Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Atom merupakan partikel yang tidak dapat dibagi-bagi lagi, begitulah
yang dikemukakan oleh Demokritus dan John Dalton. Namun, seiring
perkembangan zaman, berbagai ilmuwan seperti J.J Thompson, Rutherford,
dan Niels Bohr mengembangkan kembali teori tentang atom sampai dengan
saat ini.
model atom yang digunakan adalah hasil dari teori yang dikemukakan
oleh Niels Bohr. Menurut Bohr dalam postulatnya tentang teori atom
hydrogen dijelaskan bahwa, dalam postulat pertama Bohr memberikan
susunan atom hydrogen dan gaya yang bekerja antara inti atom dengan
elektron, postulat kedua Bohr memberikan kuantisasi sistem atom yang
dikuantisasikan adalah momentum sudut L. kuantisasi ini juga
mengkuantisasikan lintas edar elektron dalam atom, postulat ketiga
menyatakan bahwa elektron dalam orbit stasioner tidak memancarkan energy
elektomagnetik, postulat keempat menyatakan bahwa transisi dari suatu orbit
stabil ke orbit stabil lainnya, elektron memancarkan energy elektromagnetik
(foton) dengan frekuensi yang sesuai dengan beda energy atom pada dua
keadaan stabil tersebut.
Namun ketika itu teori kuantum sederhana pada atom hydrogen
mengalami kegagalan, karena Bohr tidak dapat menjelaskan ketika elektron
menembus lintasan lintasan yang ada dalam atom, pada saat elektron
mengemisikan energinya dan juga dalam keadaan tereksitasi. Maka munculah
teori atom berelektron banyak yang membahas tentang spin elektron, kopling
spin-orbit, prinsip eksklusi, konfigurasi elektron, momentum sudut total, kopel
LS dan kopel JJ.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud atom berelektron banyak?
2. Bagaimana penjelasan mengenai spin elektron, kopling spin-orbit, prinsip
eksklusi, konfigurasi elektron, momentum sudut total, kopel LS dan kopel
JJ dalam atom berelektron banyak?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Spin Elektron
Kegagalan teori kuantum sederhana pada atom hidrogen:
1. Adanya struktur halus pada garis pertama deret Balmer atom hidrogen
timbul dari transisi antara tingkat n=3 ke n=2. Dalam prediksi teoritis
menunjukkan bahwa spektrum tersebut merupakan garis tunggal yang
memiliki panjang gelombang 656,3 nm. Kenyataan menunjukkan bahwa
garis tunggal tersebut sebenarnya terdiri dari dua buah garis yang
berjarak 0,14nm.
2. Adanya Efek Zeeman, garis spektral sebuah atom dalam medan magnetik
akan terpecah menjadi tiga komponen yng memenuhi persamaan:
e
v1 v0 B
4m
v2 v0
e
v3 v 0 B
4m

Gambar : Efek Zeeman

Untuk menjelaskan adanya dua gejala diatas pada tahun 1925, S.A
Goudsmith dan G.E. Uhlenbeck mengusulkan bahwa elektron memiliki
momentum sudut intrinsik yang bebas dari momentum sudut orbitalnya dan
berkaitan dengan momentum sudut itu terdapat momentum magnetik.
Menurut pandangan ini gambaran klasik dari elektron merupakan bola
bermuatan yang berputar pada sumbunya. Putaran ini berkaitan dengan

3
momentum sudut, dan karena elektron bermuatan negatif maka arah momen
magnetik s elektron berlawanan dengan arah vektor momentum sudut Ls.
Pada tahun 1929 sifat pokok spin elektron dikokohkan muai perkembangan
mekanika kuantum Paul Dirac dimulai dari persamaan energi non relativistik darii
Scroodinger.
p2
E V
2m
Menjadi persamaan energi secara relativistik:
2
E m0 c 4 p 2 c 2 V

Sebuah zarah yang memiliki massa dan muatan seperti elektron harus memiliki
momentum sudut intrinsik dan momen magnetik. Bilangan kuantum spin s
digunakan untuk memberikan momentum sudut spin elektron S. Harga bilangan
kuantum s yang diperbolehkan mnurut Dirac adalah s=1/2 dan kebenarannya
dibuktikan secara empiris dari data spektral. Besar momentum sudut spin
memenuhi:
3
S s ( s 1)
2
Persamaan diatas memeiliki bentuk yang serupa dengan besar momentu sudut
orbital l sebagai berikut:
L l (l 1)

