MODUL 1
OLEH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
A. Terminologi
1. Club foot : kelainan kongenital pada ekstremitas bawah dimana kaki terpuntir
ke medial .
kaki mengalami inversi tungkai, aduksi kaki depan , rotasi dari tibia .
B. Rumusan Masalah
5. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin dengan kondisi anak pak abdul?
7. Bagaimana hubungan kondisi cacat pada kakek dengan keadaan anak pak abdul?
9. Bagaimana hubungan kondisi anak perempuan dengan anak laki laki anak pak
11. Apa ada hubungan dengan kondisi anak pertama dengan dengan pekerjaan pak
abdul?
16. Bagaimana perubahan yang terjadi pada hindfoot , midfoot, dan forefoot tersebut?
17. Mengapa dianjurkan ponseti method dengan gips serial dan apa tindakan lain yang
bisa dilakukan?
C. Brainstorming
2. Berat badan lahir 3200 gram menandakan berat lahir normal. Kaki yang bengkok
3. Tidak ada hubungan kondisi lahir . Kemungkinan kondisi intra uterin yang
yang tepat.
5. Kejadian anak pak abdul sering terjadi pada anak laki laki dimana perbandingan
dengan perempuan yaitu 2:1. Untuk kondisi usia yang baru lahir dicurigai kelainan
kongenital.
6. Kondisi pekerjaan pak abdul bisa menyebabkan mutasi genetik atau kromosom
7. Keadaan kakek mengalami mikrotia, bisa jadi keturunan akan mengalami cacat
8. Sudah terjawab
9. Sudah terjawab
10. Kondisi tersebut bisa karna kelainan kromosom terutama yang terjadi pada
12. Kalau polidaktili tidak perlu diangkat tapi secara kosmetik mengganggu .
Pembedahan dilakukan antara usia 1,5-2,5 tahun. Pada orang dewasa bisa
mengganggu aktivitas.
15. Clubfoot terjadi karna adanya deformitas. Bisa karna otot pada tibia pendek, sendi
tidak ada atau berkurang. Kondisi ibu oligohidramnion dan penekan dari luar.
16. Forefoot mengalmi adduksi dan supinasi sehingga menghadap ke medial, hindfoot
mengalami inversi dan ada equinus ankle sehingga plantar fleksi , ujung jari kaki
17. Ponseti method merupakan tindakan yang tidak invasif, jika di operasi biasanya
F. Pembahasan LO
Ekstremitas mulai berkembang pada minggu ke-4. Mesoderm lempeng lateral akan
mengeksekresikan FGF10 yang sehingga terbentuk tunas ekstremitas yang keluar dari
dinding tubuh ventrolateral. Untuk ekstremitas atas dipicu oleh TBX5 dan FGF10,
sedangkan untuk ekstremitas bawah dipicu oleh TBX4 dan FGF10. Tunas tersebut terdiri
dari inti mesenkim yang berasal dari mesoderm lempeng lateral yang akan membentuk
tulang dan jaringan ikat, pada bagian luarnya dilapisis ektoderm kuboid. Sumbu
anteroposterior merupakan yang pertama kali dibentuk. Diatur oleh zone of polarizing
activity (ZPA), sel-sel ini akan menghasilkan asam retinoat (vitamin A) yang akan memicu
Jika pertumbuhan tunas telah dimulai berbagai protein morfogenik tulang (BMP)
yang diekspresikan di ektoderm ventral memicu pembentukan AER, pada ektoderm bagian
dorsal akan diekspresikan Radical fringe yang akan membatasi lokasi AER di ujung distal
ekstremitas. SER2 akan menentukan batas sel yang akan menghasilkan radical fringe dan
yang tidak. Pada batas inilah AER terbentuk. Pembentukan batas ini juga dibantu oleh
Engrailed-1 (ENT-1) yang dihasilkan ektoderm ventral yang mana nantinya akan menekan
ekspresi Radical fringe. Ektoderm di batas distal akan menebal membentuk Apical
tetapi tidak diferensiasi yang dinamakan progress zone. AER akan distimulai oleh SHH
Seiring pertumbuhannya sel - sel mesenkim di ujung proksimal akan semakin jauh
dari AER dan pengaruhnya sehingga memperlambat laju pembelahan dan memulai proses
dorsal akan mengekspresikan Wnt-7 yang akan menstimulasi sekresi Lmx1b yang
menyebabkan perkembangan bagian dorsal dari tunas ekstremitas. Pada bagian ventral akan
dihasilkan EN-1 yang akan menghalangi ekspresi Wnt-7 sehingga menvcegah pembentukan
Pada minggu ke 6 bagian terminal tunas ekstremitas menjadi pipih dan terbentuk
lempengan tangan dan lempengan kaki. HOX dan SHH bersama sama akan menentukan
pembentukan jari jari. SHH akan menginduksi BMP untuk menginduksi apoptosis
diantara sela sela jari dengan menekan ekspresi FGF. Lempengan akan diipisahkan dari
segmen proksimal oleh suatu konstriksi melingkar. Kemudian konstriksi kedua akan
membagi dua bagian proksimal sehingga bagian bagian utama ekstremitas sudah bisa
derajat ke arah lateral, sedangkan ekstremitas bawah berputar 90 derajat ke arah medial.
