Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN METODE INKUIRI TERBIMBING

UNTUK PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPASISWA KELAS V SD


Ruly Rakhmawati1, M. Chamdani2, Joharman3
PGSD FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret, Jl. Kepodang 67A Panjer Kebumen
Email: raden_mast@ymail.com
1. Mahasiswa PGSD FKIP UNS
2, 3. Dosen PGSD FKIP UNS

Abstract: The application of guided inquiry methods to improve science teaching fifth
grade elementary school students. The purpose of this study was to (1) describe the
application of guided inquiry method in improving science teaching, and (2) improve science
learning with the application of guided inquiry method. This research is Classroom Action
Research (CAR), which was commissioned jointly conducted in three cycles. Each cycle
consists of the planning, execution, observation, and reflection. The subjects were fifth grade
elementary school students. Data sources of this study are students, teachers, and observers.
Data was collected by observation, tests and questionnaires. Validation using triangulation of
data sources and triangulation techniques. The results show the application of guided inquiry
method can improve science teaching fifth grade elementary school students.

Keywords: guided inquiry, learning science, fifth grade elementary school.

Abstrak: Penerapan metode inkuiri terbimbing untuk peningkatan pembelajaran IPA


siswa kelas V Sekolah Dasar. Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) mendeskripsikan
penerapan metode inkuiri terbimbing dalam peningkatan pembelajaran IPA dan (2)
meningkatkan pembelajaran IPA dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Penelitian ini
merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan secara kolaboratif yang
dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD. Sumber data penelitian
ini adalah siswa, guru, dan observer. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
tes dan angket. Validasi data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil
penelitian menunjukkan penerapan metode inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
pembelajaran IPA siswa kelas V SD.

Kata Kunci: inkuiri terbimbing, pembelajaran IPA, kelas V SD.

