K3 Penanggulangan Kebakaran
TUJUAN PELAJARAN :
PENYUSUN :
1. Galih Permana
4.1. Pengubah tap berbeban (On-Load Tap Changer / OLTC)Error! Bookmark not defined.
4.2. Pengubah tap tidak berbeban ( De-Energized Tap Changer / DETC ).Error! Bookmark not
defined.
Tabel 1 General specifications Of Transformer Oil ........................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 2 Tests for mineral insulating oils ......................................... Error! Bookmark not defined.
Tabel 3 Recommended limits for mineral insulating oils after filling in new electrical equipment
prior to energization ........................................................................ Error! Bookmark not defined.
Tabel 4 Macam macam pendingin pada transformator................. Error! Bookmark not defined.
Tabel 5 Nilai Setting temperatur transformator PLTGU Cilegon .... Error! Bookmark not defined.
Kebakaran merupakan hal yang sering terjadi pada gedung yang diawali dari kebakaran
kecil yang kemudian menjadi besar dikarenakan kesiapan peralatan pemadam api yang
kurang memadai atau ketidaksiapan peralatan tersebut pada saat hendak digunakan.
Manajemen Peralatan Proteksi Kebakaran adalah merupakan suatu rencana yang memuat
prosedur yang mengatur peralatan proteksi bencana kebakaran yang harus disediakan
sebagai alat untuk memadamkan api saat terjadi kebakaran secara mendadak dan tidak
dikehendaki yang dapat berakibat mengancam terhadap kehidupan, aset dan operasi
perkantoran serta lingkungan.
Kebakaran adalah terjadinya api yang tidak dikehendaki. Bagi tenaga kerja,kebakaran
perusahaan dapat merupakan penderitaan dan malapetaka khususnya terhadap mereka
yang tertimpa kecelakaan dan dapat berakibat cacat fisik
Landasan hukum :
- UU No.1 / 1970 tentang Keselamatan Kerja
- UU No.30 / 2009 tentang Ketenagalistrikan
- PP 50/2012 tentang Sistem Manajemen K3 ( SMK3 )
- KEPMENAKER No Kep 186/Men/1999 Tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di
Tempat Kerja , Pasal 2 (1) dan (2) mewajibkan kepada pengurus/ pengusaha untuk
mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
- UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- PERMENAKER 04/80 tentang APAR
- PERMENAKER 02/83 tentang ALARM
- INST. MENAKER INS. 11/MEN/1997 tentang pengawasan khusus k3 penaggulangan
kebakaran
Unsur pokok terjadinya api dalam teori klasik yaitu teori segitiga api (Triangle of fire)
menjelaskan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga
unsur pokok yaitu adanya unsur :
a. bahan yang dapat terbakar (fuel)
b. oksigen (O2) yang cukup dari udara atau dari bahan oksidator.
c. panas yang cukup
Dengan teori itu maka apabila salah satu unsur dari segitiga api tersebut tidak ada maka api
tidak akan terjadi. Bahan yang dapat terbakar jenisnya dapat berupa bahan padat,cair dan gas.
Sifat penyalaan dari jenis-jenis bahan tadi terdapat perbedaan yaitu gas lebih mudah terbakar
dibandingkan dengan bahan bakar cair maupun padat, demikian juga bahan cair lebih mudah
terbakar dibandingkan bahan padat. Hal ini menggambarkan adanya tingkat suhu yang
berbeda pada setiap jenis bahan.
Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan sifat-sifatnya
yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan kimia. Proses pembakaran
ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu senyawa dengan oksigen yang
disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang terbentuk disebut Oksida.Oksida dapat
berjalan lambat dan dapat berlansung cepat sepeti pembakaran pada batubara atau
pembakaran dalam motor bakar yang disertai dengan pembentukan panas yang tinggi dan
disertai cahaya.
Pada Segitiga api adalah elemen-elemen pendukung terjadinya kebakaran adalah panas,
bahan bakar dan oksigen. Namun dengan adanya ketiga elemen tersebut,kebakaran belum
terjadi dan hanya menghasilkan pijar. Untuk berlangsungnya suatu pembakaran, diperlukan
komponen keempat, yaitu rantai reaksi kimia (chemical chain reaction). Teori ini dikenal
sebagai Piramida Api atau Tetrahedron of Fire
Rantai reaksi kimia adalah peristiwa dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara
kimiawi, sehingga yang dihasilkan bukan hanya pijar tetapi berupa nyala api atau pembakaran.
