Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

DITINJAU DARI BAKAT NUMERIK DAN KECEMASAN SISWA


TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KUTA

oleh
Desak Putu Kartiwi

ABSTRAK

Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran berbasis
masalah terhadap prestasi belajar matematika ditinjau dari bakat numerik dan kecemasan.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Kuta dengan menggunakan metode eksperimen
semu dengan analisis kovarian satu jalur.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa:ABCD Caryn Say A H(1) terdapat perbedaan
prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis
masalah dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional; (2) setelah diadakan
pengendalian terhadap bakat numerik terdapat perbedaan prestasi belajar matematika antara
siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah dan siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional; (3) setelah diadakan pengendalian terhadap kecemasan terdapat
perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang mengikuti model pembelajaran
berbasis masalah dan siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (4) setelah
diadakan pengendalian terhadap bakat numerik dan kecemasan terdapat perbedaan prestasi
belajar matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah antar siswa
yang mengikuti model pembelajaran konvensional; (5) sumbangan efektif bakat numerik
pada siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah sebesar 11,6% dan
kecemasan memberikan sumbangan efektif sebesar 11,4%; dan (6) sumbangan efektif bakat
numerik pada siswa yang mengikuti model pembelajaran konvensional sebesar 8,5% dan
kecemasan memberikan sumbangan efektif sebesar 37,4%.
Simpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa model pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. Supaya diperoleh
prestasi belajar matematika yang lebih optimal maka perlu dilakukan pengendalian terhadap
bakat numerik dan kecemasan siswa.

Kata kunci: pembelajaran berbasis masalah, bakat numerik, kecemasan, prestasi belajar
matematika.

1
THE EFFECT OF PROBLEM BASED LEARNING VIEWED FROM NUMERIC
APTITUDE AND ANXIETY ON STUDENTS MATHEMATIC ACHIEVEMENT OF
GRADE X STUDENTS OF SMAN 1 KUTA

by
Desak Putu Kartiwi

ABSTRACT

This study was aimed, especially, to find out the effect of problem-based instruction
upon learning achievement in mathematics as studied from numerical aptitude and anxiety.
This study was conducted at SMA Negeri 1 Kuta and used quasi experimental method and
one-way anocova.
The result showed that (1) there was a significant difference in learning achievement
in mathematics between the students who learned mathematics though problem-based
instruction and those who learned mathematics through conventional instruction; (2) after
controlling numerical aptitude there was a difference in learning achievement in mathematics
of the students who learned problem-based instructional model; (3) after controlling anxiety,
there was a significant difference of learning achievement in mathematics between the
students who studied through problem-based instructional model and those who studied
through conventional instructional model; and (4) after controlling numerical aptitude and
anxiety, there was a significant difference in learning achievement in mathematics of the
student who studied through conventional instructional model; (5) the effective contribution
of numeric talent toward the students who joined problem based learning was 11,6% and of
anxiety was 11,4%; (6) the effective contribution of numeric talent toward the students who
joined conventional model was 8,5% and anxiety gave effective contribution as much as
37,4%
The model made from this study is that problem-based instructional model can
improve students learning achievement in mathematics. To obtain a more optimal learning
achievement in mathematics, it is necessary to control students numerical aptitude and
anxiety.

Key words: problem-based instruction, numerical aptitude, anxiety, learning achievement in


mathematics.

