EKONOMI WILAYAH
NAMA KELOMPOK:
SEBAGAI (3612100071)
KAWASAN AGRIBISNIS
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Ekonomi
Wilayah dengan judul Strategi Pengembangan Kabupaten Mojokerto Sebagai Kawasan
Agrobisnis. Makalah ini di susun dengan tujuan memenuhi tugas Ekonomi Wilayah.
Dalam menyusun makalah ini, penulis banyak memperoleh bantuan serta bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: Ibu
Belinda dan Ibu Ema sebagai dosen dan pembimbing mata kuliah Ekonomi Wilayah.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini. Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bagi pembaca umumnya.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
4.2.5 PE (Pertumbuhan Ekonomi Wilayah) ........................................................................................ 36
4.3 Tipologi Klasen................................................................................................................................. 37
4.4 Analisa Komoditas............................................................................................................................ 39
4.5 Analisa Kebijakan ............................................................................................................................. 44
4.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kab. Mojokerto 2011-2016 ....................... 44
4.5.2 RTRW Kab. Mojokerto tahun 2012-2032 ................................................................................. 45
4.5.3 Rasionalisasi Antara RPJMD Kab. Mojokerto 2011-2016 dengan RTRW Kab.Mojokerto tahun
2012-2032 dan Kondisi Eksisting Kab. Mojokerto............................................................................. 46
4.6 Analisa SWOT .................................................................................................................................. 48
BAB V ........................................................................................................................................................ 52
5.1 Kesimpulan ....................................................................................................................................... 52
5.2 Lesson Learned ................................................................................................................................. 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................ 53
3
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta Kabupaten Mojokerto.......................................................................................................... 8
Gambar 2. Peta Kabupaten Mojokerto........................................................................................................ 22
Gambar 3 Matriks Tipologi Klasen ........................................................................................................... 38
4
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep agropolitan sendiri merupakan salah satu konsep pengembangan wilayah yang muncul
karena adanya permasalahan ketimpangan pembangunan antara wilayah kota sebagai pusat kegiatan
dan pertumbuhan ekonomi dengan wilayah pedesaan sebagai pusat kegiatan pertanian yang
tertinggal (Rustiadi dan Pranoto, 2007). Suatu kawasan dapat dikembangkan menjadi kawasan
agropolitan apabila memiliki komoditi pertanian dan produk olahan pertanian unggulan, memiliki
daya dukung dan potensi fisik yang baik, luas kawasan dan jumlah penduduk yang memadai, serta
tersedianya dukungan sarana dan prasarana. Menurut Rustiadi dan Pranoto (2007), pelaksanaan
5
konsep agropolitan dapat menanggulangi dampak negatif pembangunan seperti jumlah migrasi
penduduk desa ke kota yang tak terkendali, meningkatkan polusi dan kemacetan lalu lintas,
timbulnya kawasan kumuh perkotaan, pengurasan sumber daya di kawasan pinggiran kota, serta
peningkatan angka kemiskinan desa.
Komoditi unggulan pada dasarnya merupakan komoditi utama yang memiliki nilai tambah dan
produksi yang besar sehingga diharapkan dapat mendorong terjadinya peningkatan pertumbuhan
ekonomi daerah (Soekartawi, 2005). Dalam mendukung pengembangan sektor pertanian melalui
penerapan konsep agropolitan, maka akan dilakukan proses identifikasi sektor unggulan, yang
dilanjutkan dengan identifikasi komoditas pertanian unggulan, dan pengelompokkan desa-desa yang
berperan besar dalam menyumbangkan hasil produksi pertanian. Output dari analisis tersebut
kemudian akan disesuaikan dengan konsep pengembangan agropolitan yang sesuai dengan wilayah
Kabupaten Mojokerto, yaitu Konsep Agribisnis. Dari penjelasan diatas, maka ditetapkanlah tujuan
dari penelitian ini, yaitu untuk merumuskan strategi-strategi pengembangan Kabupaten Mojokerto
berdasarkan atas Konsep Agribisnis dalam meningkatkan perekonomian wilayah.
6
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Wilayah yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah Kabupaten Mojokerto, dengan luasnya
yang mencapai 969.360 Km2 serta geografisnya yang terletak antara 11102013 11104047
Bujur Timur dan antara 701835 704730 Lintang Selatan. Adapun batas-batas wilayah
administrasi dari Kabupaten Mojokerto, adalah sebagai berikut:
Untuk luas masing-masing penggunaan lahan di Kabupaten Mojokerto, dapat dilihat pada
tabel berikut:
Bagian selatan Kabupaten Mojokerto merupakan bagian pegunungan yang subur, dimana
wilayahnya meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo. Sedangkan topografi
bagian tengah kabupaten ini berupa bagian daratan dan bagian utara kabupaten yang merupakan
daerah perbukitan kapur yang pada umumnya cenderung kurang subur.
7
potensial di Kabupaten Mojokerto dan output analisis kebijakan, dimana hasil dari analisis ini
adalah pemakaian Konsep Agribisnis. Proses analisis dilanjutkan dengan penggunaan analisis
SWOT sehingga dapat dirumuskan strategi-strategi pengembangan ekonomi yang dapat
menunjang konsep pengembangan wilayah tersebut.
8
Gambar 1. Peta Kabupaten Mojokerto
Sumber: RPJMD Kabupaten Mojokerto 2011-2016
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah:
Makalah dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian dalam disiplin ilmu bidang
Perencanaan Wilayah dan Kota terkait pengembangan perekonomian wilayah berbasis agribisnis,
maupun penelitian sejenis.
9
Penelitian dapat digunakan sebagai masukan atau bahan pertimbangan bagi pemerintah
Kabupaten Mojokerto dalam mengembangkan sektor potensial dan mengembangkan
perekonomian wilayah dengan konsep agribisnis.
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran pemecahan masalah dan saran
terhadap pengembangan wilayah Kabupaten Mojokerto ditinjau dari segi perekonomian
wilayahnya
BAB I Pendahuluan
Pada bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penelitian, tujuan dan sasaran penelitian,
ruang lingkup penelitian yang terbagi atas ruang lingkup wilayah dan ruang lingkup pembahasan,
manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan makalah.
BAB II Tinjauan Pustaka
Bab ini menjelaskan mengenai teori serta analisis-analisis yang digunakan atau dijadikan
pedoman dalam melakukan proses analisa dalam mencapai tujuan penelitian dimana teori-teori
yang diuraikan mengenai model ekonomi basis, teknik analisis LQ, teknik analisis Shift Share,
analisis tipologi klassen, serta teori tentang konsep agropolitan dan penerapannya di Indonesia.
