PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena
Kasus panggul sempit dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan
(mochtar.R,1998).
membuka dinding perut dan dinding rahim. Ada tiga teknik section
(www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah Caesar
rahim, cidera pada pembuluh darah, cidera pada usus dan infeksi yaitu
operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir
jalan lahir misalnya,sering terjadi cidera pada rahim bagian bawah atau
cidera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi
(www.tenreng.files.wordpress.com/2008).
Pada tahun 2008 jumlah ibu nifas pada RSUD Abepura dilaporkan
sebanyak 1.575 kasus. Dari jumlah ibu nifas post SC dengan indikasi CPD
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana mengkaji data pada ibu nifas post sectio caesarea indikasi
CPD ?
indikasi ?
4. Bagaiman membuat rencana asuhan kebidan pada ibu pada ibu nifas post
SC indikasi CPD ?
indikasi CPD ?
SC indikasi CPD ?
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
secara intensif.
2. Tujuan khusus
indikasi CPD
SC indikasi CPD
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
Sectio Caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan
pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina; atau Sectio
Caesarea adalah suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim
seorang ibu dan uterus untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih. Cara
antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar
panggul ibu. Sering kali, diagnosis ini dibuat setelah wanita telah
bekerja keras selama beberapa waktu, tetapi lain kali, itu dimasukkan
vagina.
cavum abdominal.
antara kedua os pubis kanan dan kiri, disebut simfisis. Dibelakang terdapat
pada kehamilan dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih
lebih kurang 2,5 cm. Hal ini dapat dilakukan bila ujung os koksigis
menonjol ke depan pada saat partus, dan pada pengeluaran kepala janin
fungsional, panggul terdiri dari dua bagian yaitu pelvis mayor dan pelvis
minor.
kepala engagement. Jarak antara kedua spina ini yang biasa disebut
datar namun terdiri dari dua segitiga dengan dasar yang sama yaitu
b. Plasenta previa
c. Gawat janin
f. Hipertensi
j. Distosia serviks
l. Malpresentasi janin.
b. Pelvimetri dalam
Memasukkan dua jari (telunjuk dan jari tengah) ke jalan lahir
hingga menyentuh bagian tulang belakang/promotorium. Hitung
jarak dari tulang kemaluan hingga promotorium untuk mengetahui
ukuran pintu atas panggul dan pintu tengah panggul.
Pemeriksaan ini mendapatkan konjugata diagonal. (Aflah Nur,
2010).
c. Pelvimetri roentgenologik
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang bentuk
panggul dan ditemukan angka-angka mengenai ukuran-ukuran
dalam ketiga bidang panggul.
11. Janin yang besar
Normal berat neonatus pada umumnya 4000 gram dan jarang ada yang
melebihi 5000 gram. Berat badan neonatus lebih dari 4000 gram
dinamakan bayi besar. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4000 gram
adalah 5,3%, dan berat badan lahir yang melihi 4500 gram adalah 0,4%.
Pada panggul normal, biasanya tidak menimbulkan terjadinya kesulitan
dalam proses melahirkan janin yang beratnya kurang dari 4500 gram.
Kesulitan dalam persalinan biasanya terjadi karena kepala janin besar atau
kepala keras yang biasanya terjadi pada postmaturitas tidak dapat
memasuki pintu atas panggul, atau karena bahu yang lebar sulit melalui
rongga panggul.
12. Penatalaksanaan Chepalopelvik Disproporsi
a. Persalinan Percobaan
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung
berbagai faktor, antara lain : bentuk panggul, ukuran panggul,
pergerakan sendi-sendi panggul, besarnya kepala janin, persentasi
dan posisi kepala, serta his. Secara pasti, sebelum persalinan
berlangsung hanya dapat ukuran-ukuran panggul. Oleh karena
itu, jika CV < 8 cm dilakukan sectio caesarea primer
sedangkan CV > 8 -10 cm dapat dilakukan persalinan percobaan.