PENDAHULUAN ilmiah, menggunakan dan menerapkan


Salah satu mata pelajaran yang ada metode ilmiah dalam memecahkan
di sekolah dasar adalah IPA. IPA masalah (Trianto, 2012: 142).
berhubungan dengan cara mencari tahu Sulistyorini & Supartono (2007)
tentang alam secara sistematis, sehingga mengemukakan IPA dipandang dari tiga
IPA bukan hanya penguasaan kumpulan sisi, yaitu produk, proses dan hasil. Dapat
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, diketahui secara jelas, pembelajaran IPA
konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tidak hanya dilihat dari hasil belajar secara
tetapi juga merupakan suatu proses kuantitatif, tetapi juga dilihat dari
penemuan (Badan Standar Nasional prosesnya. Proses belajar IPA
Pendidikan (BSNP), 2006: 161). dikembangkan melalui metode ilmiah yang
Tujuan IPA menurut Laksmi (1986) memiliki sepuluh keterampilan proses,
adalah memberikan pengetahuan pada yaitu: observasi, klasifikasi, interpretasi,
siswa tentang dunia tempat hidup dan prediksi, hipotesis, mengendalikan
bagaimana menanamkan sikap hidup variabel, merencanakan dan melaksanakan
penelitian, inferensi aplikasi dan Ciri utama inkuiri menurut Sanjaya
komunikasi. Sedangkan sikap ilmiah IPA adalah: siswa sebagai subjek belajar, siswa
akan terbangun melalui proses belajar yang aktif secara maksimal untuk mencari dan
kondusif. Tujuan IPA akan tercapai jika menemukan, guru sebagai fasilitator dan
siswa belajar dengan keadaan yang motivator yang mengarahkan siswa secara
kondusif dan bermakna. aktif untuk menemukan jawaban sendiri
Berdasarkan pengamatan dan dari sesuatu yang dipertanyakan sehingga
wawancara yang dilakukan peneliti dengan siswa mempunyai kepercayaan diri (self
guru kelas V, diketahui bahwa belief). Inkuiri bertujuan mengembangkan
pembelajaran IPA kelas V di SD Negeri 3 kemampuan berpikir siswa secara
Wonosari pada umumnya menggunakan sistematis, logis dan kritis atau
metode ceramah dan menghafal. Siswa mengembangkan kemampuan intelektual
belum diusahakan secara mandiri untuk sebagai bagian dari proses mental (2011:
mempelajari konsep dengan penemuannya 196).
sendiri. Siswa belum mengembangkan Siswa kelas V berada pada masa
potensi yang dimilikinya secara maksimal. operasional konkret dimana pada masa ini
Hasil belajar IPA pun masih tergolong menurut Buhler (1930) merupakan masa
rendah, hal ini terbukti dari pre test yang menyelidik, mencoba dan bereksperimen
menunjukkan bahwa ketuntasan belajar yang distimuli oleh dorongan-dorongan
siswa adalah 0,00% dan nilai rata-rata rasa ingin tahu dan menyelidik yang besar.
kelas mencapai 43,13. Hasil tersebut belum (Sobur, 2009: 132). Karena siswa kelas V
memenuhi KKM pembelajaran IPA yaitu masih memerlukan bimbingan dalam
70. Berdasarkan hasil pre test, maka perlu belajar, maka metode inkuiri yang
adanya penerapan metode pembelajaran diterapkan untuk siswa kelas V SD adalah
yang tepat dalam pembelajaran IPA. metode inkuiri terbimbing. Pada metode
Untuk memperbaiki pembelajaran ini guru memberikan bimbingan pada
IPA agar memperoleh hasil yang siswa untuk mencari dan menemukan hal-
memuaskan dan dapat mencapai tujuan hal yang menjadi rumusan masalah.
IPA diupayakan melalui penelitian Pembelajaran melalui metode
tindakan kelas. Alternatif yang dipilih oleh inkuiri terbimbing dapat memberikan
peneliti adalah dengan menerapkan metode pengalaman langsung yang bersifat
inkuiri terbimbing untuk meningkatkan konkret untuk siswa kelas V. Selain itu,
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri metode inkuiri terbimbing dapat melatih
3 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013. berpikir siswa melalui keterampilan proses
Badan Standar Nasional Pendidikan serta sikap ilmiah seperti yang
(2006) menyatakan pendidikan IPA dikemukakan oleh Harlen dalam
diarahkan untuk inkuiri dan berbuat Sulistyorini & Supartono (2007).
sehingga dapat membantu peserta didik Langkah pembelajaran inkuiri
untuk memperoleh pemahaman yang lebih menurut Eggen dan Kauchak (1996) dalam