Kuantisasi ruang spin elektron ditentukan oleh bilangan kuantum magnetik spin
ms. Momentum sudut spin elektron dapat memiliki arah (orientasi) sebesar
2s+1=2,yakni:
1
ms ( spin.up )
2
1
ms ( spin.down )
2

4
Gambar : Spin elektron

Hal ini identik dengan vektor momentum sudut bital yang memiliki orientasi
dalam medan magnet sebanyak 2l+1 dari +1 hingga -1 Komponen momentum
sudut spin pada arah sumbu z, Sz ditentukan oleh bilangan kuantum magnetik spin
ms sebagai berikut:
1
S z m s
2
Momen magnetik spin elektron msberkaitan dnegan momentum sudut spin S
sebagai berikut:
e
s S
m
Harga komponen momen magnetik spin elektron pada sumbu z memenuhi
persamaan:
e
sz
2m
e
Dengan kuantitas B Sebagai magneton Bohr.
2m
Dua buah orientasi yang mungkin dari vektor momentum sudut spin dapat
digambarkan sebagai berikut:

5
Gambar: Dua Buah Orientasi Momentum Sudut Spin yang Dimungkinkan

Kuantisasi ruang ditunjukkan secara eksplisit oleh O. Stern dan W.Gerlach


pada tahun 1921, dengan mengarahkan seberkas atom perak netral dari tungku
melalui celah kolimator masuk kedalam medan magnet inhomogen. Berkas atom
seteah melalui medan dianalisis dengan pelat fotografi. Secara klasis semua
orientasi harus adalam dalam berkas atom sehingga menghasilkan pola jejak yang
lebar. Namun secara eksperimen ditemukan bahwa seberkas atom semula terpecah
menjaadi dua bagian yang jelas, sesuai dengan arah spin yang berlawanan dengan
medan magnet.

Gambar: Percobaan Stren-Gerlach

B. Kopling Spin-Orbit
Pengandaan garis spektral atom menjadi struktur halus dapat diterangkan atas
dasar interaksi magnetik antara momentum sudut spin dan momentum sudut

6
orbital elektron atomik. Kopling (gandengan) spin-orbit dapat dipahami dengan
model klasik secara langsung. Sebuah elektron yang berputar mengelilingi inti
menyebabkan dirinya berada dalam medan magnetik, karena karena dalam
kerangka acuan elektron, inti atomlah yang berputar mengelilingi elektron. Medan
magnetik ini bereaksi terhadap momen magnetik spin elektron sehingga
menghasilkan efek Zeeman internal.
Energi magnetik Vm dari dwikutub bermomen pada medan magnet dengan
fluks B adalah:
Vm B cos

Dengan menyatakan sudut antara dan B. Besaran cos menyatakan


komponen dalam arah sejajar dengan B yang dalam kasus momen magnetik

e
spin elektron sama dengan sz B magneton Bohr, sehingga diperoleh
2m
kopling spin-orbit sama dengan: Vm B B

(a) Pada kerangka acuan inti, elektron mengeliingi inti atom


(b) Padakerangka acuan elektron, inti atom mengelilingi elektron
Medan magnet yang dialami elektron berarah keatas dari bidang kertas

Berdasarkan pada orientasi vektor spin, maka energi elektron dalam keadaan
kuantum tertentu dapat memiliki nilai lebih tinggi atau lebih rendah dengan B B
daripada energi elektron tanpa kapling spin orbit. Hasil ini menyebabkan
terpecahnya setiap keadaan kuantum (kecuali kedaan s) menjadi 2 subkeadaan

