Laporan PKL NIM 23-26
Laporan PKL NIM 23-26
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan Hak Asasi Manusia yang artinya seriap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses pelayanan kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau juga merupakan hak seluruh masyarakat Indonesia.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dalam rangka melakukan upaya
kesehatan tersebut perlu didukung dengan sumber daya kesehatan khususnya Tenaga
Kesehatan yang memadai, baik dari segi kualitas,kuantitas, maupun penyebarannya.
(Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2014.
Dalam menyelenggarakan upaya kesehatan tentu saja diperlukan adanya suatu
fasilitas untuk mendukung berbagai kegiatan yang dilakukan. Fasilitas pelayanan kesehatan
adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan
kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif, yang dilakukan oleh
pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Fasilitas Pelayanan Kefarmasian adalah
sarana yang digunakan untuk menyelenggarakan pelayanan kefarmasian, yaitu apotek,
instalasi farmasi rumah sakit, puskesmas, klinik, toko obat, atau praktek bersama. Pelayanan
kefarmasian yang diberikan mencakup pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan
farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluran obat,
pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta
pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional, oleh tenaga kefarmasian yang terdiri
dari Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2009 Tentang Pekerjaan
Kefarmasian Pasal 1 Ayat 13 disebutkan bahwa yang dimaksud Apotek adalah sarana
pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Dalam Pasal 1
Ayat 1 dijelaskan bahwa Pekerjaan Kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian
mutu Sediaan Farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau
penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi
obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Pada Pasal yang sama Ayat
3 dijelaskan Bahwa Tenaga Kefarmasian adalah tenaga yang melakukan Pekerjaan
Kefarmasian, yang terdiri atas Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian dan pada ayat 6
disebutkan pula bahwaTenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu Apoteker
dalam menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Apotek merupakan salah satu tempat pelayanan kesehatan khususnya di bidang
farmasi yang menjadi ujung tombak dalam memberikan pelayanan kefarmasian kepada
masyarakat, karena apotek berhubungan langsung dengan masyarakat atau pasien sebagai
orang yang memerlukan pelayanan kefarmasian. Pelayanan kesehatan di apotek dilakukan
dengan mementingkan kesejahteraan masyarakat, apoteker dan asisten apoteker beserta
sumber daya tenaga kesehatan yang bekerja di apotek harus mempunyai ketelitian dan
pengetahuan mengenai sarana kesehatan. Akademi Farmasi Saraswati Denpasar merupakan
salah satu institusi kesehatan khususnya bidang farmasi, yang mencetak tenaga teknis
kefarmasian yang terampil, terlatih dan dapat mengembangkan diri baik sebagai pribadi
maupun sebagai tenaga kerja profesional berdasarkan nilai-nilai yang dapat menunjang upaya
pembangunan kesehatan.
Sebagian institusi yang selalu menginginkan kualitas yang terus meningkat di setiap
lulusannya, Akademi Farmasi Saraswati selalu berusaha meningkatkan kualitas
penyelenggaraan pendidikannya, salah satunya dilakukan melalui praktek kerja lapangan atau
yang dikenal dengan istilah PKL. Hal ini dilakukan karena latihan keterampilan yang secara
intensif diberikan di laboratorium, atau teori yang diberikan di kelas, hanyalah dasar untuk
bekerja di dunia kerja, yaitu keterampilan meracik obat, mengenal bahan obat dan alat
kesehatan dalam jumlah terbatas. Keterampilan lain seperti pengendalian obat (Inventory
control), pelayanan kefarmasian, administrasi, penerapan sikap yang baik sebagai tenaga
kesehatan serta kemampuan untuk bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain dan cara
memecahkan masalah yang terjadi di lapangan tidaklah diberikan di sekolah secara khusus.
