun waktu 2013-2014,
gl
an
Lebong menunjukkan adanya peningkatan, yaitu 12,42 tahun pada tahun 2013
://
tp
menjadi 12,76 tahun pada tahun 2014, dengan indeks Harapan Lama Sekolah
ht
38
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
Tabel 4.2. Angka Harapan Lama Sekolah (HLS) dan Rata-Rata Lama Sekolah (RLS)
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013-2014
Angka Harapan
Rata-Rata Lama
Lama Sekolah
Provinsi/Kabupaten Sekolah (Tahun)
(Tahun)
2013 2014 2013 2014
(1) (2) (3) (4) (5)
Kab. Rejang Lebong 12,42 12,76 7,59 7,60
Prov. Bengkulu 12,78 13,01 8,09 8,28
/
.id
Rejang Lebong mengalami sedikit peningkatan, yaitu dari 7,59 tahun menjadi 7,6
go
s.
tahun. Meskipun demikian merupakan suatu kemajuan yang berarti jika terjadi
p
.b
peningkatan rata-rata lama sekolah setiap tahun. Karena hal ini menunjukkan
ab
bahwa pembangunan pendidikan sebagai salah satu kunci dari pembangunan
gk
on
berarti sumber daya manusia di Kabupaten Rejang Lebong masih tergolong rendah.
an
ej
menunjukkan bahwa dari seluruh pendidikan yang harus dijalani, secara umum
tp
ht
penduduk Kabupaten Rejang Lebong yang berpendidikan formal ini hanya sebesar
berkualitas.
39
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
Tabel 4.3. Indeks Harapan Lama Sekolah, Rata-Rata Lama Sekolah dan Pendidikan
di Kabupaten Rejang Lebong Tahun 2013-2014
/
.id
go
Indeks Pendidikan merupakan rata-rata dari indeks gabungan antara
s.
Indeks Harapan Lama Sekolah dan Indeks Rata-Rata Lama Sekolah. Indeks ini
p
.b
mampu menggambarkan keberhasilan pembangunan bidang pendidikan di
ab
gk
Lebong tahun 2014 mencapai 60,78. Angka ini lebih tinggi dibanding tahun 2013
eb
yang sebesar 59,78. Dari klasifikasi komponen Indeks Pendidikan, dapat dilihat
gl
an
bahwa Kabupaten Rejang Lebong pada tahun 2013 berada pada kategori rendah.
ej
Kabupaten Rejang Lebong di Tahun 2014 ini sama dengan Indeks Pendidikan rata-
ht
daya beli atau standar hidup layak diukur dengan indikator rata-rata konsumsi riil
perkapita yang disesuaikan (UNDP menggunakan indikator PDB perkapita riil yang
40
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
telah disesuaikan (adjusted real GDP per capita) karena tidak tersedia indikator lain
yang lebih baik untuk keperluan perbandingan antar negara). Besaran nilai Indeks
Daya Beli menunjukkan tingkat kemampuan daya beli penduduk di suatu daerah.
Tabel 4.4. Indikator dan Indeks Daya Beli Kabupaten Rejang Lebong
Tahun 2013-2014
/
.id
Indikator Daya Beli
Provinsi/ Indeks Daya Beli
go
(Rp,000)
Kabupaten
2013 2104 2013 2014
s.
(1) (2) (3) (4) (5)
p
.b
Kab. Rejang Lebong 8813.0 ab 8869.0 66.27 66.47
pada tahun 2013 meningkat menjadi 8.869.000 rupiah di tahun 2014. Besaran
ej
Provinsi Bengkulu, baik tahun 2013 maupun 2014, kemampuan daya beli
penduduk Kabupaten Rejang Lebong berada di atas rata-rata provinsi. Jika dilihat
klasifikasi komponen Indeks Daya Beli, maka Kabupaten Rejang Lebong pada tahun
2013 dan 2014 berada pada kategori sedang, sama halnya dengan rata-rata
Provinsi Bengkulu.
41
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
suatu daerah dan merupakan tantangan yang harus dihadapi dalam rangka
/
.id
termasuk dalam kategori kesejahteraan sedang menurut skala internasional. IPM
go
s.