Pada minggu ke 8 jari tangan dan kaki sudah terbentuk lengkap terpisah.Posisi kaki akan
mengalami pemadatan, dan sel sel ini berdiferensiasi menjadi kondrosit. Pada minggu ke 6
terdapat di semua tulang panjang ekstremitas pada minggu ke 12 perkembangan. Dari pusat
primer di diafisis akan terjadi osifikasi secara bertahap menyebar ke ujung - ujung kartilago.
Saat lahir diafisis telah mengalami sifikasi sempurna sedangkan pada bagan ujung yaitu
epifisis tetep berupa kartilago. Namun segera sesudahnya di epifisis muncul pusat pusat
osifikasi . Untuk sementara lempeng kartilago tetap berada di antara epifisis dan diafisis
yang dinamakan lempeng epifisis dan berperan dalam penambahan panjang tulang. Ketika
Vertebra terbentuk dari bagian sklerototom somit yang berasal dari mesoderm
dan notokord untuk menyatu dengan sel sel dari somit yang berlawanan di sisi lain tabung
saraf. Seiring dengan berlanjutnya perkembangan, bagian sklerotom dari masing masing
somit juga mengalami suatu proses yang disebut resegmentasi. Resegmentasi terjadi ketika
separuh kaudal dari masing masing sklerotom tumbuh ke dalam dan menyatu dengan
separuh sefalik dari masing masing sklerotom dibawahnya. Karena itu, setiap vertebra
dibentuk oleh kombinasi separuh kaudal satu somit dan separuh kranial somit didekatnya.
Sel sel mesenkim di antara bagian sefalik dan kaudal segmen sklerotom asli tidak
berproliferasi tetapi mengisi ruang antara dua korpus vertebrae prekartilaginosa. Dengan
cara ini, sel sel tersebut ikut membentuk diskus intervetrebalis. Meskipun mengalami
oleh serat serat sirkular anulus fibrosus. Kedua stryktur ini berkombinasi memebentuk
diskus intervertebralis.
2. OI (Osteogenesis Imperfecta)
Definisi
Epidemiologi
Bersifat autosomal dominan yang bisa terjadi pada semua ras ataupun suku
Bisa terjadi karena turunan orang tua aatau mutasi gen spontan
Etiologi
mutasi gen yang mengatur procolagen (gen COL1A1 dan gen COL1A2 7q22. baca :
colia. penulis red). Hal ini mengakibatkan maturitas dari kolagen menjadi terganggu dan
osteoblas tidak mampu berdiferensiasi dengan baik sehingga terjadi gangguan skeletal.
Kolagen tipe 1 dijumpai pada tulang, kapsula organ, sclera, fasia, kornea, tendon,
Klasifikasi
1. Tipe 1 (ringan)
Sklera biru (karena bersifat tembus seperti kulit tipis. Akibatnya, sklera
berwarna biru)
I b = dentinogenesis imperfecta.
2. Tipe 2 (sangat berat)
sebagian besar meninggal di intraunterine atau dapat beratahan hidup beberapa saat
3. Tipe 3 (berat)
Gejala klinis
Otot hipertonus
Defisiensi dentin
Perdarahan subkutan
Sklera biru
Banyak fraktur halus (pergerakan sedikit saja sakit) => krepitasi. Hal ini membuat
Foto rontgen (diagnosis dan penentuan derajat kerusakan tulang => Lihat bentuk
Tatalaksana
Perbaiki deformitas yang terjadi, kalau perlu lakukan ostetomi dan fiksasi interna.