Persalinan percobaan hanya dilakukan pada letak belakang
kepala, tidak dilakukan pada letak sungsang, letak dahi, letak
muka, atau kelainan letak lainnya. Ada 2 macam persalinan
percobaan, yaitu :
1) Trial of labor, dimulai pada permulaan persalinan
dengan pervaginam secara spontan atau dibantu dengan
ekstraksi (forceps atau vakum) dan anak serta ibu dalam
keadaan baik (dikatakan berhasil).
2) Test of labor, dimulai pada saat pembukaan lengkap
dan berakhir 1 jam sesudahnya. Setelah 1 jamkepala
turun sampai H III, test of labor berhasil. Persalinan
percobaan dihentikan jika pembukaan tidak atau kurang
sekali kemajuan, keadaan ibu atau anak menjadi kurang
baik, ada lingkaran retraksi yang patologis, dan
forceps/vakum ekstraksi gagal. Dalam keadaan-keadaan
tersebut, dilakukan sectio caesarea. (Dinan S.
Bratakoesoema, 2005).
h. Seksio Sesarea Seksio sesarea elektif dilakukan pada
kesempitan panggul berat dengan kehamilan aterm, atau
disproporsi sephalopelvik yang nyata. Seksio juga dapat dilakukan
pada kesempitan panggul ringan apabila ada komplikasi seperti
primigravida tua dan kelainan letak janin yang tak dapat
diperbaiki. Seksio sesarea sekunder (sesudah persalinan selama
beberapa waktu) dilakukan karena peralinan percobaan dianggap
gagal atau ada indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas
mungkin sedangkan syarat persalinan per vaginam belum
dipenuhi.
i. Simfisiotomi Tindakan ini dilakukan dengan memisahkan
panggul kiri dan kanan pada simfisis. Tindakan ini sudah tidak
dilakukan lagi.
j. Kraniotomi dan Kleidotomi Kraniotomi adalah suatu tindakan
yang memperkecil ukuran kepala janin dengan cara melubangi
tengkorak janin dan mengeluarkan isi tengkorak, sehingga janin
dapat dengan mudah lahir pervaginam. Kraniotomi, terdiri atas
perforasi kepala janin, yang biasanya diikuti oleh kranioklasi.
k. Kleidotomi Tindakan ini dilakukan setelah janin pada presentasi
kepala dilahirkan, akan tetapi dialami kesulitan untuk melahirkan
bahu karena terlalu lebar. Setelah janin meninggal, tidak ada
keberatan untuk melakukan kleidotomi (memotong klavikula) pada
satu atau kedua klavikula.
13. POST PARTUM
Post partum adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas ini
yaitu 6 8 minggu. (Mochtar, 1998)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama kira-kira 6 minggu.
2) Puerperium Intramedial
Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 68
minggu.
3) Puerperium Remote
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai
komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu-
minggu bulanan atau tahunan. (Mochtar, 1998).
i) Sistem Muskuloskeletal
Pada kedua ekstremitas atas dan bawah dikaji apakah
ada oedema atau perubahan vaskular. Ekstermitas
bawah harus diobservasi akan adanya udema dan
varises. Jika ada udema observasi apakah ada pitting
udema, kanaikan suhu, pelebaran pembuluh vena,
kemerahan yang diduga sebagai tanda dari
tromboplebitis. Ambulasi harus sesegera mungkin
dilakukan untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah
kemungkinan komplikasi. (Sherwen, 1999).
j) Sistem Persyarafan
Ibu post partum hiper refleksi mungkin terpapar
kehamilan dengan hipertensi. Jika terdapat tanda-tanda
tersebut perawat harus mengkaji adanya peningkatan
tekanan darah, proteinuria, udema, nyeri epigastritik
dan sakit kepala. (Sherwen, 1999).
k) Sistem Perkemihan
Untuk mengkaji sistem perkemihan pada masa post
partum secara akurat harus meliputi riwayat : kebiasaan
berkemih, infeksi saluran kemih, distensi kandung
kemih, retensi urine. Kemampuan untuk berkemih,
frekuensi, jumlah, warna, konsistensi, rasa lampias.
