Anda di halaman 1dari 9

Masa ini dimulai dengan berkembang pesatnya kebudyaan Islam, yang ditandai dengan

berkembang luasnya lembaga-lembaga pendidikan Islam dan madrasah-madrasah formal


serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.1

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 91

A. Lembaga Non-Formal
a. Kuttab atau Maktab
Pada mulanya, di awal perkembangan Islam, Kuttab dilaksanakan di
rumah guru-guru yang bersangkutan, dan yang diajarkan dalah semata-mata
menulis dan membaca syair-syair yang terkenal pada masanya dan pengajaran
Al-Quran belum dikaitkan dari membaca dan menulis.
Kemudian pada akhir abad pertama Hijriyah, mulai timbul jenis
Kuttab, yang sudah mengajrkan membaca Al-Quran dan pokok-pokok ajaran
Agama. Awalnya, kuttab jenis ini berlangsung di masjid yang sifatnya umum
(bukan saja bagi anak-anak, tetapi terutama bagi orang dewasa). Tetapi karena
anak-anak tidak dapat diharapkan untuk menjaga kesucian dan kebersihan
masjid, lalu diadakan tempat khusus disamping masjid untuk tempat anak-
anak belajar yang kemudian berkembanglah tempat-tempat khusus baik yang
dihubungkan dengan masjid maupun yang terpisah dan berkembang menjadi
lembaga pendidikan dasar yang bersifat formal dan juga mengajarkan
pengetahuan-pengetahuan dasar lainnya.2

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 91

b. Pendidikan rendah di Istana


Pendidikan anak di Istana untuk anak-anak para pejabat, adalah
berdasarkan pemikiran bahwa pendidikan itu harus bersifat menyiapkan anak
didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah ia dewasa. Di
istana orang tua murid adalah yang membuat rencana pelajaran tersebut
selaras dengan anaknya dan tujuan yang dikehendski oleh orang tuanya.
Rencana pelajaran untuk pendidikan anak di istana pada garis besarnya
sama saja dengan rencana pelajaran pada kuttab-kutta, hanya ditambah atau
dikurangi menurut kehendak para pembesar yang bersangkutan dan selaras
dengan keinginan untuk menyiapkan anak tersebut secara khusus.3

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 91-92

1
Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 91
2
Ibid, hlm. 91
3
Ibid, hlm. 91-92
c. Toko-Toko Kitab
Selama masa kejayaan Dinasti Abbasiyah, toko-toko buku berkembang
dengan pesat. Toko-toko ini tidak saja menjadi tempat penjualan buku-buku,
tetapi juga menjadi tempat berkumpulnya para ulama dan ahli ilmu untuk
diskusi, berdebat dalam berbagai masalah ilmu.4

Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, (Jakarta: Logos, 1994), hlm. 163

d. Rumah-Rumah Para Ulama


Pada umumnya disebabkan karena ulama dan ahli yang bersangkutan
tidak mungkin memberikan pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak
yang berminat untuk mempelajari ilmu pengetahuan dari padanya.

Ahmad Syalabi, mengemukakan bahawa dipergunakannya rumah-


rumah ulama karena terpaksa dalam keadaan darurat, misalnya Al Ghazali
setelah tidak mengajar lagi di madrasah Nidlamiyah dan menjaani kehdupan
sufi. Para pelajar terpaksa datang kerumahnya karena kehausan ilmudan
terutama karena pendapatnya yang menarik perhatian mereka. Ali Ibnu
Muhammad Al-Fashihi, yang dituduh syiah kemudian dipecat dari mengajar
di madrsah Nidlamiyah, lalu mengajar dirumahnya sendiri.5

A. Sylaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973,) hlm. 73-74

e. Majlis atau Salon Kesusasteraan

Majlis atau Salon Kesusasteraan adalah suatu majlis khusus yang


didirikan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
Bermula sejak zaman Khulafa al-Rasyidin, yang biasanya memberikan fatwa
dan musyawarah serta diskusi dengan para sahabat untuk memecahkan
berbagai masalah yang bertempat di masjid. Setelah masa Khalifah Bani
Umaiyah majlis tersebut dipindahkan ke isatana, dan orang-orang yang berhak
menghadirinya adalah orang-orang tertentu saja.