2
I. PENDAHULUAN pembelajaran dalam proses pembelajaran
Seiring dengan perkembangan terutama berkaitan dengan pemilihan
teknologi yang sangat pesat dan situasi terhadap model-model pembelajaran
masyarakat yang selalu berubah, idealnya modern. Dengan demikian, proses
pendidikan tidak hanya berorientasi pada pembelajaran akan lebih variatif, inovatif,
masa lalu dan masa kini, tetapi sudah dan konstruktif dalam merekonstruksi
seharusnya merupakan proses yang wawasan pengetahuan dan implementasinya
mengantisipasi dan membicarakan masa sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan
depan. Pendidikan hendaknya melihat jauh kreativitas peserta didik.
ke depan dan memikirkan apa yang akan Melihat kecenderungan pelajaran
dihadapi peserta didik pada masa yang akan matematika mempunyai banyak manfaat,
datang. Menurut Buchori (2001) dalam seharusnyalah matematika merupakan salah
Khabibah (2006:1), pendidikan yang baik satu pelajaran yang digemari oleh peserta
adalah pendidikan yang tidak hanya didik. Akan tetapi, pada kenyataannya
mempersiapkan para siswanya untuk suatu kecemasan dan kekecewaan yang diperoleh
profesi atau jabatan, tetapi untuk siswa dalam matematika hingga kini masih
menyelesaikan masalah-masalah yang terdengar baik pada masyarakat umum
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari. maupun di lingkungan sekolah. Umumnya
Salah satu masalah pokok dalam siswa menyatakan bahwa matematika
pembelajaran pada pendidikan formal merupakan pelajaran yang abstrak, sulit
(sekolah) dewasa ini adalah masih dimengerti, membosankan, tidak menarik
rendahnya daya serap peserta didik bahkan tidak ada hubungannya dengan
khususnya dalam mata pelajaran kehidupan sehari-hari.
matematika. Hal ini tampak jelas dari rerata Karso (1993) menyatakan bahwa
hasil belajar peserta didik yang senantiasa banyak orang yang tidak mengetahui
masih sangat memprihatinkan. Dalam hal manfaat matematika dan banyak pula orang
ini siswa tidak diajari strategi belajar yang yang berpendapat bahwa matematika itu
dapat memahami bagaimana belajar, tidak menarik. Hal ini juga dipertegas oleh
berfikir dan memotivasi diri sendiri. pernyataan Suherman (1993:20) yang
Masalah ini banyak dijumpai dalam menyatakan bahwa banyak orang yang telah
kegiatan proses belajar mengajar di kelas. mengetahui dan mengakui manfaat dan
Oleh karena itu, perlu diterapkan suatu bantuan matematika kepada bidang studi
strategi belajar yang dapat membantu siswa lain dan kehidupan, namun tidak sedikit
untuk memahami materi ajar dan pula yang memandang bahwa matematika
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. itu tidak menarik dan tidak berguna.
Trianto (2007:3) menyatakan bahwa Jenning dan Dunne dalam Suharta
satu inovasi yang menarik mengiringi (2002:642) mengatakan bahwa kebanyakan
perubahan paradigma tersebut adalah siswa mengalami kesulitan dalam
ditemukan dan diterapkannya model-model mengaplikasikan matematika ke dalam
pembelajaran inovatif dan konstruktif atau situasi kehidupan nyata.
lebih tepat dalam mengembangkan dan Hal ini disebabkan oleh guru dalam
menggali pengetahuan peserta didik secara pembelajaran di kelas kurang memberikan
konkret dan mandiri. Inovatif ini bermula kesempatan kepada siswa untuk
dan diadopsi dari metode kerja para menemukan dan mengkontruksi sendiri ide
ilmuwan dalam menemukan suatu matematika yang dimilikinya.
pengetahuan baru. Menghubungkan pengalaman kehidupan
Berdasarkan alasan tersebut, nyata siswa dengan ide-ide matematika
sangatlah penting bagi para pendidik, dalam pembelajaran di kelas penting
khususnya guru memahami karakteristik dilakukan agar pembelajaran lebih
materi, peserta didik, dan metodologi bermakna.