Kemampuan untuk merasakan penuhnya kandung
kemih dan pengetahuan tentang personal hygiene. Pada
umumnya dalam 4 8 jam setelah melahirkan ibu post
partum, mempunyai dorongan untuk mengosongkan
kandung kemih. Dalam waktu 48 jam kemudian ibu
post partum akan sering berkemih tiap 3 4 jam sekali
untuk menghidari distensi kandung kemih. (Pillitteri,
1999).
l) Sistem Pencernaan
Karakteristik dari fungsi normal usus adalah adanya
bising usu 5 35 /menit. Kurangnya pergerakan usus
pada hari pertama post partum adalah hal yang biasa
terjadi. Sebagai akibat terjadinya udema saat kelahiran,
kurang asupan makan (puasa) sesaat sebelum
melahirkan selanjutnya pada beberapa hari pertama
post partum. Khususnya saat berada di rumah sakit.
Beberapa ibu tidak mendapatkan kembali kebiasaan
makannya. Jika terjadi konstipasi, abdomen akan
mengalami distensi, maka feses akan terpalpasi.
(Sherwen, 1999).
c. Letting Go Phase
b. Perawatan Payudara
c. Pemberian Nutrisi
b) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, kaji pembesaran kelejar
tiroid, pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
c) Thorak
- Payudara: payudara membesar, uting mudah erektil, pruduksi
kolostrums /48 jam. Kaji ada tidaknya massa, atau
pembesaran pembuluh limfe.
- Jantung: kaji munculnya bradikardi, S1S2 reguler tunggal
- Paru: kaji pernafasa ibu
d) Abdomen
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan
kontraksi, posisi, tinggi fundus. Kaji adanya linea gravidarum, strie
alba, albican.
e) Genetalia
- Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi
normal.
- Lokhea: periksa tipe, jumlah, bau, dan komposisi lokhea
- Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur
internal dan eksternal.
- Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, dan produksi
mukus normal.
g) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan, varises, refleks patella, dan
kaji homans sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).
2. Diagnosa Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi.
2) Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan, efek anestesi, efek
hormonal, distensi kandung kemih.
3) Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dalam
pembedaran.
4) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan intoleransi aktivitas dan
nyeri.
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
6) Resiko infeksi berhubungan dengan peningkatan kerentanan tubuh
terhadap bakteri sekunder pembedahan.
7) Kurang pengetahuan berhubungan dengan mengenai perubahan fisiologis,
periode pemulihan, perawatan diri dan kebutuhan perawatan
diri.
3. Intervensi Keperawatan
1) Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan efek anestesi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ......x 24 jam, bersihan
jalan napas efektif.
Kriteria hasil : Tidak mengalami penumpukan sekret, bunyi nafas bersih, dan
dapat melakukan batuk efektif.
Intervensi :
a. Kaji faktor-faktor penyebab (sekret, penurunan kesadaran, reflek batuk).
Rasional : Penumpukan sekret, penurunan kesadaran dan reflek batuk
menurun dapat menghalangi jalan nafas.
b. Pertahankan klien pada posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke
bawah.
Rasional : dengan memberikan posisi miring, maka sekret dapat mengalir ke
bawah.
c. Kaji posisi lidah, yakinkan tidak jatuh ke belakang dan menghalangi nafas.
Rasional : posisi lidah yang jatuh ke belakang dapat menghalangi jalan
nafas.
d. Tinggikan kepala tempat tidur.
Rasional : pengembangan paru lebih maksimal.
e. Ajarkan batuk efektif.
Rasional : untuk pengeluaran sekret dan jalan nafas.
11. Syaifudin, Abdul Bari, Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Bina
Pustaka : Jakarta. 2002.