mendalam tentang alam sekitar. Trianto yaitu: (1) menyajikan pertanyaan
Pembelajaran IPA sebaiknya pembelajaran atau masalah, (2) merancang percobaan,
yang menekankan pada pengalaman (3) melakukan percobaan untuk
belajar secara langsung melalui memperoleh informasi, (4) mengumpulkan
keterampilan proses. dan menganalisis data, dan (5) membuat
Metode inkuiri menurut Sagala kesimpulan (2012: 172), sedangkan
adalah metode pembelajaran yang Sanjaya mengemukakan langkah-langkah
berupaya menanamkan dasar-dasar inkuiri adalah: (1) orientasi, (2)
berpikir ilmiah pada diri siswa sehingga merumuskan masalah, (3) mengajukan
dalam proses pembelajaran siswa lebih hipotesis, (4) mengumpulkan data, (5)
banyak belajar sendiri, mengembangkan menguji hipotesis, dan (6) merumuskan
kreativitas dalam memecahkan masalah kesimpulan (2011: 201). Berdasarkan
(Hardini dan Puspitasari, 2012: 33). langkah inkuiri yang dikemukakan dua ahli
tersebut, dapat diketahui bahwa metode lembar evaluasi. Perolehan data penerapan
inkuiri memuat keterampilan proses IPA. metode inkuiri terbimbing dan peningkatan
Dengan menerapkan metode inkuiri pembelajaran IPA didukung dari data yang
terbimbing pada pembelajaran IPA diperoleh dari angket yang dibagikan
diharapkan dapat meningkatkan kualitas kepada siswa.
pembelajaran IPA yang meliputi aspek Validitas data menggunakan
keingintahuan, kedisiplinan dan kreativitas triangulasi sumber dan triangulasi teknik.
siswa dalam membuat suatu karya. Triangulasi adalah pengecekan data dari
Berdasarkan uraian di atas, berbagai sumber dengan berbagai cara
rumusan masalah pada penelitian ini (Sugiyono, 2011: 273). Peneliti melakukan
adalah: (1) bagaimana penerapan metode triangulasi data agar data yang diperoleh
inkuiri terbimbing dapat meningkatkan lebih konsisten dan pasti. Dalam penelitian
pembelajaran IPA siswa kelasV SD Negeri ini sumber data yang di triangulasikan
3 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013, (2) adalah guru kelas V, siswa kelas V, rekan
apakah penerapan metode inkuiri guru, teman sejawat dan peneliti. Peneliti
terbimbing dapat meningkatkan akan menganalisis data yang diperoleh dari
pembelajaran IPA siswa kelas V SD sumber data tersebut kemudian membuat
Negeri3 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013 suatu kesimpulan. Teknik pengumpulan
Tujuan penelitian ini adalah: (1) data yang ditriangulasikan adalah
untuk mendeskripsikan penerapan metode observasi, angket dan tes.
inkuiri terbimbing dalam peningkatan Penelitian dikatakan berhasil bila
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri hasil pengamatan terhadap penerapan
3 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013, metode inkuiri terbimbing yang dilakukan
untuk (2) mengetahui bahwa penerapan guru dan siswa mencapai 85% dan
metode inkuiri terbimbing dapat peningkatan pembelajaran IPA yang
meningkatkan pembelajaran IPA siswa meliputi proses dan hasil belajar telah
kelas V SD Negeri3 Wonosari Tahun mencapai 85%.
Ajaran 2012/2013. Analisis data dilakukan secara
interaktif dan terus menerus sampai tuntas.
METODE PENELITIAN Proses analisis data yang dilakukan peneliti
Penelitian ini dilaksanakan di SD sesuai dengan pendapat Miles and
Negeri 3 Wonosari. Subjek penelitian ini Huberman (1984) meliputi tiga langkah
adalah siswa kelas V SD Negeri 3 pengolahan data, yaitu data reduction,
Wonosari yang berjumlah 32 siswa, yang data display dan conclusion drawing/
terdiri atas 16 siswa putra dan 16 siswa verification (Sugiyono, 2011: 246).
putri. Prosedur yang digunakan dalam
Data yang diperoleh peneliti Penelitian Tindakan Kelas ini sesuai
bersumber dari guru, siswa, rekan guru, dengan pendapat yang dikemukakan oleh
teman sejawat dan peneliti. Teknik Kemmis dan Taggart yang meliputi empat
pengumpulan data yang digunakan yaitu langkah, yaitu: rencana (planning),
observasi, angket dan tes. Alat tindakan (acting), mengamati (observing),