3
Dari uraian tersebut, tampak masih siswa. Dikatakan juga bahwa PBL
ada kesenjangan yang cukup tinggi antara bersandar psikologi kognitif yang berangkat
apa yang diharapkan dalam belajar dari asumsi bahwa belajar adalah proses
matematika dan kenyataan yang dicapai. perubahan tingkah laku berkat adanya
Hal ini tentu menjadi dilema bagi guru dan pengalaman. Belajar bukan semata-mata
para ahli, karena di satu pihak matematika proses menghapal sejumlah fakta tetapi
sangat dibutuhkan untuk meningkatkan merupakan suatu proses interaksi secara
daya nalar dan dapat melatih siswa agar sadar antara individu dan lingkungan.
mampu berpikir logis, kritis, sistematis, dan Melalui proses ini siswa akan berkembang
kreatif, tetapi di lain pihak banyak siswa secara utuh, siswa tidak hanya berkembang
yang tidak menyenangi matematika. pada aspek kognitif, tetapi juga berkembang
Berdasarkan kenyataan tersebut, pada aspek afektif ataupun psikomotor
agar pola yang digunakan dapat mengacu melalui penghayatan internal akan problema
pada peningkatkan mutu pendidikan dalam yang dihadapi.
prestasi belajar matematika, perlu metode Sesuai dengan pandangan Piaget
pembelajaran berbasis masalah. Selama ini (dalam Dahar, 1989:162), belajar adalah
guru lebih cendrung berperan sebagai perubahan tingkah laku yang tetap.
pemberi informasi atau sebagai corong Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar
penyebar pengetahuan kepada siswa dan dapat dicapai jika siswa terlibat secara
memilih pola interaksi satu arah. Kondisi langsung dalam pembelajaran, memecahkan
belajar mengajar seperti ini tidak masalah secara bersama-sama. Oleh karena
memungkinkan bagi guru untuk itu, pendidik (guru) dianjurkan agar
mendapatkan balikan dari siswa, sehingga menciptakan kondisi agar siswa mampu
guru tidak memperoleh gambaran informasi mengemukakan pendapatnya,
yang diberikan. Dalam keadaan yang mempertahankan, dan merasa
demikian, guru sering beranggapan bahwa bertanggungjawab atas apa yang telah
informasi yang telah disampaikan dapat dikemukakannya. Hal ini sangat sesuai
diterima, dipahami dan dimengerti oleh dengan prinsip pembelajaran berbasis
siswa, sehingga guru dapat melanjutkan masalah, yang pada model ini kegiatan
materi pelajaran berikutnya. Untuk dapat pembelajaran lebih berpusat pada siswa,
mencapai mutu pendidikan secara optimal sedangkan guru semata-mata bertindak
dirasakan sangat perlu guru memperbaiki sebagai fasilitator.
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Di samping faktor eksternal seperti
dengan jalan mengupayakan terjadinya model pembelajaran yang dipilih, perlu
proses belajar mengajar secara optimal, diperhatikan faktor internal siswa seperti
dengan jalan mengupayakan suatu siasat bakat, sikap, minat, motivasi dan lain-lain.
dalam pembelajaran yang disebut dengan Menurut Utami Munandar (1992:17), bakat
model pembelajaran. adalah kemampuan bawaan, sebagai potensi
Model pembelajaran berbasis yang masih perlu dikembangkan dan dilatih
masalah adalah salah satu model agar dapat terwujud. Bakat menurut
pembelajaran yang dicoba dilaksanakan di Bingham dalam Sumadi Suryabrata
sekolah, yang menjadikan masalah sebagai (1984:161) menitikberatkan pada segi apa
basis pembelajaran. Guru tidak menyajikan yang dapat dilakukan oleh individu, jadi
konsep-konsep dalam pembelajaran, tetapi performanse, setelah individu mendapatkan
konsep-konsep akan dicari siswa sendiri latihan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
melalui permasalahan yang diberikan bakat merupakan suatu kondisi individu
(Sanjaya, 2006:212). yang mempunyai kemampuan bawaan
Permasalahan yang dijadikan bahan dengan mendapat suatu latihan
pembelajaran adalah masalah-masalah real memungkinkan mencapai suatu kecakapan,
siswa atau masalah yang ada di lingkungan pengetahuan dan keterampilan. Dapat

