Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR

1.1 Pengertian:
Fraktur adalah terputusnya keutuhan tulang, umumnya akibat trauma. Fraktur
digolongkan sesuai jenis dan arah garis fraktur.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya. Fraktur dapat terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsi .

1.2 Klasifikasi fraktur :


Menurut Hardiyani (1998), fraktur dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, dan cruris dst).
2. Berdasarkan luas dan garis fraktur terdiri dari :
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang
tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur kominit (garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan).
b. Fraktur segmental (garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan).
c. Fraktur Multipel ( garis patah lebih dari satu tapi pada tulang yang berlainan
tempatnya, misalnya fraktur humerus, fraktur femur dan sebagainya).
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Undisplaced (tidak bergeser) / garis patah komplit tetapi kedua fragmen tidak
bergeser.
b. Displaced (bergeser) / terjadi pergeseran fragmen fraktur
5. Berdasarkan hubungan fraktur dengan dunia luar :
a. Tertutup
b. Terbuka (adanya perlukaan dikulit).
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma :
a. Garis patah melintang.
b. Oblik / miring.
c. Spiral / melingkari tulang.
d. Kompresi
e. Avulsi / trauma tarikan atau insersi otot pada insersinya. Missal pada patela.
7. Berdasarkan kedudukan tulangnya :
a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut.
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
At longitudinal : berjauhan memanjang.
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.

1.3 Etiologi:
Menurut Apley dan Salomon (1995), tulang bersifat relative rapuh namun cukup
mempunyai kekuatan gaya pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat disebabkan oleh
- Cedera dan benturan seperti pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan puntir
mendadak, kontraksi otot ekstrim.
- Letih karena otot tidak dapat mengabsorbsi energi seperti berjalan kaki terlalu
jauh.
- Kelemahan tulang akibat penyakit kanker atau osteoporosis pada fraktur
patologis.

1.4 Patofisiologis :
Jenis fraktur :
Fraktur komplit adalah patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya
mengalami pergeseran
Fraktur inkomplit, patah hanya terjadi pada sebagian dari garis tengah tulang.
Fraktur tertutup (fraktur simple), tidak menyebabkan robekan kulit.
Fraktur terbuka (fraktur komplikata/kompleks), merupakan fraktur dengan luka
pada kulit atau membrana mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi : Grade I dengan luka bersih kurang dari 1 cm panjangnya dan
sakit jelas, Grade II luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
dan Grade III, yang sangat terkontaminasi dan mengalami kerusakan jaringan
lunak ekstensi, merupakan yang paling berat.
Penyembuhan/perbaikan fraktur :
Bila sebuah tulang patah, maka jaringan lunak sekitarnya juga rusak, periosteum
terpisah dari tulang dan terjadi perdarahan yang cukup berat. Bekuan darah
terbentuk pada daerah tersebut. Bekuan akan membentuk jaringan granulasi,
dimana sel-sel pembentuk tulang premitif (osteogenik) berdeferensiasi menjadi
kondroblas dan osteoblas. Kondroblas akan mensekresi fosfat yang akan
merangsang deposisi kalsium. Terbentuk lapisan tebal (kalus disekitar lokasi
fraktur. Lapisan ini terus menebal dan meluas, bertemu dengan lapian kalus dari
fragmen yang satunya dan menyatu. Fusi dari kedua fragmen terus berlanjut
dengan terbentuknya trabekula oleh osteoblas, yang melekat pada tulang dan
meluas menyebrangi lokasi fraktur.Persatuan (union) tulang provisional ini akan
menjalani
transformasi metaplastikuntuk menjadi lebih kuat dan lebih terorganisasi. Kalus
tulang akan mengalami re-modelling dimana osteoblas akan membentuk tulang
baru sementara osteoklas akan menyingkirkan bagian yanng rusak sehingga
akhirnya akan terbentuk tulang yang menyerupai keadaan tulang aslinya

E. Manifestasi klinis:
1. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang
diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai
alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
2. Deformitas dapat disebabkan pergeseran fragmen pada fraktur lengan dan
eksremitas. Deformitas dapat di ketahui dengan membandingkan dengan
ekstremitas normal. Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi
normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya obat.
3. Pemendekan tulang, karena kontraksi otot yang melekat diatas dan dibawah
tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5
sampai 5,5 cm
4. Krepitasi yaitu pada saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya
derik tulang. Krepitasi yang teraba akibat gesekan antar fragmen satu dengan
lainnya.
5. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma
dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini baru terjadi setelah beberapa
jam atau beberapa hari setelah cedera.