Kabupaten Rejang Lebong tahun 2013 sebesar 66,11 termasuk dalam tingkat
p
.b
pembangunan manusia kesejahteraan sedang. Angka ini meningkat pada tahun
ab
2014 menjadi 66,55 dan masih tetap termasuk kategori yang sama dengan tahun
gk
on
penduduk Provinsi Bengkulu yang dalam dua tahun terakhir termasuk dalam
gl
tingkat pembangunan manusia yang sedang. Hal ini tercermin dari IPM Provinsi
an
ej
Bengkulu sebesar 67,50 di tahun 2013 meningkat berkisar antara 68,06 di tahun
r
://
2014.
tp
ht
Nilai IPM Kabupaten Rejang Lebong sangat ditentukan oleh capaian tiga
dimensi dasar pembangunan manusia. Dilihat dari peningkatan yang ada, ternyata
IPM dari komponen indeks harapan hidup, pendidikan, dan daya beli mengalami
kenaikan. Indeks Harapan Hidup meningkat sebesar 0,04 point, Indeks Pendidikan
meningkat sebesar 0,99 point, dan Indeks Daya Beli mengalami peningkatan
sebesar 0, 2 point.
42
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
/
.id
Prov.
74.35 74.41 62.45 63.75 66.24 66.45 67.50 68.06
go
Bengkulu
s.
Dibanding tahun sebelumnya, IPM Kabupaten Rejang Lebong tahun 2014
p
.b
meningkat sebesar 0,44 point. Dengan angka IPM 66.55 pada Tahun 2014
ab
gk
pertumbuhan 0.66 persen pada tahun 2014 ini adalah suatu bentuk capaian yang
ej
Jika dilihat dari capaian IPM antar kabupaten/kota, pada tahun 2014
43
IPM KABUPATEN REJANG LEBONG
tertinggi adalah di Kota Bengkulu yaitu sebesar 76,49, disusul oleh Kabupaten
Bengkulu Selatan dan Kabupaten Bengkulu Utara dengan angka IPM masing-
provinsi yang memiliki angka IPM sedang dan berada pada peringkat 20 dari 33
/
.id
mempertahankan pembangunan manusianya dalam kurun 2 tahun terakhir, dan
go
s.
percepatan pembangunan manusia di Provinsi Bengkulu lebih cepat dibandingkan
p
.b
dengan beberapa provinsi lain di Indonesia. ab
Tabel 4.6. Angka IPM dan Peringkat IPM Menurut Kabupaten/Kota
gk
on
44
PENUTUP
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Secara umum jika dibandingkan dengan tahun 2013, pada tahun 2014
pembangunan manusia di Kabupaten Rejang Lebong relatif baik. Hal ini tercermin
dari besaran angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Lebong tahun
/
.id
2014 sebesar 66,55 yang mengalami peningkatan sebesar 0,44 point dibandingkan
go
tahun 2013 yang sebesar 66,11. Kenaikan angka IPM ini seiring dengan kenaikan
p s.
seluruh komponen pembentuk IPM yaitu angka harapan hidup sebesar 67,42
.b
ab
tahun, angka harapan lama sekolah sebesar 12,76 tahun, rata-rata lama sekolah
gk
rupiah.
eb
gl
Provinsi Bengkulu sendiri memiliki besaran IPM yang berada pada posisi ke-20
://
tp
dari 33 provinsi di Indonesia. Selain itu, besaran IPM Kabupaten Rejang Lebong
ht
pada tahun 2014 termasuk kategori sedang, sama halnya dengan IPM Provinsi
Bengkulu yang juga termasuk kategori sedang. Untuk itu, diharapkan agar angka
45
PENUTUP
penduduk secara umum. Sementara itu, upaya peningkatan daya beli penduduk
/
.id
pendidikan penduduk.
go
s.
Upaya peningkatan kesehatan penduduk dapat dilakukan di antaranya
p
.b
melalui: ab
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara hidup sehat, berupa
gk
on
masyarakat.
an
ej
46
PENUTUP
/
.id
akses masyarakat dalam menjangkau pendidikan formal.
go
s.
Di bidang ekonomi, perbaikan daya beli masyarakat tidak terlepas dari
p
.b
peningkatan pendapatan. Secara berkesinambungan, jika terjadi peningkatan mutu
ab
kesehatan dan pendidikan, berarti juga telah terjadi peningkatan kualitas sumber
gk
on
bersaing di era gobalisasi. Selain itu, peningkatan pendapatan juga tidak terlepas
gl
an
dari berkembangnya dunia usaha dan semakin baiknya iklim investasi untuk
ej
dengan menghidupkan dunia usaha pada berbagai sektor ekonomi dengan melihat
47
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
BPS Kabupaten Rejang Lebong , 2015. Rejang Lebong dalam Angka 2015. Curup:
/
.id
Rahman, Kms Taufik. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang
go
Lebong Menurut Lapangan Usaha 2010-2014. Curup: BPS Kabupaten Rejang
p s.
Lebong.
.b
ab
Tsiqoh, Nailis. 2015. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Rejang Lebong
gk
48
ht
tp
://
re
ja
ng
le
bo
ng
ka
b.
bp
s.g
o.
id
/