7
yang terpisah, sehingga setiap garis spektral terpecah menjadi dua garis
komponen.
Peranan s=1/2 merupakan satu-satunya pilihan yang sesuai dengan pegamatan
penggandaan struktu halus. Kenyataan menunjukkan bahwa keadaan tunggal itu
menjadi keadaan ganda menyebabkan kemungkinan 2s+1 orientasi vektor
momentum sudut spin S menjadi 2.
C. Prinsip eksklusi
Konfigurasi normal elektron pada atom hidrogen menunjukkan bahwa
elektron berada dalam keadaan uantum terendah. Permasalahannya adalah
bagaimanakah konfigurasi elektron pada atom yang lebih kompleks? Apakah 92
elektron pada atom uraniun berada dalam keadan kuantum yang sama? Dapat
dibayangkan sebagai zarah yang desak-desakan pada orbit Bohr tunggal
mengelilingi inti. Hipotesis ini terbukti tidak benar.
Salah satu buktinya adalah adanya perbedaan yang besar perilaku kimiawi
yang ditunjukkan oleh unsur yang nomor atomnya berbeda satu elektron. Sebagai
contoh unsur bernomor atom 9,10, dan 11 adalah secara berturut-turut gas halogen
fluorine, gas mulia neon, dan logam alkali natrium. Struktur elektron sebuah atom
mengendalikan interaksi dengan atom lain. Sangat sulit untuk dimengerti bahwa
sifat kimiawi unsur harus berubah secara mendadak dengan berubahnya nomr
atom bila seluruh elektron atom itu berada dalam keadaan kuantum yang sama.
Pada tahun 1925, Wolfgang Pauli menemukan prinsip pokok yang mengatur
konfigurasi elektronik atom yang memiliki lebih dari satu elektron. Prinsip
eksklusinya (larangannya) menyatakan bahwa tidak terdapat dua elektron dalam
sebuah atom yang dapat berada dalam keadaan kuantum yang sama. Msing-
masing elektron dalam sebuah atom harus memiliki kumpulan bilangan kuantum
n, l, m1, ms yang berbeda.
Dalam atom helium tidak teramati transisi elektron dari dan ke konfigurasi
keadaan dasar dengan kedua spin elektron berarah sama sehingga menghasilkan
spin total sama dengan 1. yang teramati adalah transisi elektron dari dan ke
konfigurasi keadaan dasar dengan spin elekron berlawanan sehingga spin totalnya
sama dengan nol. Keadaan yang tidak ada adalah kedua elektron atom helium

8
memiliki bilangan kuantum sama yakni : n=1, l=0, m1=0 dan ms=1/2. keadaan
kuantum yang diperbolehkan adalah satu elektron memiliki ms=1/2 dan elektron
yang lain memiliki ms=-1/2.
D. Konfigurasi Elektron
Kaidah yang menentukan struktur electron dari atom berelektron banyak :
Sebuah sitem zarah mantap (stabil) bila energy totalnya minimum.
Hanya satu electron yang dapat berada dalam keadaan kuantum tertentu
dalam atom.
Electron yang memiliki bilangan kuantumutama yang sama terletak pada
jarak rata-rata yang sama dari inti. Secara konvensional dikatakan bahwa
electron menempati kulit yang sama.
Kulit atomic :

Energy electron pada kulit tertentu di samping bergantung pada bilangan


kuantum utama n, juga bergantung pada bilangan kuantum orbital l. electron
dalam masing-masing kulit akan bertambah besar energinya jika l bertambah
besar.
Electron- electron yang memiliki harga l yang sama dalam satu kulit
dikatakan menempati subkulit yang sama, karena kebergantungan energy
electron pada sangat keci. Keadaan pada bilangan kuantum orbital l
dinotasikan dengan huruf kecil sebagai berikut :

Lambang-lambang tersebut diperoleh dari klarifikasi empiris spectrum


deret Sharp (tajam), Principal (utama), Diffuse(kabur), dan fundamental
(pokok) yang terjadi sebelum teori atom dikembangkan.

Tabel 3.2. Notasi Simbolik Keadaan Atom

1s

9
2s 2p
3s 3p 3d
4s 4p 4d 4f
5s 5p 5d 5f 5g
6s 6p 6d 6f 6g 6h

Aturan Aufbau dalam konfigurasi electron dapat digambarkan


sebagai berikut :

Gambar 3.7. urutan pengisian electron dalam subkulit.


Selanjutnya pada gambar 3.8 berikut disajikan diagram energy
subkulit sebagai berikut :

Gambar 3.8. diagram energy subkulit


Konfigurasi electron pada atom Na bernomor atom 11 dapat dituliskan
sebagai berikut :

10
Hal ini berarti bahwa subkulit 1s (n= 1, l= 0) dan subkulit 2s (n=2, l= 0)
masing-masing berisi dua electron, subkulit 2p (n=2, l= 1) berisi enam
elektron, dan subkulit 3s (n=3, l= 0) berisi satu electron. Sebuah subkulit
bercirikan bilangan kuantum utama n dan bilangan kuantum orbital l dengan :

Untuk setiap l terdapat bilangan kuantum magnetic yang berbeda sebagai


berikut :

Dan untuk setiap terdapat 2 bilangan kuantum spin yang berbeda yakni dan
.Masing-masing subkulit dapat berisi maksimum electron. Dan jumlah

maksimum electron dalam kulit adalah .