pengumpulan data dalam penelitian ini dan refleksi (reflecting) (Arikunto,S.,
adalah lembar observasi, lembar angket Suhardjono dan Supadi, 2008:16).
dan lembar evaluasi. Lembar observasi Peneliti Tindakan Kelas ini
digunakan untuk mengamati kegiatan guru dilakukan secara kolaborasi dengan guru
dan kegiatan siswa pada penerapan metode kelas, peneliti menyiapkan rencana
inkuiri terbimbing. Untuk mendapatkan pelaksanaan pembelajaran yang
data mengenai proses belajar, peneliti disesuaikan dengan langkah-langkah
bersama guru melakukan pengamatan pada metode inkuiri terbimbing kemudian guru
proses belajar yang dilakukan siswa pada kelas melakukan tindakan. Pengamatan
pembelajaran IPA, sedangkan untuk dilakukan oleh observer pada saat
mengetahui hasil belajar, digunakan pelaksanaan tindakan. Observer dalam
penelitian ini yaitu peneliti, rekan guru dan penelitian, untuk lebih mengoptimalkan
teman sejawat. Pada akhir siklus, guru hasil penerapan metode inkuiri terbimbing,
bersama peneliti melakukan refleksi untuk dilakukan tindakan pada siklus III. Pada
mendiskusikan hal-hal apa saja yang perlu siklus III, skor rata-rata penerapan metode
diperbaiki dan ditingkatkan pada inkuiri terbimbing mencapai 3,73 (93,33%)
pelaksanaan tindakan selanjutnya. pada kategori sangat baik. Pada siklus III
penerapan metode inkuiri terbimbing
HASIL DAN PEMBAHASAN dinyatakan berhasil dengan sangat baik dan
Pelaksanaan pembelajaran dengan telah memenuhi indikator kinerja
menerapkan metode inkuiri terbimbing penelitian, untuk itu pelaksanaan tindakan
meliputi lima langkah yaitu: (1) cukup pada siklus III.
merumuskan masalah, (2) merumuskan Berdasarkan uraian tersebut dapat
hipotesis, (3) melakukan percobaan untuk disimpulkan bahwa terjadi peningkatan
memperoleh data, (4) menganalisis data, langkah penerapan metode inkuiri
dan (5) membuat kesimpulan. Langkah terbimbing pada setiap siklus. Dari
tersebut sesuai dengan pendapat Sanjaya tindakan siklus I ke siklus II meningkat
(2011); Eggen & Kauchak; dalam Trianto 0,36 (9,16%) dan dari siklus II ke siklus III
(2012). meningkat sebanyak 0,3 (7,50%).
Penerapan metode inkuiri Peningkatan penerapan metode
terbimbing pada pembelajaran IPA inkuiri terbimbing diimbangi pula dengan
mengalami peningkatan skor pada setiap peningkatan pembelajaran IPA.
siklus. Hasil rata-rata observasi penerapan Peningkatan pembelajaran IPA dari siklus I
metode inkuiri terbimbing yang diperoleh sampai dengan siklus III dapat dilihat pada
dari tiga observer dari siklus I sampai tabel 2.
siklus III dapat dilihat pada tabel 1:
Tabel 2: Peningkatan Pembelajaran IPA
Tabel 1. Hasil Observasi Penerapan Siklus I sampai Siklus III
Metode Inkuiri Terbimbing Siklus Peningkatan Siklus
I sampai Siklus III. Pembelajaran I II III
Langkah Inkuiri IPA (%) (%) (%)
Terbimbing Proses 72,27 81,77 89,67
Siklus Siklus Siklus Hasil 71,87 79,69 93,75
I II III Rata-rata 72,07 80,73 91,71
Rata-rata 3,07 3,43 3,73 Kategori Sangat
Persentase 76,67% 85,83% 93,33% Cukup Baik
Baik
Sangat
Kategori Cukup Baik
Baik Pada siklus I rata-rata
pembelajaran IPA mencapai 72,07%. Pada
Berdasarkan pengamatan terhadap siklus II meningkat menjadi 80,73% dan
penerapan metode inkuiri terbimbing pada pada siklus III meningkat lagi menjadi
siklus I, skor rata-rata penerapan metode 91,71%. Dari siklus I ke siklus II
inkuiri terbimbing yang dilaksanakan pembelajaran IPA meningkat 8,66% dan
mencapai 3,07 (76,67%) pada kategori dari siklus II ke siklus III meningkat
cukup, pada siklus I penerapan metode sebanyak 10,98%. Dari hasil pengamatan
inkuiri terbimbing belum mencapai tersebut, dapat disimpulkan bahwa
indikator penelitian. Kemudian dilakukan penerapan metode inkuiri terbimbing dapat
perbaikan penerapan metode inkuiri meningkatkan pembelajaran IPA.
terbimbing pada siklus II sehingga terjadi Selain itu, sebagai data
peningkatan skor rata-rata yang mencapai pendukung, berikut ini disajikan hasil
3,43 (85,83%) pada kategori baik. Rerata perolehan angket yang digunakan untuk
