Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... i

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1.Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2.Tujuan ....................................................................................................... 2
a. Tujuan instruksional Umum (TIU) ...................................................... 2
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) ..................................................... 2
1.3.Sasaran ...................................................................................................... 2
1.4.Metode........................................................................................................ 2
1.5.Waktu Pelaksanaan ................................................................................... 2
1.6.Tempat Pelaksanaan .................................................................................. 2
1.7.Narasumber ............................................................................................... 2

BAB II MATERI PELATIHAN DAN PENDIDIKAN GIZI .......................... 3

2.1.Pengertian dan Peranan Etika .................................................................... 3


a. Pengertian Etika .................................................................................. 3
b. Peranan Etika ...................................................................................... 4
2.2.Pentingnya Bersikap Yang Baik dengan Sesama Ahli Gizi....................... 5
2.3.Kode Etik .................................................................................................. 7
2.4.Peran Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional .................................. 10

BAB III PEMBIAYAAN ................................................................................ 12

3.1.Perencanaan Kebutuhan ............................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13

LAMPIRAN .................................................................................................... 13

1. Susunan Kepanitiaan ................................................................................ 13


2. Susunan Acara .......................................................................................... 13
3. Leaflet ...................................................................................................... 15
4. Banner ....................................................................................................... 15

i
ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan (stimulus) dalam
bentuk lambang atau simbol bahasa atau gerak (non verbal), untuk
mempengaruhi perilaku orang lain. Stimulus atau rangsangan ini dapat berupa
suara/bunyi atau bahasa lisan, maupun berupa gerakan, tindakan atau simbol-
simbol yang diharapkan dapat dimengerti oleh pihak lain, dan pihak lain
merespon atau bereaksi sesuai dengan maksud pihak yang memberikan
stimulus.
Menurut Liwiweri (2008), komunikasi dapat diartikan sebagai pengalihan
suatu pesan dari satu sumber kepada penerima agar dapat dipahami. Proses
komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar individu dengan individu,
individu dengan kelompok atau antar kelompok dengan kelompok yang
berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.

Proses komunikasi yang menggunakan stimulus atau respon dalam bentuk


bahasa baik lisan maupun tulisan selanjutnya disebut komunikasi verbal.
Sedangkan apabila proses komunikasi tersebut menggunakan simbol-simbol
disebut komunikasi non-verbal (Setiawati,2008).

Komunikasi merupakan proses dimana seorang individu berusaha untuk


memperoleh pengertian yang sama melalui pengiriman pesan simbolik.
Komunikasi menekankan pada tiga hal penting yaitu pertama, komunikasi
melibatkan individu dan oleh karenanya pemahaman komunikasi mencakup upaya
memahami bagaimana individu berhubungan dengan individu lain. Kedua,
komunikasi melibatkan pengertian yang sama, artinya agar dua individu atau lebih
dapat berkomunikasi, mereka harus sepakat mengenai definisi dari istilah yang
digunakan sebagai alat komunikasi. Ketiga, komunikasi bersifat simbolik,yaitu
gerak isyarat, bunyi, huruf angka dan kata-kata hanya dapat mewakili atau
mengira ngirakan gagasan yang hendak dikomunikasikan (Setiawati,2008).

1
1.2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum (TIU) :
Setelah mengikuti program penyuluhan diharapkan Ahli Gizi dapat
meningkatkan sikap sesama tenaga kesehatan dan keluarga pasien.
b. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) :
Setelah diberikan penyuluhan selama diharapkan Ahli Gizi dapat :
1. Menerapkan sikap baik terhadap sesama tenaga kesehatan dan keluarga
pasien.
2. Meningkatakan sikap baik terhadap sesama tenaga kesehatan dan
keluarga pasien.
3. Membiasakan sikap baik terhadap sesama tenaga kesehatan dan
keluarga pasien.