4
dikatakan bahwa kemampuan dan bakat perlakuan, baik pada model pembelajaran
menentukan prestasi seseorang, karena berbasis masalah maupun pada model
kemampuan menunjukkan bahwa suatu pembelajaran konvensional. Rancangan
tindakan dapat dilakukan sekarang, analisisnya menggunakan desain kovarian.
sedangkan bakat memerlukan latihan dan Pemilihan metode ini disesuaikan dengan
pendidikan agar suatu tindakan dapat data yang diharapkan, yaitu perbedaan
dilakukan pada masa yang akan datang. prestasi belajar matematika sebagai akibat
Siswa yang berbakat matematika perlakuan yang diberikan dengan
diperkirakan akan mampu mencapai mempertimbangkan pengaruh bakat
prestasi tinggi dalam bidang itu. Jadi, numerik dan kecemasan siswa. Variabel
prestasi yang menonjol merupakan terikat dalam penelitian ini adalah prestasi
perwujudan dari bakat dan kemampuan belajar matematika siswa. Sebagai variabel
yang unggul dalam bidang tersebut. Dengan bebas adalah perlakuan metode
demikian, metode pembelajaran berbasis pembelajaran, yang dibedakan menjadi dua
masalah, ditinjau dari bakat numerik siswa, kelompok, yaitu model pembelajaran
sangat berperan dalam menggali potensi- berbasis masalah dan model pembelajaran
potensi siswa yang memliki kemampuan konvensional. Sebagai variabel pengendali
serta bakat terpendam. adalah bakat numerik dan kecemasan.
Mengingat kecemasan tersebut Untuk meyakinkan bahwa hasil
merupakan faktor psikologis yang dapat eksperimen benar-benar sebagai akibat
dipengaruhi dari dalam diri siswa, seperti pemberian perlakuan, dilakukan
faktor psikologis ataupun psikis sedangkan pengontrolan validitas baik validitas
dari luar diri siswa antara lain faktor internal maupun validitas eksternal.
lingkungan keluarga, lingkungan Pengontrolan validitas eksternal dilakukan
masyarakat, lingkungan sekolah, dan teman dengan cara (1) uji coba empirik terhadap
sebaya. Tingkat kecemasan siswa tersebut instrumen penelitian, baik instrumen berupa
akan dikaitkan dengan prestasi belajar siswa inventori/kuisioner kecemasan siswa
dalam menghadapi berbagai tugas-tugas maupun instrumen tes hasil belajar,
yang diberikan. Jika siswa tersebut tidak sehingga benar-benar mendapatkan
memiliki kemampuan dalam instrumen yang valid dan reliabel; (2)
mengaktualisasikan bakat serta memiliki jumlah sampel penelitian tidak berubah
konsep diri akademik yang rendah, akan (tidak ada yang siswa yang mengundurkan
timbul kecemasan dalam dirinya, sehingga diri); dan (3) kemampuan dan pengalaman
dapat menyebabkan siswa tersebut tidak guru yang melakukan eksperimen relatif
dapat melaksanakan tugas-tugasnya sesuai sama.
dengan tuntutan di dalam mempelajari Pengontrolan validitas internal
matematika. dengan cara (1) pemilihan kelompok
dilaksanakan secara random sampling, (2)
II. METODE PENELITIAN dilakukan uji perbedaan kemampuan awal
Penelitian ini merupakan penelitian siswa antara kelas eksperimen dan kelas
eksperimen semu (kuasi eksperimen). kontrol dengan uji t (pada penelitian ini
Eksperimen dilaksanakan pada kelompok kemampuan awal siswa digunakan sebagai
belajar (kelas) yang sudah ada karena hasil tes tengah semester, dimana tes tengah
peneliti tidak mungkin mengubah struktur semester diadakan sebelum ekesperimen
kelas yang sudah ada. dilaksanakan), (3) selama penelitian
Rancangan penelitian yang diusahakan siswa tidak mengetahui bahwa
digunakan adalah ekesperimen dalam dirinya dijadikan objek penelitian, dan (4)
bentuk posttest only control group design. diusahakan tidak terjadi hal-hal yang dapat
Dalam penelitian ini hanya dilihat mengganggu jalannya eksperimen.
hasil belajar siswa setelah diberikan

5
Prosedur yang ditempuh dalam Untuk melihat kecendrungan tingkat
penelitian ini terdiri atas tiga tahapan yaitu prestasi belajar matematika yang diberi
persiapan, pelaksanaan, dan pengakhiran pembelajaran berbasis masalah ditinjau dari
eksperimen. Adapun tahapannya sebagai bakat numerik dan kecemasan, serta
berikut. pembelajaran konvensional ditinjau dari
Tahap persiapan, dilakukan bakat numerik dan kecemasan, rata-rata
kegiatan antara lain pengaturan jadwal skor ideal semua subjek penelitian
pelaksanaan pembelajaran, penyusunan dibandingkan dengan rata-rata kenyataan
rencana pelaksanaan pembelajaran, melatih Teknik analisis data yang digunakan
guru yang akan melaksanakan untuk menguji hipotesis penelitian pertama,
pembelajaran, menyusun instrumen kedua, ketiga dan keempat adalah anakova
pengumpul data penelitian seperti inventori satu jalur. Jika uji hipotesis kedua, ketiga,
kecemasan dan tes hasil belajar, dan keempat signifikan atau Ho ditolak,
melaksanakan uji pakar, dan melaksanakan artinya terdapat perbedaan prestasi belajar
uji empiris terhadap kedua instrumen siswa setelah dikendalikan oleh bakat
penelitian. numerik ataupun kecemasan.
Rencana pelaksanaan pembelajaran Sebaliknya, jika hipotesis kedua,
untuk kelas eksperimen dan kelas kontrol ketiga dan keempat tidak signifikan atau Ho
disusun bersama oleh peneliti dan guru di diterima, berarti tidak terdapat perbedaan
kelas masing-masing. Hal ini bertujuan agar prestasi belajar siswa setelah dikendalikan
guru yang akan mengajar dapat mengetahui oleh bakat numerik ataupun kecemasan.
lebih awal bagaimana seharusnya mereka Setelah diketahui hasil uji hipotesis
melaksanakan pembelajaran di kelasnya tersebut, selanjutnya dicari sumbangan
masing-masing. Rencana pelaksanaan masing-masing variabel pengendali
pembelajaran pada kedua model terhadap prestasi belajar matematika dengan
pembelajaran disusun untuk dua belas kali menggunakan analisis regresi.
pertemuan. Hipotasis yang akan diuji adalah sebagai
Untuk mengukur hasil belajar berikut:
matematika digunakan instrumen tes hasil Ho : A1 = A2
belajar. Tes hasil belajar disusun dalam 1.
bentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Ho : A1 A2
Materi yang yang digunakan dalam
penyusunan tes mengacu pada Kurikulum Ho : A11 = A21
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMA 2.
Negeri 1 Kuta. Ho : A11 A21
Tahap pelaksanaan, dilaksanakan
kegiatan pembelajaran sebanyak 15 kali, Ho : A12 = A22
yaitu 12 kali treatment (tindakan), 1 kali tes 3.
bakat numerik, 1 kali untuk pengisian Ho : A12 A22
kuesioner kecemasan, dan 1 kali
melaksanakan tes hasil belajar.
Data hasil penelitian pembelajaran III. HASIL PENELITIAN DAN
berbasis masalah ditinjau dari bakat PEMBAHASAN
numerik dan kecemasan terhadap prestasi Berdasakan hasil analisis data telah
belajar matematika dideskripsikan terbukti bahwa terdapat perbedaan prestasi
berdasarkan rata-rata dan simpangan baku. belajar matematika antara siswa yang
Kecendrungan data hasil penelitian juga mengikuti model pembelajaran berbasis
dideskripsikan melalui tingkat klasifikasi masalah dan siswa yang mengikuti model
masing-masing kelompok data dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
menggunakan pedoman konversi. ditunjukkan dengan koefisien anakova (F)