penerapan metode inkuiri terbimbing pada mengukur respon siswa dalam mengikuti
siklus II telah mencapai indikator kinerja
pelajaran dengan menerapkan metode perumusan masalah. (2) siswa kurang
inkuiri terbimbing. antusias dalam menanggapi pembelajaran,
siswa masih kurang aktif bertanya dan
Tabel 3. Angket Siswa Siklus I sampai Siklus III berpendapat, (3) siswa kurang disiplin
Siklus Persentase dalam melakukan percobaan sehingga
I 76,87% pembelajaran kurang efektif, (4) siswa
II 79,65% belum dapat menganalisis data, dan (5)
III 89,53% siswa belum dapat membuat kesimpulan
Ket Meningkat percobaan sendiri.
Berdasarkan kendala yang terjadi,
Hasil pengamatan melalui peneliti memberikan solusi: (1) guru
observasi, tes dan angket menunjukkan melakukan konfirmasi terhadap perumusan
bahwa terjadi peningkatan pembelajaran masalah dan menulis perumusan masalah
IPA dengan menerapkan metode inkuiri di papan tulis agar siswa jelas dengan hal
terbimbing pada setiap siklus. Semakin yang akan mereka pelajari pada setiap
tepat penerapan langkah metode inkuiri pertemuan, selain itu siswa diminta
terbimbing maka semakin meningkat hasil memperhatikan penjelasan guru ketika
pembelajaran siswa. Observasi yang guru sedang mengungkapkan perumusan
dilakukan pada variabel penerapan metode masalah, (2) memberikan reward kepada
inkuiri terbimbing menunjukkan penerapan siswa yang aktif dalam pembelajaran, (3)
metode inkuiri terbimbing pada setiap memberi batasan waktu saat siswa
siklus mengalami peningkatan, bahkan melakukan percobaan agar pembelajaran
pada siklus III hasil yang dicapai ada pada lebih efektif dan siswa dapat terfokus pada
kategori sangat baik. Observasi pada pembelajaran sehingga mengurangi
variabel peningkatan pembelajaran IPA, ketidakdisiplinan siswa, (4) guru
menunjukkan proses belajar siswa memberikan bimbingan pada langkah
meningkat pada setiap siklusnya begitu menganalisis data, dan (5) guru
juga dengan ketuntasan hasil belajar siswa, memberikan bimbingan pada langkah
hal ini sesuai dengan pendapat Schlenker membuat kesimpulan.
yang mengemukakan latihan inkuiri dapat Meskipun pembelajaran IPA
meningkatkan pemahaman sains, produktif dengan menerapkan metode inkuiri
dalam berpikir kreatif dan siswa menjadi terbimbing telah mencapai indikator
terampil dalam memperoleh dan penelitian, namun masih ada beberapa
menganalisis informasi (Trianto, 2012: kendala yang belum sepenuhnya teratasi
167). Selain itu, Agung dalam Thohiron oleh peneliti yaitu pada analisis data dan
(2012) mengemukakan bahwa inkuiri membuat kesimpulan. Kendala tersebut
membantu siswa mengembangkan belum teratasi secara maksimal karena
keterampilan intelektual dan keterampilan- mengingat bahwa siswa kelas V berada
keterampilan lainnya. pada tahap operasional konkret yang tahap
Pada setiap siklus, peneliti berpikirnya baru pada tahap-tahap yang
bersama guru kelas melakukan refleksi bersifat konkret (Piaget dalam Hill: 2010),
untuk mengetahui hal-hal apa saja yang sedangkan analisis data dan membuat
telah terlaksana dengan baik dan hal-hal kesimpulan merupakan tahap berpikir yang
apa saja yang masih perlu diperbaiki. sudah meningkat pada tahap yang lebih
Perbaikan dilakukan pada setiap abstrak. Hal ini sesuai dengan pendapat
pertemuan. Berdasarkan refleksi, terdapat yang dikemukakan oleh Sanjaya (2012)
beberapa kendala yang ditemukan dalam yang menyatakan kesulitan pembelajaran
penelitian ini, kendala tersebut yaitu: (1) inkuiri mungkin akan timbul terhadap
siswa belum jelas dengan perumusan pemecahan masalah.
masalah yang akan diselesaikan, karena Setiap tindakan yang dilakukan
siswa kurang memperhatikan penjelasan dalam pelaksanaan pembelajaran IPA
guru ketika guru sedang mengungkapkan dengan menerapkan metode inkuiri
terbimbing pada pembelajaran IPA terdapat Beberapa saran yang dapat
beberapa kelebihan dan kekurangan. diungkapkan peneliti yaitu: bagi siswa,
Kekurangan dalam penerapan metode penerapan metode inkuiri terbimbing
inkuiri terbimbing ini bukan merupakan hendaknya dapat menjadi suatu motivasi