Praktek kerja lapangan adalah suatu proses belajar mengajar pada unit kerja secara
nyata, sehingga peserta didik mendapat gambaran dan pengalaman bekerja secara langsung
dan menyeluruh. Sebagai calon tenaga teknis kefarmasian, mahasiswa Akademi Farmasi
Saraswati diharapkan mengetahui pengelolaan perbekalan kefarmasian di masing-masing
fasilitas pelayanan kefarmasian.
1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan
1.2.1 Tujuan umum
Mahasiswa mampu melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi dan pelayanan
kefarmasian di Apotek.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Meningkatkan, memperluas, dan menetapkan keterampilan dan membentuk
kemampuan mahasiswa untuk bekal memasuki lapangan kerja yang sesuai
dengan program pendidikan yang ditetapkan.
b. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat
secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek administrasi, teknis, maupun sosial
budaya.
c. Memahami dan melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi di apotek.
d. Memahami dan dapat melaksanakan kegiatan administratsi kefarmasian di apotek
e. Dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian di apotek.
f. Memahami dan melaksanakan pelayanan swamedikasi dan homecare di apotek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perencanaan
Dalam membuat perencanaan pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan
Medis Habis Pakai perlu diperhatikan pola penyakit, pola konsumsi, budaya dan kemampuan
masyarakat.
B. Pengadaan
Untuk menjamin kualitas Pelayanan Kefarmasian maka pengadaan Sediaan Farmasi harus
melalui jalur resmi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Penerimaan
Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik
yang diterima.
D. Penyimpanan
1. Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal
pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus
dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah
baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat nama Obat, nomor batch dan tanggal
kadaluwarsa.
2. Semua Obat/bahan Obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin
keamanan dan stabilitasnya.
3. Sistem penyimpanan dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas
terapi Obat serta disusun secara alfabetis.
4. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First In
First Out)
E. Pemusnahan
1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat dimusnahkan.
Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-kurangnya
petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebagaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota.
F. Pengendalian
Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan sesuai
kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan, kekurangan,
kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian pesanan. Pengendalian
persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara manual atau elektronik.
Kartu stok sekurang-kurangnya memuat nama Obat, tanggal kadaluwarsa, jumlah
pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
A. Pengkajian Resep
Kegiatan pengkajian Resep meliputi administrasi, kesesuaian farmasetik dan
pertimbangan klinis.
a) Kajian administratif meliputi:
1. nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan;
2. nama dokter, nomor Surat Izin Praktik (SIP), alamat, nomor telepon dan paraf; dan
3. tanggal penulisan Resep.
b) Kajian kesesuaian farmasetik meliputi:
1. bentuk dan kekuatan sediaan;
2. stabilitas; dan
3. kompatibilitas (ketercampuran Obat).
c) Pertimbangan klinis meliputi:
1. ketepatan indikasi dan dosis Obat;
2. aturan, cara dan lama penggunaan Obat;
3. duplikasi dan/atau polifarmasi;
4. reaksi Obat yang tidak diinginkan (alergi, efek samping Obat, manifestasi klinis
lain);
5. kontra indikasi; dan
6. interaksi.
Jika ditemukan adanya ketidaksesuaian dari hasil pengkajian maka Apoteker harus
menghubungi dokter penulis Resep.
B. Dispensing
Dispensing terdiri dari penyiapan, penyerahan dan pemberian informasi Obat.
Setelah melakukan pengkajian Resep dilakukan hal sebagai berikut:
1. Menyiapkan Obat sesuai dengan permintaan Resep dilakukan dengan menghitung
kebutuhan jumlah Obat sesuai dengan Resep; mengambil Obat yang dibutuhkan
pada rak penyimpanan dengan memperhatikan nama Obat, tanggal kadaluwarsa dan
keadaan fisik Obat.
2. Melakukan peracikan Obat bila diperlukan
3. Memberikan etiket sekurang-kurangnya meliputi warna putih untuk Obat
dalam/oral; warna biru untuk Obat luar dan suntik; menempelkan label kocok
dahulu pada sediaan bentuk suspensi atau emulsi.
4. Memasukkan Obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk Obat yang
berbeda untuk menjaga mutu Obat dan menghindari penggunaan yang salah.
D. Konseling
Konseling merupakan proses interaktif antara Apoteker dengan pasien/keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran dan kepatuhan sehingga terjadi
perubahan perilaku dalam penggunaan Obat dan menyelesaikan masalah yang dihadapi
pasien. Untuk mengawali konseling, Apoteker menggunakan three prime questions.Apabila
tingkat kepatuhan pasien dinilai rendah, perlu dilanjutkan dengan metode Health Belief
Model.Apoteker harus melakukan verifikasi bahwa pasien atau keluarga pasien sudah
memahami Obat yang digunakan.
Kriteria pasien/keluarga pasien yang perlu diberi konseling:
1. Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan/atau ginjal, ibu hamil
dan menyusui).
2. Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (misalnya: TB, DM, AIDS, epilepsi).
3. Pasien yang menggunakan Obat dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid
dengan tappering down/off).
4. Pasien yang menggunakan Obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin, teofilin).
5. Pasien dengan polifarmasi; pasien menerima beberapa Obat untuk indikasi penyakit yang
sama. Dalam kelompok ini juga termasuk pemberian lebih dari satu Obat untuk penyakit
yang diketahui dapat disembuhkan dengan satu jenis Obat.
6. Pasien dengan tingkat kepatuhan rendah.
Apoteker mendokumentasikan konseling dengan meminta tanda tangan pasien sebagai bukti
bahwa pasien memahami informasi yang diberikan dalam konseling dengan menggunakan
Formulir 7 sebagaimana terlampir.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Mengambil data yang dibutuhkan yaitu riwayat pengobatan pasien yang terdiri dari
riwayat penyakit, riwayat penggunaan Obat dan riwayat alergi; melalui wawancara
dengan pasien atau keluarga pasien atau tenaga kesehatan lain
c. Melakukan identifikasi masalah terkait Obat. Masalah terkait Obat antara lain adalah
adanya indikasi tetapi tidak diterapi, pemberian Obat tanpa indikasi, pemilihan Obat
yang tidak tepat, dosis terlalu tinggi, dosis terlalu rendah, terjadinya reaksi Obat yang
tidak diinginkan atau terjadinya interaksi Obat
d. Apoteker menentukan prioritas masalah sesuai kondisi pasien dan menentukan apakah
masalah tersebut sudah atau berpotensi akan terjadi
e. Memberikan rekomendasi atau rencana tindak lanjut yang berisi rencana pemantauan
dengan tujuan memastikan pencapaian efek terapi dan meminimalkan efek yang tidak
dikehendaki
f. Hasil identifikasi masalah terkait Obat dan rekomendasi yang telah dibuat oleh
Apoteker harus dikomunikasikan dengan tenaga kesehatan terkait untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
g. Melakukan dokumentasi pelaksanaan pemantauan terapi Obat
HASIL KEGIATAN
Praktek Kerja Lapangan Apotek dilakukan di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
selama 22 hari.Dengan adanya PKL ke apotek langsung, kami dapat membandingkan dan
menerapkan teori yang selama ini dipelajari di kampus dan belajar bertanggung jawab atas
pekerjaan yang dilakukan.
Adapun pengelolaan perbekalan farmasi di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
adalah sebagai berikut :
1. Perencanaan
Perencanaan obat dan alat kesehatan di Kimia Farma 108 Teuku Umar berpedoman pada
pola penyakit, permintaan obat dari praktek dokter dan pareto. Sistem pareto ini
dilakukan agar tidak terjadi penumpukan barang, perputaran modal menjadi cepat,
menghindari kerusakan barang, dan memperkecil kemungkinan barang hilang. Obat, alat
kesehatan, dan barang-barang OTC (Over The Counter) yang tinggal sedikit atau sudah
habis dicatat pada buku defekta, kemudian pemesanan dan pembelian barang didasarkan
pada buku defekta. Perencanaan juga dilakukan berdasarkan history penjualan pada
bulan sebelumnya yang sudah di data secara automatis pada sistem computer sehingga
dapat memperkirakan obat apa yang harus diadakan pada bulan depannya. Perencanaan
jumlah persediaan meliputi buffer stock yakni stock barang yang tersedia sampai barang
pesanan datang, late time yakni stock obat yang digunakan untuk menjaga ketersediaan
bila obat yang dipesan terlambat datang, dan level stock yakni batas stock yang
ditetapkan sesuai kebutuhan apotek.