BAB III Gambaran Umum
Bab ini menjelaskan gambaran umum wilayah secara keseluruhan, dimana penjelasannya terdiri
atas penjelasan gambaran umum wilayah, gambaran umum perekonomian wilayah, serta potensi
dan permasalahan perekonomian wilayah.
BAB IV Analisis
Bab ini menjelaskan mengenai langkah-langkah analisis yang dipakai dalam menjawab tujuan
dan sasaran penelitian, dimana analisis yang dipakai adalah analisis LQ dan DLQ, analisis
shiftshare, analisis tipologi classen, analisis komoditas, serta analisis clustering desa penyumbang
hasil produksi pertanian. Selain itu, terdapat pula penentuan konsep pengembangan wilayah yang
akan disesuaikan dengan analsis kebijakan, dan pemakaian analisis SWOT dalam menentukan
strategi-strategi pengembangan Kabupaten Mojokerto dengan konsep Agribisnis
BAB V Penutup
Bab ini akan menjelaskan mengenai kesimpulan serta lesson learned yang didapat dalam
merumuskan strategi pengembangan ekonomi Kabupaten Mojokerto.
BAB II
REVIEW LITERATUR
2.1. Teori Ekonomi Basis
Model ekonomi basis merupakan model yang bisa dipakai sebagai dasar melakukan
perencanaan pembangunan daerah. Inti dari model ekonomi basis adalah pertumbuhan suatu
daerah yang akan ditentukan oleh sektor-sektor yang mengekspor produknya ke daerah ataupun
negara lain. Model ekonomi basis mengadopsi model pertumbuhan ekonomi makro-nasional
yang beranggapan bahwa faktor-faktor eksternal seperti perdagangan luar negeri lah yang dapat
memacu pertumbuhan. Model ekonomi basis didasarkan asumsi bahwa secara umum ekonomi
lokal terbagi dalam dua sektor yaitu sektor basis dan sektor non basis.
Teori ekonomi basis menyatakan bahwa cara untuk memperkuat dan menumbuhkan
ekonomi lokal adalah dengan mengembangkan dan meningkatkan sektor basis. Oleh karena itu
sektor basis diidentifikasi sebagai mesin dari ekonomi lokal dan disebut sebagai basis dari
ekonomi lokal. Menurut Glasson (1977), kegiatan basis adalah kegiatan mengekspor barang dan
jasa keluar batas perekonomian masyarakatnya atau memasarkan barang dan jasa kepada orang-
orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat. Bertambah banyaknya basis
di dalam suatu daerah akan menambah arus pendapatan ke dalam daerah yang bersangkutan.
Menambah permintaan barang dan jasa akan menimbulkan kenaikan volume kegiatan, begitu
juga sebaliknya.
Kegiatan lain yang bukan kegiatan basis disebut sektor non basis. Sektor non basis ditujukan
untuk memenuhi kebutuhan lokal, sehingga permintaan
sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakatsetempat dan tidak bisa berke
mbang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Oleh karena itu, satu- satunya sektor yang bisa
meningkatkanperekonomian wilayah melebihi pertumbuhan adalah sektor basis (Tarigan,2005).
Salah satu teknik analisis yang biasa dipakai dalam model ekonomi basis ialah teknik analisis
LQ atau Location Quotient. Pentingnya ditetapkan komoditas unggulan di suatu wilayah
(nasional, provinsi dan kabupaten) dengan metode LQ, didasarkan pada pertimbangan bahwa
ketersediaan dan kapabilitas sumberdaya (alam, modal dan manusia) untuk menghasilkan dan
memasarkan semua komoditas yang dapat diproduksi di suatu wilayah secara simultan relatif
terbatas. Selain itu hanya komoditas-omoditas yang diusahakan secara efisien yang mampu
bersaing secara berkelanjutan, sehingga penetapan komoditas unggulan menjadi keharusan agar
sumberdaya pembangunan di suatu wilayah lebih efisien dan terfokus.
Struktur perekonomian suatu daerah terdiri atas dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis.
Sektor basis merupakan sektor atau kegiatan ekonomi yang melayani baik pasar domestik
maupun pasar luar daerah itu sendiri. Sektor basis mampu menghasilkan produk/jasa yang
mendatangkan uang dari luar wilayah. Itu berarti daerah secara tidak langsung mempunyai
kemampuan untuk mengekspor barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor tersebut ke daerah
lain. Artinya sektor ini dalam aktivitasnya mampu memenuhi kebutuhan daerah sendiri maupun
daerah lain dan dapat dijadikan sektor unggulan. Sedangkan sektor non basis merupakan sektor
atau kegiatan yang hanya mampu melayani pasar daerah itu sendiri sehingga permintaannya
sangat dipengaruhi kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan
ekonomi wilayah. Sektor seperti ini dikenal sebagai sektor non unggulan.
Metode location quotient atau disingkat LQ adalah suatu perbandingan tentang besarnya
peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut
secara nasional. Dengan rumus sebagai berikut :
=
Keterangan:
xi = Nilai tambah sektor i di suatu daerah
PDRB = Produk domestik regional bruto daerah tersebut
Xi = Nilai tambah sektor i secara nasional
PNB = Produk nasional bruto
Dengan ketentuan :
Jika LQ > 1, menunjukkan sektor tersebut tergolong sektor basis di suatu daerah
Jika LQ < 1, menunjukkan sektor tersebut tergolong sektor non basis di suatu daerah
Jika LQ = 1, menunjukkan keswasembadaan sektor tersebut di suatu daerah, dan ada
kecenderungan sektor tersebut bersifat tertutup karena tidak melakukan transaksi ke dan
dari luar wilayah
Apabila LQ > 1 artinya peranan sektor tersebut di daerah itu lebih menonjol daripada
peranan sektor itu secara nasional. Sebaliknya, apabila LQ < 1 maka peranan sektor itu di daerah
lebih kecil daripada peranan sektor tersebut secara nasional. LQ > 1 menunjukkan bahwa peranan
sektor i cukup menonjol di daerah tersebut dan seringkali menjadi petunjuk bahwa daerah
tersebut surplus akan produk sektor i dan mengekspornya ke daerah lain. Daerah itu hanya
mungkin mengekspor produk ke daerah lain karena mampu menghasilkan produk tersebut secara
lebih murah atau lebih efisien. Atas dasar itu LQ > 1 secara tidak langsung memberi petunjuk
bahwa daerah tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk sektor i yang dimaksud.
