Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS ASPEK STRATEGIS

DALAM RANTAI NILAI

Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Strategis


yang Diampu oleh Bapak Nurkholis, Ph.D., Ak., C.A.

Disusun Oleh:

Anas Isnaeni
NIM 165020304111002

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ANALISIS ASPEK STRATEGIS
DALAM RANTAI NILAI

A. HUBUNGAN RANTAI NILAI DENGAN KEUNGGULAN BERSAING


Suatu perusahaan harus bisa membuat pilihan yang terbaik tentang apa yang
yang menjadi kebutuhan konsumen dan bagaimana memenuhi kebutuhan atau
permintaan konsumen dengan harga yang serendah mungkin. Sehingga dalam hal ini
perusahaan memerlukan suatu strategi dalam menentukan keunggulan bersaing dan
menemukan cara untuk mencapai keunggulan tersebut. Kompetensi perusahaan
menunjukkan sesuatu yang tidak mudah ditiru oleh pesaing dan akan memberikan
keunggulan bersaing. Salah satu alat analisis manajemen biaya yang dapat digunakan
untuk memberikan informasi guna membuat keputusan strategis dalam menghadapi
persaingan bisnis adalah analisis rantai nilai.
Analisis rantai nilai merupakan alat untuk memahami rantai nilai yang
membentuk suatu produk. Porter menjelaskan analisis rantai nilai merupakan alat
analisis strategis yang digunakan untuk memahami secara lebih baik terhadap
keunggulan bersaing. Analisis rantai nilai merupakan alat strategi yang digunakan
untuk menganalisis aktivitas internal perusahaan. Analisis rantai nilai mengacu pada
proses di mana perusahaan menentukan biaya yang terkait dengan aktivitas
organisasi, dari pembelian bahan baku, ke pembuatan produk, hingga pemasaran
produk.
Tujuan dilakukannya analisis rantai nilai adalah untuk mengenali aktivitas
mana yang paling berharga (yaitu sumber keunggulan biaya atau diferensiasi) dari
perusahaan dan mana yang dapat ditingkatkan untuk memberikan keunggulan
bersaing. Dengan kata lain, dengan melihat ke dalam aktivitas internal, analisis ini
menunjukkan keunggulan atau kelemahan bersaing suatu perusahaan. Analisis rantai
nilai memungkinkan perusahaan untuk lebih baik dalam mengidentifikasi kelemahan
dan kekuatannya, khususnya jika dibandingkan dengan analisis rantai nilai pesaing
dan data mereka yang diuji dari tahun ke tahun.
Rantai nilai berbeda di antara industri dan perusahaan. Semua perusahaan
sebaiknya menggunakan analisis rantai nilai untuk mengembangkan dan memlihara
kompetensi inti serta mengonversi kompetensi inti ke dalam kompetensi yang
khusus. Kompetensi inti adalah analisis rantai nilai di mana suatu perusahaan
melakukannya dengan baik. Ketika kompetensi inti berevolusi menjadi keunggulan
bersaing utama, hal ini disebut kompetensi khusus. Dari kompetensi khusus ini,
aktivitas rantai nilai diidentifikasi dan diukur, sehingga kemudian kompetensi khusus
menghasilkan keunggulan bersaing.
Rantai nilai Porter berfokus pada sistem dan bagaimana input diubah
menjadi output yang dibeli oleh konsumen. Dengan menggunakan sudut pandang ini,
Porter menggambarkan serangkaian aktivitas yang umum dilakukan pada semua
bisnis dan membaginya menjadi dua aktivitas sebagai berikut :
1. Aktivitas Primer (primary activities)
Aktivitas primer adalah aktivitas yang berkaitan dengan penciptaan fisik produk,
penjualannya dan distribusinya ke para pembeli, dan servis setelah adanya
penjualan. Lebih rincinya aktivitas ini biasanya dibagi lagi menjadi berikut :
a. Logistik masuk
Aktivitas ini terkait dengan proses penerimaan, penyimpanan, dan penyaluran
input (masukan) secara internal. Hubungan dengan pemasok/supplier adalah
faktor kunci dalam menciptakan nilai di sini.
b. Operasi
Operasi yaitu kegiatan transformasi yang mengubah input menjadi output yang
dijual ke pelanggan. Pada aktivitas ini, sistem operasional menciptakan nilai.