6
sebesar 12,806 yang ternyata signifikan. mengaplikasikan matematika ke dalam
Selanjutnya, berdasarkan perhitungan situasi kehidupan real.
statistik didapat bahwa prestasi belajar Hal lain yang menyebabkan sulitnya
matematika siswa yang mengikuti model matematika bagi siswa adalah karena
pembelajaran berbasis masalah memiliki pembelajaran matematika kurang
skor rata-rata sebesar 80,832, lebih tinggi bermakna. Apabila guru dalam
daripada prestasi belajar matematika siswa pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan
yang mengikuti model pembelajaran dengan skema yang telah dimiliki oleh
konvensional yang memiliki skor rata-rata siswa dan siswa kurang diberikan
sebesar 74,682. kesempatan untuk menemukan kembali dan
Hal ini membuktikan bahwa dalam mengonstruksi sendiri ide-ide matematika,
pembelajaran yang inovatif ternyata salah siswa cendrung mengalami kesulitan dalam
satu model pembelajaran lebih unggul memahami konsep matematika. Mengaitkan
daripada model pembelajaran yang lain dan pengalaman kehidupan nyata anak dengan
salah satunya adalah pada model ide-ide matematika dalam pembelajaran di
pembelajaran berbasis masalah. Pada model kelas penting dilakukan agar pembelajaran
pembelajaran berbasis masalah ini bermakna (Soedjadi, 2000; Price,1996;
pembelajaran difokuskan pada siswa dan Zamroni, 2000).
perbedaannya dengan model pembelajaran Dengan demikian, sangatlah tepat
konvensional adalah hanya pada penyajian bahwasannya model pembelajaran berbasis
soal-soal yang dikerjakan oleh siswa. masalah akan meningkatkan prestasi belajar
Pada model pembelajaran berbasis masalah, matematika siswa, karena model
siswa sendiri yang mempresentasikan hasil pembelajaran berbasis masalah merupakan
diskusi pada setiap kelompoknya masing- suatu model pembelajaran yang bersumber
masing, namun pada pembelajaran pada teori konstruktivis yang mengharapkan
konvensional, dalam melakukan diskusi, siswa sendiri yang mengkonstruksi
siswa hanya dihadapkan pada kelompok pengetahuannya. Mengajarkan matematika
dengan pasangan masing-masing untuk dalam pandangan konstruktivistik bukan
pembahasan soal-soal tanpa adanya lagi menstransfer pengetahuan, akan tetapi
presentasi dari masing-masing kelompok. belajar matematika itu adalah memberikan
Dalam penelitian ini diduga hal dan menata lingkungan belajar agar murid
itulah yang menyebabkan terjadi perbedaan dapat termotivasi untuk menggali sendiri
prestasi belajar siswa yang mengikuti dua pengetahuan matematika (Hudojo, 2005).
model pembelajaran yang sama-sama Ahli lain juga menatakan bahwa Belajar
menganut teori konstruktivis yang pada metematika adalah belajar berbuat dari
intinya merupakan model pembelajaran belajar berpikir metematika, karena itu
inovatif yang terfokus pada siswa itu proses sampai diperolehnya hasil sangatlah
sendiri. Pada dasarnya perbedaan yang penting (E.T Ruseffendi, 1980:138).
timbul di antara model pembelajaran yang Untuk itu, proses pembelajaran
dieksperimenkan juga dipengaruhi oleh matematika haruslah didasarkan pada
karakteristik matematika. Salah satu bagaiamana siswa dapat belajar secara aktif
karakteristik matematika adalah adanya tanpa memaksa siswa tersebut di luar daya
objek yang bersifat abstrak. Sifat abstrak intelektualnya. Hal ini juga sesuai dengan
ini menyebabkan banyak siswa mengalami model pembelajaran berbasis masalah, yang
kesulitan dalam matematika. Selain itu, selalu lebih unggul daripada model
belajar matematika siswa belum bermakna, pembelajaran konvensional.
sehingga pengertian siswa tentang konsep Perbedaan ini hanya terjadi pada
sangat lemah. Jenning dan Dunne (1999) siswa yang diberikan perlakuan khususnya
menatakan bahwa kebanyakan siswa di SMA N 1 Kuta pada kelas X dan hasil ini
mengalami kesulitan dalam tidak mencerminkan generalisasai dari