1.3. Sasaran
Ahli gizi

1.4. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Bermain Peran

1.5. Waktu Pelaksanaan

1.6.Tempat Pelaksanaan
Laboratorium Antropometri
1.7. Narasumber
Anggota kelompok C/2

2
BAB II

MATERI PELATIHAN DAN PENDIDIKAN GIZI

2.1. Pengertian dan Peranan Etika


a. Pengertian Etika
Secara etimologis kata etika berasal dari bahasa Yunani yaitu ethos dan
ethikos, ethos yang berarti sifat, watak, adat, kebiasaan, tempat yang baik.
Ethikos berarti susila, keadaban, atau kelakuan dan perbuatan yang baik. Kata
etika dibedakan dengan kata etik dan etiket. Kata etik berarti kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak atau nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Adapun kata etiket berarti
tata cara atau adat, sopan santun dan lain sebagainya dalam masyarakat
beradaban dalam memelihara hubungan baik sesama manusia. (Haris, 2007)
Sedangkan secara terminologis etika berarti pengetahuan yang membahas
baik-buruk atau benar-tidaknya tingkah laku dan tindakan manusia serta
sekaligus menyoroti kewajiban-kewajiban manusia. (Ibid, 2007)
Dalam bahasa Gerik etika diartikan: Ethicos is a body of moral principles or
value. Ethics arti sebenarnya adalah kebiasaan. Namun lambat laun pengertian
etika berubah, seperti sekarang. Etika ialah suatu ilmu yang membicarakan
masalah perbuatan atau tingkah laku manusia, mana yang dapat dinilai baik dan
mana yang dapat dinilai buruk dengan memperlihatkan amal perbuatan manusia
sejauh yang dapat dicerna akal pikiran. (Rahmaniyah, 2010)
Karena luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang
paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : (Saepudin, 2008)
1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga
3. Etika profesi
4. Etika politik
5. Etika lingkungan
6. Etika idiologi

3
Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah
tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya.
Empat perbedaan antara etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut:
(Saepudin, 2008)
1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai
pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah
menetapkan cara, untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang
diharapkan.
2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik
yang sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas
(lahiriah), tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan
kebaikan.
3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau
perbuatan baik mendapat pujian dan yang salah harus mendapat
sanksi.Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu
kebudayaan daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.
4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang
hadir.Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada
orang lain maka etiket itu tidak berlaku

b. Peranan Etika (Saepudin, 2008)


1. Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai nilai dan norma norma moral
yang menjadi pegangan bagi seseorang/suatu kelompok masyarakat dalam
mengatur perilakunya.
2. Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral, yang dimaksud disini adalah
kode etik.
3. Etika mempunyai arti lagi : ilmu tentang yang baik atau yang buruk. Eika
disini sama artinya dengan filsafat moral.
4. Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik satu atau dua orang, atau segolongan
orang saja, tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang
paling kecil yaitu keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai

4
etika tersebut, suatu kelompok diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk
mengatur kehidupan bersama.
5. Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat
umumnya maupun dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat
profesional. Golongan ini sering menjadi pusat perhatian karena adanya tata
nilai yang mengatur dan tertuang secara tertulis (yaitu kode etik profesi) dan
diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
6. Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai
pergaulan yang telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi),
sehingga terjadi kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai
contohnya adalah pada profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan,
demikian juga pada profesi dokter dengan pendirian klinik super spesialis
di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin tidak mungkin
menjamahnya.