c. Logistik keluar
Kegiatan ini memberikan produk atau layanan kepada pelanggan. Aktivitas ini
meliputi hal-hal seperti sistem pengumpulan, penyimpanan, dan distribusi, dan
mungkin juga hubungan internal atau eksternal dari organisasi.
d. Pemasaran dan penjualan
Pemasaran dan penjualan menjadi proses yang digunakan untuk meyakinkan
klien untuk membelinya daripada produk pesaing. Manfaat yang ditawarkan
dan seberapa baik mengkomunikasikan produk merupakan sumber nilai pada
akitivitas ini.
e. Layanan
Layanan adalah aktivitas yang berkaitan dengan menjaga nilai produk atau
layanan kepada pelanggan setelah dibeli.
2. Aktivitas Pendukung (support activities)
Aktivitas pendukung adalah aktivitas yang membantu perusahaan secara
keseluruhan dengan menyediakan dukungan yang diperlukan bagi berlangsungnya
aktivitas-aktivitas primer dilakukan secara berkelanjutan.
a. Pengadaan (pembelian)
Pengadaan adalah aktivitas yang dilakukan organisasi untuk mendapatkan
sumber daya yang dibutuhkannya untuk beroperasi. Ini termasuk menemukan
vendor dan menegosiasikan harga terbaik.
b. Manajemen sumber daya manusia
Seberapa baik perusahaan merekrut, mempekerjakan, melatih, memotivasi,
memberi penghargaan, dan mempertahankan pekerjanya adalah lingkup dari
aktivitas manajemen SDM. SDM adalah sumber nilai yang signifikan,
sehingga bisnis dapat menciptakan keuntungan yang jelas dengan praktik SDM
yang baik.
c. Perkembangan teknologi
Aktivitas ini berhubungan dengan pengelolaan dan pengolahan informasi dan
melindungi basis pengetahuan perusahaan. Meminimalkan biaya teknologi
informasi dengan tetap mengikuti perkembangan teknologi dan
mempertahankan keunggulan teknis merupakan sumber penciptaan nilai.
d. Infrastruktur
Ruang lingkup aktivitas infrastruktur adalah sistem pendukung perusahaan dan
fungsi yang memungkinkannya mempertahankan operasi sehari-hari.
Manajemen akuntansi, hukum, administratif, dan umum adalah contoh
infrastruktur yang diperlukan.
Hubungan dari elemen-elemen aktivitas pada model rantai nilai Porter digambarkan
dalam bagan berikut :
B. LANGKAH-LANGKAH DALAM IDENTIFIKASI DAN PEMAHAMAN
RANTAI NILAI
Untuk mengidentifikasi dan memahami rantai nilai suatu perusahaan, terdapat
empat langkah yang dapat dilakukan untuk melakukan hal tersebut, yaitu :
1. Identifikasi subaktifitas untuk setiap aktivitas utama
Untuk setiap aktivitas utama, tentukan subaktifitas spesifik yang menciptakan
nilai. Ada tiga jenis subaktifitas yang berbeda:
a. Aktivitas langsung menciptakan nilai sendiri.
b. Kegiatan tidak langsung memungkinkan aktivitas langsung berjalan lancar.
c. Kegiatan penjaminan mutu memastikan bahwa kegiatan langsung dan tidak
langsung memenuhi standar yang dipersyaratkan.
2. Identifikasi subaktifitas untuk setiap aktivitas pendukung.
Untuk setiap kegiatan dukungan manajemen sumber daya manusia,
pengembangan teknologi, dan pengadaan, tentukan subaktifitas yang menciptakan
nilai di dalam setiap aktivitas utama. Seperti pada Langkah 1, carilah subaktifitas
langsung, tidak langsung, dan berkualitas. Kemudian identifikasikan berbagai
sub-aktivitas yang menciptakan nilai pada infrastruktur perusahaan. Secara umum
identifikasi ini bersifat lintas fungsional, bukan khusus untuk setiap aktivitas
utama.
3. Identifikasi tautan
Langkah ketiga dimulai dengan mensemukan hubungan antara semua aktivitas
nilai yang telah diidentifikasi. Tautan merupakan kunci untuk meningkatkan
keunggulan bersaing dari kerangka rantai nilai.
4. Cari peluang untuk meningkatkan nilai
Langkah keempat dilakukan dengan peninjauan masing-masing subaktifitas dan
tautan yang telah diidentifikasi dan bagaimana dapat mengubah atau
meningkatkannya untuk memaksimalkan nilai yang ditawarkan kepada pelanggan.