7
populasi secara menyeluruh. Di samping siswa yang mengikuti model pembelajaran
itu, peneliti menduga adanya pengaruh konvensional.
bakat numerik dan kecemasan yang Dalam penelitian ini ditemukan
diperoleh antara kedua kelompok korelasi yang signifikan antara bakat
eksperimen tersebut. Dari hasil analisis numerik dengan pretasi belajar matematika
didapat rata-rata bahwa bakat numerik baik pada siswa yang mengikuti model
siswa yang mengikuti model pembelajaran pembelajaran berbasis masalah ataupun
berbasis masalah = 78,21 dan rata-rata yang mengikuti model pembelajaran
kecemasan siswa yang mengikuti model konvensional. Hal itu mencerminkan betapa
pembelajaran berbasis masalah = 72,83. pentingnya bakat numerik dalam
Kemudian, jika dibandingkan dengan rata- meningkatkan prestasi belajar matematika.
rata bakat numerik siswa yang mengikuti Hal tersebut juga dinyatakan oleh Kerlinger
model pembelajaran konvensional = 73,68 (1996:790), bahwa bakat atau aptitude
dan rata-rata kecemasan siswa yang adalah kemampuan potensi untuk
mengikuti model pembelajaran berprestasi. Oleh karena itu perlu dikaji
konvensional = 72,64; ini berarti secara antara kedua variabel tersebut, dan ternyata
perhitungan statistik diketahui bahwa rata- hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
rata bakat numerik dan kecemasan siswa adanya hubungan yang positif dan
yang mengikuti model pembelajaran signifikan antara bakat numerik dan prestasi
berbasis masalah lebih tinggi daripada rata- belajar. Dengan demikian, sesuai dengan
rata bakat numerik dan kecemasan siswa hasil penelitian yang didapatkan bahwa
yang mengikuti model pembelajaran terdapat perbedaan prestasi belajar
konvensional. matematika antara siswa yang mengikuti
Pengujian hipotesis kedua tentang model pembelajaran berbasis masalah dan
apakah terdapat perbedaan prestasi belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran
siswa antara siswa yang mengikuti model konvensional baik yang dikendalikan oleh
pembelajaran berbasis masalah dan siswa bakat numerik maupun dikendalikan oleh
yang mengikuti model pembelajaran kecemasan.
konvensional setelah dikendalikan oleh Bahkan, setelah dikendalikan oleh
variabel pengendali bakat numerik ternyata bakat numerik dan kecemasan, tetap
terbukti. Bahwasannya, setelah terdapat perbedaan prestasi belajar.
dikendalikan oleh bakat numerik, terdapat Kemudian, jika dilihat hasil tersebut di atas,
perbedaan prestasi belajar antara siswa yang tampak bahwa prestasi belajar matematika
mengikuti model pembelajaran berbasis siswa yang mengikuti model pembelajaran
masalah dan siswa yang mengikuti model berbasis masalah lebih baik secara statistik
pembelajaran konvensional. Begitu pula jika dilihat dari hasil rata-rata prestasi
dengan uji hipotesis yang ketiga juga belajar siswa yang mengikuti model
didapatkan hasil bahwa setelah pembelajaran konvensional. Hal ini
dikendalikan oleh kecemasan, terdapat pula disebabkan oleh pengaruh bakat numerik.
perbedaan antara siswa yang mengikuti Siswa yang mengikuti model pembelajaran
model pembelajaran berbasis masalah berbasis masalah rata-rata bakat
dengan siswa yang mengikuti model numeriknya lebih besar daripada rata-rata
pembelajaran konvensional. Terhadap bakat numerik siswa yang mengikuti model
hipotesis keempat juga dilakukan pengujian pembelajaran konvensional.
dan hasilnya pun signifikan, bahwa setelah Di samping dipengaruhi oleh faktor
dikendalikan oleh bakat numerik dan yang lain, yaitu kecemasan yang juga dalam
kecemasan terdapat perbedaan prestasi pembelajaran berbasis masalah rata-ratanya
belajar siswa yang mengikuti model lebih tinggi. Ternyata hasil penelitian ini
pembelajaran berbasis masalah dengan sesuai dengan penelitian-penelitian yang
terdahulu, seperti hasil penelitian Frances