Metode LQ merupakan metode yang mampu menunjukkan adanya keunggulam komparatif
hanya bagi sektor-sektor yang telah berkembang. Analisis LQ memang sangat sederhana dan
tidak memiliki manfaat terlalu besar karena hanya dapat menunjukkan sektor basis atau non basis
dari sebuah sektor dalam suatu wilayah. Namun, analisis LQ dapat menjadi menarik jika
dilakukan dalam bentuk time-series, artinya dianalisis untuk beberapa kurun waktu tertentu
sehingga dapat dilihat kenaikan atau pun penurunan yang terjadi pada suatu sektor. Hal tersebut
dapat menghasilkan analisis lebih lanjut, misalkan analisis faktor-faktor yang membuat
perekonomian suatu wilayah tumbuh lebih cepat atau lebih lambat dari rata-rata nasional. Hal ini
dapat membantu dalam melihat kekuatan atau kelemahan wilayah dibandingkan secara relatif
dengan wilayah lebih luas sehingga dapat digunakan dalam strategi pengembangan wilayah.
Kelebihan metode LQ dalam mengidentifikasikan komoditas unggulan yaitu penerapannya
yang sederhana tidak memerlukan program pengolahan data yang rumit. Penyelesaian analisis
cukup dengan spreed sheet dari Excel atau program lotus serta alat perhitungan lainnya.
Sedangkan kekurangannya adalah karena terlalu sederhananya pendekatan LQ ini, maka yang
dituntut adalah akurasi data. Sebaik apapun hasil olahan LQ tidak akan banyak manfaatnya jika
data yang digunakan tidak valid. Oleh karena itu sebelum memutuskan menggunakan alat
analisis, maka validitas data sangat diperlukan.
12
2.3 Analisis Shift Share
Analisis shift share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran serta peranan
perekonomian di daerah. Model ini dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan
pergeserannya dengan membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor di wilayah
penelitian dengan wilayah nasional, metode ini lebih tajam dibandingkan dengan metode LQ.
Hal tersebut karena metode LQ tidak memberikan penjelasan atas faktor penyebab perubahan
sedangkan metode shift share memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel. Analisis
ini menggunakan metode pengisolasian berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur
industri suatu daerah dalam pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.
Hal ini meliputi penguraian faktor penyebab pertumbuhan berbagai sektor di suatu daerah tetapi
dalam kaitannya dengan ekonomi nasional.
Dalam menjelaskan pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural suatu perekonomian daerah
ditentukan oleh tiga komponen :
Menurut Glasson (1977), mengkaji lebih jauh bahwa kedua komponen shift (Sp dan Sd) ini
memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal. Sp
merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (Provinsi),
sedangkan Sd adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam daerah yang
bersangkutan. Apabila nilai Sd maupun Sp bernilai positif, menunjukkan bahwa sektor yang
bersangkutan dalam perekonomian di daerah menempati posisi yang baik untuk daerah yang
bersangkutan. Sebaliknya bilai nilainya negatif menunjukkan bahwa sektor tersebut dalam
13
perekonomian masih memungkinkan untuk diperbaiki dengan membandingkannya terhadap
struktur perekonomian Provinsi. Untuk sektor-sektor yang memiliki proportional shift (Sp) yang
positif maka sektor tersebut memiliki keunggulan dalam arti komparatif terhadap sektor yang
sama di daerah lain. Dan untuk sektor-sektor yang memiliki differential shift (Sd) positif berarti
bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di daerah dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat
dibandingkan dengan daerah lainnya. Apabila negatif maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut
relatif lamban. Data yang biasa dipergunakan untuk analisis shift-share adalah pendapatan per
kapita (Y/P), PDRB (Y) atau tenaga kerja (E).
Analisis shift share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai sektor industri di
daerah dengan wilayah nasional (Tarigan, 2005). Analisis shift-share mempunyai empat
kegunaan yaitu :
Analisis shift share yang digunakan dalam penelitian ini menghasilkan nilai pertumbuhan
ekonomi yang berdasarkan pada komponen pertumbuhan nasional, komponen pertumbuhan
proporsional dan komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Berikut ini adalah beberapa rumus
perhitungan yang digunakan dalam analisis shift share dalam penelitian :
KPN = (
1)
KPP = (
)
14
KPPW = (
)
Dimana ;
PE : Pertumbuhan Ekonomi
15
KPP : Komponen Pertumbuhan Proporsional
Dalam penelitian ini, penentuan Tipologi Klassen didasarkan pada hasil LQ dan Shift Share,
yaitu dengan membandingan nilai perhitungan bersih yang didapat dari analisis Shift Share dan
nilai akhir yang di dapat dari analisis LQ. Berikut ini adalah bentuk Tipologi Klassen dalam
penelitian ini yang menghasilkan sektor berkembang, sektor unggulan, sektor terbelakang, dan
sektor potensial.
SEKTOR BERKEMBANG PB> 0 SEKTOR UNGGULAN
LQ < 1 LQ 1
Batasan kawasan agropolitan ditentukan oleh skala ekonomi dan ruang lingkup ekonomi
bukan oleh batasan administratif. Penetapan kawasan agropolitan hendaknya dirancang secara
lokal dengan memperhatikan realitas perkembangan agrobisnis yang ada di setiap daerah.
Menurut Departemen Pertanian (2002) dalam menerapkan agropolitan, wilayah yang akan
dikembangkan menjadi kawasan agropolitan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Memiliki sumberdaya lahan dengan agroklimat yang sesuai untuk mengembangkan
komoditi unggulan.
b. Memiliki prasarana dan sarana yang memadai untuk mendukung pengembangan sistem
dan usaha agribisnis seperti pasar, kelembagaan petani, Klinik Konsultasi Agribisnis,
pengkajian teknologi agribisnis, prasarana transportasi, dan irigasi
c. Memiliki prasarana dan sarana umum yang memadai serta prasarana dan sarana
kesejahteraan sosial (kesehatan, pendidikan, rekreasi dan sebagainya)
d. Kelestarian lingkungan hidup (sumber daya alam, sosial budaya dan keharmonisan
relasi kota dan desa).