C. PENDEKATAN DALAM ANALISIS RANTAI NILAI


Terdapat dua pendekatan yang berbeda tentang bagaimana melakukan analisis,
yang bergantung pada jenis keunggulan bersaing apa yang ingin diciptakan
perusahaan, apakah keunggulan biaya atau diferensiasi.
1. Pendekatan Keunggulan Biaya
Untuk mendapatkan keuntungan biaya, sebuah perusahaan harus melalui 5
langkah analisis:
a. Identifikasi aktivitas utama dan dukungan perusahaan. Semua aktivitas yang
dilakukan untuk memproduksi barang atau jasa harus diidentifikasi dan
dipisahkan dengan jelas satu sama lain. Hal ini membutuhkan pengetahuan
yang memadai tentang operasi perusahaan dan para manajer yang
mengidentifikasi aktivitas rantai nilai harus melihat bagaimana pekerjaan
dilakukan untuk memberikan nilai kepada pelanggan.
b. Tetapkan kepentingan relatif setiap aktivitas dalam total biaya produk. Total
biaya untuk memproduksi suatu produk atau jasa harus dipecah dan ditugaskan
ke setiap aktivitas. Activity based costing digunakan untuk menghitung biaya
untuk setiap proses. Kegiatan yang menjadi sumber utama biaya atau dilakukan
secara tidak efisien (bila dibandingkan dengan kompetitor) harus diatasi
terlebih dahulu.
c. Identifikasi pemicu biaya (cost driver) untuk setiap aktivitas. Dengan
memahami faktor-faktor apa yang mendorong biaya, para manajer dapat
berfokus untuk memperbaikinya. Kegiatan yang berbeda akan memiliki
pemicu biaya yang berbeda.
d. Identifikasi hubungan antar aktivitas. Pengurangan biaya dalam satu kegiatan
dapat menyebabkan pengurangan biaya lebih berketerusan dalam kegiatan
selanjutnya. Mengidentifikasi hubungan antar-aktivitas akan menghasilkan
pemahaman yang lebih baik mengenai bagaimana perbaikan biaya akan
mempengaruhi keseluruhan rantai nilai.
e. Identifikasi peluang untuk mengurangi biaya. Ketika perusahaan mengetahui
aktivitas dan pemicu biaya yang tidak efisien, perusahaan dapat merencanakan
bagaimana cara memperbaikinya.
2. Pendekatan Diferensiasi
Analisis rantai nilai dilakukan secara berbeda ketika perusahaan bersaing pada
diferensiasi dan bukan pada biaya. Sumber keunggulan diferensiasi berasal dari
menciptakan produk unggulan, menambahkan lebih banyak fitur, dan memuaskan
beragam kebutuhan pelanggan, yang bermuara pada struktur biaya yang lebih
tinggi.
a. Identifikasi aktivitas menciptakan nilai pelanggan. Setelah mengidentifikasi
semua aktivitas rantai nilai, para manajer harus berfokus pada kegiatan yang
berkontribusi paling besar untuk menciptakan nilai pelanggan.
b. Evaluasi strategi diferensiasi untuk meningkatkan nilai pelanggan. Manajer
dapat menggunakan strategi berikut untuk meningkatkan diferensiasi produk
dan nilai pelanggan, yaitu : menambahkan lebih banyak fitur produk, fokus
pada layanan pelanggan dan daya tanggap, meningkatkan kustomisasi, dan
menawarkan produk pelengkap.
c. Identifikasi diferensiasi berkelanjutan yang terbaik. Diferensiasi dan nilai
pelanggan yang superior akan menjadi hasil dari banyak aktivitas dan strategi
yang saling terkait. Kombinasi terbaiknya harus digunakan untuk mengejar
keunggulan diferensiasi berkelanjutan.