2.2. Pentingnya Bersikap Yang Baik dengan Sesama Ahli Gizi (Saepudin, 2008)
Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah
dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Menurut Martin (1993),
etika didefinisikan sebagai the discpline which can act as the performance index
or reference for our control system. Dengan demikian, etika akan memberikan
semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di
dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan
dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan
sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-
rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan
demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control,
karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan

5
kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Selanjutnya, karena kelompok profesional
merupakan kelompok yang berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh
melalui proses pendidikan dan pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi
yang dalam menerapkan semua keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu
hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi
sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat built-in mechanism
berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk menjaga
martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi masyarakat dari
segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian
(Wignjosoebroto, 1999).
Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat
memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit
profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada
saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah
profesi yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan
pencarian nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-
nilai idealisme dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi
respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional
ini.
Prinsip-prinsip etika profesi :
1. Tanggung jawab terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa
yang menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya. (Saepudin, 2008)
Prinsip Etika Profesi
1. Senyum
2. Penghargaan yang tulus
3. Tidak menyalahgunakan kedudukan
4. Tidak mudah tersinggung
5. Mampu Mengendalikan Diri

6
6. Toleran
7. Tidak membicarakan pembicaraan orang lain (Saepudin, 2008)

2.3. Kode Etik


Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan
atau benda yang disepakati untuk maksudmaksud tertentu, misalnya untuk
menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode
juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis. (Saepudin, 2008)
Ahli Gizi yang melaksanakan profesi gizi mengabdikan diri dalam upaya
memelihara dan memperbaiki keadaan gizi, kesehatan, kecerdasan dan
kesejahteraan rakyat melalui upaya perbaikan gizi, pendidikan gizi,
pengembangan ilmu dan teknologi gizi, serta ilmu-ilmu terkait. Ahli Gizi dalam
menjalankan profesinya harus senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan
nilainilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya.

Kode Etik Ahli Gizi

Ahli Gizi yang dalam melaksanakan profesi gizi harus mengabdikan dirinya
sepenuh hati dengan senantiasa bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
menunjukkan sikap dan perbuatan terpuji yang dilandasi oleh falsafah dan nilai-
nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 serta Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga Persatuan Ahli Gizi Indonesia serta etik profesinya, baik dalam
hubungan dengan pemerintah bangsa, negara, masyarakat, profesi maupun dengan
diri sendiri (Bakri, 2010).

Kewajiban Umum

1. Meningkatkan keadaan gizi dan kesehatan serta berperan dalam meningkatkan


kecerdasan dan kesejahteran rakyat
2. Menjunjung tinggi nama baik profesi gizi dengan menunjukkan sikap, perilaku,
dan budi luhur serta tidak mementingkan diri sendiri
3. Menjalankan profesinya menurut standar profesi yang telah ditetapkan

7
4. Bersikap jujur, tulus dan adil
5. Menjalankan profesinya berdasarkan prinsip keilmuan, informasi terkini, dan
dalam menginterpretasikan informasi tidak membedakan individu dan dapat
menunjukkan sumber rujukan yang benar
6. Mengenal dan memahami keterbatasannya sehingga dapat bekerjasama dengan
pihak lain atau membuat rujukan bila diperlukan
7. Mengutamakan kepentingan masyarakat dan berkewajiban senantiasa berusaha
menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya
8. Bekerjasama dengan para profesional lain di bidang kesehatan maupun lainnya
dengan tetap memelihara pengertian yang sebaik-baiknya (Bakri, 2010).

Kewajiban Terhadap Klien


1. Selalu memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkungan
institusi pelayanan gizi atau di masyarakat umum
2. Menjaga kerahasiaan klien atau masyarakat yang dilayaninya baik pada saat
klien masih atau sudah tidak dalam pelayanannya, bahkan juga setelah klien
meninggal dunia kecuali bila diperlukan untuk keperluan kesaksian hukum
3. Menghormati dan menghargai kebutuhan unik setiap klien yang dilayani dan
peka terhadap perbedaan budaya, dan tidak melakukan diskriminasi dalam hal
suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, usia dan tidak menunjukkan
pelecehan seksual
4. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat, dan akurat
5. Memberikan informasi kepada klien dengan tepat dan jelas, sehingga
memungkinkan klien mengerti dan mau memutuskan sendiri berdasarkan
informasi tersebut
6. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan ahli gizi
berkewajiban senantiasa berkonsultasi dan merujuk kepada ahli gizi lain yang
mempunyai keahlian (Bakri, 2010).