8
Lee Lai et al (1986) menyimpulkan bahwa yang dihadapinya. Komponen perilaku ini
terdapat hubungan yang positif antara siswa banyak dipengaruhi oleh kepercayaan
berbakat, kemampuan verbal, matematika, (kognitif) dan perasaan (afektif) (Azwar,
dan prestasi akademik. 2005:24-27).
Dari hasil penelitiannya disimpulkan Dengan demikian, sikap individu
bahwa semakin tinggi tingkat terbentuk oleh pengetahuan dan
kemampuannya, semakin tinggi tingkat kepercayaan individu terhadap objek sikap.
prestasi akademiknya. Di samping itu, Sementara pengetahuan dan kepercayaan
kecemasan memiliki peranan yang penting tersebut merupakan bagian komponen
dalam meningkatkan prestasi belajar kognitif dari struktur sikap. Keberhasilan
metematika siswa dalam pembelajaran atau prestasi belajar ditentukan oleh
inovatif. Hal ini senada dengan hasil interaksi berbagai faktor. Peranan faktor
penelitian Kemala Bengi yang penentu itu tidak selalu sama dan tetap.
menyimpulkan bahwa ada hubungan yang Besarnya kontribusi salah satu faktor akan
signifikan antara persepsi anak terhadap ditentukan oleh kehadiran faktor lain dan
motivasi berprestasi dengan kecemasan. sangat bersifat situasional, yaitu tidak dapat
Hasil penelitian ini yang secara parsial diprediksikan dengan cermat akibat
menunjukkan hanya bakat numerik keterlibatan faktor lain yang sangat variatif.
berpengaruh signifikan serta berpengaruh Hasil penelitian ini juga
dominan terhadap prestasi belajar menunjukkan bahwa bakat numerik
matematika pada model pembelajaran berpengaruh secara signifikan terhadap
berbasis masalah, menempatkan bakat prestasi belajar matematika siswa yang
numerik sebagai variabel yang berpengaruh mengikuti model pembelajaran inovatif. Hal
dominan terhadap prestasi belajar ini erat kaitannya dengan struktur dan
matematika pada siswa yang mengikuti pembeltukan sikap pada individu masing-
model pembelajaran berbasis masalah masing. Hai ini sejalan dengan pandangan
tersebut erat kaitannya dengan struktur dan Secord dan Backman yang mengemukakan
pembentukan sikap yang ada pada individu. sikap sebagai konstalasi komponen-
Mengikuti skema triadik dalam struktur dan komponen kognitif, afektif yang
pembentukan sikap, struktur sikap terdiri berinteraksi dalam memahami, merasakan,
atas tiga komponen yang saling menunjang, dan berprilaku terhadap suatu objek
yaitu komponen kognitif, komponen afektif, (Azwar,2005:5)
dan komponen konatif (Azwar, 2005:23). Di samping itu seperti yang
Hal ini sejalan dengan pandangan disampaikan Kerlinger (1996:790), bakat
Secord & Backman yang mengemukakan atau aptitude adalah kemampuan potensi
sikap sebagai konstelasi komponen- untuk berprestasi. Bakat dan kemampuan
komponen kognitif, afektif, dan konatif menentukan prestasi seseorang; orang yang
yang berinteraksi dalam memahami, berbakat matematika akan mampu
merasakan, dan berperilaku terhadap suatu mencapai prestasi tinggi di bidang itu.
objek (Azwar, 2005:5). Komponen kognitif Dengan demikian hasil penelitian yang
berisi kepercayaan seseorang mengenai apa didapatkan pada dasarnya sesuai dengan
yang berlaku atau apa yang benar bagi penelitian-penelitian yang terdahulu bahwa
objek sikap. Komponen afektif menyangkut bakat numerik memberikan sumbangan
masalah emosional (perasaan) subjektif yang cukup signifikan terhadap prestasi
seseorang terhadap suatu objek sikap, yang belajar.
dapat bersifat mendukung atau tidak Di sisi lain, kecemasan juga memperikan
mendukung. Komponen konatif (perilaku) kontribusi yang signifikan terhadap prestasi
menunjukkan bagaimana perilaku atau belajar matematika. Hal ini dapat dilihat
kecenderungan berperilaku yang ada dalam dari sumbangan efektif masing-masing
diri seseorang berkaitan dengan objek sikap model pembelajaran. Dengan demikian,