F. Komplikasi fraktur
- Malunion, adalah suatu keadaan dimana tulang yang patah telah sembuh
dalam posisi yang tidak pada seharusnya, membentuk sudut atau miring
- Delayed union adalah proses penyembuhan yang berjalan terus tetapi dengan
kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
- Nonunion, patah tulang yang tidak menyambung kembali.
- Compartment syndroma adalah suatu keadaan peningkatan takanan yang
berlebihan di dalam satu ruangan yang disebabkan perdarahan masif pada suatu
tempat.
- Shock,
- Fat embalism syndroma, tetesan lemak masuk ke dalam pembuluh darah.
Faktor resiko terjadinya emboli lemakada fraktur meningkat pada laki-laki usia
20-40 tahun, usia 70 sam pai 80 fraktur tahun.
- Tromboembolic complicastion, trombo vena dalam sering terjadi pada
individu yang imobiil dalm waktu yang lama karena trauma atau ketidak
mampuan lazimnya komplikasi pada perbedaan ekstremitas bawah atau trauma
komplikasi paling fatal bila terjadi pada bedah ortopedil
- Infeksi
- Avascular necrosis, pada umumnya berkaitan dengan aseptika atau necrosis
iskemia.
- Refleks symphathethic dysthropy, hal ini disebabkan oleh hiperaktif sistem
saraf simpatik abnormal syndroma ini belum banyak dimengerti. Mungkin karena
nyeri, perubahan tropik dan vasomotor instability.

G. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pada fraktur test laboratorium yang perlu diketahui : Hb, hematokrit sering rendah
akibat perdarahan, laju endap darah (LED) meningkat bila kerusakan jaringan
lunak sangat luas. Pada masa penyembuhan Ca dan P meengikat di dalam darah.
Radiologi :
X-Ray dapat dilihat gambaran fraktur, deformitas dan metalikment.
Venogram/anterogram menggambarkan arus vascularisasi. CT scan untuk
mendeteksi struktur fraktur yang kompleks.

H. Penanganan fraktur
Pada prinsipnya penangganan fraktur meliputi reduksi, imobilisasi dan
pengembalian fungsi dan kekuatan normal dengan rehabilitasi.
- Reduksi fraktur berarti mengembalikan fragmen tulangpada kesejajarannya
dan rotasi anatomis. Metode dalam reduksi adalah reduksi tertutup, traksi dan
reduksi terbuka, yang masing-masing di pilih bergantung sifat fraktur
Reduksi tertutup dilakukan untuk mengembalikan fragmen tulang ke posisinya
(ujung-ujung saling behubungan) dengan manipulasi dan traksi manual.
Traksi, dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.
Beratnya traksi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.
Reduksi terbuka , dengan pendekatan pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat
fiksasi internal dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam
dapat digunakan untuk mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai
penyembuhan tulang yang solid terjadi.
- Imobilisai fraktur, setelah fraktur di reduksi fragmen tulang harus di
imobilisasi atau di pertahankan dalam posisi dan kesejajaranyang benar sampai
terjadi penyatuan. Immobilisasi dapat dilakukan dengan fiksasi eksternal atau
inernal. Fiksasi eksternal meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinui, pin dan
teknik gips atau fiksator eksternal. Fiksasi internal dapat dilakukan implan logam
yang berperan sebagai bidai inerna untuk mengimobilisasi fraktur. Pada fraktur
femur imobilisasi di butuhkan sesuai lokasi fraktur yaitu intrakapsuler 24 minggu,
intra trohanterik 10-12 minggu, batang 18 minggu dan supra kondiler 12-15
minggu.
- Mempertahankan dan mengembalikan fungsi, segala upaya diarahkan pada
penyembuhan tulang dan jaringan lunak, yaitu ;
Mempertahankan reduksi dan imobilisasi
Meninggikan untuk meminimalkan pembengkakan
Memantau status neurologi.
Mengontrol kecemasan dan nyeri
Latihan isometrik dan setting otot
Berpartisipasi dalam aktivitas hidup sehari-hari
Kembali keaktivitas secara bertahap.
Faktor yang mempengaruhi penyembuhan fraktur :
- Imobilisasi fragmen tulang.
- Kontak frgmen tulang minimal.
- Asupan darah yang memadai.
- Nutrisi yang baik.
- Latihan pembebanan berat badan untuk tulang panjang.
- Hormon-hormon pertumbuhan tiroid, kalsitonin, vitamin D, steroid anabolik.
- Potensial listrik pada patahan tulang.

FRAKTUR FEMUR

A. Pengertian

Fraktur femur dapat terjadi pada beberapa tempat : bagian kaput, kolum atau
trochanter, batang femur dan daerah lutut /suprakondiler.

B. Klasifikasi

Ada 2 tipe utama fraktur pinggul :

1. fraktur kolum femur : intra kapsuler


2. fraktur trokhenter : ekstrakapsuler.

Fraktur kolum femur : penyembuhan akan lebih sulit disbandingkan dengan


fraktur trokhenter, karena system pembuluh darah yang memasok darah kekaput
dan kolum femur mengalami kerusakan karena fraktur.

C. Manifestasi Klinik

1. tungkai mengalami pemendekan


2. adduksi dan rotasi eksterna
3. nyeri ringan selangkangan atau sisi medial lutut

D. Penanganan Fraktur

1. Traksi kulit sementara untuk mereduksi spasme otot, untuk mengimobilisasi


ekstremitas dan mengurangi nyeri.
2. ORIF

E. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul:

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (fraktur)


2. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler,
tekanan dan disuse
3. Sindrom kurang perawatan diri berhubungan dengan hilangnya kemampuan
menjalankan aktivitas.
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma, imunitas tubuh primer menurun,
prosedur invasive
5. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan patah tulang
6. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan perawatannya b/d kurang paparan
terhadap informasi, terbatasnya kognitif
RENPRA FRAKTUR

No Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Nyeri akut b/d Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
agen injuri Asuhan Kaji nyeri secara komprehensif
fisik, fraktur keperawatan . termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
jam tingkat frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi.
kenyamanan klien Observasi reaksi nonverbal dari
meningkat, tingkat ketidak nyamanan.
nyeri terkontrol dg Gunakan teknik komunikasi terapeutik
KH: untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
Klien sebelumnya.
melaporkan nyeri Kontrol faktor lingkungan yang
berkurang dg scala mempengaruhi nyeri seperti suhu
2-3 ruangan, pencahayaan, kebisingan.
Ekspresi wajah Kurangi faktor presipitasi nyeri.
tenang Pilih dan lakukan penanganan nyeri
klien dapat (farmakologis/non farmakologis).
istirahat dan tidur Ajarkan teknik non farmakologis
v/s dbn (relaksasi, distraksi dll) untuk mengetasi
nyeri..
Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri.
Evaluasi tindakan pengurang
nyeri/kontrol nyeri.
Kolaborasi dengan dokter bila ada
komplain tentang pemberian analgetik
tidak berhasil.

Administrasi analgetik :.
Cek program pemberian analgetik;
jenis, dosis, dan frekuensi.
Cek riwayat alergi.
Tentukan analgetik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal.
Monitor TV
Berikan analgetik tepat waktu
terutama saat nyeri muncul.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda
dan gejala efek samping.

2 Resiko Setelah dilakukan Memberikan posisi yang nyaman untuk


terhadap cidera askep jam terjadi Klien:
b/d kerusakan peningkatan Berikan posisi yang aman untuk pasien
neuromuskuler, Status dengan meningkatkan obsevasi pasien,
tekanan dan keselamatan Injuri beri pengaman tempat tidur
disuse fisik Dg KH : Periksa sirkulasi periper dan status
Bebas dari cidera neurologi
Pencegahan Menilai ROM pasien
Cidera Menilai integritas kulit pasien.
Libatkan banyak orang dalam
memidahkan pasien, atur posisi
3 Sindrom defisit Setelah dilakukan Bantuan perawatan diri
self care b/d akep jam Monitor kemampuan pasien terhadap
kelemahan, kebutuhan ADLs perawatan diri
fraktur terpenuhi dg KH: Monitor kebutuhan akan personal
Pasien dapat hygiene, berpakaian, toileting dan makan

melakukan Beri bantuan sampai pasien


aktivitas sehari-hari. mempunyai kemapuan untuk merawat diri
Kebersihan diri Bantu pasien dalam memenuhi
pasien terpenuhi kebutuhannya.
Anjurkan pasien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari sesuai
kemampuannya
Pertahankan aktivitas perawatan diri
secara rutin

4 Risiko infeksi Setelah dilakukan Konrol infeksi :


b/d imunitas asuhan keperawatan Bersihkan lingkungan setelah dipakai
tubuh primer jam tidak pasien lain.
menurun, terdapat faktor Batasi pengunjung bila perlu.
prosedur risiko infeksi dan Intruksikan kepada pengunjung untuk
invasive, infeksi terdeteksi mencuci tangan saat berkunjung dan
fraktur dg KH: sesudahnya.
Tdk ada tanda- Gunakan sabun anti miroba untuk
tanda infeksi mencuci tangan.
AL normal Lakukan cuci tangan sebelum dan
V/S dbn sesudah tindakan keperawatan.
Gunakan baju dan sarung tangan
sebagai alat pelindung.
Pertahankan lingkungan yang aseptik
selama pemasangan alat.
Lakukan perawatan luka, dainage,
dresing infus dan dan kateter setiap hari.
Tingkatkan intake nutrisi dan cairan
berikan antibiotik sesuai program.
Jelaskan tanda gejala infeksi dan
anjurkan u/ segera lapor petugas
Monitor V/S
Proteksi terhadap infeksi
Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
Monitor hitung granulosit dan WBC.
Monitor kerentanan terhadap infeksi..
Pertahankan teknik aseptik untuk
setiap tindakan.
Inspeksi kulit dan mebran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase.
Inspeksi kondisi luka, insisi bedah.
Ambil kultur, dan laporkan bila hasil
positip jika perlu
Dorong istirahat yang cukup.
Dorong peningkatan mobilitas dan
latihan sesuai indikasi
5 Kerusakan Setelah dilakukan Terapi ambulasi
mobilitas fisik askep jam terjadi Kaji kemampuan pasien dalam
berhubungan peningkatan melakukan ambulasi
dengan patah Ambulasi :Tingkat Kolaborasi dg fisioterapi untuk
tulang mobilisasi, perencanaan ambulasi
Perawtan diri Dg Latih pasien ROM pasif-aktif sesuai
KH : kemampuan
Peningkatan Ajarkan pasien berpindah tempat
aktivitas fisik secara bertahap
Evaluasi pasien dalam kemampuan
ambulasi

Pendidikan kesehatan
Edukasi pada pasien dan keluarga
pentingnya ambulasi dini
Edukasi pada pasien dan keluarga
tahap ambulasi
Berikan reinforcement positip atas
usaha yang dilakukan pasien.
6 Kurang Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan : proses penyakit
pengetahuan askep . Jam Kaji pengetahuan klien.
tentang pengetahuan klien Jelaskan proses terjadinya penyakit,
penyakit dan meningkat dg KH: tanda gejala serta komplikasi yang
perawatannya Klien dapat mungkin terjadi
b/d kurang mengungkapkan Berikan informasi pada keluarga
paparan kembali yg tentang perkembangan klien.
terhadap dijelaskan. Berikan informasi pada klien dan
informasi, Klien kooperatif keluarga tentang tindakan yang akan
keterbatan saat dilakukan dilakukan.
kognitif tindakan Diskusikan pilihan terapi
Berikan penjelasan tentang pentingnya
ambulasi dini
jelaskan komplikasi kronik yang
mungkin akan muncul
Diposkan oleh Rizki Kurniadi Hari Maret 14, 2012
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Tidak ada komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)

PROFIL SAYA

Rizki Kurniadi
Lihat profil lengkapku

Entri Populer
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN FEBRIS

MACAM-MACAM SUARA NAFAS

DIAGNOSA KEPERAWATAN NANDA DALAM 9 POLA


KEBUTUHAN KESEHATAN DASAR MANUSIA

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM PADA An. R DI


MELATI 2 INSKA RSUP DR. SARDJITO

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. SR DENGAN POST PARTUM


DI RUANG DDS RSUP DR SARDJITO JOGJAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN POST OP SECTIO CAESARIA


TERHADAP NY. S DI POLI KEBIDANAN RSU BANYUMAS JAWA
TENGAH APLIKASI NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN NANDA, NOC, NIC


MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN JIWA HALUSINASI
PENDENGARAN

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIARE

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE DENGAN NANDA, NOC, NIC

Arsip Blog
16 (432)

12 (1422)

o Desember (76)

o November (51)

o Oktober (50)

o September (6)

o Juni (23)

o Mei (91)

o April (39)

o Maret (673)

31 Mar (6)

30 Mar (29)

29 Mar (2)

28 Mar (13)

27 Mar (9)

26 Mar (63)

24 Mar (20)

22 Mar (6)

21 Mar (9)
20 Mar (51)

19 Mar (20)

18 Mar (16)

17 Mar (7)

16 Mar (32)

15 Mar (12)

14 Mar (44)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. FM


DENGAN CYTOMEGALOVI...