2.5.1 Agribisnis
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri atas subsistem hulu, usahatani, hilir, dan
penunjang. Menurut Saragih (1998, dalam Pasaribu 1999), batasan agribisnis adalah sistem
yang utuh dan saling terkait di antara seluruh kegiatan ekonomi (yaitu subsistem agribisnis
hulu, subsistem agribisnis budidaya, subsistem agribisnis hilir, subsistem jasa penunjang
agribisnis) yang terkait langsung dengan pertanian. Agribisnis diartikan sebagai sebuah
sistem yang terdiri dari unsur-unsur kegiatan pra-panen, panen, pasca-panen, dan
pemasaran. Sebagai sebuah sistem, kegiatan agribisnis tidak dapat dipisahkan satu sama
lainnya, saling menyatu dan saling terkait. Terputusnya salah satu bagian akan
menyebabkan timpangnya sistem tersebut. Sedangkan kegiatan agribisnis melingkupi sektor
pertanian, termasuk perikanan dan kehutanan, serta bagian dari sektor industri. Sektor
pertanian dan perpaduan antara kedua sektor inilah yang akan menciptakan pertumbuhan
ekonomi yang baik secara nasional (Gunawan Sumodininggat, 2000).
Perkembangan agribisnis di Indonesia sebagian besar telah mencakup subsistem hulu,
subsistem usahatani, dan subsistem penunjang, sedangkan subsistem hilir masih belum
berkembang secara maksimal. Industri pupuk dan alat-alat pertanian telah berkembang
dengan baik sejak Pelita I hingga saat ini. Telah banyak diperkenalkan bibit atau varietas
unggul dalam berbagai komoditi untuk peningkatan produksi hasil pertanian. Demikian juga
telah diperkenalkan teknik-teknik bertani dan berkebun yang lebih baik untuk
meningkatkan produktivitas pertanian.
2.5.2 Agroindustri
Agroindustri adalah kegiatan industri berupa pengolahan hasil pertanian yang melibatkan
faktor penyediaan alat dan jasa dalam proses kegiatan tersebut untuk menghasilkan produk
pertanian yang mempunyai nilai tambah dan berdaya saing tinggi. Produk hasil agroindustri
tidak harus berupa produk jadi dan siap pakai, termasuk juga produk setengah jadi yang
dimanfaatkan oleh sektor industri lain sebagai bahan baku. Agroindustri merupakan bagian
dari sistem agribisnis yang menempati posisi sebagai subsistem pengolahan hasil pertanian.
Kegiatan agroindustri merupakan bagian dari mata rantai usaha pertanian yang
berkonsentrasi pada usaha pengolahan hasil pertanian dan menjembatani antara sektor hulu
dan hilir dimana kegiatan yang ada meliputi sistem pengolahan bahan nabati (pertanian).
Komponen agroindustri mencakup sumber daya alam, sumber daya manusia, serta peralatan
dan jasa. Berikut ini merupakan beberapa perbedaan antara agribisnis dan agroindustri.
Untuk luas masing-masing penggunaan lahan di Kabupaten Mojokerto, dapat dilihat pada tabel
berikut:
Bagian selatan Kabupaten Mojokerto merupakan bagian pegunungan yang subur, dimana
wilayahnya meliputi Kecamatan Pacet, Trawas, Gondang, dan Jatirejo. Sedangkan topografi bagian
tengah kabupaten ini berupa bagian daratan dan bagian utara kabupaten yang merupakan daerah
perbukitan kapur yang pada umumnya cenderung kurang subur. Seperti wilayah lainnya di
Indonesia, di Kabupaten Mojokerto hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim
penghujan. Sekitar 30% dari wilayah Mojokerto memiliki kemiringan tanahnya yang lebih dari 15
derajat, sedangkan sisanya merupakan wilayah daratan dengan kemiringan kurang dari 15 derajat.
Gambaran aspek perekonomian wilayah studi sangat erat kaitannya dengan data-data
perekonomian wilayah. Salah satu data yang dapat dijadikan tolak ukur dari aktivitas perekonomian
di Kabupaten Mojokerto adalah tingkat pertumbuhan ekonomi wilayah Kabupaten Mojokerto itu
sendiri. Pada dasarnya pertumbuhan ekonomi Kabupaten Mojokerto disokong oleh beberapa sektor
ekonomi antara lain sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; Listrik, gas,
dan air bersih; konstruksi; perdagangan, hotel, dan restoran; pengangkutan dan komunikasi;
keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; serta jasa-jasa. Secara umum pertumbuhan ekonomi
menurut lapangan usaha dapat dilihat pada grafik di bawah ini.
Tabel 5 Tabel Pendapatan Daerah Regional Bruto Kabupaten Mojokerto Berdasarkan Harga Konstan
2009-2012
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah industri terbanyak di Kabupaten Mojokerto adalah
Non Sentra Industri Kecil dengan jumlahnya yang mencapai 17.953 unit pada tahun 2013. Sedangkan
jumlah industri terbanyak kedua yakni Sentra Industri Kecil sebanyak 2410 unit pada tahun 2013, yang
kemudian diikuti oleh Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan serta Industri Logam Mesin Elektro dan
Aneka.
25
Untuk Industri yang menyerap jumlah tenaga kerja terbanyak di Kabupaten Mojokerto yakni Non
Sentra Industri Kecil dengan jumlahnya sebanyak 90.148 orang pada tahun 2013. Sedangkan jumlah
tenaga kerja terbanyak kedua diserap oleh Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan sebanyak 30.703 orang
pada tahun 2013, yang kemudian diikuti oleh sentra Industri Kecil dan Industri Logam Mesin Elektro dan
Aneka.
Nilai investasi terbesar untuk pembangunan industri di Kabupaten Mojokerto adalah jenis
Industri Logam Mesin Elektro dan Aneka dengan nilai investasinya yang mencapai Rp 833.700,00 pada
tahun 2013. Nilai investasi terbesar kedua dicapai oleh Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan sebesar Rp
591.164,00. Kemudian jumlah nilai investasi diikuti oleh jenis industri Non Sentra Industri Kecil dan
Sentra Industri Kecil.
Industri yang menyumbang nilai produksi terbanyak di Kabupaten Mojokerto adalah Jenis
Industri Kimia Agro dan Hasil Hutan dengan nilainya yang berkisar Rp 3.923.511,00 pada tahun 2013.
Nilai produksi terbanyak kedua disumbang oleh jenis Industri Logam Mesin Elektro dan Aneka dengan
nilai sebanyak Rp 1.712.648,00, yang kemudian diikuti oleh nilai produksi dari jenis Sentra Industri Kecil
serta jenis Non Sentra Industri Kecil.
26
8. Kondisi fisik dasar Kabupaten Mojokerto yang mendukung dalam pengembangan sektor
pertanian
9. Besarnya kebutuhan konsumen dan permintaan pasar terkait hasil produksi sektor agroindustri
10.Peluang penerapan penggunaan teknologi pada proses produksi agroindustri dikarenakan akses
informasi dan kerjasama yang sangat luas saat ini
27
BAB IV
ANALISA
Sektor basis dapat berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah yang lain. Hal ini dikarenakan
perbedaan geografis, kondisi masyarakat, sumber daya manusia maupun alam. Sektor basis dapat
diketahui dengan beberapa metode pendekatan. Salah satu metode yang biasa dipakai adalah Location
Quotients (LQ). metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan di suatu wilayah.