8
Kewajiban Terhadap Masyarakat

1. Melindungi masyarakat umum khususnya tentang penyalahgunaan pelayanan,


informasi yang salah dan praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan
termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
2. Memberikan pelayanannya sesuai dengan informasi faktual, akurat dan dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya
3. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah
masalah gizi di masyarakat
4. Peka terhadap status gizi masyarakat untuk mencegah terjadinya masalah gizi
dan meningkatkan status gizi masyarakat
5. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktivitas fisik yang
seimbang sesuai dengan nilai praktek gizi individu yang baik
6. Dalam bekerja sama dengan profesional lain di masyarakat, Ahli Gizi
hendaknya senantiasa berusaha memberikan dorongan, dukungan, inisiatif, dan
bantuan lain dengan sungguh-sunguh demi tercapainya status gizi dan
kesehatan optimal di masyarakat
7. Mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang salah atau menyesatkan masyarakat (Bakri,
2010).

Kewajiban Terhadap Teman Seprofesi dan Mitra Kerja

1. Melakukan promosi gizi, memelihara dan meningkatkan status gizi masyarakat


secara optimal, berkewajiban senantiasa bekerjasama dan menghargai berbagai
disiplin ilmu sebagai mitra kerja di masyarakat
2. Memelihara hubungan persahabatan yang harmonis dengan semua organisasi
atau disiplin ilmu/profesional yang terkait dalam upaya menungkatkan status
gizi, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan rakyat
3. Menyebarluaskan ilimu pengetahuan dan keterampilan terbaru kepada sesama
profesi dan mitra kerja (Bakri, 2010).

9
Kewajiban Terhadap Profesi dan Diri Sendiri

1. Mentaati, melindungi dan menjunjung tinggi ketentuan yang dicanangkan oleh


profesi
2. Memajukan dan memperkaya pengetahuan dan keahlian yang diperlukan
dalam menjalankan profesinya sesuai perkembangan ilmu dan teknologi terkini
serta peka terhadap perubahan lingkungan
3. Bersikap percaya diri, berpengetahuan luas, dan berani mengemukakan
pendapat serta senantiasa menunjukkan kerendahan hati dan mau menerima
pendapat orang lain yang benar
4. Tidak menerima uang selain imbalan yang layak sesuai denga jasanya,
meskipun dengan pengetahuan klien/masyarakat (tempat dimana ahli gizi
dipekerjakan)
5. Tidak melakukan perbuatan yang melawan hukum, dan memaksa orang lain
untuk melawan hukum
6. Memelihara kesehatan dan keadaan gizinya agar dapat bekerja dengan baik
7. Melayani masyarakat umum tanpa memandang keuntungan perseorangan atau
kebesaran seseorang
8. Menjaga nama baik profesi dan mengharumkan organisasi profesi (Bakri,
2010).

2.4. Peran Ahli Gizi Sebagai Tenaga Kerja Profesional

Di Indonesia, Ahli Gizi termasuk Ahli Madya Gizi sebagai pekerja profesional
harus memiliki persyaratan sebagai berikut:

1. Memberikan pelayanan kepada masyarakat yang bersifat khusus atau spesialis


2. Melalui jenjang pendidikan yang menyiapkan tenaga profesional
3. Keberadaannya diakui dan diperlukan oleh masyarakat
4. Mempunyai kewenangan yang disyahkan atau diberikan oleh pemerintah
5. Mempunyai peran dan fungsi yang jelas
6. Mempunyai kompetensi yang jelas dan terukur
7. Memiliki organisasi profesi sebagai wadah

10
8. Memiliki etika Ahli Gizi
9. Memiliki standar praktek
10. Memiliki standar pendidikan yang mendasari dan mengembangkan profesi
sesuai dengan kebutuhan pelayanan
11. Memiliki standar berkelanjutan sebagai wahana pengembangan kompetensi
(Bakri, 2010).