Kemudian pada masa Khalifah Bani Abbas, yakni pada masa Harun
Al-Rasyid 9170-193 H) majlis sastera ini mengalami kemajan yang luar biasa,
karena khalifah sendiri adalah ahli ilmu pengetahua, sehingga khalifah aktif
didalamnya. Pada masanya sering diadakan perlombaan antara ahli-ahli syair,
perdebatan antara fuqaha, dan diskusi diantara para sarjana berbagai macam
ilmu pegetahuan, juga diadakan sayembara di antara ahli kesenian dan
pujangga.6

A. Sylaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973,) hlm. 76-77

4
Charles Michael Stanton, Pendidikan Tinggi dalam Islam, (Jakarta: Logos, 1994), hlm. 163
5
A. Sylaby, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973,) hlm. 73-74
66
Ibid, hlm. 76-77.
f. Badiah
Badiah digunakan sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab
yang fasih dan murni serta mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Ulama-
ulama yang banyak pergi ke Badiah untuk tujuan tersebut di antaranya; 7
i. al Khalil bin Ahmad (160 H). ia pergi ke badiah Hijaz, Najd,
dan Tihamah.
ii. Bajar bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80 orang syekh di
Bani Aqil.
iii. al Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan menghabiskan 15
botol tinta untuk menulis tentang Arab.
iv. Imam Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail selama 17 tahun.

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hida Karya Agung, 1992), hlm. 90

g. Rumah Sakit
Rumah sakit bukan hanya berfungsi sebagai tempat merawat dan mengobati
orang-orang sakit, tetapi juga mendidik tenaga-tenaga yang berhubungan
dengan perawatan dan pengobatan. Mereka mengadakan berbagai penelitian
dan percobaan dalam bidang kedoteran dan obat-obatan, sehingga berkembang
ilmu kedokteran dan farmasi.8

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm. 98

h. Masjid
Semenjak berdirinya di zaman Nabi Muhammad SAW, masjid telah
menjadi pusat kegiatan dan iformasi. Kemudian masa Bani Umaiyah
berkembang fungsinya sebagai tempat pengembangan ilmu pengetahuan,
terutama yang bersifat keagamaan. Pada masa Bani Abbasiyah dan masa
perkembangan kebudayaan Islam, masjid-masjid diperlengakapi dengan
berbagai macam sarana dan fasilitas pendidikan, yakni tempat pendidikan
anak-anak, tempat-tempat untuk pengajiandari ulama yang merupakan
kelompok-kelompok(khalaqah), tempat berdiskusi dan munazharah dalam
berbagai ilmu pengetahuan, dan juga dilengkapi dengan ruang
perpusatakaan.9

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm.98-99

7
8
Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 98
9
Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 98-99
i. Perpustakaan

Perpustakaan menjadi berkembang baik yang dielenggarakan oleh


pemerintah atau wakaf dari para ulama dan sarjana.10

i. Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh khalifah Harun


al Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan bahasa
Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia,
India, Qibty, dan Arami.
ii. Perpustakaan al Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah makam Ali bin
Abi Thalib.
iii. Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu Ali bin Suwar.
Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.
iv. Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu Nasr sabur
bin Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid
buku.
v. Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh al Hakim Biamrillah al
Fathimy tahun 395 H.
vi. Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan al Fath bin Khagan Wazir al
Mutawakkil al Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq (264
H), dan Perpustakaan Ibnu al Khassyah (567 H).
vii. Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar adalah
perpustakaan di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh al Hakam bin an
Nashir yang menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm.98

10
Sejarah Pendidikan Islam, hlm. 98
a. Madrasah Nizamiah didrikan oleh Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk
pada tahun 1065 M 1067 M. Pada tiap-tiap kota Nizam al Mulk mendirikan
satu madrasah besar, di antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat,
Asfahan, Basran, Marw, dan Mausul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad
adalah madrasah yang terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam al Mulk
mendirikan madrasah-madrasah itu adalad untuk menperkuat pemerintahan
Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab keagamaan pemerintahan.
Rencana pengajaran adalah ilmu syari`ah dan ilmu fiqh dalam 4 madzhab.
b. Madrasah Nuruddin Zinki, didirikan oleh Nuruddin Zinki di Damaskus.
Madrasah-madrasah yang didirikannya yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di
Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari iwan (aula tempat kuliah),
masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah,
kamar kecil, dan lapangan. Madrasah lainnya yaitu madrasah yang didirikan
pada masa al Ayubi dan madrasah al Mustansiriah di Baghdad (Irak) tahun
631 H. Madrasah al Mustansiriah didirikan oleh khalifah Abasyi al Mustansir
Billah pada tahun 631 H. Ilmu-ilmu yang diajarkan yaitu ilmu al Qur`an,
syari`ah, bahasa Arab, kedokteran, dan ilmu pasti.
c. Perguruan Tinggi;
i. Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada amasa Harun al Rasyid
(170-193 H), kemudian diperbesar oleh khalifah al Ma`mun (198-218
H). Pada Baitul Hikmah bukan saja diajarkan ilmu-ilmu agama Islam,
tetapi juga ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan
lain-lain. Guru besar Baitul Hikmah adalah Salam, yang menguraikan
teori-teori ilmu pasti dalam al Maj`sthi (almageste) kitab karangan
Bathlimus (Ptolemee). Kemudian guru besar al Khawarazmi, ahli ilmu
pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu al jabar, guru besar Muhammad bin
Musa bin Syakir, seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintang dan falaq. Di
baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam
bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab, Yunani, Suryani,
Persia, India, dan Qibtia. Kemudian al Ma`mun mendirikan
peneropong bintang yang disebut peneropong al Ma`muni. Setelah
wafat al Ma`mun, maka Baitul Hikmah tidak mendapat perhatian
penuh dari khalifah-khalifah.
ii. Darul `Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim Biamrillah al Fathimi di
pinggir sungai Nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di Baghdad.
Menurut keterangan al Makrizi, bahwa Darul `Ilmi didirikan di
kampung al Kharun Fusy dengan perintah al Hakim Biamrillah al
Fathimi. Ilmu yang diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq,
kedokteran, dan berhitung.11

Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hida Karya
Agung, 1992), hlm. 65
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan berdirinya sekolah-sekolah di luar masjid, yaitu:
a. Khalaqah-Khalaqah untuk mengajarkan berbagai ilmu pengetahuan, yang
didalamnya terdapat diskusi yang ramai, sering mengganggu orang-orang
yang beribadah di masjid.
b. Semakin berkembang luasnya ilmu pengetahuan, maka diperlukan semakin
banyak khalaqah-khalaqah
c. Untuk mepertahankan kedudukan Bani Abbasiyah dari Turki ketika mulai
berpengaruh, mereka berusaha untuk menarik hati kaum muslim, dengan jalan
memperhatikan pendidikan dan pengajaran bagi rakyat umum. Maka sekolah
didirikan dan dilengkapi fasilitas dan guru digaji secara khusus.
d. Para pembesar negara yang hidup dalam kemewahan sering berbuat maksiat.
Maka mereka mendirikan sekolah mewakafkan dan membelanjakan sebagian
hartanya dijalan Allah, sehingga berharap menjadi penebus dosa.
e. Banyaknya harta kekayaan membuat mereka khawatir, harta kekayaannya
akan jatuh ketangan Sultan, dan nantinya anak mereka akan terlantar. Untuk
itu didirikan sekolah dan asrama yang dijadikan sebagai wakaf keluarga
f. Mempertahankan agama dari pembesar negara yang bersangkutan. Sehingga
mereka mempersyaratkan harus diajarkan aliran keagamaan.12

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986),


hlm.99-101

11
Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hida Karya Agung, 1992), hlm. 65
12
Sejarah Pendidikan Islam, hlm.99-101
Pokok-Pokok Rencana Pelajaran
a. Pendidikan Dasar (Kuttab)
i. Membaca Al-Quran dan menghafalnya
ii. Pokok-poko agama Islam
iii. Menulis
iv. Kisah atau riwayat orang-orang besar Islam
v. Membaca dan menghafal syair-syair atau natsar (prosa)
vi. Berhitung
vii. Pokok-pokok nahwu dan sharaf ala kadarnya

Lama belajrnya, tidaklah sama tergantung kecerdasan anak,karena sistem


pengajaran pada masa itu beluk dilaksanakan secara klasikal.

b. Tingkat Menengah
i. Al-Quran
ii. Bahasa Arab dan kesusateraannnya
iii. Fiqh
iv. Tafsir
v. Hadits
vi. Nahwu/sharaf/balaghah
vii. Ilmu-ilmu pasti
viii. Mantiq
ix. Ilmu falak
x. Tarikh (sejarah)
xi. Ilmu-ilmu alam
xii. Kedokteran
xiii. Musik

Kemudian, ada mata pelajaran yang berifat kejuruan, misalnya untuk menjadi
juru tulis di kantor-kantor. Selain belajar bahasa, ia harus belajar pidato,
diskusi, berdebat, serta tulisan indah.

c. Pendidikan Tinggi
i. Jurusan ilmu-ilmu agama dan bahasa serta sastera Arab (Ilmu
Naqliyah)
1. Tafsir Al-Quran
2. Hadits
3. Fiqh dan Ushul Fiqh
4. NahwuSharaf
5. Balaghah
6. Bahasa Arab dan Kesusateraanya
ii. Jurusan Ilmu-Ilmu Umum (Ilmu Aqliyah)
1. Mantiq
2. Ilmu-Ilmu alam dan Kimia
3. Musik
4. Ilmu-ilmu Pasti
5. Ilmu ukur
6. Ilmu falak
7. Ilmu Ilahiyah
8. Ilmu Hewan
9. Kedokteran