Terdapat 2 jenis alat analisis yaitu SLQ dan DLQ.
/
SLQ =
/
Dimana:
1. Bila LQ > 1 memberikan indikasi bahwa sektor tersebut tergolong sektor basis di wilayah
tersebut, dimana produksi sektor sudah melebihi konsumsi lokal sehingga kelebihannya dapat
dijual ke luar wilayah
2. Bila LQ < 1 memberikan indikasi bahwa sektor tersebut tergolong sektor non basis di wilayah
tersebut, dimana produksi sektor belum mencukupi konsumsi lokal sehingga harus didatangkan
28
dari luar wilayah
29
3. Bila LQ = 1 menunjukkan keswasembadaan (self-sufficiency) sektor tersebut di wilayah tersebut,
dimana produksi sektor hanya mencukupi kebutuhan wilayah tersebut.
Dengan menggunakan rumus LQ maka didapatkan sektor unggulan di Kabupaten Mojoketo dimana
nilai LQ > 1 tahun 2009-2013 adalah sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Selain sektor
pertanian dan industri pengolahan merupakan sektor non basis. Selama tahun 2009 sampai dengan
2013 sektor basis di kabupaten mojokerto tidak mengalami perubahan.
30
= (1 + )
(1 + )
(1 + )
[
31
Dimana:
1. Jika DLQ > 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih cepat dibandingkan
sektor yang sama di provinsi
2. Jika DLQ < 1, maka potensi perkembangan sektor i di suatu regional lebih rendah
dibandingkan sektor yang sama di provinsi
32
Tabel 8 DLQ Tiap Sektor Kabupaten Mojokerto
No Sektor PDRB Nilai DLQ Keterangan
1 Pertanian 60,24 potensi perkembangan sektor pertanian di kabupaten mojokerto lebih cepat dibandingkan
sektor yang sama di provinsi jawa timur
2 Pertambangan dan penggalian 1,61 potensi perkembangan sektor pertambangan di kabupaten mojokerto lebih cepat
dibandingkan sektor yang sama di provinsi jawa timur
3 Industri Pengolahan 0,92 potensi perkembangan sektor industri pengolahan di kabupaten mojokerto lebih rendah
dibandingkan sektor yang sama di provinsi jawa timur
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 0,39 potensi perkembangan sektor listrik, gas, air bersih di kabupaten mojokerto lebih rendah
dibandingkan sektor yang sama di provinsi jawa timur
5 Bangunan 2,08 potensi perkembangan sektor bangunan di kabupaten mojokerto lebih cepat dibandingkan
sektor yang sama di provinsi jawa timur
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 0,11 potensi perkembangan sektor perdagangan di kabupaten mojokerto lebih rendah
dibandingkan sektor yang sama di provinsi jawa timur
7 Pengangkutan dan Komunikasi 0,36 potensi perkembangan sektor pengangkutan komunikasi di kabupaten mojokerto lebih
rendah dibandingkan sektor yang sama di provinsi jawa timur
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 3,55 potensi perkembangan sektor keuangan di kabupaten mojokerto lebih cepat dibandingkan
Perusahaan sektor yang sama di provinsi jawa timur
9 Jasa-jasa 1,53 potensi perkembangan sektor jasa di kabupaten mojokerto lebih cepat dibandingkan sektor
yang sama di provinsi jawa timur
Sumber : Hasil Analisis, 2015
31
Hasil analisa DLQ dapat diketahui sektor mana di Kabupaten Mojokerto yang dalam jangka waktu 5
tahun memiliki potensi perkembangan lebih cepat/lambat dibandingkan dengan sektor yang sama di
Provinsi Jawa Timur. Dari tabel diatas diketahui sektor yang memiliki potensi perkembangan lebih cepat
dibanding jawa timur diantaranya sektor pertanian, pertambangan, bangunan, keuangan dan jasa.
Sedangkan sektor lainnya memiliki potensi perkembangan yang lebih lambat.
Hasil perhitungn SLQ dan DLQ dapat dikelompokkan dalam empat kelompok sektor berikut merupakan
pengelompokan sektor:
Dari hasil perhitungan SLQ dan DLQ dapat diketahui pengelompokan sektor-sektor. Yaitu sektor
unggulan, andalan, prospektif dan tertinggal Berikut merupakan pengelompokan sektor-sektor:
32
Dari tabel diatas telah didapatkan sektor-sektor dalam PDRB Kabupaten Mojokerto untuk lebih mudah
dalam menganalisa, maka disajikan dengan matriks berikut:
Dari matriks diatas dapat diketahui bahwa di Kabupaten Mojokerto sektor pertanian merupakan sektor
unggulan, dengan kata lain sektor pertanian merupakan sektor unggul dan kedepan tetap berpotensi
unggul. Sektor industri pengolahan merupakan sektor andalan, dengan kata lain merupakan sektor unggul
tapi kedepan tidak berpotensi unggul. Sektor prospektif di kabupaten Mojokerto diantaranya sektor
pertambangan, bangunan, keuangan dan jasa dimana sektor-sektor tersebut belum ungggul tapi kedepan
berpotensi unggul. Sektor tertinggal diantaranya sektor listrik, perdagangan dan pengangkutan.
Dimana:
PE : Pertumbuhan Ekonomi
33
4.2.1KPN (Komponen Pertumbuhan Nasional)
= 1
Dimana:
34
Yt : indikator ekonomi wilayah nasional, akhir tahun analisis
Yo : indikator ekonomi wilayah nasional, awal tahun analisis
Sehingga,
= 1 = 30,72
35
7 Pengangkutan dan Komunikasi 17,8 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional
tumbuh cepat
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa 4,1 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional
Perusahaan tumbuh cepat
9 Jasa-jasa -8.3 Spesialisasi dalam sektor yang secara nasional
tumbuh lambat
Sumber : Hasil Analisis, 2015
Hasil nilai perhitungan KPP menunjukkan spesialisasi sektor tumbuh cepat secara nasional jika
bernilai positif dan menunjukkan spesialisasi sektor tumbuh lambat secara nasional jika bernilai
negative. Dalam tabel terlihat bahwa sektor pertanian,bangunan, perdagangan, pengangkutan dan
keuangan memiliki nilai positif sehingga menunjukkan sektor tersebut tumbuh cepat.