D. CONTOH PENERAPAN ANALISIS RANTAI NILAI


Berikut ini akan dipaparkan contoh penerapan analisis rantai nilai yang
dilakukan oleh Kuntoro Boga Andri (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
Jawa Timur) pada kegiatan usaha agribisnis bunga krisan dalam jurnalnya berjudul
Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan di Daerah Sentra
Pengembangan Jawa Timur.
Agribisnis bunga krisan telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir
pada sentra produksi tanaman hias di Jawa Timur. Pusat produsen bunga krisan di
Jawa Timur berada di Kabupaten/Kota Batu, Malang, Mojokerto dan Pasuruan, yang
terletak di dataran menengah sampai dataran tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan analisis rantai pasokan yang mendalam dan analisis rantai nilai
agribisnis krisan pada empat sentra produksi daerah di Jawa Timur. Penelitian
dilakukan pada bulan Desember 2011 sampai Februari 2012 menggunakan Focus
Group Discussion (FGD), survei lapangan, kuesioner, dan koleksi data sekunder dari
petani, pengusaha, dan pelaku lainnya dalam rantai. Hasil dari analisis rantai pasok
dan analisis rantai nilai adalah distribusi nilai tambah pada masing-masing pelaku
rantai pemasok sangat berpengaruh berdasarkan tingkat aktivitas yang dilakukan oleh
masing-masing pelaku. Upaya untuk menambah nilai bagi produsen krisan (petani)
dapat dilakukan dengan menerapkan strategi biaya rendah, keunikan produk atau
peningkatan kualitas. Implementasi inovasi teknologi berperan untuk menghasilkan
lebih banyak produk bernilai tambah sesuai kebutuhan pasar. Hal ini ditemukan dari
analisis nilai tambah bahwa agribisnis krisan sangat bermanfaat bagi petani dan
memiliki prospek yang baik bagi pelaku agribisnis lainnya untuk melanjutkan.
DAFTAR PUSTAKA

Andri, Kuntoro Boga. 2013. Analisis Rantai Pasok Dan Rantai Nilai Bunga Krisan
di Daerah Sentra Pengembangan Jawa Timur. Jurnal. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur.
David, Fred R. dan Forest R. David. 2015. Manajemen Strategik : Suatu Pendekatan
Keunggulan Bersaing edisi 15. Jakarta : Penerbit Salemba Empat.
Wisdaningrum, Oktavima. 2013. Analisis Rantai Nilai (Value Chain) Dalam
Lingkungan Internal Perusahaan. Jurnal. Fakultas Ekonomi Prodi Akuntansi
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.
https://www.strategicmanagementinsight.com/tools/value-chain-analysis.html
sebagaimana diakses pada 8 Mei 2017.
https://www.mindtools.com/pages/article/newSTR_66.htm sebagaimana diakses
pada 8 Mei 2017.

Anda mungkin juga menyukai