suatu masalah yang fatal, artinya yang dapat meningkatkan kemampuan diri
kekurangan ini masih dapat dimaklumi dan baik dari segi afektif, kognitif maupun
diantisipasi. Kemudian, kelebihan dari psikomotor. Bagi guru, penerapan metode
penerapan metode inkuiri terbimbing inkuiri terbimbing hendaknya dapat
memberikan dampak perubahan yang dijadikan sebagai alternatif dalam
positif pada pembelajaran IPA, yaitu pembelajaran IPA dan sebaiknya langkah-
meningkatkan keingintahuan siswa, langkah metode inkuiri terbimbing
kedisiplinan siswa dan kreativitas siswa dilaksanakan secara tepat agar
dalam menciptakan suatu karya dan hasil pembelajaran dapat berjalan dengan lancar
belajar IPA. dan mencapai hasil yang maksimal. Bagi
Berdasarkan penelitian, kelebihan sekolah, peralatan untuk melakukan proses
dari penerapan metode inkuiri terbimbing menemukan khususnya pembelajaran IPA
yang telah dilakukan peneliti yaitu: (1) hendaknya sudah tersedia dari sekolah
penerapan metode inkuiri terbimbing dapat sehingga guru dan siswa tidak kesulitan
meningkatkan pembelajaran IPA, (2) dapat dalam menyiapkan peralatan yang
lebih mengembangkan kemampuan siswa dibutuhkan untuk pembelajaran. Bagi
dalam menganalisis dan membuat peneliti, hasil penelitian ini dapat dijadikan
kesimpulan, (3) meningkatkan sebagai referensi dalam memberikan
kemandirian siswa dalam belajar tanpa informasi tentang penerapan metode
penjelasan materi dari guru, (4) memberi inkuiri terbimbing pada pembelajaran IPA
pengalaman belajar secara langsung, (5) dan peneliti dapat memberikan motivasi
siswa lebih aktif karena terlibat dalam bagi peneliti lain untuk dapat menerapkan
proses menemukan, (6) mengembangkan metode inkuiri terbimbing pada
aspek kognitif, afektif dan psikomotor pembelajaran IPA.
siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Sanjaya (2011) dan DAFTAR PUSTAKA
Hardini & Puspitasari (2012).
Arikunto,S., Suhardjono dan Supadi.
SIMPULAN DAN SARAN (2008). Penelitian Tindakan Kelas.
Berdasarkan hasil penelitian Jakarta: PT Bumi Aksara.
tindakan kelas mengenai penerapan
metode inkuiri terbimbing untuk Badan Standar Nasional Pendidikan.
peningkatan pembelajaran IPA siswa kelas (2006). Standar Isi untuk Satuan
V SD Negeri 3 Wonosari tahun ajaran Pendidikan Dasar dan Menengah
2012/2013, dapat diambil kesimpulan Standar Kompetensi dan
sebagai berikut: (1) penerapan metode Kompetensi Dasar SD/MI.Jakarta:
inkuiri terbimbing untuk peningkatkan Departemen Pendidikan Nasional.
pembelajaran IPA siswa kelas V SD Negeri
3 Wonosari Tahun Ajaran 2012/2013 Hardini, I & Puspitasari, D. (2012).
dilakukan dengan lima langkah yaitu: Strategi Pembelajaran Terpadu
merumuskan masalah, merumuskan (Teori, Konsep & Implementasi).
hipotesis, melakukan percobaan untuk Yogyakarta: Familia (Group Relasi
memperoleh data, menganalisisi data, dan Inti Media).
membuat kesimpulan. (2) Penerapan
metode inkuiri terbimbing dapat Hill, W.F. (2010). Theories of Learning
meningkatkan pembelajaran IPA siswa Teori-teori Pembelajaran Konsepsi,
kelasV SD Negeri3 Wonosari tahun ajaran Komparasi, dan Signifikasi.
2012/2013. Bandung: Nusa Media.
Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Sanjaya, W. (2011). Strategi Pembelajaran


Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.

Sobur, A. (2009). Psikologi Umum.


Bandung: CV Pustaka Setia.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian


Kuantitatif Kualitataif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.

Sulistyorini, S. & Supartono. (2007).


Model Pembelajaran IPA Sekolah
Dasar dan Penerapannya dalam
KTSP Implementasi UU dan PP
pada Pengembangan Kurikulum.
Semarang: UNNES & Tiara
Wacana.

Thohiron, D. (2012). Model Pembelajaran


Inkuiri Terbimbing. Diperoleh 6
Desember 2012 dari
http://id.shvoong.com/social-
sciences/education/2269336-model-
pembelajaran-inkuiri-terbimbing/.

Trianto. (2012). Model Pembelajaran


Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai