Problem Based Learning (PBL) pertama kali dikembangkan dalam
pendidikan kedokteran di tahun 1950-an. Perkembangan PBL ini secara umum digunakan oleh pendidik medis McMasters University di Kanada pada 1970-an.
PBL adalah metode instruksional. Artinya, merupakan solusi
pembelajaran untuk memecahkan masalah. Tujuan utama PBL adalah untuk meningkatkan belajar dengan mewajibkan peserta didik untuk memecahkan masalah. Metode ini memiliki karakteristik sebagai berikut:
Masalahnya terfokus, pelajar mulai belajar dengan membahas simulasi
masalah yang otentik dan tidak terstruktur. Konten dan keterampilan yang harus dipelajari diatur seputar masalah, bukan sebagai daftar topik hirarkis, jadi hubungan timbal balik ada antara pengetahuan dan masalah. Membangun pengetahuan dirangsang oleh masalah dan diterapkan kembali ke masalah.
Berpusat pada siswa, karena fakultas tidak bisa
mendikte belajar
Merupakan self-directed, sehingga siswa secara individu dan kolaboratif
memikul tanggung jawab untuk mempelajari masalah dan memprosesnya melalui self assessment dan peer assessment dan mengakses materi pelajaran mereka sendiri. Refleksi diri, sehingga siswa memantau pemahaman mereka dan belajar mengatur strategi untuk belajar
Tutor adalah fasilitator (bukan penyebar pengetahuan pengetahuan) yang
mendukung dan membuat proses penalaran, memfasilitasi proses kelompok dandinamika interpersonal, dan tidak pernah menyisipkan konten atau memberikan jawaban langsung atas pertanyaan.
Problem Based Learning pada awalnya dikembangkan untuk melatih
mahasiswa kedokteran. Dalam konteks tersebut, pendidik mengasumsikan bahwa siswa secara kognitif siap untuk memecahkan masalah terstruktur dan terlibat dalam pembelajaran mandiri. Karena lebih banyak usaha PBL yang diterapkan di universitas-universitas, dan juga karena perkembangan manusia, siswa yang lebih muda mungkin tidak siap untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur dan mengarahkan sendiri pembelajaran mereka sendiri. Pertanyaan tentang karakteristik peserta didik (misalnya, tingkat perkembangan, kepercayaan epistemologis, kontrol kognitif, kedewasaan, kemampuan membaca) yang terkait dengan PBL belum ditangani secara signifikan.
Selain itu, mengembangkan pemecahan masalah dan kemampuan
belajar mandiri adalah tujuan pembelajaran sekaligus kemampuan yang dibutuhkan untuk berhasil dalam kelas PBL. Jadi, frustrasi atau efek merugikan mungkin tak terelakkan jika peserta didik (siswa yang lebih muda atau bahkan siswa dewasa) hanya memiliki sedikit pemecahan masalah dan kemampuan belajar mandiri saat mereka memulai kursus PBL.