Prognosis
Tipe I => dapat survive dengan supportif dan tatalaksana yang baik. Tulang menjadi kuat
setelah pubertas.
Tipe II => saat partus bayinya meninggal dan terlihat hancur karena tulangnya fraktur
dengan mudah
Adalah suatu keadaan kombinasi adduksi pada forefoot, supinasi midtarsal joint, tumit varus
dan ankle joint dalam posisi equinus serta medial deviasi terhadap lutut karena adanya tibial
torsi.
Epidemiologi
Insiden 2 dari 1000 kelahiran hidup. 50% kasus mengenai kedua kaki (bilateral). Banyak
Etiologi
Genetik
Teori neuromuscular. Pada fase embrionik saat kaki terbentuk, otot medial dan
posterior (betis dan tibialis posterior) pendek ditambah dengan adanya capsul fibrosa
Idiopatik
Diagnosis
Dapat terlihat dari cara berjalan dan gambran radiologi. Pada saat diagnoisis perlu di
Tatalaksana
Dilanjutkan dengan terapi sepati denis brown splint taitu memposisikan kaki dalam
posisi otward dan valgus selama 8 minggu dan dipasang setiap siang dan malam
40% pasien dapat ditangani dengan tindakan non-operatif dalam waktu 3 hingga 4
bulang diikuti evaluasi secara radiologi. Namun, 60% pasien resisten terhadap terapi
non-operatif, sehingga harus dilakukan koreksi tendon pada usia 4-6 bulan. Operasi
Prognosis
Jika dilakukan treatment dalam waktu 0-7 hari setelah kelahiran dan early treatment maka
4. Spina bifida
Definisi
Spina bifida adalah kelainan neural tube ( neural tube defect ) yang terjadi akibat
Epidemiologi
Etiologi
tube adalah :
- Carbamazepine
- Valproic acid
- Sulfonamide
sebesar 1-2%, maka dari itu seorang wanita hamil yang mengkonsumsi obat-obat
prenatal rutin.
Klasifikasi
kulit yang biasanya tidak mengenai jaringan saraf yang ada di bawahnya. Cacat ini
yang yang menutupi daerah yang cacat. Kecacatan ini disebabkan karena
Adalah suatu defek neural tube berat dimana jaringan saraf dan atau meningens
menonjol melewati sebuah cacat lengkung vertebra dan kulit sehingga membentuk
Meningokel merupakan bentuk spina bifida dimana cairan yang ada di kantong
terlihat dari luar ( daerah belakang ), tetapi kantong tersebut tidak berisi spinal
Merupakan bentuk spina bifida dimana jaringan saraf ikut di dalam kantong
sepanjang daerah torakal bawah dan lumbosakral dan tetap sebagai masa jaringan
lumbar dan dapat menyebabkan gangguan neurologis pada ekstremitas bawah dan
gangguan kandung kemih. Defek neural tube ini dapat dideteksi melalui
pemeriksaan kadar alfa feto protein ( AFP ) pada sirkulasi fetus setelah
Faktor Resiko
Kekurangan asam folat. Memiliki kadar asam folat yang cukup terutama sebelum
dan selama masa kehamilan sangat penting untuk menurunkan risiko melahirkan
anak dengan spina bifida. Ini merupakan faktor pemicu yang paling signifikan
Faktor keturunan. Orang tua yang pernah memiliki anak yang mengidap spina
bifida mempunyai risiko lebih tinggi untuk kembali memiliki bayi dengan jenis
Jenis kelamin. Kondisi ini lebih sering dialami oleh bayi perempuan.
Diabetes. Wanita yang mengidap diabetes memiliki risiko lebih tinggi untuk
melahirkan bayi dengan spina bifida. Kadar glukosa berlebih dalam darah bisa
Defek neural tube disini yang dimaksud adalah karena kegagalan pembentukan
defek neural tube adalah kegagalan penutupan neural tube, mempengaruhi neural dan
Selama kehamilan , otak, tulang belakang manusia bermula dari sel yang datar, yang
kemudian membentuk silinder yang disebut neural tube. Jika bagian tersebut gagal
menutup atau terdapat daerah yang terbuka yang disebut cacat neural tube terbuka.