4.2.3 KPPW (Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah)
=
Dimana:
Yit : indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, akhir tahun analisis
Yio : indikator ekonomi wilayah nasional sektor i, awal tahun analisis
yit : indikator ekonomi wilayah nasional tingkat 2 sektor i, akhir tahun analisis
yio : indikator ekonomi wilayah nasional tingkat 2 sektor i , awal tahun analisis
Berikut merupkan hasil perhitungan KPP tiap sektor pada tahun 2009-1013:
Tabel 13 KPPW
No Sektor PDRB Nilai KPPW Keterangan
1 Pertanian -979,6 Tidak Mempunyai daya saing
2 Pertambangan dan penggalian 7,9 Mempunyai daya saing
3 Industri Pengolahan 5,2 Mempunyai daya saing
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,1 Mempunyai daya saing
5 Bangunan 16,8 Mempunyai daya saing
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -17,9 Tidak Mempunyai daya saing
7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,5 Mempunyai daya saing
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,8 Mempunyai daya saing
9 Jasa-jasa 5,9 Mempunyai daya saing
Hasil nilai perhitungan KPPW menunjukkan sektor tersebut memiliki daya saing atau tidak terhadap
kawasan tersebut. Jika hasil perhitungan bernilai positif maka menunjukkan sektor tersebut
mempunyai daya saing dan jika bernilai negative maka sektor tersebut tidak mempunyai daya saing.
Dalam tabel terlihat bahwa semua sektor kecuali pertanian dan perdagangan memiliki nilai positif
sehingga menunjukkan sektor tersebut mempunyai daya saing.
= + KPPW
Tabel 14 Nilai PB
No Sektor PDRB Nilai PB Keterangan
1 Pertanian -8,3 Mundur
2 Pertambangan dan penggalian -0,3 Mundur
3 Industri Pengolahan -1,2 Mundur
4 Listrik, Gas dan Air Bersih -3,8 Mundur
5 Bangunan 21,9 Progresif
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -3,4 Mundur
7 Pengangkutan dan Komunikasi 19,3 Progresif
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11,9 Progresif
9 Jasa-jasa -2,4 Mundur
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Perhitungan bersih meunjukkan sektor tersenut mengalami pertumbuhan (progresif) ataupun
kemunduran. Jika perhitungan menunjukkan hasil positif maka sektor tersebut mengalami progresif
dan jika perhitungan menunjukkan hasil negative maka sektor tersebut mengalami kemuduran.
Terlihat dalam tabel bahwa berdasarkan perhitungan, sektor bangunan, pengangkutan komunikasi
dan keuangan mengalami progresif.
Tabel 15 Nilai PE
No Sektor PDRB Nilai PE
1 Pertanian 22,3%
2 Pertambangan dan penggalian 30,3%
3 Industri Pengolahan 29,5%
4 Listrik, Gas dan Air Bersih 26,8%
5 Bangunan 52,7%
6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 27,2%
7 Pengangkutan dan Komunikasi 50,1%
8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 42,6%
9 Jasa-jasa 28,2%
Sumber : Hasil Analisa, 2015
Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi wilayah terbesar yaitu pada
sektor bangunan dan pengangkutan yaitu sebesar 52,7% dan 50,1%, sedangkan pertumbuhan
ekonomi wilayah paling rendah adalah sektor pertanian yaitu sebesar 22,3%.
LQ 1 Merupakan sektor basis dengan dan Merupakan sektor basis dengan dan
pertumbuhan cepat. pertumbuhan lambat.
LQ <1 Merupakan sektor non basis dengan Merupakan sektor non basis dengan
pertumbuhan cepat. dan pertumbuhan lambat.
Dari tabel tersebut diketahui bahwa tidak ada sektor unggulan di Kabupaten Mojokerto. Sektor
potensial adalah sektor pertanian dan industri pengolahan. Sektor yang sedang berkembang adalah
sektor bangunan, pengangkutan dan keuangan sedangkan untuk sektor diluar itu merupakan sektor
terbelakang. Berikut merupakan matrix tipologi sektor:
Berkembang Unggulan
PB > 0
Bangunan
Berikut merupkaan tabel jenis komoditas, besaran komoditas berserta daerah penghasilnya.
Tabel 18 Komoditas Pertanian Kabupater Mojokerto
No Kecamatan Padi Jagung Ubi kayu Ubi jalar
2012 2013 2012 2013 2012 2013 2012 2013
1. Jatirejo 12127 ton 12131 ton - - - - - -
2. Gondang 27435,6 ton 28452 ton 13152,5 ton 11499,9 ton 3629 ton 2899 ton 5004 ton 1944 ton
4. Trawas 14496,2 ton 11368,5 ton 15411,5 ton 6353,7 ton 3311 ton 5933,4 ton 7520 ton 1742 ton
5. Ngoro - - - - - - - -
6. Pungging 30828,1 ton 33083 ton 1719,6 ton 1793 ton - - - -
8. Mojosari - - - - - - - -
9. Bangsal 12846 ton 13212 ton 3540 ton 3588 ton - - - -
10. Mojoanyar 16617 ton 14132,1 ton 475,6 ton 878,8 ton - - - -
11. Dlangu 21389 ton 21398 ton 19964 ton 19986 ton - - - -
12. Puri 200604 ton 202087 ton 73700 ton 74450 ton 1945 ton 2000 ton - -
13. Trowulan 25703 ton 25703 ton 6683 ton 6708 ton 332,8 ton 345,9 ton - -
14. Sooko 8052,46 ton 6371,7 ton 1435,94 ton 2064,64 ton - - - -
15. Gedeg 4101 ton 33880 ton 784 ton 6214 ton - - - -
16. Kemlagi 124046 ton 124046 ton 113650 ton 113650 ton - - - -
17. Jetis 285786 ton 298564 ton 100578 ton 104498 - - - -
40
18. Dawarblanding 16697,6 ton 16898,7 ton 16804,5 ton 17685,4 ton 557 ton 576,8 ton - -
Total 894157,6 899351,1 369632,1 365476,5 ton 9774,8 2755,1 65898 ton 57691 ton
ton ton ton ton ton
Sumber: BPS Kabupaten Mojokerto
41
Berdasarkan jumlah produksi per-komoditas pada tahun 2012 dan 2013 diatas dapat diketahui daerah
yang merupakan penghasil komoditas terbesar di Kabupaten Mojokerto. Namun, untuk mengetahui
seberapa besar hasil produksi tiap komoditas di tiap daerah berkontribusi terhadap Kabupaten Mojokerto,
maka diperlukan pembandingantara jumlah komoditas tiap daerah dengan komoditas di Kabupaten
Mojokerto. Berikut merupakan perbandingan hasil komoditas tiap daerah dibanding dengan komoditas
Kabupaten Mojokerto
Untuk komoditas jagung didapatkan tiga daerah yang berkontribusi paling banyak yaitu Kecamatan
Kemlagi dengan 31,0%, Kecamatan Jetis dengan 28,5% dan Kecamatan Puri dengan 20,3%. Sedangkan
42
untuk daerah dengan pertumbuhan produksi komoditas jagung paling besar yaitu Kecamatan Jetisdengan
pertumbuhan 1,3% dari tahun sebelumnya.