2. Pengadaan
Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan di Apotek Kimia Farma 108 dilakukan dengan
cara pemesanan obat ke gudang BM (Business Manager) dengan membawa BPBA (Bon
Permintaan Barang Apotek) dimana dropingan dilakukan tiap minggu di hari selasa.
Jumlah yang akan dipesan didasarkan pada perkiraan kebutuhan sebelumnya, barang
yang telah dicatat dalam buku defekta dan barang yang telah diklasifikasikan
berdasarkan pareto kemudian dilakukan pemesanan oleh bagian pengadaan
menggunakan Bon Permintaan Barang Apotek (BPBA). BPBA yang telah dibuat dikirim
secara online ke BM Denpasar. BM akan merekap semua pemesanan barang apotek. Jika
barang yang dipesan melalui BPBA dari apotek pelayanan tersedia di BM maka barang
akan dikirimkan ke apotek beserta faktur barang. Jika barang yang diminta tidak tersedia
di BM maka BM akan mengirimkan surat pesanan ke PBF dan memesankan barang ke
PBF, kemudian barang pesanan beserta faktur akan di antarkan ke apotek oleh PBF yang
bersangkutan. Dapat pula dilakukan pemesanan langsung apabila produk tidak tersedia
di BM dengan cara menelpon ke distributor langsung dan memesan produk yang
diperlukan,dan kemudian barang akan dibawakan oleh distributor yang bersangkutan.
Pemesanan obat-obat prekursor, golongan narkotika dan psikotropika menggunakan
Surat Pesanan (SP) khusus yang ditandatangani oleh APA. Lembar surat pesanan
narkotika hanya dipergunakan untuk satu item obat saja, sedangkan untuk Surat Pesanan
prekursor dan psikotropika dipergunakan untuk satu golongan obat yang terdiri dari satu
item atau lebih.
Pemesanan obat narkotika ditujukan kepada PBF Kimia Farma, sedangkan pemesanan
obat psikotropika ditujukan kepada PBF yang ditunjuk sebagai distributor obat-obat
psikotropika. Berdasarkan surat pesanan tersebut, PBF mengirimkan barang psikotropika
beserta faktur ke apotek.
3. Penerimaan
Barang datang diterima dan dicek oleh assisten apoteker, barang akan dicek
kelengkapannya sesuai dengan permintaan (jumlah, jenis, bentuk sediaan) dan dicek
apakah ada keruskan pada fisik obat, jika sudah sesuai maka barang diterima.Terdapat 2
lembar faktur yaitu untuk disimpan di apotek dan dibawa ke BM untuk melanjutkan
proses pembayaran. Pembayaran dilakukan sesuai dengan jangka waktu yang telah
disepakati dan dibayarkan melalui kredit oleh BM Denpasar.
4. Penyimpanan
Barang yang telah diterima di simpan dan dikelompokan berdasarkan efek farmakologi
nya, bentuk sediaan, suhu penyimpanan dan ditata secara alfabetis.
a. Penyimpanan dialkukan secara alphabetis berdasarkan :
- Bentuk sediaan
Bentuk sediaan sirup, drop, salep dan infuse. Disusun berdasarkan alfabetis dan
diletakkan dalam rak tersendiri dan ditata masing-masing berdasarkan alfabetis.
- Farmakologi
Obat-obat dengan bentuk sediaan tablet kapsul disusun berdasarkan efek
farmakologinya, seperti : golongan vitamin, analgesi NSAID, anti infeksi, anti
alergi dan inflamasi steroid, hormone dan kontrasepsi, pencernaan, pernafasan dan
anti diabetik oral, salep, tetesmata dan tetes telinga.
- Obat generik
Untuk obat-obat generik diletakkan pada rak yang terpisah.Disusun secara alfabetis.
- Obat Fast Moving
Penataan obat-obat golongan fast moving ini dikelompokan berdasarkan alfabetis dan
diletakkan di tempat yang paling dekat dengan jangkauan yaitu di dekat kasir,
sehingga pelayanan yang dilakukan lebih cepat.
- Narkotika, Psikotropika disimpan di rak terpisah.
Narkotika, dan psikotropika masing-masing disimpan dalam lemari khusus dan
tersendiri (tidak boleh digunakan untuk menyimpan barang lain) dan disusun
berdasarkan alfabetis. Untuk narkotika di tempatkan pada lemari besi yang
dikunci.
- Suhu penyimpanan
Obat dengan bentuk sediaan yang tidak tahan atau terurai pada suhu kamar disimpan
di dalam kulkas seperti suppositoria.
- Alat kesehatan
Alat kesehatan diletakkan dalam rak tersendiri, contohnya: spuit injeksi dan lain-lain.
Bagian swalayan farmasi
Penyimpanan dan penataan perbekalan farmasi di bagian swalayan farmasi
Apotek Kimia Farma 108 disusun berdasarkan efek farmakologinya dan sebagian
besar di tata berdasarkan alfabetis yaitu :
a. Alat kontrasepsi
b. Alat kesehatan lain seperti thermometer, dll
c. Obat Bebas dan Bebas Terbatas
d. Jamu dan madu
e. Susu untuk ibu hamil, bayi dll
f. Kosmetika
5. Pemusnahan
a. Pemusnahan obat
Pemusnahan dilakukan terhadap obat yang rusak karena kadaluarsa. Obat-obat
tersebut akan dikembalikan ke gudang obat di BM dan BM nantinya yang akan
melakukan pemusnahan sesuai dengan bentuk sediaan dari obat yang menentukan
apakah obat tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar atau di tanam. Pemusnahan
dilakukan dengan adanya saksi dari pihak Dinas Kesehatan dan BBPOM yang
kemudian memberikan tanda tangan pada surat yang mencantumkan bahwa obat
tersebut sudah di musnahkan.
b. Pemusnahan Resep
Pemusnahan resep dapat dilakukan pada resep yang telah diarsip dan disimpan selama
3 tahun dengan membuat BAP (Berita Acara Pemusnahan) 4 rangkap untuk dikirim
ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan ke BPOM, Dinas Kesehatan
Propinsi Bali, dan untuk arsip apotek.
6. Pengendalian
Kegiatan ini dilakukan dengan membandingkan jumlah fisik obat yang masih tersedia
dengan pencatatan pada kartu stok.Setiap ada obat masuk dan obat keluar, dilakukan
pencatatan pada kartu stok. Catatan pada kartu stok tersebut akan dibandingkan dengan
sistem di komputer. Pengendalian dilakukan untuk memeriksa apakah jumlah obat sesuai
dengan sistem.
Pemeriksaan tanggal kadarluasa dilakukan pula untuk menghindari kerugian.Pada setiap
kolom obat di tempelkan stiker berwarna yang masing-masing tahun kadarluasa yang
berbeda. Stok obat yang memiliki waktu kadarluasa yang dekat akan dipisahkan dan
dilakukan tindak selanjutnya seperti mengembalikan/menukar barang tersebut ke PBF
sesuai dengan keputusan yang telah dilakukan oleh kedua belah pihak.
PEMBAHASAN
4.1.2 Pengadaan
Proses pengadaan di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah sesuai dengan
Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek karena
proses pengadaan sudah melalui jalur resmi. Dimana pemesanan obat dilakukan di BM
(Business Manager) Kimia Farma dengan membawa BPBA.
4.1.3 Penerimaan
Penerimaan barang di Apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar dilakukan dengan melakukan
pemeriksaan kesesuaian faktur pembelian dengan barang yang datang. Hal yang perlu
diperiksa adalah jumlah obat, jenis, bentuk sediaan serta expired date. Hal yg telah
dilaksanakan ketika penerimaan barang di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah sesuai
dengan Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Dimana dalam Permenkes dijelaskan bahwa Penerimaan merupakan kegiatan untuk
menjamin kesesuaian jenis spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan dan harga yang
tertera dalam surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima.
4.1.4 Penyimpanan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek
Obat/bahan Obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau
darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi
dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Wadah sekurang-kurangnya memuat
nama obat, nomor batch dan tanggal kadaluwarsa. Semua obat/bahan obat harus disimpan
pada kondisi yang sesuai sehingga terjamin keamanan dan stabilitasnya.Sistem penyimpanan
dilakukan dengan memperhatikan bentuk sediaan dan kelas terapi Obat serta disusun secara
alfabetis. Pengeluaran Obat memakai sistem FEFO (First Expire First Out) dan FIFO (First
In First Out). Penyimpanan obat di apotek Kimia Farma 108 telah sesuai dengan Permenkes
namun dalam penyimpanan obat yang dipindahkan ke wadah yang telah disiapkan apotek
Kimia Farma 108 Teuku Umar tidak mencantumkan nomor batch dalam wadah. Nomor batch
dicantumkan dalam kartu stok. Penandaan tahun kadaluwarsa pada wadah dari apotek sudah
sesuai dengan Permenkes.Penandaan waktu kadaluwarsa dilakukan dengan menggunakan
kertas berwarna. Kertas berwarna kuning sebagai penanda obat kadaluwarsa pada tahun
2016, kertas berwarna orange sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2017,
kertas berwarna hijau sebagai penanda obat kadaluwarsa pada tahun 2018, kertas berwarna
biru sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2019 dan kertas berwarna ungu
sebagai penanda obat yang kadaluwarsa pada tahun 2020.
4.1.5 Pemusnahan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek obat kadaluwarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk
sediaan. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang mengandung narkotika atau
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota. Resep yang telah disimpan melebihi jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
dimusnahkan. Pemusnahan Resep dilakukan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
kurangnya petugas lain di Apotek dengan cara dibakar atau cara pemusnahan lain yang
dibuktikan dengan Berita Acara Pemusnahan Resep menggunakan Formulir 2
sebax.zgaimana terlampir dan selanjutnya dilaporkan kepada dinas kesehatan
kabupaten/kota. Di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar telah sesuai dengan
Permenkes. Pemusnahan dilakukan terhadap obat yang rusak karena kadaluwarsa.Obat-
obat tersebut akan dikembalikan ke gudang obat di BM dan BM akan melakukan
pemusnahan sesuai dengan bentuk sediaan dari obat yang menentukan apakah obat
tersebut dimusnahkan dengan cara dibakar atau di tanam. Pemusnahan dilakukan dengan
adanya saksi dari pihak Dinas Kesehatan dan BBPOM yang kemudian memberikan tanda
tangan pada surat yang mencantumkan bahwa obat tersebut sudah di musnahkan.
Pemusnahan resep dapat dilakukan pada resep yang telah diarsip dan disimpan selama 3
tahun dengan membuat BAP (Berita Acara Pemusnahan) 4 rangkap untuk dikirim ke
Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan ke BPOM, Dinas Kesehatan Propinsi
Bali, dan untuk arsip apotek.
