Bagaimana pendidikan Islam mengantarkan madzhab Syafi’i kepada
masyarakat Indonesia hingga menjadikan madzhab terbesar di Indonesia? Jawaban Dimulai dari kerajaan Pasai, dimana Ismail ash-Shiddiq datang ke Pasai mengajarkan Islam madzhab Syafi’i. Dengan usaha beliau, ummat Islam Pasai menganut madzhab Syafi’i. Raja-raja Pasai pun sejak saat itu menjadi penganut madzhab Syafi’i yang gigih. Ismail ash-Shiddiq juga berhasil mengangkat Merah Silu, orang asli Indonesia menjadi raja di Pasai (1225-1297 M) dengan gelar al- Malik ash-Shalih. Berkat pengaruh Sultan al-Malik ash-Shalih ini raja-raja Islam di Malaka, Sumatera Timur, dan orang-orang Islam di Pulau Jawa sekitar abad ke 7 H. berbondong-bondong menganut madzhab Syafi’i. Mulai tahun 1441 M sampai tahun 1476 M (820-855 H), di Malaka berkuasa Sultan Manshur Syah I, penganut madzhab Syafi’i yang tangguh. Sultan ini mengutus muballigh-muballigh Islam yang bermadzhab Syafi’i ke Minangkabau Timur. Kemudian dari Miangkabau Timur madzhab Syafi’i berkembang ke Sulawesi, Batak, Muara Sungai Asahan, dan Simalungun, disiarkan oleh muballigh- muballigh Islam bermadzhab Syafi’i. Dalam abad ke 15 M/9 H Kesultanan Samudra Pasai di Aceh dan Kesultanan Malaka di Negeri Malaya sangat aktif mengembangkan Islam madzhab Syafi’i ke Pulau Jawa, yaitu Demak dan Cirebon. Itulah sebabnya maka agama Islam madzhab Syafi’i dianut oleh ummat Islam di Pulau Jawa. Terutama madzhab syafi’i semakin berkembang pada periode Walisongo. Kerajaan Islam Demak menganut madzhab Syafi’i berkat dakwah yang dilancarkan oleh muballighin Islam bermadzhab Syafi’i yang diutus oleh Kerajaan Pasai Kerajaan Goa kira-kira tahun 1606 M, berhasil menaklukkan Raja Bone, kemudian pada tahun 1616-1626 M menaklukkan Raja Bima, Sumbawa dan Nusa Tenggara dan Buton. Islam bermadzhab Syafi’i masuk bersamaan dengan Islam ke Goa, Bone, Bima, Sumbawa, Lombok kemudian Buton.