Aturan Hund
Aturan ini menyatakan bahwa : pada umumnya electron dalam atom tetap
tak berpasangan ( spin sejajar) bila memingkinkan.

Gambar 3.9. penerapan aturan hund pada atom N dan O


Aturan ini timbul karena electron atomic saling tolak-menolak. Karena
tolakan ini electron akan saling berjauhan sehingga energy atomnya akan
mengecil. Electron berspin sejajar lebih terpisah dalam ruang dibandingkan
dengan jika electron itu berpasangan, sehingga konfigurasi semacam ini
mempunyai energy yang lebih kecil dan lebih mantap.
Pada tabel berikut disajikan konfigurasi electron dari beberpa unsure
sebagai berikut :
Tabel 3.3. Konfigurasi Electron Beberapa Unsur dan Orientasi Spin
Spin Elektron
Nomor
Unsur Konfigurasi pada Subkulit
Atom
2p
Boron 5
Carbon 6

11
Nitrogen 7
Oksigen 8
Floorine 9
Neon 10

E. Momentum Sudut Total


Setiap electron dalam sebuah atom memiliki momentum sudut orbital L
dan momentum sudut spin S tertentu, keduanya memberikan sumbangan pada
momentum sudut total J dari atom.
Momentum sudut total dari atom terkuantisasi dengan persamaan :

Kompenen z dari momentum sudut total atom memenuhi :

Dengan J dan menyatakan bilangan kuantum yang mengatur J dan Besar


L dari momentum sudut orbital L ditentukan oleh bilanagn kuantum l
menurut persamaan :

Komponen momentum sudut orbital pada sumbu z, ditentukan oleh

bilangan Kuantum magnetic :

Besar S dari momentum sudut spin S ditentukan oleh bilangan kuantum


spin s ( yang harganya 1/2 saja) menurut persamaan:

Komponen momentum sudut spin pada sumbu z, ditentukan dari bilangan

kuantum magnetic spin :

Momentum sudut total J merupakan jumlah dari L dan S :

Biasanya dipakai lambang j dan untuk J dan untuk elekron tunggal.

12
Hubungan antara berbagai bilangan kuantum momentum sudut :

Harga m yang mungkin berkisar antara +j melewati 0, sampai ke j


dalam langkah bilangan bulat. Untuk setiap harga l, bilangan kuantum j
memenuhi :

Harga dan j adalah setengah bulat.


Karena kuantisasi serentak dari J, L, dan S, maka vector itu hanya bisa
memiliki orientasi relative yang khusus. Dalam kasus atom dengan satu
electron, hanya terdapat 2 orientasi relative yang diizinkan. Pertama
bersesuaian dengan j = l + s sehingga J>L dan kedua, bersesuaian dengan j =
l s, sehingga J<L.

Gambar 3.10 Cara Penjualan L dan S menjadi J pada l = 1 dan s =

13
Gambar 3.11. vector momentum sudut orbital L dan momentum sudut spin
S berpresisi di sekitar momentum sudut total J
Momentum sudut L dan S berinteraksi dengan medan magnet eksternal B.
akibatnya momentum sudut total J akan berpresisi di sekitar medan magnet B,
sedangkan L dan S berpresisi di sekitar J.
F. Kopel LS
Kopel ini berlaku pada hampir semua atom dan pada medan magnet
lemah. Pola yang umum selain pada atom sangat berat adalah : momentum
sudut orbital dari berbagai electron terkopel bersama secara elektrik menjadi
resultan tunggal L. momentum sudut spin terkopel bersama menjadi resultan
tunggal S secara bebas. Momentum L dan S berinteraksi magnetis melalui
efek spin-orbit untuk membentuk momentum sudut total J. Skema kopel LS
dapat dituliskan secara singkat sebagai berikut :

Kuantisasi pada Kopel LS :

L dan adalah bilangan bulat, sedangkan bilangan kuantum lainnya ialah


setengah bulatbila menyangkut jumlah electron ganjil, dan bilangan bulat atau
nol jika jumlah electron genap.
G. Kopel JJ
Kopel ini berlaku pada atom berat dan medan magnet kuat. Prinsip dari
pengkopelan ini adalah momentum sudut total J, dari masing-masing electron
dapat dijumlahkan membentukmomentum sudut total keseluruhan atom J.
masing-masing J diberikan dengan bilangan kuantum j.

14
15

Anda mungkin juga menyukai