Untuk komoditas ubi kayu didapatkan tiga daerah yang berkontribusi paling banyak yaitu Kecamatan
Trawas dengan 46,5%, Kecamatan Gondang dengan 30,1% dan Kecamatan Puri dengan 15,6%.
Sedangkan untuk daerah dengan pertumbuhan produksi komoditas ubi kayu paling besar yaitu Kecamatan
Trawas dengan pertumbuhan 12,7% dari tahun sebelumnya.
Untuk komoditas ubi jalar didapatkan daerah yang berkontribusi paling banyak yaitu Kecamatan Pacet
dengan 93,6%, dengan pertumbuhan produksi komoditas ubi jalar paling besar yaitu sebesar 12,7% dari
tahun sebelumnya.
43
4.5 Analisa Kebijakan
4.5.1 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kab. Mojokerto 2011-2016
Tabel 20 Perbandingan Strategi Kebijakan dan Kondisi Eksisting
Kebijakan Pencapaian Keterangan
Kebijakan Strategi Program Target akhir Kondisi
RPJMD RPJMD eksisting
(2015)
Pengembangan Peningkatan Peningkatan jumlah desa 171 desa 171 desa Presentase peningkatan dari
usaha agrobisnis kesejahteraan petani penerima program kondisi awal RPJMD
dan perdagangan pengembangan usaha sebanyak 77 desa
agrobisnis
Peningkatan Peningkatan prasarana 250 lokasi 50 lokasi Presentase peningkatan dari
kesejahteraan pangan usaha tani kondisi awal RPJMD
(Pertanian/perkebunan) sebanyak 47 lokasi
Peningkatan produksi Produksi Produksi Produksi Presentase peningkatan dari
pertanian/perkebunan -padi -342.000 ton -342.000 ton kondisi awal RPJMD
-jagung -159.000 ton -159.000 ton - Meningkat 38.125 ton
-kedelai -4.500 ton -4.500 ton - Meningkat 7.300 ton
- Meningkat 2.492 ton
Ketersediaan bahan 194.000 ton 194.000 ton Presentase peningkatan dari
pangan daerah beras kondisi awal RPJMD
sebanyak 13.551 ton
44
Berdasarkan tabel diatas, melalui arahan RPJMD tentang kebijakan pertanian dan perkebunan
diperoleh sasaran yakni pengembangan usaha agribisnis dan perdagangan dari sasaran tersebut,
dibentuk 3 (tiga) program yakni Program Peningkatan Kesejahteraan Petani; Program Peningkatanan
Kesejahteraan Pangan (Pertanian/Perkebunan) dan; Program Peningkatan Produksi Pertanian/
Perkebunan. 3 (tiga) program tersebut memiliki target pada ahir periode RPJMD Kab. Mojokerto Tahun
2011-2015 seperti yang telah dijelaskan pada tabel diatas. Dengan meninjau antara kondisi eksisting
dengan target awal RPJMD, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Komoditas utama sektor pertanian yang ada pada kebijakan adalah Padi, Jagung dan kedelai.
Namun, pada kondisi eksistingnya komoditas utama yang ada di Kab. Mojokerto adalah Padi,
Jagung dan Ubi Jalar (Dinas Pertanian)
2. Dari 3 program yang telah dijalankan, 2 diantaranya telah memenuhi target, yakni Program
peningkatan kesejahteraan petani dan Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan.
3. Program yang tidak memenuhi target adalah Program peningkatan kesejahteraan pangan
(Pertanian/perkebunan). Program tersebut masih memerlukan 200 lokasi untuk meningkatkan
prasarana usaha tani.
Dalam RPJMD Kab. Mojokerto Tahun 2011-2015 perkembangan agroindustry telah disebutkan
dalam Misi IV yakni :
Misi IV Mewujudkan ekonomi daerah yang mandiri, berdaya saing, berkeadilan dan
berbasis pada ekonomi kerakyatan
Sasaran :
45
mendukung kegiatan agropolitan. Dalam strategi pengembangan kawasan agroPolitan tersebut
dapat dilakukan dengan beberapa program, yakni :
2. Adapun penetapan Kawasan Strategis Kabupaten dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi
meliputi :
b. Pembangunan pasar dan pusat riset seta pengembangan agro processing di Kecamatan
3. Dalam perwujudan kawasan budidaya terdapat program kegiatan agroindustri yang ramah
lingkungan.
