Anda di halaman 1dari 1

DPR vs KEPENTINGAN RAKYAT

Para anggota Dewan Perwakilan Rakyat tidak akan pernah menikmati kursi empuknya
tanpa suara rakyat, tidak akan pernah menikmati fasilitas mewah dan honor yang teramat besar
tanpa pengakuan rakyat. Semasa kampanye menuju kursi empuk, berbagai janji untuk lebih
mendengar dan memperjuangkan kepentingan rakyat dijual kemana-mana. Namun apa yang
terjadi setelah menjadi anggota DPR ?, bukannya mengurusi kepentingan rakyat, tapi sibuk
memikirkan diri sendiri dan kelompoknya. Bagaikan Kacang lupa akan kulitnya.

Salah satu contoh nyata dan masih diperdebatkan sekarang adalah pemborosan anggaran
pada proyek Renovasi Ruangan Badan Anggaran DPR yang menelan biaya hingga Rp. 20,3
milyar. Komponen yang terdapat di dalamnya diantaranya kursi yang berasal dari Jerman dengan
harga per unit Rp. 24 juta, lampu hias dari Belanda, sound system dan karpet dari Amerika
Serikat. Proyek lainnya seperti renovasi kamar mandi dan parkiran ikut menyedot banyak uang
rakyat.Dan tak cukup di pusat, DPR di daerah pun mulai bertingkah. Sebagai contoh ruang DPR
provinsi Banten di sulap bagaikan karaoke room. Ruangan ini difasilitasi LCD TV 46 inch dan
dvd yang kesemuanya bernilai Rp.60 juta.

Sementara di sisi lain sangat ironis dengan masih minimnya fasilitas buat rakyat terutama
di daerah. Salah satu contohnya kembali datang dari provinsi Banten, bagaimana murid-murid
sekolah menelusuri sisi jembatan gantung yang sudah rusak diterjang banjir demi perjuangan
untuk mencapai lokasi sekolahnya. Bahkan salah satu media Inggris memberitakan dan
menyebutnya sebagai Jembatan ala Indiana Jones. Belum lagi masalah gizi buruk, buta aksara,
akses jalan di daerah yang masih kurang dan banyak lagi problem rakyat yang tentu mebutuhkan
anggaran yang sangat besar. Sekarang kita bertanya mana yang lebih prioritas, fasilitas anggota
dewan ? ataukah kebutuhan mendesak rakyat ?

Banyak yang berpendapat semakin carut-marutnya bangsa ini dikarenakan krisis moral
dari para pemimpin bangsa. Salah satu indikasinya adalah kurang peka atau tuli dan buta akan
penderitaan rakyat. DPR yang notabenenya menentukan pos anggaran, lebih mementingkan
kepentingan mereka dan meletakkan kepentingan rakyat di urutan terakhir, sehingga porsinya
hanya merupakan sisa anggaran yang tentu jumlahnya jauh dari cukup. Sepertinya ungkapan dari
rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat, hanya berupa slogan belaka. Kapankah rakyat kita sejahtera
di negeri yang kaya raya ini ?

Adela Firdza Yamin


Jl. Mawar RT.03 RW.10 kel.Bugis,
Sumbawa Besar.

Anda mungkin juga menyukai