Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MATA KULIAH ARSITEKTUR BUDAYA

TUGAS RESUME BUKU


DEFINISI ARSITEKTUR, BUDAYA, SERTA HUBUNGAN ARSITEKTUR DENGAN
KEBUDAYAAN

DOSEN :
Prof. Dr. Ir. Putu Rumawan Salain, M.Si.

MAHASISWA :
Dewa Gde Ngurah Baruna Wijaya
1504205031

JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017/2018
1. Pengertian Arsitektur:

Menurut Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya ( Wastu Citra, 1988 : 3-4 ) beliau
menyebutkan bahwa berarsitektur adalah beraktivitas, termasuk di antranya bertukang,
sesuatu yang buat sebagian orang dianggap tidak setinggi mendesain , dan masalah arsitektur
memang bukan hanya soal statika bangunan agar menjadi kokoh dan tidak roboh apabila ada
gempa, bukan cuma harus nikmat ventilasinya dan elok efek psikologis interpenetrasi ruang-
ruangnya, bukan pula hanya menyakngkut masalah pragmatic denah pemukiman,
penyusunan ekonomis zona industry, zona bisnis, dan sebagainya. Akan tetapi, dia
menyentuh dimensi yang telah disentuh pula oleh alam raya, yakni yang menunjuk kepada
sesuatu yang transendens, yang memberi makna.

Makna ini sendiri bisa diwancanakan sebagai spirit atau semangat yang menjiwai suatu
bentuk hasil karya, yang menggugah dan mempesona sanubari. Ibarat garis-garis dan tekstur
pada sebuah lukisan yang menggelarkan bahasa citranya.Dalam suatu pertunjukkan kesenian
tari, tabuh maupun teater ada yang dikenal dengan sebutan taksu atau imaji yang
memancarkan misteri kharismatis suatu adegan atau tetarian yang dilakoni, ataupun berupa
kekuatan dan nilai-nilai yang diekspresikan menyihir decak kagum penontonnya.

Selain itu, Y.B. Mangunwijaya juga berpendapat apabila berasitektur yang diibaratkan
membuat puisi. Dimana komponen-komponen pembentuknya sebagai teks dalam untaian
kata. Teks- teks yang terangkai memiliki nuansa, getaran, dan citra seperti puisi yang
mewarta dan bermakna. Hal ini dapat disimpulan sebagai berikut: Permenungan dalam proses
penciptaan sebuah puisi yang dianalogikan dengan proses melahirkan sebuah karya
arsitektur.

Menurut I Nyoman Gde Suardana dalam bukunya Arsitektur Bertutur ( tahun 2005 )
sejatinya, arsitektur bukan sekadar bentuk atau hanya fisik semata, melainkan perlu dimaknai
secara holistik dengan keindahan hati manusia selaku bagian dari segenap ciptaan Tuhan.
Sekaligus menyadari akan korelasinya dengan alam lingkungan dan mahluk hidup lainnya.
Lantaran arsitektur, selain memberikan ruang bagi setiap aktifitas fisik kehidupan manusia,
pun didambakan mampu memberi kenyamanan dan kenikmatan kepada manusia, pengguna
arsitektur.
Tanggapan :

Jadi, menurut saya arsitektur itu sendiri dapat diartikan sebagai wujud daripada ungkapan
manusia yang kemudian disampaikan dengan adanya penciptaan suasana, yakni perkawinan
guna dan citra. Bukan dalam kemewahan bahan atau tinggi teknologinya letak harganya.
Bahan-bahan yang sederhana justru lebih mampu mencerminkan refleksi keindahan puisinya,
karena lebih bersih dari godaan maupun kepongahan daripada arsitektur itu sendiri yang
merupakan ruang bagi aktifitas fisik kehidupan manusia yang juga diharapkan mampu
memberikan kenyamanan dan kenikmatan bagi penikmatnya, yaitu manusia.

2. Pengertian kebudayaan :

Menurut Kanjeng Pangeran Haryo Prof. Dr. Koentjaraningrat dalam bukunya yang
berjudul ( Manusia dan Kebudayaan di Indonesia , 1974 : 5-6 ) , bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan
masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.

Selain itu, menurut beliau terdapat tujuh macam sistem kebudayan universal, yaitu:

a. Sistem religi yang meliputi:

sistem kepercayaan
sistem nilai dan pandangan hidup
komunikasi keagamaan
upacara keagamaan

b. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi:

kekerabatan
asosiasi dan perkumpulan
sistem kenegaraan
sistem kesatuan hidup
perkumpulan
c. Sistem pengetahuan meliputi pengetahuan tentang:

flora dan fauna


waktu, ruang dan bilangan
tubuh manusia dan perilaku antar sesama manusia

d. Bahasa yaitu alat untuk berkomunikasi berbentuk:

lisan
tulisan

e. Kesenian yang meliputi:

seni patung/pahat
relief
lukis dan gambar
vokal
musik
bangunan
kesusastraan

f. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi yang meliputi:

berburu dan mengumpulkan makanan


bercocok tanam
peternakan
perikanan
perdagangan

g. Sistem peralatan hidup atau teknologi yang meliputi:

produksi, distribusi, transportasi


peralatan komunikasi
peralatan konsumsi dalam bentuk wadah
pakaian dan perhiasan
tempat berlindung dan perumahan
Tanggapan :