pengembangan Pemasaran
46
Tabel 21 Perbandingan Kebijakan dengan Kondisi Eksisting
Blue print Agrobisnis RTRW RPJMD Kondisi Eksisting Keterangan
pengembangan mengembangkan pusat Peningkatan jumlah desa Terdapat 171 desa yang Arahan kebijakan dengan
lembaga pendukung agropolitan untuk penerima program telah menerima program kondisi eksisting sudah
agribisnis mendorong pertumbuhan pengembangan usaha pengembangan agrobisnis sesuai; diperlukan
kawasan perdesaaan agrobisnis pengawasan agar tidak
terjadi penurunan
Pengembangan produk Mempertahankan luasan Peningkatan produksi Produksi Arahan kebijakan dengan
primer kawasan pertanian secara pertanian/perkebunan padi Meningkat 38.125 kondisi eksisting sudah
ketat serta meningkatkan ton sesuai; diperlukan
produktivitas lahan Jagung Meningkat 7.300 pengawasan agar tidak
pertanian ton terjadi penurunan
Kedelai Meningkat 2.492
ton
Peningkatan ketersediaan Ketersedian bahan pangan Arahan kebijakan dengan
bahan pangan daerah (beras) 2015 meningkat 13.551 ton kondisi eksisting sudah
dalam jangka waktu 5 tahun sesuai; diperlukan
terakhir pengawasan agar tidak
terjadi penurunan
Pengembangan mengoptimalkan fungsi Peningkatan prasarana usaha 50 lokasi telah di upgrade Diperlukan 200 lokasi
industri hulu agribisnis kawasan pertanian tani prasarana usaha tani untuk di up grade sesuai
dengan target RPJMD
4.6 Analisa SWOT
Analisa swot merupakan analisa yang menghimpun potensi-masalah ditinjau dari segi eksternal dan
juga internal. Potensi internal dikelompokkan menjadi strength, kelemahan internal dikelompokkan
menjadi weakness, potensi eksternal dikelompokkan menjadi opportunity, kelemahan eksternal
dikelompokkan menjadi threat. Tujuan dari swot sendiri adalah untuk mendapatkan strategi
penanganan berdasarkan strength, weakness, opportunity dan threat. Berikut merupakan tabel SWOT:
Tabel 22 SWOT
Kekuatan (strength) Kelemahan (weakness)
1. Letak wilayah Mojokerto yang strategis 1. Banyaknya fenomena pengalihfungsian
dalam mendukung sektor industri yaitu lahan pertanian sehingga berakibat pada
sebagai jalur distribusi antara Kota Surabaya kurang optimalnya hasil produksi pertanian
dengan daerah lain sehingga dapat 2. Pengelolaan hasil produksi pertanian yang
meningkatkan pertumbuhan perekonomian belum dapat dimanfaatan dan dikelola
wilayah secara optimal dikarenakan kurangnya
2. Kondisi geografis yang tergolong subur tingkat adopsi teknologi
sehingga dapat mendorong peningkatan hasil 3. Kurangnya tingkat pendidikan dan keahlian
produksi pertanian yang nantinya akan para petani dalam memakai teknologi
dijadikan input produksi sektor agroindustri sehingga berakibat pada belum optimalnya
3. Sektor basis ekonomi Kabupaten Mojokerto hasil produksi pertanian
berada pada sektor pertanian dan sektor 4. Belum tercukupinya jumlah lapangan
industri pengolahan pekerjaan untuk seluruh masyarakat
4. Keanekaragaman hasil produksi pertanian sehingga kesejahteraan penduduk masih
yang akan memberikan keuntungan dalam belum merata
munculnya variasi pada sektor agroindustri 5. Tingkat koordinasi para pengusaha
5. Kabupaten Mojokerto memiliki ketersediaan agroindustri dan kelembagaan (koperasi,
lahan yang besar untuk sektor pertanian dan dsb) yang kurang baik
bahan baku unggul yang cukup mudah
didapatkan oleh rumah tangga petani dan
industri kecil sehingga diharapkan dapat
meningkatkan hasil produksi pertanian
Peluang (opportunities) Ancaman (threat)
1. Sebagai jalur melintasnya trasportasi antar 1. Adanya pengaruh globalisasi dan
kota dan propinsi, sehingga memiliki perdagangan bebas dunia yang dapat
peluang dalam memperluas pasar mengancam produk lokal, sehingga
perdagangan hasi produksi dari sector berakibat pada produk lokal yang tak dapat
agroindustri bersaing dengan produk import
2. Adanya kebijakan pemerintah pusat dan 2. Pelayanan infrastruktur pendukung
daerah dalam mengembangkan program agroindustri yang belum merata di seluruh
agroindustri dan agrobisnis untuk membantu Kabupaten Mojokerto, khususnya pada
perekonomian wilayah wilayah pedesaan sehingga berakibat pada
3. Kondisi fisik dasar Kabupaten Mojokerto rendahnya akses pemasaran
yang mendukung dalam pengembangan 3. Adanya peran tengkulak yang dapat
sektor pertanian mengurangi input hasil produksi pertanian
4. Besarnya kebutuhan konsumen dan bagi sektor agroindustri, dikarenakan
permintaan pasar terkait hasil produksi kebanyakan para petani langsung menjual
sektor agroindustri hasil pertaniannya ke tengkulak
5. Peluang penerapan penggunaan teknologi
pada proses produksi agroindustri
dikarenakan akses informasi dan kerjasama
yang sangat luas saat ini
Sumber: Hasil Analisa, 2015
Berdasarkan SWOT diatas dapat dibuat matriks strategi pengembangan berdasarkan S-O, S-T, W-O,
W-T.
49
Strategi pengembangan berdasarkan SWOT sebagai berikut:
51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kabupaten Mojokerto merupakan kabupaten yang memiliki keunggulan pada sektor pertanian
dan sektor industri pengolahan. Selain itu, berdasarkan hasil analisa yang telah dilakukan sektor pertanian
yang berada di Kabupaten Mojokerto juga merupakan salah satu sektor yang memiliki potensi
perkembangan lebih cepat dibandingkan sektor-sektor yang lainnya. Namun sayangnya sektor pertanian
tersebut tidak memiliki daya saing sehingga pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian di Kabupaten
Mojokerto tersebut tergolong cukup rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan pengembangan terhadap
perekonomian di Kabupaten Mojokerto berdasarkan potensi komoditas unggulan yang ada disana.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan konsep pengembangan ekonomi wilayah yang cocok
diterapkan pada Kabupaten Mojokerto adalah konsep Agropolitan dengan komoditas pertanian utamanya
adalah Padi, Jagung, dan Ubi Jalar.
Menurut arahan yang berasal dari dokumen RTRW dan RPJMD Kabupaten Mojokerto, untuk
mendorong pertumbuhan kawasan pedesaan di daerah tersebut perlu dilakukan pengembangan pusat
agropolitan dan pengembangan usaha agrobisnis. Selanjutnya, di dalam dokumen tersebut juga terdapat
arahan mengenai peningkatan produktivitas pertanian, baik itu berupa peningkatan lahan pertanian
maupun produk-produk pertanian. Sehingga konsep pengembangan Agropolitan yang nantinya akan
diterapkan pada Kabupaten Mojokerto diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di wilayah
tersebut.
5.2 Lesson Learned
Adapun poin-poin yang dapat kita pelajari dari penjelasan bab-bab sebelumnya, diantaranya yaitu :
http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-
regional/bali/Documents/dee001b345494b26971c3430b237dfd5Boks.pdf
http://simpangmahar.blogspot.com/2010/04/analisis-shift-share.html
https://keijino.wordpress.com/2012/08/30/agroindustri-dan-agribisnis/
http://tpl314.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/829/2014/11/Perencanaan-Wilayah-
Pertemuan-13.pdf
Jurnal PENERAPAN AGROPOLITAN DAN AGRIBISNIS DALAM PEMBANGUNAN EKONOMI
DAERAH oleh Lia Amalia Dosen Universitas INDONUSA Unggul
53