Pada umumnya semua benda di alam dapat dibakar. Diantara bahan-bahan itu ada yang lebih
mudah dibakar, dan ada yang sulit dibakar. Hal tersebut disebabkan karena masing-masing
bahan memiliki Titik Nyala yang berbeda-beda. Yang dimaksud dengan Titik Nyala ( Flash
Point ) ialah suatu 4lcohol4ure terendah dari suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap,
dan akan menyala bila tersentuh api. Makin rendah Titik Nyala suatu bahan, maka bahan
tersebut makin mudah dibakar. Sebaliknya semakin tinggi titik nyalanya, maka bahan tersebut
semakin sulit dibakar.
Dan bahan-bahan yang titik nyalanya rendah digolongkan sebagai bahan yang mudah
terbakar, contoh-contohnya antara lain :
Penerapan prinsip pemadaman kebakaran diatas, tidak dapat disamaratakan akan tetapi harus
diperhatikan jenis bahan apa yang terbakar, kemudian baru dapat ditentukan metoda apa yang
cocok untuk diterapkan dan media jenis apa yang sesuai.
Sebagai pendukung maka kita perlu memperalajari klsifikasi kebakaran terdapat dua versi
standard yang sedikit agak berbeda yaitu
a. menurut FOC (Fire Office Comitte) menetapkan klasifikasi kebakaran dibagi klas
A,B,C,D,E
b. menurut standart NFPA (National Fire Prevention Assosiation) menentapkan kebakaran
menjadi klas A,B,C,D.
Klasifikasi Kebakaran Indonesia mengacu standard NFPA yang dimuat dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
Penerapan system proteksi kebakaran atau sumber daya yang direncakanan untuk
mengantisipasi bahaya kebakaran yang direncanakan sesuai dengan tingkat resiko bahaya
kebakaran yang dibagi dalam tingkatan kategori sebagi berikut :
a. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran ringan;
b. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang I
c. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang II
d. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran sedang III dan;
e. klasifikasi tingkat resiko bahaya kebakaran berat.
Ketentuan yang mewajibkan adanya system deteksi dan alarm antara lain disebutkan dalam
Kepmenaker No.186/Men19999, secara umum menyebutkan
Harus diadakan penjagaan secara terus menerus selam 24 jam termasuk hari libur
sehingga apabila terjadi kebakaran dapat segera diatasi
Dengan perkembangan teknologi peran penjagaan tempat kerja dapat digantikan dengan
memasang system instalasi deteksi dan alarm kebakaran otomatis. Maka untuk menjamin
kehandalan system tersebut diharuskan mengikuti ketentuan yang diatur dalam Peraturan
Menteri Tenaga Kerja No. 02/Men/1983
Alat pemadam kebakaran adalah sebuah seperangkat alat yang didesain dan digunakan untuk
memadamkan jenis kebakaran yang dapat membahayakan jiwa dan asset yang berharga.
Jenis-jenis Alat pemadam kebakaran adalah sebagai berikut :
1. Alat pemadam Api Tradisional
2. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
3. Hydrant
4. Springkler
Dalam lingkungan tertentu, Alat Pemadam Api Tradisional ini disebut juga dengan APAT.Alat
ini sangat baik untuk mencegah dan atau untuk pemadaman awal (dalam keadaan api
masihkecil), terutama dalam lingkungan rumah tangga atau perkantoran dengan ruangan yang
tidak begitu luas.Kecuali itu peralatan ini mudah didapat dan murah harganya, serta mudah
pemakainnya, meskipundengan sedikit pengarahan dari orang yang berpengalaman.
Macam dari APAT ini antara lain :
a. pasir,
b. selimut api atau karung basah,
c. sekop,
d. pengkait,
Smothering yaitu menyekat atau memisahkan antara oksigen yang berada di udara dengan
bahan bakar. Kecuali itu, pasir dapat dipakai untukmembendung tumpahan minyak pada lantai
sehingga tumpahan minyak tidak meluas. Telah diketahui bahwa Pembangkit Listrik tenaga
uap adalah salah satu Industri yang memerlukansumber panas yang cukup besar guna
membangkitkan Energi Listrik. Oleh karena itu, resiko terjadinya kebakaran adalah cukup
tinggi, bukan hanya karena bahan baka rdan energi listrik tetapi juga adanya bahan bakar kimia
dan gas yang mudah terbakar sepertihydrogen dan gas yang lain.
Alat pemadam api ringan, digunakan untuk memadamkan api pada awal kebakaran. Desain
konstruksinya dapat dijinjing dan mudah dioperasikan oleh sau orang. Syarat pemasangan alat
pemadam api ringan adalah
Ditempatkan yang mudah diliat dan mudaah dijangkau, mudah diambil (tidak diikat mati
atau digembok
Jarak jangkauan maksimum 15 m me
Tinggi pemasangan maksimum 125 cm
Jenis media dan ukurannya sesuai dengan klasifikasi kebakaran dan beban api.
Secara berkala harus diperiksa
Media pemadam harus diisi ulang sesuai batas waktu yang ditentukan
Kekuatan konstruksi tabung harus diuji padat dengan air sesuai ketentuan,
5.2.1. Air
air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil yang memuaskan ( efektif dan
ekonomis ) karena harganya relatif murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai,
mudah disimpan dan dipindahkan APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type
(tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk
pemadaman kebakaran kelas A.
Hydrant adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang permanen berupa jaringan
perpipaan berisi ari bertekanan terus menerus yang siap untuk memadamkan kebakaran.
Komponen utama system hydrant terdiri dari :
Sistem persediaan air (min 45 menit)
System pompa yang handal, terdiri 3 macam pompa yaitu pompa jockey, pompa utama
dan pompa cadangan
Seamiest Connection atau sambungan untuk mensupplai air dari mobil kebakaran
Jaringan pipa yang cukup
c. Fog Nozzle :
- Pancaran air : Berupa kabut
- Jangkauan pancarannya : Dekat.
- Pemakaian air : Sedikit.
- Untuk pemadaman : kebakaran klas A, B,C dan D
g. Reduser :
Gunanya untuk menyambung dua buah selang yang ukurannya tidak sama.
Brach Connection/ T Joint. Gunanya untuk membuat percabangan selang.
Catatan : Bentuk pancaran spray dapat dipakai sebagai tirai, sehingga bisa mendekat
kesasaran, hal ini sangat penting untuk tindakan penyelamatan jiwa/Resque maupun
pengaman dokumen.
Beberapa kriteria dasar untuk perencanaan hydrant antara lain sebagi berikut :
1 Inc dan 2
Ukuran slang 1 Inc 2 Inc
Inc
Untuk menjamin kesesuaian terhadap ketentuan dan persyaratan teknis. Setiap perencanaan
instalasi hydrant dikendalikan secara administrative melalui pemeriksaan, pengujian dan
pengesahan.
5.4. Springkler
Springkler adalah instalasi pemadam kebakaran yang dipasang secara permanen untuk
melindungi bangunan dari bahaya kebakaran yang akan bekerja secara otomatis
memancarkan air, apabila (nosel/pemancar/kepala springkler) terkena panas pada temperature
tertentu. Dasar perencanaan system springkler mampu menyerap kalor yang dihasilkan dan
bahan yang terbakar dengan mengacu pada standart klasifikasi hunian
Klasifikasi kepala springkler. Standar ukuran kepala springkler sesuai klasifikasi hunian
Ringan : 10 mm 3/8 in
Sedang : 15 mm in
Berat : 20 mm 17/32 in
Jingga : 53 C Merah : 68 C
Kuning : 79 C Hijau : 93 C
Biru : 141 C Ungu : 182 C
Hitam : 201 260 C
Langkah yang dilakukan petugas dalam pencarian dan penyelamatan korban adalah sebagai
berikut
1. Memberikan instruktusi kepada korban agar tidak panik dan tetap tenang
2. Memberikan instruksi agar mematikan semua peralatan listrik
3. Memberikan instruksi agar segera meninggalkan gedung
4. Membantu evakuasi orang tua yang cacat
5. menutup pintu dan jendela
6. Memberikan instruksi agar tidak menggunakan lift sebaiknya menggunakan tangga
darurat
7. Memberikan instruksi agar berjalan menuju tempat evakuasi / titik kumpul
8. Mendata semua personel yang ada dititik kumpul bila yakin apabila ada personel yang
belum lengkap maka petugas melakukan pencatatan laporan yang hilang
9. Apabila memungkinkan petugas melakukan penyisiran disemua gedung untuk
penyelamatan korban.