Takhasus untuk salah satu bidang ilmu sesudah seseorang tamat dari
perguruan tinggi, dan disesuaikan dengan bakat dan kecenderungan masing-
masing.13

Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta: Departemen Agama, 1986), hlm.101

B. Sistem Pendidikan Islam Masa Kejayaan


a. Kurikulum
Kurikulum dalam lembaga pendidikan Islam pada mulanya berkisar pada
bidang studi tertentu. Namun seiring perkembangan sosial dan cultural, materi
kurikulum semakin luas. Pada masa kejayaan Islam, mata pelajaran bagi
kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al-Quran dan agama, membaca,
menulis, dan berenang. Sedangkan untuk anak-anak amir dan penguasa,
kurikulum tingat rendah sedikit berbeda. Di istana-istana biasanya ditegaskan
pentingnya pengajaran khitabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara
pergaulan, disamping ilmu-ilmu pokok seperti al-Quran, syair, dan fiqih.
Setelah usai menempuh pendidikan rendah, siswa bebas memilih bidang studi
yang ingin ia dalami di tingkat tinggi.
b. Metode Pengajaran
Metode pengajaran yang dipakai dapat dikelompokkan ke dalam tiga
macam, yaitu lisan, hafalan, dan tulisan. Metode lisan bisa berupa dikte,
ceramah, qiraah, dan diskusi. Metode menghafal merupakan ciri umum
dalam sistem pendidikan Islam pada masa ini. Untuk dapat menghafal suatu
pelajara, murid-murid harus membaca berulang-ulang sehingga pelajaran
melekat di benak mereka. Sedangkan metode tulisan adalah pengkopian
karya-karya ulama.
c. Rihlah Ilmiyah
Salah satu ciri yang paling menarik dalam pendidikan Islam di masa
itu adalah sistem Rihlah Ilmiyah, yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh
untuk mencari ilmu.14

Hanun Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam,(Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu. 1999), hlm. 71-
87

13
Sejarah Penidikan Islam, hlm. 101
14
Hanun Asrohah, Op.Cit, hlm.71-87

Anda mungkin juga menyukai

  • Makalah Evaluasi Pendidikan
    Makalah Evaluasi Pendidikan
    Dokumen15 halaman
    Makalah Evaluasi Pendidikan
    Buat Hiburan
    Belum ada peringkat
  • Analisis Iklan Sprite
    Analisis Iklan Sprite
    Dokumen7 halaman
    Analisis Iklan Sprite
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Kerajaan Kalingga
    Kerajaan Kalingga
    Dokumen8 halaman
    Kerajaan Kalingga
    Kukuh Kasinggih
    Belum ada peringkat
  • Pendidikan ABK
    Pendidikan ABK
    Dokumen10 halaman
    Pendidikan ABK
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Pii Uas
    Pii Uas
    Dokumen1 halaman
    Pii Uas
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Daring PPKB
    Jadwal Daring PPKB
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Daring PPKB
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Pii Uas
    Pii Uas
    Dokumen1 halaman
    Pii Uas
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Sap Spdbi-1
    Sap Spdbi-1
    Dokumen4 halaman
    Sap Spdbi-1
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Wa0002
    Wa0002
    Dokumen1 halaman
    Wa0002
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Pendidikan
    Ilmu Pendidikan
    Dokumen7 halaman
    Ilmu Pendidikan
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Spi
    Spi
    Dokumen9 halaman
    Spi
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Ilmu Pendidikan
    Ilmu Pendidikan
    Dokumen7 halaman
    Ilmu Pendidikan
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Bismillah
    Bismillah
    Dokumen1 halaman
    Bismillah
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Spii
    Spii
    Dokumen19 halaman
    Spii
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Pendidikan ABK
    Pendidikan ABK
    Dokumen10 halaman
    Pendidikan ABK
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Fiqh Muamalah
    Fiqh Muamalah
    Dokumen21 halaman
    Fiqh Muamalah
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Kata Pengantar
    Kata Pengantar
    Dokumen1 halaman
    Kata Pengantar
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Ingkar Sunnah PDF
    Ingkar Sunnah PDF
    Dokumen23 halaman
    Ingkar Sunnah PDF
    zahra38
    100% (2)
  • Wa0002
    Wa0002
    Dokumen1 halaman
    Wa0002
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Fiqh
    Fiqh
    Dokumen3 halaman
    Fiqh
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Laporan Ubay
    Laporan Ubay
    Dokumen1 halaman
    Laporan Ubay
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • A
    A
    Dokumen3 halaman
    A
    zahra38
    Belum ada peringkat
  • Cover Format Skrips
    Cover Format Skrips
    Dokumen1 halaman
    Cover Format Skrips
    zahra38
    Belum ada peringkat