Daerah yang terbuka itu kemungkinan 80% terpapar atau 20% tertutup tulang atau
kulit.
90% dari kasus yang terjadi bukanlah faktor genetik / keturunan tetapi sebagian besar
terjadi dari kombinasi faktor lingkungan dan gen dari kedua orang tuanya.
Manifestasi klinis
Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru
pada pinggul, tungkai atau kaki. Penurunan sensasi. Inkontinensia urin maupun
(meningitis)
Diagnosis
Defek neural tube dapat dideteksi dengan pemeriksaan AFP ( alfa feto protein) pada
cairan amnion atau AFP yang diperiksa dari darah ibu hamil. AFP adalah protein serum
utama yang terdapat pada awal kehidupan embrio dan 90% dari total globulin serum
dari fetus. AFP dapat mencegah rejeksi dari fetal imun dan pertamakali dibuat di yolk
sac dan kemudian di sistem gastro intestinal dan hepar fetus. Dimulai dari sirkulasi
darah fetus menuju traktus urinarius kemudian diekskresi ke dalam cairan amnion.
AFP juga dapat bocor ke dalam cairan amnion melalui defek neural tube yang terbuka seperti
pada anencephaly dan myelomeningocele, dimana sirkulasi darah fetus berhubungan langsung
dengan cairan amnion. Langkah pertama dari prenatal skrining adalah pemeriksaan serum AFP
dan level AFP. Misalnya, pada usia kehamilan 20 minggu konsentrasi AFP serum pada
ibu hamil lebih tinggi dari 1.000 ng/mL mempunyai indikasi terjadinya defek neural tube
terbuka. Kadar AFP serum normal pada ibu hamil biasanya lebih rendah dari 500 ng/mL.
Penentuan ketepatan usia kehamilan sangatlah penting karena level AFP mempunyai
hubungan yang spesifik dengan usia kehamilan dan dapat meningkat mencapai puncak
pada fetus normal pada kehamilan 12-15 minggu. Pemeriksaan AFP melalui cairan amnion
merupakan pemeriksaan yang akurat, terutama pada usia kehamilan 15-20 minggu dan
dapat mendeteksi kurang lebih 98% pada semua defek neural tube yang terbuka. Defek
Tatalaksana
mengobati hidrosefalus, kelainan ginjal dan kandung kemih serta kelainan bentuk fisik yang
sering menyertai spina bifida. Terapi fisik dilakukan agar pergerakan sendi tetap terjaga dan
untuk memperkuat fungsi otot. Untuk mengobati atau mencegah meningitis, infeksi saluran
kemih dan infeksi lainnya, diberikan antibiotik. Untuk membantu memperlancar aliran air
kemih bisa dilakukan penekanan lembut diatas kandung kemih. Diet kaya serat dan program
pelatihan buang air besar bisa membantu memperbaiki fungsi saluran pencernaan.
Definisi :
osues seperti asetabulum dan proksimal femur , labrum, kapsula, dan jaringan lunak lainnya.
Kondisi ini bisa terjadi sejak konspesi sampai proses maturitas tulang.
Kondisi yang lebih spesifik dari pengertian diskolasi hip congenital adalah sebagai
berikut.
dengan asetabulum
asetabulum.
Epidimiologi
Secara umum dysplasia hip congenital terjadi pada 1 : 1.000 kelahiran. Perbandingan
Etiologi
Penyebab pasti masih belum diketahui secara pasti. Faktor predisposisi yang
berhubungan
1. Posisi intrauterine,Breech positioning (posisi adduksi yang berlebihan dari sendi hip)
3. Lahir sungsang
4. Sering dibedong dan terlalu ketat
kortikolis.
7. Oligo hidramnion.
Patofisiologi
Kekenduran ligament mempermudah kondisi ketidakstabilan dan dislokasi pada sendi hip.
Diagnosis
a. Barlow maneuver : kaput femur femoris melewati / tidak pas dengan acetabulum.
b. Ortolani maneuver : + ada bunyi klik saat trokanter mayor / tidak pas dengan
acetabulum.