11
BAB III PEMBIAYAAN

3.1. Perencanaan Kebutuhan


No Pengeluaran Kebutuhan Dana

1. Proposal Print + Jilid Rp. 15.000

2. Leaflet Pengetikan Leaflet Rp. 10.000

Foto copy leaflet Rp. 42.000


@ 3 x 14
Cetak Banner (25 x 40 cm)
3. Banner Rp. 35.000
Botol air minum 500 ml
5. Door price @ 10 x 2 Rp. 20.000
Stiker Cetak stiker ukuran A3 (32 x
6. 45 cm) Rp. 16.000

Air mineral 120 ml @ 1 x 17 Rp 17.000

7. Konsumsi Mahasiswa Rp. 34.000


Lemper @ 2 x 17

Pastel @ 2 x 17 Rp. 34.000

8. Konsumsi Dosen Rp 9.000


Air mineral 600 ml @ 3 x 3

Lemper @ 3 x 2 Rp. 6.000

Pastel @ 3 x 2 Rp.6.000

9. Dokumentasi Rp. 5.000


dll...

Total Rp. 249.000

12
DAFTAR PUSTAKA

Bakri Bachyar , Mustafa Annasari. (2010). Etika Dan profesi Gizi, Yogyakarta:
Graha Ilmu.

Haris, Abd. 2007. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo : Al-Afkar. hlm. 3

Ibid. 2007. Pengantar Etika Islam. Sidoarjo : Al-Afkar. hlm. 3.

Liliweri, Alo. 2008. Dasar Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Rahmaniyah, Istighfarotur. 2010. Pendidikan Etika Konsep Jiwa dan Etika


Prespektif Ibnu Maskawaih. Malang: Aditya Media. hlm. 58.

Saepudin, Asep. 2008. Konsep Umum Eika Profesi. [serial Online],


http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/19700930200801
1-ASEP_SAEPUDIN/konsep_umum_etika_profesix.pdf. [30 September 2017].

Setiawati. (2008). Proses Pembelajaran dalam Pendidikan Kesehatan, Jakarta:


TIM

Wignjosoebroto. 1999. Profesionalisme Dunia Pendidikan. www. iq.eq web. id.

13
LAMPIRAN

1. Susunan Kepanitiaan

Pelindung : Direktur Politeknik Negeri Jember


Penasehat : Ir. Rindiani, MP
Penanggung jawab : Agata Widyawati, S.ST, M. Gizi
Ketua : Sawitri Nurul Firdayanti
Bendahara : Winda Cahyani
Sekretaris : Yanuar Rufiati Wongi
Sie. Perlengkapan : - Dimas Aji Jaya Setiawan
Sie. Konsumsi : - Siti Rahayu
Sie. Pubdekdok : - Anis Farah Nadia
Sie. Acara : - Dita Noviasari

2. Susunan Acara
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 5 menit Pembukaan : 1. Menjawab salam
1. Salam pembuka
2. mendengarkan
Menjelaskan tujuan
2. Melakukan kontrak waktu
3. Menyebutkan garis besar
materi pelantikan
2 30 menit 1. Menyampaikan materi
1. Memperhatikan
pelatihan 2. Bertanya
2. Menonton video mengenai
sikap yang baik terhadap
sesama tenaga kesehatan
3. Tanya jawab

14
3 10 menit Evaluasi : Memperagakan
Menanyakan pada audience Contoh
tentang materi yang
diberikan dengan cara
meminta audience
memperagakan atau
memberi contoh tentang
perilaku sikap yang baik
terhadap sesama. Dan
memberika doorprize
kepada audience yang
mampu memperagakan
4 5 menit Penutup : 1. Mendengarkan
1. Mengucapkan terimakasih
2. Membalas salam
kepada audience yang telah
hadir
2. Mengucapkan salam

3. Leaflet
4. Baner

15

Anda mungkin juga menyukai