ASUHAN KEPERAWATAN HISCHPRUNG


( MEGACOLON AGANGG...

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN


HIDROSEFALUS APL...

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTENSI


APLIKASI DOENGES

SOP PERAWATAN LUKA GANGGREN

PRE PLANNING PENYULUHAN DAN


DEMONSTRASI CUCI TANG...

PROSEDUR MENGANGKAT JAHITAN

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN TENTANG


HUBUNGAN PERAWAT...

LAPORAN PENDAHULUAN INFEKSI


SALURAN PERNAPASAN AKU...

LAPORAN PENDAHULUAN SINDROM


NEFROTIK

ASUHAN KEPERAWATAN RETARDASI


MENTAL

KONSEP SEPSIS NEONATORUM DAN


HIPERBILIRUBUNEMIA
ASUHAN KEPERAWATAN TALASEMIA
APLIKAS DOENGES

LAPORA PENDAHULUAN TUMBUH


KEMBANG ANAK

ASUHAN KEPERAWATAN KEJANG DEMAM


APLIKASI NANDA, NO...

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKIOLITIS


APLIKASI NANDA, NO...

KONSEP KEHAMILAN DALAM


KEPERAWATAN

ASUHAN KEPERAWATAN TETANUS DENGAN


NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN STROKE DENGAN


NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN SIROSIS HEPATIS


DENGAN NANDA, N...

ASUHAN KEPERAWATAN KOLELITIASIS


DENGAN NANDA, NOC,...

ASUHAN KEPERAWATAN GOUT PIRAI


DENGAN NANDA, NOC, N...

ASUHAN KEPERAWATAN GAGAL JANTUNG /


CONGESTIF HEART...

ASUHAN KEPERAWATAN EFUSI PLEURA


DENGAN NANDA, NOC,...

ASUHAN KEPERAWATAN DEMAM TIPOID


DENGAN NANDA, NOC,...

ASUHAN KEPERAWATAN DIARE CAIR AKUT


DENGAN NANDA, N...

ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES


MELITUS DENGAN NANDA, ...

ASUHAN KEPERAWATAN HEMODIALISA


DENGAN NANDA, NOC, ...
ASUHAN KEPERAWATAN CHRONIC KIDNEY
DISEASE (CKD) D...

ASUHAN KEPERAWATAN
BRONKOPNEUMONIA DENGAN NANDA, N...

ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA DENGAN


NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR


DENGAN NANDA, NOC, N...

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR / CA


NASOFARING DENGAN NA...

ASUHAN KEPERAWATAN TUMOR OTAK


DENGAN NANDA, NOC, N...

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER


PAYUDARA (CA MAMAE) DENG...

ASUHAN KEPERAWATAN HERNIA NUKLEUS


PULPOSUS (HNP) D...

ASUHAN KEPERAWATAN HEMOROID


DENGAN NANDA, NOC, NIC...

ASUHAN KEPERAWATAN FRAKTUR DENGAN


NANDA, NOC, NIC

ASUHAN KEPERAWATAN KOLOSTOMI


DENGAN NANDA, NOC, NI...

ASUHAN KEPERAWATAN CEDERA KEPALA


DENGAN NANDA, NOC...

ASUHAN KEPERAWATAN KANKER REKTUM


DENGAN NANDA, NOC...

ASUHAN KEPERAWATAN BENIGNA PROSTAT


HIPERPLASIA (BP...

ASUHAN KEPERAWATAN APENDIKSITIS


DENGAN NANDA, NOC,...

KOMUNIKASI PADA KEPERAWATAN ANAK

11 Mar (9)
10 Mar (17)

09 Mar (7)

08 Mar (65)

07 Mar (76)

06 Mar (26)

03 Mar (38)

02 Mar (59)

01 Mar (37)

o Februari (380)

o Januari (33)

11 (62)

Anda mungkin juga menyukai