Jadi, menurut saya kebudayaan itu tercipta dikarenakan manusia sebagai mahluk
sosial ( yang saling membutuhkan ), sehingga timbullah kehidupan bermasyarakat,
dimana perilaku atau perbuatan yang biasa dilakukan oleh seseorang atau suatu
kelompok masyarakat tersebut akan menjadi suatu tradisi yang nantinya akan dapat
diteruskan ke generasi selanjutnya , kebudayaan itu tidak diturunkan secara biologis
melainkan diperoleh melalui proses belajar, dan kebudayaan itu didapat, didukung
dan diteruskan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

3. Hubungan Arsitektur dengan Kebudayaan

Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya ( Wastu Citra , 1988 : 19-20 ) mengatakan jika
arsitektur sesungguhnya merupakan cerminan dari kebudayaan itu sendiri dan sesungguhnya
sangatlah dekat dengan kehidupan-kebutuhan dasar manusia yang meliputi, pangan,sandang,
papan- maka penyempitan ilmu arsitektur menjadi ilmu bangunan yang identik dengan
persepsi mewah-mahal-canggih sesungguhnya telah membuat bencana bagi penerapan ilmu
itu di masyarakat, terutama karena kondisi masyarakat Indonesia yang masih miskin. Dalam
berbagai aspek, arsitektur sesungguhnya adalah milik masyarakat. Ilmu arsitektur sewajarnya
ikut mendukung proses pengembalian ke arah sana. Bukan malah memberi jarak bahkan
menjauhkan ilmu kehidupan itu dari masyarakat.

Hal ini dapat terlihat dari karya-karya beliau yang yang banyak dipengaruhi oleh kearifan
lokal seperti proses pengawetan bambu, bentuk-bentuk yang ada di arsitektur masyarakat,
dan juga bentuk-bentuk dari alam yang banyak terlihat pada grafis-grafis simbolik karyanya.

Y.B. Mangunwijaya dalam bukunya ( Wastu Citra , 1988 : 331-332 ) Arsitektur dapat
dikatakan sebagai disiplin ilmu yang sangat kompleks, karena didalamnya terdapat begitu
banyak jenis disiplin ilmu yang digunakan dan saling mendukung, mulai dari pengaruh sosial
budaya, hukum, lingkungan, seni, psikologi,keagamaan, dan juga ilmu keteknikan. Begitu
juga dengan ragam jenis arsitektur sangat kompleks, khususnya di Indonesia memiliki
keragaman arsitektur yang sangat banyak dan beragam. Berdasarkan periode waktu, banyak
jenis-jenis arsitektur yang tercipta, mulai dari arsitektur lokal yang diwakili oleh arsitektur
tradisional maupun vernakuler, arsitektur kolonial, modern, postmodern, hingga
kontemporer.

Dari berbagai macam jenis arsitektur yang ada di Indonesia tentunya memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Sehingga Arsitektur tradisional yang berangkat dari tradisi lokal
yang terus dilakukan secara turun-temurun, pembentukannya dipengaruhi oleh unsur kosmos
dan mitos yang kemudian dinilai sebagai arsitektur yang memiliki nilai kearifan
lokal. Arsitektur yang dibuat dengan cara memperhatikan kondisi ekologis setempat oleh
masyarakat setempat, sesuai dengan kondisi yang ada dilingkungan tersebut. Maka
menciptakan arsitektur adalah memanfaatkan dan mengangkat martabat alam sesuai
kebutuhan dan kondisi.

Tanggapan :

Jadi, menurut saya hubungan antara arsitektur dengan kebudayaan, dan begitu pula
sebaliknya adalah arsitektur yang merupakan suatu cara penyampaian bahasa secara non-
verbal , sebagai alat komunikasi yang juga mempunyai nuansa sastrawi dan tidak jauh
berbeda dengan sastra verbal. Arsitektur itu sendiri dapat dipahami melalui wacana
keindahan, yang mampu memunculkan karakteristiknya. Hal ini dikarenakan arsitektur itu
sangatlah dekat dengan kehidupan masyarakat itu sendiri . Sehingga , bila kita berarsitektur,
artinya berbahasa dengan ruang dan gatra, dengan garis dan bidang, dengan bahan material
dan suasana tempat, sudah sewajarnya juga untuk berarsitektur secara budayawan, dengan
nurani dan tanggung jawab penggunaaan bahasa arsitektural yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Mangunwijaya,Y. B., Wastu Citra, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 1988.

Koentjaraningrat ,Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, Djambatan, Jakarta. 1974.

Suardana,I Nyoman Gde,Arsitektur Bertutur,Yayasan Pustaka Bali, Denpasar.2005.

Anda mungkin juga menyukai