9
dapat dikatakan bahwa penelitian ini juga DAFTAR PUSTAKA
sesuai dengan hasil penelitian terdahulu,
yaitu penelitian Kemala Bengi yang Baharuddin. 2007. Teori Belajar dan
menyimpulkan bahwa komponen Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz
kecemasan terhadap tes yang paling Media.
berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Memperhatikan sumbangan efektif Dahar, R.W. 1989. Teori-teori Belajar.
dalam analisis regresi antara bakat numerik Jakarta: Erlangga.
terhadap prestasi belajar matematika siswa
yang mengikuti model pembelajaran Dantes, Nyoman. 2007. Beberapa Cara
berbasis masalah sebesar 11,6% dan Validasi Butir/Perangkat
kecemasan memberikan sumbangan efektif Tes/Instrumen. Materi Ajar (Tidak
sebesar 11,4%, kontribusi ini cukup besar diterbitkan). Singaraja: Undiksha
dan berarti sehingga dapat dikatakan bahwa Singaraja.
bakat numerik dan kecemasan sangat
berpengaruh terhadap prestasi belajar Fraenkel, J.R. Wallen, N.E. 1993. How to
matematika siswa yang mengikuti model Design and Evaluate Research in
pembelajaran berbasis masalah. Education, second Edition, New
Pada siswa yang mengikuti model York : Mc Grow-Hill, Inc
pembelajaran konvensional, bakat numerik
memberikan sumbangan efektif sebesar Gallagher, Shelagh A & Stepien, William J.
8,5% dan kecemasan sebesar 37,4%. Hal ini 1995. Implementing Problem Based
tampak berbeda dalam memberikan Learning in Science Classroom.
sumbangan masing-masing variabel School Science and Mathemathics
pengendali pada siswa yang mengikuti
model pembelajaran berbasis masalah. Hamalik. 2000. Psikologi Belajar dan
Kontribusi kecemasan lebih besar daripada Mengajar. Bandung: Sinar Baru
siswa yang mengikuti model pembelajaran Algessindo.
konvensional yang memberikan kontribusi
8,5%, sementara itu kecemasan pada siswa Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008,
yang mengikuti model pembelajaran Evaluasi Pembelajaran.
berbasis masalah lebih kecil kontribusinya Yogyakarta: Multi Pressindo.
daripada siswa yang mengikuti model
pembelajaran konvensional yang Kerlinger, Fred N. 1973. Foundation of
memberikan kontribusi sebesar 37,4%. Behavioral Research, Scond Edition
Setelah diketahui model pembelajaran New York : Holt Rinehart and
berbasis masalah lebih baik, dan Winston Inc.
berdasarkan hasil pengamatan peneliti
bahwa dengan menerapkan model Khabibah, S, 2006 Pengembangan Model
pembelajaran berbasis masalah siswa Pembelajaran Matematika dengan
merasa senang belajar matematika, lebih Soal Terbuka untuk meningkatkan
cepat merespon perintah yang ada di LKS, kreativitas siswa Sekolah Dasar.
lebih berani mengungkapkan pendapatnya, Disertasi. Surabaya. Program
lebih kritis dalam adu pendapat, dapat Pascasarjana Unesa.
menghargai pendapat teman yang
mengalami kesulitan dalam pokok bahasan Nana Sudjana. 1988. Cara Belajar Siswa
yang diajarkan, siswa lebih mudah Aktif dalam Proses Belajar
menerapkan rumus yang ditemukan sendiri Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
dengan melakukan banyak latihan dan
kreativitas siswa lebih berkembang.

10
Nasution, S. 1992. Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar Mengajar.
Jakarta: Binaksana.

Santrock, John W. 2007. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Sudjana, Nana. 2000, Dasar-Dasar Proses


Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algensindo

Sumadi Suryabrata. 1984. Psikologi


Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Trianto. 2007. Model Pembelajaran Inovatif


Berorientasi Konstruktivistik.
Surabaya: Prestasi Pustaka.

11

Anda mungkin juga menyukai