2. 3-6 bulan
Usg pada panggul bayi dengan indikasi < 6 bulan dengan factor resiko.
3. > 6 bulan
Radiografi x- ray
Penatalakasanaan
1. < 3 bulan
posisi stabil (flexi dan abduksi ) dengan memberikan ruang panggul bergerak.
2. 3-4 bulan
Pavlink harness mencegah aktif dan pasif ekstensi dari panggul tapi
membolehkan gerakan lain untuk stimulasi penurunan bagian panggul yang abnormal.
3. 3-18 bulan
4. 18 bulan 5 tahun
5. > 5 tahun
Bisa dilakukan penggantian sendi dengan prostatetik jika gagal biarkan saja,
jangan paksa ditarik agar pembuluh dara dan saraf tidak rusak.
6. .ACHONDROPLASIA
gangguan osifikasi endokondral akibat mutasi gen FGFR 3 (fibroblast growth factor
receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3. Sindroma ini ditandai oleh adanya
namun kira-kira 85-90% dari kasus ini memperlihatkan de novo gene mutation atau
mutasi gen yang spontan. Ini artinya bahwa kedua orang tua tanpa Achondroplasia,
bisa memiliki anak dengan Achondroplasia. Jika salah satu orang tua mempunyai gen
anak yang menderita Achondroplasia 50% dan 25% anak dengan homozigot
(fibroblast growth factor receptor 3) pada lengan pendek kromosom 4p16.3. Gen
FGFR3 berfungsi memberi instruksi dalam hal pembentukan protein yang terlibat
dalam pembentukan dan pemeliharaan tulang, khususnya pembentukan tulang secara
osifikasi endokondral. Dua mutasi spesifik pada gen FGFR3 bertanggungjawab pada
hampir semua kasus Achondroplasia. Sekitar 98% kasus, terjadi mutasi G ke A pada
nukleotida 1138 pada gen FGFR3. Sebesar 1% kasus disebabkan oleh mutasi G ke
Osifikasi endokondral adalah salah satu jenis pertumbuhan tulang dimana sel
Setelah itu, hipertrofik kondrosit akan mengalami apoptosis (kematian sel) dan pada
regio tersebut terjadi kalsifikasi matriks ekstraseluler. Proses ini akan membentuk
pelat pertumbuhan (growth plate) dan pertumbuhan normal tulang panjang tercapai
melalui differensiasi dan maturasi kondrosit yang sinkron. Adanya mutasi gen
endokondral, dimana kecepatan perubahan sel kartilago menjadi tulang pada pelat
tulang terganggu.
Pada lingkup kraniofasial yang terpengaruh adalah basis kranium dan bagian
tengah wajah (midface) karena bagian-bagian ini dibentuk secara osifikasi endokondral.
C. Diagnosis
1. Anamnesis
pendek
2. Pemeriksaan Fisik
a. Neurologi
Hipotonia
Keterlambatan motorik
spatial
b. Kraniofasial
Maloklusi gigi
c. Skeletal
berlebihan
Hiperekstensibility
Genuvarum
3. Laboratorium
genetik.
4. Radiodiagnostik
c. Spinal stenosis
D. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
f. Terapi anti-inflamasi
2. Terapi Bedah
a. Laminektomi
b. Fusi spinal pada kifosis persisten disertai penggunaan dan modifikasi brace
7. Sindaktili
Epidemilogi
Klasifikasi
Tipe 5 : komplikasi, dimana terjadi fusi tulang dan abnormalitas tulang jari.
Etiologi
keluarga.
Diagnosis
kelahiran, berat badan lahir. Catat dan dokumentasi jari tangan yang abnormal.
Gerakkan jari secara pasif untuk mengetahui ada atau tidak penyatuan tulang. Pada
Tatalaksana
Dilakukan lembedahan pada usia 5-6 bulan agar tidak terjadi malrotasi dan
Prognosis
8. Deformitas Sprengel
Suatu kondisi yang berhubungan dengan malposisi dan displasia dari skapula.
-Etiologi
faktor penyebabnya.
-Patofisologi
-Gambaran klinis
-Penatalaksanaan
perikapsuler
2.Pembedahan :bertujuan untuk pelepasan dari ikatan skapula,dan
relokasi skapula.
G. Daftar pustaka
Media.
Watampone