4.1.6 Pengendalian
Pengendalian di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes 35
tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pada Permenkes dijelaskan
bahwa Pengendalian dilakukan untuk mempertahankan jenis dan jumlah persediaan
sesuai kebutuhan pelayanan, melalui pengaturan sistem pesanan atau pengadaan,
penyimpanan dan pengeluaran.Hal ini bertujuan untuk menghindari terjadinya kelebihan,
kekurangan, kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, kehilangan serta pengembalian
pesanan. Pengendalian persediaan dilakukan menggunakan kartu stok baik dengan cara
manual atau elektronik. Kartu stok sekurangkurangnya memuat nama Obat, tanggal
kadaluwarsa, jumlah pemasukan, jumlah pengeluaran dan sisa persediaan.
Di apotek dilakukan perbandingan antara jumlah fisik dan jumlah yang ada di sistem
komputer untuk memantau kesesuaian jumlah produk sekaligus melihat masa kadarluasa,
kerusakan dan kehilangan obat.
4.1.7 Pelaporan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di
Apotek pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur),
penyimpanan (kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya
disesuaikan dengan kebutuhan. Pencatatan di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah
dilakukan sesuai dengan Permenkes.Kegiatan pencatatan di Apotek Kimia Farma 108 Teuku
Umar meliputi pencatatan stok barang, pencatatan defekta, pencatatan permintaan dan
penerimaan barang, pencatatan rekap resep.
Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.Pelaporan internal merupakan
pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen Apotek, meliputi keuangan,
barang dan laporan lainnya. Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk
memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan meliputi
pelaporan narkotika (menggunakan Formulir 3 sebagaimana terlampir), psikotropika
(menggunakan Formulir 4 sebagaimana terlampir) dan pelaporan lainnya. Pelaporan di
apotek KimiaFarma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes dimana pelaporan
terdiri dari pelaporan internal dan pelaporan eksternal.Pelaporan internal merupakan
laporan keuangan dan pelaporan eksternal merupakan laporan penggunaan narkotika dan
psikotropika.Pelaporan narkotika dan psikotropika yang dilakukan sebulan
sekali.Dilaporkan jumlah narkotika dan psikotropika yang sudah terjual dan jumlah yang
masih tersedia di apotek.Laporan ini dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar
dengan tembusan Balai POM dan Kimia Farma Pusat.
4.2 kegiatan administrasi di apotek
4.2.1 Pencatatan
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek.
Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan,
dan Bahan Medis Habis Pakai meliputi pengadaan (surat pesanan, faktur), penyimpanan
(kartu stock), penyerahan (nota atau struk penjualan) dan pencatatan lainnya disesuaikan
dengan kebutuhan. Pencatatan administrasi di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar
sudah sesuai dengan Permenkes Pencatatan dilakukan di buku pemesanan, catatan faktur,
buku surat keluar, buku pembayaran, dan buku defekta
4.2.2 pengarsipan resep, copy resep dan faktur
Menurut Permenkes nomor 35 tahun 2014 tentang standar pelayanan kefarmasian di
apotek dijelaskan bahwa ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang
berkaitan dengan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai serta pelayanan kefarmasian dalam jangka waktu tertentu. Di apotek kimia Farma
108 Teuku Umar pengarsipan resep sudah sesuai dengan Permenkes dimana resep, copy
resep, yang diterima pada setiap shift dikumpulkan dan diurutkan berdasarkan nomor
resep dan berdasarkan tanggal..Faktur dikumpulkan dan di arsip sesuai dengan nomor.
Kemudian disimpan tempat khusus arsip resep, copy resep dan faktur .
4.3 Pelayanan Kefarmasian di Apotek
4.3.1 Pengkajian resep
Pengkajian resep di apotek Kimia Farma 108 Teuku Umar sudah sesuai dengan Permenkes
35 tahun 2014 tetang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Pengkajian resep dibagi
menjadi 3 bagian yang perlu di kaji, meliputi kajian administrative, kajian kesesuaian
farmasetik dan pertimbangan klinis.
BAB V
KESIMPULAN